FAKULTAS HUKUM
Diajukan Oleh :
14/366562/HK/20043
YOGYAKARTA
2017
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Usulan penelitian untuk penulisan hukum ini telah disetujui oleh Dosen
Pembimbing, pada hari tanggal
Penyusun
14/366562/HK/20043
Menyetujui
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 11
D. Keaslian Penelitian .............................................................................................. 12
E. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 14
BAB II .............................................................................................................................. 16
A. Tinjauan Umum Peraturan Daerah ................................................................. 16
1. Pengertian Peraturan Daerah ................................................................................ 16
2. Kewenangan Pembentukan Peraturan Daerah ..................................................... 19
3. Asas Pembentukan Peraturan Daerah .................................................................. 24
B. Tinjauan Umum tentang Pelayanan Publik .................................................... 26
1. Negara Kesejahteraan (Welfare State) ................................................................. 26
2. Pengertian Pelayanan Publik ................................................................................ 30
3. Hakekat dan Asas-Asas Pelayanan Publik ........................................................... 33
4. Penyelenggaraan Pelayanan Publik ...................................................................... 35
5. Standar Pelayanan Publik ..................................................................................... 36
6. Pelayanan Publik dan Desentralisasi .................................................................... 36
C. Tinjauan Umum tentang Penyelenggaraan Perparkiran di Kota
Yogyakarta ......................................................................................................... 37
1. Pengertian Perparkiran ......................................................................................... 37
2. Hak dan Kewajiban Pemerintah Kota Sebagai Penyelenggara Perparkiran di Kota
Yogyakarta ........................................................................................................... 38
3. Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa Parkir ........................................................... 43
4. Dinas-Dinas yang Terkait dengan Penyelenggaraan Perparkiran ........................ 45
D. Tinjauan Umum tentang Parkir di Tempat Khusus Parkir .......................... 58
1. Dasar Hukum Penyelenggaraan Penarikan Tarif Parkir di Tempat Khusus Parkir
di Kota Yogyakarta. ............................................................................................. 58
2. Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir ................................................................. 63
3. Petugas Parkir Sebagai Operator Penyelenggaraan Perparkiran di Lapangan. .... 64
4. Hak dan Kewajiban Pengelola Parkir Tempat Khusus Parkir .............................. 65
BAB III............................................................................................................................. 67
A. Sifat Penelitian ..................................................................................................... 67
B. Jenis Penelitian .................................................................................................... 68
C. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 73
D. Analisis Data ........................................................................................................ 73
E. Daftar Pustaka ..................................................................................................... 74
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
daerah tersebut memiliki hak dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri
dengan Undang-Undang.
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan
umum.2
1
Pasal 18 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
2
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Perubahannya
4
Perkembangan yang paling bermakna untuk dicatat dalam upaya pembangunan
otonomi daerah adalah momentum yang baik bagi terlaksananya upaya pencegahan
melalui otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan dan tanggung jawab
untuk mengambil peran dalam urusan pemerintahan yang bersifat pilihan, baik di
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.3 Hubungan wewenang,
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
2014, Pemerintah daerah memiliki ruang kebijakan yang luas untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi masyarakat dan aspirasi yang berkembang. Oleh
3
Irawan Soejitno, 1990, Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, Rineka Cipta,
hlm. 60.
5
karenanya, pemerintah daerah sedang berupaya untuk mengatasi berbagai masalah
pembantuan.
yang dapat diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah, terlebih sejak
daerah.4
Menimbang bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu
daerah, maka pungutan daerah yang berupa pajak dan retribusi diatur dengan
4
Marihot Siahaan Pahala, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Berdasarkan Undang-Undnag
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, edisi Revisi, Rajawali Pers,
Jakarta, hlm 1.
6
Daerah. Sesuai dengan undang-undang tersebut, daerah diberi kewenangan-
kewenangan untuk memungut 16 (enam belas) jenis pajak, yaitu 5 (lima) jenis pajak
kabupaten/kota juga masih diberi kewenangan untuk menetapkan jenis pajak lain
undang tersebut juga mengatur tarif pajak maksimum untuk 16 (enam belas) jenis
prinsip-prinsip dalam menetapkan jenis retribusi yang dapat dipungut daerah. Baik
ini daerah tidak boleh menambah jenis pungutan selain yang diatur dalam undang-
Kota Yogyakarta memungut 8 (delapan) jenis retribusi dari 14 (empat belas) yang
usaha, pemerintah Kota Yogyakarta memungut 5 (lima) dari 13 (tiga belas) yang
kondisi, potensi dan kemampuan. 5 (lima) retribusi jasa usaha tersebut meliputi
5
Pasal 2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
6
Penjelasan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 5 Tahun 2012
7
Penjelasan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 4 Tahun 2012
7
retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi terminal, retribusi tempat khusus
parkir, retrubisu rumah potong hewan, dan retribusi penjualan produksi usaha
daerah. 8
Salah satu dari 5 (lima) jenis retribusi tersebut adalah retribusi pelayanan parkir
di tempat khusus parkir. Retribusi ini memiliki potensi yang besar, mengingat
19 Tahun 2009 tentang Retribusi Parkir di Jalan Umum dan Perda Nomor 4 Tahun
2012 tentang Retribusi Jasa Usaha yang didalamnya mengatur mengenai retribusi
positif bagi pemerintah dalam hal pemasukan memalui sektor retribusi. Kebutuhan
akan lahan parkir di Kota Yogyakarta sangat tinggi, ini dapat dilihat dengan
banyaknya kendaraan bermotor baik kendaraan bermotor yang berasal dari Kota
Yogyakarta ataupun daerah lainnya. Kemacetan lalu lintas saat ini sudah menjadi
pemandangan yang tidak asing lagi bagi warga Kota Yogyakarta. Hampir di seluruh
wilayah Kota Yogyakarta akan dijumpai dengan mudah lokasi yang dijadikan
Realitas yang terjadi dilapangan walaupun sudah diatur dengan tegas, pada
8
Pasal 2 Perda Kota Yogyakarta No. 4 Tahun 2012
8
ketidaksesuaian antara fakta di lapangan dengan standar normatif sebagaimana
telah diatur dalam Perda. Contohnya adalah ketika terdapat banyaknya masyarakat
yang mengeluhkan tentang pelayanan para juru parkir yang dinilai masih kurang
Permasalahan mulai timbul yang lahir dari buruknya aspek moralitas aparatur di
lapangan yang tidak terlalu sulit untuk kita temukan. Sudah tidak menjadi rahasia
umum di Yogyakarta, bahwa juru parkir sering tidak memberikan karcis parkir
karcis usang atau rusak yang telah dipakai sebelumnya, selain itu di beberapa
tempat terdapat pula juru parkir yang meminta bayaran melebihi tarif yang
semestinya. Hal ini didukung dengan tidak adanya informasi tarif parkir di area
tempat khusus parkir yang akhirnya memberi peluang bagi juru parkir untuk
Masalah tarif parkir ini menambah daftar persoalan di sektor pariwisata Kota
Yogyakarta. Kasus ini menjadi perhatian banyak pihak setelah sang pengguna
parkir yang tak jarang adalah wisatawan dari luar kota yang sering mendapatkan
karcis parkir dengan keadaan sudah dirusak dengan cara angka tarif dicoret dan
diganti tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Keberadaan juru parkir nakal
perilaku tak terpuji itu berpotensi membuat para wisatawan enggan berkunjung ke
Yogyakarta.
9
Dengan adanya tidak kesesuaian antara fakta di lapangan dengan standar
normatif sebagaimana telah diatur dalam Perda, hal ini menunjukkan bahwa Kota
Yogyakarta yang dikenal sebagai salah satu destinasi favorit di Indonesia, masih
yang ada menjadi tema penelitian penulisan hukum ini yang berjudul
Atas dasar pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini penting
dilakukan agar dapat diungkapkan realitas penerapan perda tentang retribusi tempat
khusus parkir terhadap penerapan tarif parkir sepeda motor di Kota Yogyakarta.
menyimpang dengan praktek penerapan tarif parkir sepeda motor yang tidak sesuai
B. Rumusan Masalah
Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha terhadap penerapan tarif parkir
Daerah Kota Yogyakarta No. 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Usaha
10
terhadap penerapan tarif parkir sepeda motor di tempat khusus parkir
sepeda motor?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Subyektif
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas
2. Tujuan Obyektif
Yogyakarta.
Yogyakarta.
11
menyelesaikan masalah pengenaan tarif parkir sepeda motor di
D. Keaslian Penelitian
Universitas Gadjah Mada, penelitian yang dilakukan oleh penulis belum pernah
diteliti dan ditulis oleh penulis sebelumnya. Penelitian dan penulisan yang
dengan tarif parkir ada beberapa, namun dari sekian yang ada mempunyai rumusan
masalah dan lokasi penelitian yang berbeda dengan yang dilakukan oleh penulis.
Adapun penelitian dan penulisan terkait tarif parkir antara lain telah dilakukan oleh
9
Danang Rusmandoko, 2006 Penegakan Hukum Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2002
tentang Penyelenggaraan Perparkiran Khususnya Penyelenggaraan Parkir di Tepi Jalan Umum
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Kota Yogyakarta.
12
khusus parkir, yang berlokasi pada Tempat Khusus Parkir Sriwedani dan
pada Tempat Khusus Parkir Sriwedani dan Tempat Khusus Parkir Ngabean.
10
Ganjah Pulungjati, 2006, Peranan Dinas Perhubungan dalam Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum di Wilayah Kota Yogyakarta.
11
Isnaini Raharjo, 2006, Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta dalam Usaha
Mewujudkan Kenyamanan dan Keamanan bagi Pengguna Jasa Parkir di Kota Yogyakarta.
13
khusus parkir, yang berlokasi pada Tempat Khusus Parkir Sriwedani dan
berlokasi pada Tempat Khusus Parkir Sriwedani dan Tempat Khusus Parkir
Ngabean.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
12
Deri Arkiyoga, 2006, Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan
Umum di Luar Kawasan Candi Borobudur Kabupaten Magelang dalam Kaitannya dengan Asas
Kepastian Hukum.
14
b. Untuk mengembangkan teori dan keilmuan hukum serta menambah
masalah
masalah.
3. Bagi Masyarakat
dialaminya.
15
4. Bagi Pihak Lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah menjelaskan bahwa peraturan daerah adalah Perda Provinsi dan Perda
16
Kabupaten.13 Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dalam hierarki dengan
13
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
14
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
17
memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Hal ini dijelaskan dalam Undang-
Undang tentang Pemerintahan Daerah. Mengenai materi muatan yang diatur dalam
tiap peraturan daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi serta penjabaran lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan dan juga untuk menampung kondisi khusus
daerah tersebut.15
Daerah (DPRD) serta gubernur atau bupati atau walikota. Apabila dalam satu kali
masa sidang gubernur atau bupati atau walikota dan DPRD menyampaikan
rancangan peraturan daerah dengan materi muatan yang sama, maka yang dibahas
rancangan peraturan daerah yang disampaikan oleh gubernur atau bupati atau
pidana sebagaimana yang dimaksud berupa ancaman pidana kurungan paling lama
6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan harus pula disesuaikan dengan yang telah diatur dalam peraturan
ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam menyiapkan satu materi
15
Pasal 14 Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
18
peraturan daerah. Dalam penyusunan Prolegda Provinsi, penyusunan daftar
Kabupaten/Kota.17
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. hal ini diatur
secara jelas dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 pada Pasal 18 Ayat (6). Pengaturan tersebut menjadi dasar kewenangan dapat
dan tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
16
Pasal 35 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
17
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan
19
perundang-undangan yang lebih tingi dalam hierarki dengan memperhatikan ciri
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yang disebut sebagai
otonom bukanlah lah itu ditetapkan dalam konstitusinya, akan tetapi masalah itu
kesatuan, tetapi otonomi dalam arti umum dan dogmatis juga terdapat dalam negara
dengan pendapat Hellmut Wollman tentang apa yang disebutnya sebagai local
18
Abdurrahman, 1987, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, Jakarta, Media Sarana
Press, hlm. 21
19
Sri Sumantri, 1981, Pengantar Pebandingan Antar Hukum Tata Negara, Jakarta, Rajawali, hlm.
52
20
Amrah Muslimin, 1978, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Bandung, Alumni, hlm, 17
21
I Dewa Gede Palguna, 2008, Mahkamah Konstitusi, Judicial Review, dan Welfare State, Jakarta,
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, hlm. 202
20
a. Pertama, berdasarkan perkembangan sejarahnya, konsep-konsep dan
b. Kedua, konsep dari lensa analitis (analytical lens) terhadap local welfare
21
pengertian yang lebih jelas karena riset komparatif internasional
daerah merupakan suatu hal yang esensi dalam suatu negara kesatuan karena sudah
masyarakat, akan tetapi harus pula diingat bahwa otonomi itu dalam negara
yakni jangan sampai hal tersebut justru mengancam keutuhan dari negara kesatuan
itu sendiri. Sebagai suatu daerah otonom, maka pemerintah daerah mempunyai
diterimanya, tidak lebih dari itu.22 Sebuah daerah otonom dapat dinilai indikator
sendiri
22
Abdurrahman, op. cit., hlm 58
23
Arif Nasution, 2000, Demokrasi dan Problema Otonomi Daerah, Bandung, Mandar Maju, hlm
87
22
Pelaksanaan otonomi di Indonesia dalam rangka penyelenggaraan
Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk
Republik Indonesia.
pemerintah daerah.
Dalam ketentuan ini, terdapat urusan yang menjadi bidang urusan pemerintah yang
urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah baik itu wajib atau pilihan harus ditetapkan pengaturan lebih
23
lanjutu dalam peraturan daerah yang bersangkutan dan urusan pemerintahan
tersebut menjadi dasar penyusunan susunan organisasi dan tata kerja perangkat
penyelenggaraan urusan pemerintah yang wajib dan pilihan. Sesuai kondisi riil di
daerah maka tidak semua urusan pemerintahan sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah nomor 38 Tahun 2007, diatur pula dalam kedua Peraturan
Daerah tersebut.
telah diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, antara lain:25
24
Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota.
25
Pasal 5 dan Bagian Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan
24
b. Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat : bahwa setiap
hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak
berwenang.;
c. Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan : bahwa dalam
bernegara;
undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang
25
g. Asas keterbukaan : bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-
Pemikiran mengenai perlu dibentuknya negara hukum muncul pada abad 17.
seperti yang terjadi di Perancis oleh rezim monarki absolut raja Louis XIV dan di
kekuasaan negara diawali oleh John Locke dengan teorinya yang membagi
Montesquieu ini diperlukan untuk menjamin terlindunginya hak asasi warga negara
26
W. Riawan Tjandra, 2008, Hukum Administrasi Negara, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta,
hlm 1
26
dan mencegah praktek kekuasaan absolut. Pemikiran-pemikirian mengenai
negara hukum yang dikenal adalah konsep negara hukum klasik versi Eropa dan
(wetmatig bestuur)
hak asasi warga negara, maka harus ada pengadilan administrasi yang
menyelesaikannya.
negara memiliki peranan yang jauh lebih besar di segala lapangan kehidupan
untuk tunduk pada aturan-aturan hukum yang menjamin dan melindungi hak-hak
dari warganya dalam kehidupan sipil, politik, sosial, ekonomi, maupun budaya.
Pengertian ini diartikan bahwa hukum haruslah ditempatkan sebagai aturan main
27
Ibid, hlm 3
27
Konsep negara kesejahteraan (Welfare State) menempatkan peran negara yang
tidak hanya terbatas sebagai penjaga ketertiban semua, akan tetapi negara juga
dimungkinkan untuk ikut serta dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Dalam
kesejahteraan setiap warganya. Untuk mewujudkan tersebut, negara harus ikut serta
dalam mengatur segala aspek kehidupan masyarakat. Hal ini juga telah sesuai
4. Asas demokrasi;
masyarakat.
28
Ibid, hlm 15
28
sebagai tanggung jawab pemerintah agar dapat disebut sebagai suatu negara hukum,
Negara indonesia adalah negara hukum sekaligus juga menganut paham negara
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD, menurut asas otonomi dan tugas
1945.29
(Welfare State), maka negara atau pemerintah mempunyai tangung jawab untuk
29
Siswanto Sunarno, 2006, Hukum Pemerintahan Daerah di indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Hlm 5.
30
Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, hlm. 14
29
pemerintah terlibat aktif dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, sebagai
keamanan (rust en orde).31 Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa konsep
pelayanan umum atau biasa disebut dengan pelayanan publik. Pelayanan publik ini
mencakup aspek pengertian kehidupan yang sangat luas, negara dalam hal ini
pemerintah memiliki fungsi memberikan pelayanan bagi warganya, baik itu mulai
keamanan, dll.
ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia.32 Menurut Sampara Lukman, pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan
kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseoran dengan orang lain
31
Ibid, hlm 15.
32
L.P. Sinambela, 1992, Ilmu dan Budaya Perkembangan Ilmu Administrasi Negara, Bumi
Aksara, Jakarta, hlm 198
30
atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan.33 Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan adalah perihal atau
imbalan.34 Istilah publik berasal dari bahasa Inggris public, yang berarti umum,
Indonesia baku menjadi publik yang berarti orang banyak (umum), semua orang
yang datang.35 Sedagkan Inu, dkk., mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia
yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan sikap, dan tindakan yang
benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang merasa memiliki.36 Oleh karena
itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.37 Sedangkan
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan.38
33
Sampara Lukman, 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan, STIA LAN Press, Jakarta, hlm 6
34
Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, hlm.646
35
Ibid, hlm 902
36
Inu Kencana Syafiie, 1999,, Ilmu Administrasi Publik, Rineka Cipta, Jakarta, hlm 17
37
Ibid
38
Agung Kurniawan, 2005, Transformasi Pelayanan Publik, Pembaruan, Yogyakarta, hlm 4
31
Istilah pelayanan publik menurut Yeremis T. Keban, secara konseptual juga
tunggal yang berkuasa atau sebagai regulator yang aktif dan selalu berinisiatif
dalam mengatur atau mengambil langkah dan prakarsa yang menurut mereka
penting atau baik untu masyarakat karena diasumsikan bahwa masyarakat adalah
pihak yang pasif, kurang mampu, dan harus tunduk dan menerima apa saja yang
diatur pemerintah.39
masyarakat.40
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ pelayanan administratif yang
daerah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota. Berdasarkan organisasi yang
39
Yeremis T. Keban,2008, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori, dan Isu,
Gava Media, Yogyakarta, hlm 4
40
Adrian Sutedi, 2009 Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm 78
41
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
32
a. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah
Dalam suatu negara hukum, tugas negara dalam dimensi pelayanan publik
42
Ismail Mohammad, 2004, Pelayanan Publik dalam Era Desentralisasi, Lembaga Administrasi
Negara, Republik Indonesia, hlm. 15
33
ketertiban administrasi negara di dalamnya.43 Asas-asas dalam pelayanan publik
diinginkan.
43
SF. Marbun, 1981, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press,
Yogyakarta, hlm 105
44
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
34
i. Akuntabilitas yaitu proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat
undangan.
masyarakatnya. Ini sejalan dengan paham negara kesejahteraan yang dianut oleh
negara kita, dimana negara tidak hanya berfungsi untuk menjaga dan memelihara
keamanan dan ketertiban saja, akan tetapi juga turut campur hampir di seluruh
a. Kesederhanaan;
b. Kejelasan;
c. Kepastian Waktu;
35
d. Akurasi;
e. Keamanan ;
f. Tanggung Jawab;
h. Kemudahan Akses;
j. Kenyamanan.
ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Standar pelayanan yang
dibuat dapat dipenuhi, jelas, dan mudah dimengerti oleh pemberi dan penerima
layanan.
Pelaksanaan otonomi daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun
perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan
kebutuhannya.
36
Otonomi daerah merupakan suatu hal yang telah lama direkomendasikan oleh
para akdemisi dalam forum-forum ilmiah dan didambakan oleh para akademisi
dalam forum-forum ilmiah dan ditambahkan oleh para praktisi dan birokrat daerah.
Akan tetapi setelah pelaksanaan otonomi daerah, masyarakat banyak yang kecewa
memakan waktu dan biaya yang tinggi. Dengan adanya desentralisasi, pemerintah
untuk mampu memberikan pelayanan yang lebih berkualitas, dalam arti lebih
jawab.45
Yogyakarta
1. Pengertian Perparkiran
45
Dr. Ismail Mohammad, Op.cit
37
b. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pengguna jasa parkir dan
masyarakat;
Parkir dapat digunakan sebagai salah satu manajemen lalu lintas kota, karena
bermotor setiap hari tentu saja pengelolaan parkir yang tepat dan efektif mutlak
anggaran daerah sedangkan efektif dapat kita artikan sebagai dapat dirasakan
manfaar serta tepat sasaran. Parkir di Kota Yogyakarta juga telah mampu
memberikan kontribusi bagi Pendapat Asli Daerah (PAD) tiap tahunnya, dan
Nomor 18 Tahun 2009, yang dimaksudkan dengan parkir adalah kendaraan berhenti
Kota Yogyakarta
46
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, Kamus Besar Bahsa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, hlm 649
47
Pasal 1 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perparkiran
38
a) Menyelenggarakan tempat parkir
Tepi Jalan Umum, Tempat Khsuus Parkir dan Parkir tidak Tetap. Serta
Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 Pasal 3 Aya (1) yang
memperhatikan:
39
parkir, dinyatakan dengan rambu parkir, dan atau marka parkir. Dalam
Pasal 2 ini juga menetapkan lokasi parkir menjadi dua kawasan, yaitu:
40
Jl. Kusumanegara; Jl. Gayam;
Tahun 2009 Pasal 4 Ayat (1) yang berbunyi: Walikota atau Pejabat yang
41
ditunjuk, menugaskan Juru Parkir dengan Surat Tugas., dan Ayat (2)
dan b;
42
e) Melakukan penegakan terhadap adanya pelanggaran Perda terkait
Penyelenggaraan Perparkiran
yang berbunyi:
a) Mematuhi semua tanda-tanda parkir dan atau petunjuk yang ada, berupa:
b) Meminta karcis parkir resmi sebagai tanda bukti pada saat akan parkir;
43
Kewajiban yang lain juga diatur dalam Pasal 21, yang menyatakan bahwa:
Setiap pemilik dan atau pengemudi kendaraan roda empat atau lebih yang
memarkir kendaraan di badan jalan secara tetap atau rutin dilokasi yang sama, wajib
mendapatkan izin dari Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dengan pertimbangan
tertentu. Dalam Pasal 22 terdapat larangan bagi pengguna jasa parkir atau
tempat yang tidak dinyatakan dengan rambu parkir, dan/atau marka parkir;
(2) Ruas jalan yang dapat dipergunakan sebagai tempat parkir dinyatakan
(3) Setiap pemilik dan atau pengemudi kendaraan dilarang parkir berlapis di
Dengan adanya kewajiban yang dilaksanakan pengguna jasa parkir maka akan
ada timbulnya hak. Hak yang didapatkan oleh pengguna jasa parkir dalam
Ketersediaan tempat parkir yang cukup dapat dilihat dari adanya rambu atau
44
2) Mendapatkan pelayanan yang memuaskan atau maksimal dari juru parkir.
Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 yang secara jelas mengatur
tentang jaminan hak bagi pengguna jasa parkir adalah Pasal 17 dan 18. Dalam
Pasal 17 dan 18 diatur mengenai ketentuan ganti rugi atas kehilangan. Pasal
17 yang terdiri dari 5 (liam) ayat menjadi landasan jaminan hukum bagi
pengguna jasa parkir. Pasal 17 mengatur tentang ganti rugi atas kehilangan
yang terjadi di tepi jalan umum, sedangkan pada Pasal 18 mengatur tentang
ganti rugi atas kehilangan yang terjadi di tempat khusus parkir milik
khusus parkir tersebut, maka ganti rugi atas kehilangan menjadi tanggung
45
Penyelenggaraan perparkiran di Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta.
a) Dinas Perhubungan
48
Pasal 14 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan,
Susunan, Kedudukan, dan Tugas Pokok Dinas Daerah
46
Nomor 10 Tahun 2008. Dinas Perhubungan Kota
perhubungan;
3) Susunan Organisasi
Seksi Angkutan
47
3. Bidang Perparkiran, terdiri dari:
48
Khusus Parkir Malioboro I, dan Tempat Parkir
Malioboro II.
perparkiran.49
Daerah.
49
Pasal 18 Peraturan Walikota Yogyakarya Nomor 80 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi,
Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.
49
3) Susunan Organisasi
dari:
terdiri dari:
Pariwisata;
Wisata.
50
1. Seksi Pembinaan dan Pelestarian Nilai-Nilai
Budaya;
Cagar Budaya.
f. UPT;
tertentu.
51
Penyelenggaraan perparkiran yang dilaksanakan
Malioboro.
tugas:50
laporan;
kewenangan UPT;
50
Pasal 6 Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pembentukan, Susunan,
Kedudukan, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro
pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta
52
5. Melakukan pembinaan, pengawasan,
kawasan Malioboro;
53
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian tempat
parkir swasta;
jalan umum;
parkir;
perparkiran;
parkir.
54
2) Tugas dan Fungsi Dinas Pengelolaan Pasar
pelaporan.
Yogyakarta
dari:
Pelaporan.
2. Seksi Kebersihan;
55
3. Seksi Keamanan.
Pasar;
Pemasaran.
e. UPT;
d) Dinas Ketertiban
Sekretaris Daerah.
56
Walikota Nomor 88 tentang Fungsi, Rincian Tugas, dan
yustisi.
Pelaporan.
57
5. Seksi Operasional.
3. Seksi Ketentraman;
4. Seksi Ketertiban;
dari:
3. Seksi Penyidikan;
Perundang-Undangan;
Sipil.
k. UPT;
58
diantaranya yaitu Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18
59
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009
51
Pasal 3 Ayat (2) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perparkiran
52
Pasal 1 butir 10 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perparkiran
60
yang berada di Ruas Jalan Malioboro dan Jalan Ahmad Yani.
61
parkir. Tempat Khusus Parkir Swasta adalah tempat parkir yang
dimiliki oleh swasta yang dikelola oleh orang pribadi atau badan.
dengan ruas jalan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) dan (4)
Sriwedani;
Hasyim;
62
h. Lokasi tempat parkir di dalam pasar dan pelataran pasar yang
Tabel 1
sebagai berikut:54
53
Lampiran III Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
Usaha
54
Ibid, hlm 21
63
Tabel 2
Perparkiran di Lapangan.
perlengkapan lainnya;
perlengkapannya;
55
Pasal 1 butir 13 Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perparkiran
64
c. Menjaga kebersihan, keindahan, dan kenyamanan
lingkungan parkir;
Parkir
Tabel 3
khusus parkir:
Tabel 2
65
Dari tabel pembagian pendapatan antara pemerintah dengan
66
Kewajiban dari pengelola parkir didalam Peraturan Daerah Kota
Perparkiran adalah:
perlengkapannya;
Daerah;
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sifat Penelitian
yuridis empiris yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan
67
Implementasi Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 4 Tahun 2012 tentang
& Kawasan II Kota Yogyakarta (Studi Kasus : TKP Sriwedani & TKP
secara tepat.
B. Jenis Penelitian
yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan
56
Soerjono Soekanto, 2005, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 12
68
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang
Daerah;
Publik;
1) Hasil-hasil penelitian
penulisan hukum
69
5) Buku-buku terkait yang mendukung dan artikel-artikel berita
2. Penelitian Lapangan
lokasi penelitian.58
a. Jenis Data
data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
57
Ibid, hlm 52
58
Ibid, hlm 12
70
yang dibutuhkan dengan penulisan. Data primer diperoleh melalui
b. Lokasi Penelitian
59
Ibid, hlm. 196
71
Sedangkan, jenis sampel yang dipilih adalah purposive
Yogyakarta
Yogyakarta
a. Petugas Parkir
60
Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 87-91
72
C. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah
diajukan.
D. Analisis Data
61
Ronny Hanitjo Soemitro, 1994, Metodologi Penulisan dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,
hlm 157
73
Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif dan
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.62
E. Daftar Pustaka
A. Buku
62
Lexy J. Meleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
hlm 3
74
Meleong, Lexy J, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.
Remaja Rosdakaya.
Mohamad, Ismail, 2004, Pelayanan Publik dalam Era Desentralisasi,
Republik Indonesia : Lembaga Administrasi Negara.
B. Peraturan Perundang-undangan
75
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
C. Makalah
76
Rusmandoko, Danang, 2006, Penegakan Hukum Peraturan Daerah
Nomor 17 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Perparkiran
Khususnya Penyelenggaraan Parkir di Tepi Jalan Umum oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Kota Yogyakarta., Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada
Pulungjati, Ganang, 2006, Peranan Dinas Perhubungan dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum di
Wilayah Kota Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
77