Anda di halaman 1dari 45

PENGARAHAN & OVERVIEW

PROGRAM MALARIA

PERTEMUAN MICROPLANING
14 JULI 2017

DINAS KESEHATAN PROVINSI RIAU


KOMITMEN NASIONAL,
REGIONAL DAN GLOBAL
Komitmen Nasional
Presiden Soekarno membentuk Komando Pembasmian Malaria
(KOPEM) pada tahun 1959 Hari Kesehatan Nasional
Presiden SBY pada HMS I (2008) menyatakan untuk eliminasi
malaria tahun 2030 kepmenkes tentang Eliminasi Malaria (2009).
Pembentukan FNGM tahun 2012 yang disaksikan pengukuhannya
oleh Wapres Budiono
Indikator dalam RPJMN 2015-2019 dan Program Prioritas / Janji
presiden 2015-2019
Komitmen Regional

Negara negara ASEAN bersama dengan United States, Japan,


China, Republic of Korea, India, Australia dan New Zealand.
APLMA dibentuk pada the 2013 East Asia Summit.
Mempercepat pengendalian malaria menuju eliminasi di
kawasan Asia Pasifik pada tahun 2030.
Komitmen Global

Resolusi WHA 60/ 2007 :


Eliminasi Malaria
Salah satu SDGs : 3.3 By
2030, end the epidemics of
AIDS, tuberculosis, malaria
and neglected tropical
diseases and combat
hepatitis, water-borne
diseases and other
communicable diseases.
WHA 68 (2015) : Global
Technical Strategy for
Malaria 2016-2030
Kebijakan dan Strategi
KOMPONEN PENGENDALIAN MALARIA

Promotif Preventif Kuratif

Media KIE :
Kelambu
cetak, Diagnostik :
elektronik Mikroskop dan
IRS
(TV/Radio RDT
Spot),medsos
Larvasida
Pengobatan :
Repellen
Pemberdayaan ACT, Primakuin
Kemoprofilaksis
masyarakat
Kebijakan Pengendalian Malaria
1. Pengendalian malaria dilaksanakan sesuai dengan azas
desentralisasi yaitu kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen
program
2. Promosi program dilakukan dengan memanfaatkan Forum
Kemitraan Nasional Gebrak Malari dan Memperkuat inisiatif Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat. (Posmaldes, JMD).
3. Pencegahan penularan malaria melalui manajemen vektor terpadu
dan upaya yang lain yang terbukti efektif, efisien, praktis dan aman.
4. Diagnosis Malaria harus dilakukan dengan konfirmasi Laboratorium
mikroskop atau tes diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test /RDT)
5. Pengobatan menggunakan Terapi kombinasi berbasis Artemisin
(Artemisinin Based Combination Therapy /ACT) sesudah konfirmasi
laboratorium.
6. Layanan tatalaksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh
fasilitas Pelayanan Kesehatan dan dilakukan secara terintegrasi ke
dalam sistem layanan kesehatan dasar
Strategi Spesifik program malaria

1. AKSELERASI : Pengendalian dengan Cakupan Seluruh Wilayah (Universal


Coverage) Dengan Endemisitas Tinggi (Papua, Papua Barat, Maluku dan NTT)
Kegiatan utama :
Kampanye kelambu berinsektisida secara massal
IRS di desa dengan API > 20 .
Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit perluasan layanan

2. INTENSIFIKASI : Pengendalian di daerah dengan focus-focus penularan diluar KTI.


Kegiatan utama :
Kelambu berinsektisida untuk focus/kelompok berisiko tinggi
Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit
IRS pada KLB
Penemuan kasus aktif

3. ELIMINASI dan PEMELIHARAAN : pada daerah dengan endemisitas rendah


dan bebas.
Kegiatan utama :
Penemuan Dini - Pengobatan tepat dan komplit serta jejaringnya
Penguatan surveilans migrasi
Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
Penemuan kasus aktif - MBS
Milestone Pencapaian Eliminasi Malaria
di Indonesia

