Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Klasifikasi hewan didefinisikan sebagai penggolongan hewan ke dalam


kelompok tertentu berdasarkan kekerabatannya, yaitu yang berhubungan dengan
kontiguitas (kontak), kemiripan atau keduanya. Klasifikasi dapat berdasarkan hubungan
evolusi, habitat dan cara hidupnya. Klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi
sejumlah besar ciri-ciri (idealnya seluruh ciri yang dimiliki). Taksonomi hewan
invertebrata adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkatan taksa hewan yang tidak
memiliki tulang belakang. Hewan-hewan ini terdiri dari protozoa, yaitu hewan bersel
satu dan metazoan, yaitu hewan bersel banyak. Kedua jenis hewan ini sangat banyak
berkembang di kehidupan manusia (Darbohoesosdo, 1976).
Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga disebut hewan berongga
karena seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil yang disebut pori. Hewan
ini sederhana karna selama hidupnya menetap pada karang atau permukaan benda keras
lainnya di dasar laut (Kimball, 1990). Porifera merupakan golongan hewan bersel
banyak (metazoa) yang sangat primitif (sederhana). Tubuh Porifera terdiri dari dua
lapisan sel (diploblastik) dengan lapisan luar (epidermis) tersusun atas sel-sel berbentuk
pipih yang disebut pinakosit. Sedangkan pada bagian dalam tersusun atas sel-sel
berleher dan berflagel disebut koanosit dan berfungsi untuk mencernakan makanan
(Hana, 2012). Phylum Porifera terdiri dari tiga kelas, yaitu: Calcarea, Demospongiae,
dan Hexactinellida (Faisal, et al., 2014).
Cnidaria adalah hewan yang tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya
(coelom), yang dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang ada di dalam tubuh yang
disebut coelenteron. Coelenteron merupakan alat yang berfungsi ganda, yaitu sebagai
alat pencerna makanan dan sebagai alat pengedar sari-sari makanan ke seluruh sari-sari
makanan ke seluruh bagian tubuh. Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di
laut maupun di air tawar. Sebagian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni (Jasin,
1992).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Porifera dan Cnidaria, antara lain:


