PENDAHULUAN
ANAMNESIS
Alloanamnesis (dari Ibu Kandung Penderita)
Seorang pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam (+) sejak 6 hari yang
lalu, demam naik turun. Demam meningkat terutama pada sore dan malam
hari.Mengigil (+) nyeri kepala (-) Batuk berlendir (+) Flu (+) Mual (-) muntah (-).
pasien malas makan dan minum. BAK Lancar, BAB encer sejak tadi malam
dengan frekuensi 2x,ampas(+),lender(+).
Riwayat Imunisasi
Lengkap
PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 94 cm
Status Gizi (CDC) : BB/TB % = BB Aktual x 100%_____
BB Baku untuk TB actual
= 13 x 100%
94
= 90% (Gizi Baik)
Diagnosa kerja :
Demam Tifoid
Terapi :
- IVFD RL 12tpm
- PCT infus 130ml/8j/drips
- Lafidryl syr 3x1/2cth
- DR,Widal
FOLLOW UP
04 Mei 2017 (H-2)
Keluhan : Demam hari ke 7 (+), menggigil (-), nyeri kepala (-), batuk
berlendir (+)
Nafsu makan : kurang
Nafsu minum : kurang
BAB : 2x encer, ampas (+),lendir(+)
BAK : kurang
Keadaan Umum : lemas
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHg
Nadi = 76 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 44 x/menit
Suhu badan = 38,20C
Jantung : Bunyi jantung I dan II murni reguler, tidak terdengar adanya
bising
Paru-paru : Suara pernapasan vesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal.
Diagnosa kerja : Demam Tifoid
Terapi :
- IVFD RL 16 tpm
- Ceftriaxon 1gr/12jam
- PCT 150mg/ 8 jam
- Little u syr 1x1
- Lafidryl syr 3x1cth
- Obs. TTV/ 3 jam
- Foto thoraks
- TTV/3 jam
Pukul TD N P S
11.00 90/70 mmhg 72x/i 40x/i 36,6C
24.00 90/70 mmhg 90x/i 42x/i 36,6C
01.00 90/60 mmhg 113x/i 44x/i 38,2C
SG : 1.015
PH : 8
Leu : Neg
Nit : Neg
Pro : Neg
Glu : Norm
Ket : Neg
Ubg : Norm
Bil : Neg
Ery : Neg
Lapor hasil lab : Instruksi dr. Syamsul Nur Sp.A via line pukul : 19.26
- Terapi lanjut
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh Salmonella
typhi . Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh tinja atau urin orang yang terinfeksi. Gejala biasanya muncul 1-3
minggu setelah terkena, dan mungkin ringan atau berat. Gejala meliputi demam tinggi,
malaise, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan ,sembelit atau diare, bintik-bintik
merah muda di dada (Rose spots), dan pembesaran limpa dan hati. Demam tifoid
B. Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-
negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak membentuk spora fakultatif
anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri
polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel da dinamakan endotoksin. Salmonella typhi
juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi
terhadap multipel antibiotik.3
B. Antigen H (antigen flagella), terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari
mikroorganisme. Antigen ini mempunyai struktur protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
C. Patogenesis
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yang mengikuti
ingesti organism, yaitu: 1) penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch, 2)
bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch, nodus
limfatikus mesenterica, dan organ- organ extra intestinal sistem retikuloendotelial
3) bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah, 4) produksi enterotoksin yang
meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan meningkatkan permeabilitas
membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam
lumen intestinal
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus tepatnya di jejnum dan
ileum. Bila respon imunitas humoral mukosa usus (IgA) kurang baik maka kuman
akan menembus sel- sel epitel (sel-M merupakan selnepitel khusus yang yang
melapisi Peyer Patch, merupakan port de entry dari kuman ini) dan selanjutnya ke
lamina propria. Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-
sel fagosit terutama makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke peyer patch di ileum distal dan kemudian
kelenjar getah bening mesenterika.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan
suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan
terutama pada sore hingga malam hari.5,7
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1 0C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah,
tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, gangguan mental
berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang
ditemukan pada orang Indonesia. Infeksi traktus urinarius dan metastatis lesi ke
tempat lain seperti tulang, sendi, hati, menings juga dapat terjadi.5,6,7
E. Pemeriksaan Serologi
Widal Tes
Dipstik Tes
Uji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan
mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran
klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan
antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.9
F. Diagnosa Banding
1. DBD
2. Malaria
G. Diagnosa
Demam Tifoid
H. Penatalaksanaan
a) Tirah baring
b) Diet
2. Medikamentosa
a). Kloramfenikol
Dosis : 75-100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 dosis per oral atau parenteral,
sesuai keadaan penderita.
Lama pemberian :
Pemberian obat bila ada tanda tanda resistensi atau intoksikasi kloramfenikol.
Kotrimoksasol:
1. Dosis : trimetropim 6 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
2. Lama pemberian 10 hari
Amoksisilin:
1. Dosis : 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 atau 4 dosis
2. Lama pemberian 10 hari.
c). Kortikosteroid
Indikasi :
Keadaan toksik
Komplikasi berat ( perdarahan / perforasi usus, ensefalitis ).
Untuk ini berikan Deksametason 1 mg / kg BB / hari intravena selama 2-3
hari, kemudian dilanjutkan dengan prednisone 2 mg/kgBB/hari sampai
dengan 2 minggu.
I. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :
1. Komplikasi intestinal
1. Perdarahan usus
2. Perforasi usus
3. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstraintetstinal
1. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
2. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau
koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.
3. Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.
4. Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
5. Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
6. Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan
artritis.
7. Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom
katatoni
J. Prognosis
PENUTUP
Kesimpulan
Saran