2025 2027
Semua Semua
kab/kota provinsi
Target : 300
2030
kab/kota
Eliminasi
2019 malaria
nasional
Target : 265 2018
Target : kab/kota
Target : 285
225
kab/kota
2017 kab/kota
Capaian : 2016
232
kab/kota Target : 245 kab/kota
Capaian : 247 kab/kota
2015
SKEMA PENTAHAPAN ELIMINASI
MALARIA
MASUK TAHAP PEMELIHARAAN

MASUK TAHAP PRA ELIMINASI MASUK TAHAP ELIMINASI

Kasus
Indigenous nol
SPR < 5% < 1 kasus/1000
dari malaria penduduk berisiko
kllinis 3 Tahun

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

Reorientasi Reorientasi
program menuju program menuju
eliminasi pemeliharaan
Indikator Utama (2015-2019)

Jumlah Kab/kota yang mencapai eliminasi malaria


RPJMN
Jumlah Kab/Kota yang mencapai API < 1 per 1000
Renstra Kemenkes
% Kasus malaria yang dikonfirmasi Laboratorium
Janji Presiden
% Kasus malaria yang diobati dengan ACT (sesuai
standard) Janji Presiden
Standard kompetensi mikroskopist di puskesmas minimal
level 3, uji silang kab/kota level 2, provinsi level 1
SITUASI DAN CAPAIAN
Peta Indemisitas Malaria menurut Kab/Kota Tahun 2009-2016

2015

2009

2016

2012

Populasi Kabupaten/Kota
No Kategori
# % # %
1 Bebas Malaria 198,567,888 74.0 % 247 48 %

2 Endemis Rendah 43,589,845 15.3 % 158 31 %

3 Endemis Menengah 12,095,644 8.5 % 62 12 %

4 Endemis Tinggi 4,671,511 2.2 % 38 7%

Total 255,881,112 100.0 % 514 100.0 %


API dan Kasus Positif Malaria Per Provinsi di
Indonesia 2016
Papua 39.93 Papua 128,066
Papua Barat 10.20 NTT 26,907
NTT 5.17 Papua Barat 9,110
Maluku 3.83 Maluku 6,569
Maluku Utara 2.44 Sumatera Utara 3,503
Bengkulu 1.36 Lampung 3,298
Sulawesi Utara 0.72 Maluku Utara 2,888
Kalimantan Selatan 0.52 Bengkulu 2,595
Sulawesi Tengah 0.48 Sumatera Selatan 2,233
Sulawesi Tenggara 0.48 Kalimantan Selatan 2,117
Lampung
Kepulauan Riau
0.40
0.36
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
1,752
1,410
API Nasional Sebesar
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan
0.35 Kalimantan Timur
Sulawesi Tenggara
1,228 0,77 dengan kasus
0.27 1,226
Sumatera Utara 0.25 NTB 1,168 sebanyak 200.183, 87%
Kasus berasal dari KTI.
NTB 0.24 Jateng 1,091
Kalimantan Tengah 0.19 Sulawesi Selatan 992
Gorontalo 0.15 Sumatera Barat 532
Jambi 0.14 Kepulauan Riau 526
Sulawesi Selatan 0.12 Jambi 490
Bangka Belitung 0.11 Kalimantan Tengah 474
Sumatera Barat 0.10 Jawa Barat 323
(Data Per 14 Februari 2017
Sulawesi Barat 0.09 Jawa Timur 303 dengan kelengkapan data
Kalimantan Barat 0.06 Kalimantan Barat 297 88%)
Aceh 0.05 Aceh 243
Kalimantan Utara 0.03 Gorontalo 176
Jateng 0.03 Riau 166
Riau 0.03 Bangka Belitung 160
DIY 0.03 Sulawesi Barat 119
Jawa Timur 0.01 DIY 95
Jawa Barat 0.01 DKI 70
Banten 0.00 Banten 28
Bali 0.00 Kalimantan Utara 22
DKI 0.00 Bali 6
31.93

31.29

35.00
30.00
25.00 API per provinsi Tahun 2015
20.00
7.04

5.81

15.00
2.77

2.03

1.08

0.88
0.85

0.68

0.68

0.57

0.49

0.49
0.47

0.46

0.42

0.42

0.41

0.35

0.31

0.17

0.14

0.13
0.10

0.10

0.08

0.06

0.03

0.03
0.00

0.00

0.00

0.00

0.00
10.00
5.00
0.00
API Pelalawan
2.50

1,99
2.00
1,85
1,64

1.50
1,22

1.00
0,84

0.50
0,31

0.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kelengkapan dan Ketepatan Data Per Provinsi
2016
K el eng ka pa n K et epa t a n

Bangka Belitung
Kelengkapan data
100% Aceh 92%
100% 83% kab/kota mencapai 100%
Sulawesi Tengah 100% Maluku 75%
100% 75% pada provinsi:
Kalimantan Selatan 100% Kepulauan Riau 67%
98% 58% Provinsi Bangka Belitung
Bengkulu 98% Jambi 50%
97% 42% Sulawesi Barat
Bali Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
97% 33%
97% 33%
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur 97% Sumatera Selatan 33%
96% 33%
Kalimantan selatan
Sulawesi Tenggara 95% Lampung 25%
95% 25%
Maluku Utara 94% Kalimantan Barat 25%
93% 17%
DKI 92%
92%
Kalimantan Selatan 17%
8% Ketepatan data
Aceh 91%
88%
Sulawesi Barat 8%
8% mencapai lebih dari 50%
Papua 88%
88%
NTB 0%
0% pada provinsi:
Kepulauan Riau 87%
86%
Papua 0%
0% Aceh
Sumatera Barat 83%
83%
Gorontalo 0%
0%
Bengkulu
Jawa Barat 83%
83%
Kalimantan Utara 0%
0%
Maluku
Sumatera Selatan 81%
80%
Banten 0%
0%
Sulawesi Tenggara
Riau 80%
78%
Jateng 0%
0%
Bangka Belitung
Maluku
54%
78% Jawa Timur 0%
0%
Jambi
Capaian Indikator KSP per Provinsi Tahun 2016

Persentase Konfirmasi Laboratorium


120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%

% Konfirmasi Target

Persentase Pengobatan Sesuai Standar


120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%

% Pengobatan Target
Sedian Darah diperiksa
Pelalawan 3357

3500

2550
3000 2417
2138
2500 1945 1933

2000

1500

1000

500

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumalah kasus + Pelalawan
700 634
591

600

500
397

400
315
295

300

200
122

100

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
PENCAPAIAN ELIMINASI MALARIA KAB/KOTA
s.d 2016 23

NO PROVINSI KAB/KOTA ELIMINASI % NO PROVINSI KAB/KOTA ELIMINASI %


1 Aceh 23 18 75% 17 Sulawesi Utara 15 3 20%
18 Sulawesi Barat 6 1 17%
2 Sumatera Utara 33 18 52%
19 Sulawesi Tenggara 14 8 57%
3 Sumatera Barat 19 16 84% 20 Sulawesi Tengah 13 3 23%
4 Riau 12 7 58% 21 Sulawesi Selatan 24 14 58%
5 Kepulauan Riau 7 3 30% 22 Gorontalo 6 2 33%
6 Jambi 11 3 27% 23 Kalimantan Tengah 14 5 36%
7 Bengkulu 10 3 30% 24 Kalimantan Barat 14 2 14%
25 Kalimantan Timur 10 3 30%
8 Sumatera Selatan 17 7 41%
26 Kalimantan Selatan 13 4 31%
9 Bangka Belitung 7 5 71% 27 Jawa Barat 27 23 85%
10 Lampung 15 5 33% 28 Jawa Tengah 35 28 80%
11 NTB 10 3 30% 29 Jawa Timur 38 37 97%
12 NTT 22 0 0% 30 DIY 5 4 80%
31 Banten 8 6 75%
13 Maluku 11 0 0%
32 Bali 9 9 100%
14 Maluku Utara 10 0 0% 33 DKI 6 6 100%
15 Papua Barat 13 0 0% 34 Kalimantan Utara 5 1 20%
16 Papua 29 0 0% NASIONAL 511 247 48%
EVALUASI PKMF 2016

PKMF 2016 dilaksanakan di 40 Kabupaten/Kota pada 7 provinsi


yaitu (Sumut, Sumbar, Sumsel, Bengkulu, NTT, Maluku, Malut)
Total distribusi kelambu PKMF sebanyak 1.451.194 kelambu.
80% dari Kelambu yang dibagikan, digunakan oleh masyarakat
91% penerima kelambu dapat memasang kelambu dengan benar
72% penerima kelambu paham cara merawat kelambu
84% penerima kelambu tidak memiliki keluhan terhadap kelambu
yang dibagikan
Keluhan terkait kelambu yang diterima antara lain sbb:
- Panas/gerah pada kulit saat digunakan
- Ukuran kelambu dirasa kecil/Sempit
- Tidak adanya pintu menyulitkan keluar masuk
Jumlah SDM yang sudah dilatih untuk Malaria 2012-2016

Basic Training
JMLH (manajemen Uji Silang Mikroskopist Tatalaksana kasus e-sismal Manajemen Logistik MTBS
No PROVINSI
KAB/KOTA program malaria)
Prov Kab/Kota Prov Kab/kota RS Puskesmas Prov Kab/kota Prov Kab/kotaPuskesmas Prov Kab/Kota Prov Kab/kota Puskesmas
1 ACEH 23 1 8 1 27 13 3 2 5 2 1 307 1 -
2 SUMUT 33 4 46 1 21 2 2 5 2 1 332 1 -
3 SUMBAR 19 3 21 5 3 2 1 2 1 268 1 -
4 RIAU 12 1 17 3 21 3 2 5 2 1 221 1 -
5 JAMBI 11 2 18 17 3 2 115 2 1 188 1 -
6 SUMSEL 17 1 19 1 4 3 2 5 2 1 135 1 -
7 BENGKULU 10 5 13 8 94 20 2 25 2 1 180 1 -
8 LAMPUNG 15 3 17 1 11 2 2 5 2 1 207 1 -
9 BALBEL 7 1 14 1 10 30 16 2 5 2 1 54 1 -
10 KEPRI 7 1 11 1 8 19 3 2 5 2 1 77 1 -
11 DKI JAKARTA 6 4 2 4 7 3 2 5 2 1 60 1 -
12 JAWA BARAT 27 1 4 3 27 2 5 2 1 1057 1 -
13 JAWA TENGAH 35 2 8 2 33 129 2 2 5 2 1 360 1 -
14 DIY 5 4 5 1 5 2 5 2 1 50 1 -
15 JAWA TIMUR 38 2 3 2 45 2 2 5 2 1 380 1 -
16 BANTEN 8 2 3 1 8 2 2 16 2 1 110 1 -
17 BALI 9 3 3 9 60 3 2 5 2 1 90 1 -
18 NTB 10 1 11 1 12 48 7 2 5 2 1 158 1 -
19 NTT 22 1 18 10 20 167 8 2 5 2 1 220 1 - 1 22 -
20 KALBAR 14 2 26 12 5 2 5 2 1 140 1 -
21 KALTENG 14 3 21 1 11 22 8 2 5 2 1 162 1 -
22 KALSEL 13 2 23 1 13 5 2 31 2 1 130 1 -
23 KALTIM 10 1 21 11 33 6 2 5 2 1 136 1 -
24 KALTARA 5 1 2 2 3 2 2 2 1 54 1 -
25 SULUT 15 1 23 1 13 4 2 5 2 1 150 1 -
26 SULTENG 13 2 22 6 4 2 5 2 1 130 1 -
27 SULSEL 24 1 33 2 16 4 2 5 2 1 340 1 -
28 SULTRA 17 3 24 9 4 2 5 2 1 190 1 -
29 GORONTALO 6 1 17 5 4 2 38 2 1 93 1 -
30 SULBAR 6 2 8 4 5 2 5 2 1 93 1 -
31 MALUKU 11 2 7 4 20 87 2 5 2 1 122 1 - 1 11 112
32 MALUT 10 2 6 3 25 52 3 2 5 2 1 98 1 - 1 10 150
33 PAPUA BARAT 13 5 1 25 31 3 2 5 2 1 117 1 - 1 13 131
34 PAPUA 29 3 17 4 21 76 23 2 5 2 1 219 1 - 1 29 ?
INDONESIA 514 65 496 50 473 882 166 68 363 68 34 6628 34 5 85 393
PELATIHAN MALARIA 2008 - 2016