1. Mengenal beberapa anggota Phylum Porifera dan Cnidaria.
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Phylum Porifera dan Cnidaria.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sponges adalah hewan yang termasuk phylum Porifera (Faisal, et al., 2014).
Phylum ini terdiri dari lebih 8500 spesies didistribusikan di seluruh dunia, terutama di
lingkungan laut. Lebih dari 83 % dari spesies termasuk dalam Kelas Demospongiae,
yang sebagian besar hidup dilaut meskipun ada beberapa yang hidup di air tawar
(Jakhalekar & Ghate, 2013). Secara umum sponges terdiri dari beberapa jenis sel yang
menyusun struktur tubuh dan biomassanya. Sel-sel tersebut memiliki fungsi yang
berperan dalam organisasi tubuh sponges. Dinding tubuh sponges terorganisasi secara
sederhana. Lapisan luar dinding tubuh disusun oleh sel-sel pipih yang disebut
pinacocytes. Pada dinding tubuh sponges juga terdapat pori-pori tempat masuknya air ke
dalam tubuh, yang dibentuk oleh porocyte. Sel-sel ini dapat membuka dan menutup
dengan adanya kontraks (Meutia, et al., 2011).
Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya
menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut. Ciri umum porifera adalah susunan
tubuhnya terdiri dari banyak sel, tubuhnya berpori, bentuk tubuh umumnya seperti piala
mirip tumbuhan, umumnya hidup di laut, dan dibagian tubuhnya terdapat rongga besar
yang disebut spongocoel (Hana, 2012). Berdasarkan sifat skeletonnya, Porifera terbagi
menjadi tiga kelas, yaitu:
a. Kelas Calcareae, memiliki ciri-ciri hidup di laut (pantai dangkal), bentuk
tubuhnya sederhana, kerangka tubuh tersusun atas CaCO3, dan koanositnya
besar. Adapun ordonya yaitu Asconosa yang contoh spesiesnya Leucosolenia,
dan Syconosa yang spesiesnya Scypha sp, Sycon getinosum, dan Ceathrina
blanca.
b. Kelas Hyalospongiae, memiliki ciri-ciri, yaitu hidup di laut dalam, kerangka
tubuhnya tersusun atas bahan kersik/silikat (H 2S13O7), spikula berduri 6
(heksason), dan memiliki saluran air sederhana. Adapun ordonya, yaitu
Hexasterophora dan Amphidiscophora. Contoh spesienya adalah Euplectella sp.
dan Hyalonema sp..
c. Kelas Demospongiae, memiliki karakteristik yang umumnya hidup di laut,
beberapa spesies hidup di air tawar, umumnya tidak mempunyai rangka dan
kalau ada rangka terbuat dari kersik, spongin atau campuran dari keduanya. Ordo
dari kelas ini yaitu Carnosa yang spesiesnya Chondrosia, Choristida yang
spesiesnya Geodia sp., dan Epipolasida yang spesiesnya Tethya sp. (Hana, 2012).
Cnidaria disebut juga Coelenterata karena memiliki rongga tubuh yang berfungsi
sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler). Dalam bahasa yunani, cnido berarti
penyengat, karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat
terletak pada tentakel yang terdapat disekitar mulutnya. Cnidaria memiliki struktur tubuh
yang lebih kompleks. Sel-sel Cnidaria sudah terorganisasi membentuk jaringan dan
fungsi dikoordinasi oleh saraf sederhana (Jasin, 1989).
Cnidaria umumnya hidup di laut, hanya beberapa jenis yang hidup di air tawar.
Dalam siklus hidupnya, Cnidaria dapat berbentuk polip, yaitu hidup menempel pada
suatu substrat atau berbentuk medusa yang bebas berenang. Bentuk polip tubuhnya
berbentuk silinder, bagian proksimal melekat, bagian distal mempunyai mulut yang
dikelilingi tentakel. Mulut bermuara ke dalam rongga gastrovaskuler yang berfungsi
untuk mencerna makanan dan mengedarkan sari-sari makanan. Medusa umumnya
berbentuk seperti payung atau lonceng, tentakel menggantung pada permukaan payung.
Tentakel berfungsi untuk menangkap makanan, alat gerak dan mempertahankan diri.
Susunan saraf berupa anyaman sel-sel saraf yang tersebar secara difusi. Cnidaria
merupakan hewan yang belum memiliki anus (Amir & Budiyanto, 1996). Cnidaria
termasuk hewan diploblastis, yaitu memiliki dua lapisan lembaga berupa ectoderm dan
endoderm. Dinding tubuh terdiri atas epidermis dan gastrodermis, dan diantara kedua
lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea. Baik epidermis, maupun gestrodermis
dilengkapi dengan sel-sel jelatang, deman didalamnya terdapat kantung yang berisis
racun dan dilengkapi dengan alat penyengat dan disebut nematosit yang berfungsi
sebagai alat pertahanan, melumpuhkan mangsanya, dan terlibat dalam proses
pencernaan (Sugiarto, 2005).
Cnidaria dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan bentuk yang dominan dalam
siklus hidupnya, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Kelas Hydrozoa berarti
hewan yang sebagian besar memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus
hidupnya. Adapun ciri-ciri hydrozoa secara umum, yaitu hidup di air tawar atau air laut,
cara hidupnya dengan berkoloni, organisme ini mempunyai bentuk tubuh seperti
silinder, dan dapat bergerak di bebatuan untuk menangkap makanan. Setelah berhasil
menangkap makanannya dimasukannya ke dalam tubuh melalui hipostom (mulut),
perkembangbiakannya dilakukan secara aseksual dan seksual, contohnya Hydra sp. dan
Obelia sp. (Sugiarto, 2005).
Kelas Scyphozoa berarti hewan yang memiliki bentuk dominan berupa medusa
dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan Aurelia aurita. Reproduksi
dilakukan secara aseksual dan seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa
secara aseksual. Ciri-ciri Scyphozoa secara umum adalah berukuran besar, hidup di laut,
alat pencernaannya berupa saluran bercabang, bagian tepinya di kelilingi tentakel,
disekitar mulutnya terdapat empat lengan yang dilengkapi dengan nematokist yang
berfungsi untuk melemahkan mangsa, sistem saraf berbentuk anyaman. Scyphozoa
terdiri atas beberapa ordo, yaitu Ordo Straumedusae (Lucernariida), Ordo Cubomedusae
(Carydeida), Ordo Coronatae (Peromedusae), dan Ordo Discomedusae (Sugiarto, 2005).
Kelas Anthozoa memiliki ciri-ciri memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni
seperti bunga. Polip Anthozoa berukuran lebih besar dari dua kelas Cnidaria lainnya.
Hidupnya di laut dangkal secara berkoloni. Anthozoa bereproduksi secara aseksual
dengan tunas dan fragmentasi, serta reproduksi seksual menghasilkan gamet. Ciri-ciri
Scyphozoa secara umum adalah berbentuk mirip bunga, memiliki warna beraneka
ragam, memiliki tentakel dalam jumlah yg banyak,kelipatan 8, hewan ini hidup di air
laut yang jernih, tidak memiliki bentuk medusa dan juga yang berbentuk polip yang
sangat langka (Sugiarto, 2005).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, kaca pembesar, mikroskop
cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah beberapa spesimen
hewan Porifera dan Cnidaria.
B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu:


1. Karakter yang ada pada specimen diamati, digambar, dan dideskripsikan.
2. Spesimen diidentifikasi dengan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi dibuat secara sederhana berdasarkan karakter spesimen yang
diamati.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.

DAFTAR REFERENSI
Amir, I., & Budiyanto, A. 1996. Mengenal Sponge Laut (Demospongiae) Secara Umum.
Oseana, 21(2), pp. 221-223.

Darbohoesodo, R. B. 1976. Penuntun Praktikum Taksonomi Avertebrata. Purwokerto:


Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.

Faisal, M. R., Mujizat, K., Fadjar, S. 2014. Potensi Senyawa Bioaktif Ekstrak Kasar
Bakteri Simbion Sponges sebagai Anthelmintika : Sebuah Uji Pendahuluan. Omni-
Akuatika, 13(19), pp. 77 84.

Hana, B. S. 2012. Zoologi Avertebrata. Jakarta. Universitas Islam Negeri Press.


Jakhalekar. S. S. & H. V. Ghate. 2013. A note on five freshwater sponges (Porifera:
Spongillina: Spongillidae) from Pune, Maharashtra, India. Journal of Threatened
Taxa, 5(9), pp. 43924403.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Surabaya: Sinar
Wijaya.

Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Kimball, J. W. 1990. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Meutia, S., Soedharma, D., & Hefni, E. 2011. Morfologi dan Biomassa Sel Sponges
Aaptos Aaptos dan Petrosia Sp. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 3(2),
pp. 153-161.

Sugiarto, S. 2005. Avetebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai