Anda di halaman 1dari 3

HIV / AIDS TANPA

KOMPLIKASI
No. Dokumen :

SOP No. Revisi :

Tanggal Terbit :

Halaman : 1/3
UPT PUSKESMAS dr. Imelda L. M.Pasaribu
AIR MOLEK
NIP.198001172009042002
1. Pengertian Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam
Indonesia dan banyak negara di dunia serta menyebabkan krisis
multidimensi. Berdasarkan hasil estimasi Departemen Kesehatan
tahun 2006 diperkirakan terdapat 169.000-216.000 orang dengan
HIV dan AIDS di Indonesia.
2. Tujuan 1. Sebagai acuan bagi petugas di dalam penatalaksanaan kasus
HIV / AIDS tanpa komplikasi di UPT Puskesmas Air Molek
2. Mengupayakan penanganan HIV / AIDS tanpa komlikasi yang
cepat dan tepat
3. Mencegah komplikasi.
3. Kebijakan Surat keputusan Kepala Puskesmas tentang pemberlakuan SOP di
Puskesmas Air Molek
4. Referensi KMK No 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur/Langka 1. Anamnesis (subjective)
h-langkah Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau
keluhan tertentu. Pasien datang dapat dengan keluhan:
- Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau intermiten
lebih dari satu bulan.
- Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari satu
bulan.
- Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari
berat badan dasar.
- Keluhan lain bergantung dari penyakit yang menyertainya.
Faktor Risiko
- Penjaja seks laki-laki atau perempuan
- Pengguna NAPZA suntik
- Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-
laki dan transgender
- Hubungan seksual yang berisiko atau tidak aman
- Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular
seksual (IMS)
- Pernah mendapatkan transfusi darah
- Pembuatan tato dan atau alat medis/alat tajam yang
tercemar HIV
- Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
- Pasangan serodiskordan salah satu pasangan positif
HIV
2. Pemeriksaan fisik dan penunjang sederhana (objective)
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
Berat badan turun
Demam
- Kulit
Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya
kulit kering dan dermatitis seboroik
Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau
jaringan parut bekas herpes zoster
- Pembesaran kelenjar getah bening
- Mulut: kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, keilitis
angularis
- Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat infeksi paru
- Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau massa
- Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks, duh vagina atau
uretra
- Neurologi: tanda neuropati dan kelemahan neurologis

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Hitung jenis leukosit :
Limfopenia dan CD4 hitung <350 (CD4 sekitar 30% dari
jumlah total limfosit)
b. Tes HIV menggunakan strategi III yatu menggunakan 3
macam tes dengan titik tangkap yang berbeda, umumnya
dengan ELISA dan dikonfirmasi Western Blot
c. Pemeriksaan DPL
2. Radiologi: X-ray torak
3. Terdapat dua macam pendekatan untuk tes HIV
1. Konseling dan tes HIV sukarela (KTS-VCT = Voluntary
Counseling and Testing)
2. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan
(TIPK PITC = Provider-Initiated Testing and Counseling)

3. Penegakan diagnosis (assessment)


Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan hasil tes HIV. Stadium klinis harus dinilai pada saat
kunjungan awal dan setiap kali kunjungan

2/3
4. Penatalaksanaan komprehensif (plan)
Tatalaksana HIV di layanan tingkat pertama dapat dimulai
apabila penderita HIV sudah dipastikan tidak memiliki
komplikasi atau infeksi oportunistik yang dapat memicu
terjadinya sindrom pulih imun. Evaluasi ada tidaknya infeksi
oportunistik dapat dengan merujuk ke layanan sekunder
untuk pemeriksaan lebih lanjut karena gejala klinis infeksi
pada penderita HIV sering tidak spesifik.
Untuk memulai terapi antiretroviral perlu dilakukan
pemeriksaan jumlah CD4 (bila tersedia) dan penentuan
stadium klinis infeksi HIV.
6. Unit terkait Pendaftaran, Poli Umum, Poli Anak, Ruang Ibu, Apotek,
Laboratorium, Gizi
7. Rekam Historis Perubahan
No. Halaman Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
diberlakukan

3/3

Anda mungkin juga menyukai