9000

8000

7000

6000
MHWs
Esismal Programmers
5000
Malaria Programmers
Microscopists
4000 Paramedics
Doctors
3000

2000

1000

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pelaksanaan Pemantapan Mutu
Lab. Mikroskopis Malaria
Jumlah
Jumlah Jumlah
Petugas Uji
Provinsi Petugas Uji
Silang Keterangan
Yang Silang
Kabupaten/
Melapor Provinsi
Kota
Aceh, Sumbar, Jambi, Babel,
Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT,
18 26 278 Kalteng, Kalsel, Sulbar, Sulsel,
Sultra, Maluku, Maluku Utara,
Papua Barat

Dari pelatihan petugas uji silang prov/kab/kota sebanyak


216 peserta, kompetensinya :
Level 1 : 23 orang, Level 2 : 35 orang, level 3 : 43 orang,
level 4 : 113 orang
Pelatihan tenaga mikroskopis puskesmas & RS (247 org) :
level 1 : 3, level 2 : 13, level 3 : 23, level 4 : 218
Malcen dan Posmaldes
No. Provinsi / Kabupaten No. Propinsi Posmaldes Kader
1. Provinsi Maluku Utara 1 NTT 779 1115
2. Kota Ternate 2. NTB 682 1000
3. Kabupaten Tidore Kepulauan 3. Papua 126 165
4. Kabupaten Halmahera Barat
4. Papua Barat 236 383
5. Kabupaten Halmahera Utara
5. Maluku 154 270
6. Kabupaten Halmahera Tengah
6. Maluku Utara 174 258
7. Kabupaten Halmahera Timur
7. Kalbar 71 142
8. Kabupaten Halmahera Selatan
9. Kabupaten Sula Kepulauan 8. Kalsel 39 78
10. Kabupaten Morotai 9. Kalteng 33 66
11. Provinsi Aceh 10. Kaltim 17 34
12. Provinsi Bangka Belitung 11. Sulsel 16 32
13. Kabupaten Mandailing Natal 12. Sulteng 48 96
14. Provinsi Papua (ATM Center)
13. Sultra 52 104
15. Kabupaten Biak
14. Sulbar 15 30
16. Kabupaten Timika
15. Sulut 12 24
17. Kabupaten Bintuni
16. Gorontalo 23 46
18. Kabupaten Fakfak
19. Provinsi Kalimantan Tengah 17. Sumbar 44 88
20. TNI AD (Malaria Center dan Insektarium) 18. Perdhaki 224 448
Rating Pencapaian
Indikator GF Malaria 2016
No. Indikator 2016 2017

Target Pencapaian % Target

1 Jumlah distribusi kelambu massal 3100

2 Proporsi populasi berisiko dilindungi kelambu massal 3100

3 Jumlah distribusi kelambu integrasi 9350 333 4% 38600

4 Proporsi populasi berisiko dilindungi kelambu integrasi 9350 333 4% 38600

5 Proporsi suspek malaria diperiksa laboratorium (mikroskopis/RDT) 8198 8198 100%

6 Presentase kegiatan investigasi KLB 142 126 89%

7 Proporsi balita demam diperiksa laboratorium (mikroskopis/RDT)

8 Proporsi kasus malaria diobati sesuai standar program

9 Presentasi kasus malaria dilakukan PE 7308 7308 100%

10 Proporsi Ibu Hamil diskrining 12

11 Presentase laporan ksus tepat waktu 12 2 17%

12 Presentase laporan stok out 91 0 0%

PROVINSI RIAU 45% Capaian


Downgrade Karena
ada indikator merah
(<60%)

Downgrade Karena
ada indikator merah
(<60%)
TANTANGAN
Tantangan (1)
Pengendalian Faktor Risiko dan Pencegahan, a.l :
Surveilans & pengendalian vektor belum optimal
Cakupan dan pengawasan penggunaan kelambu
KIE kepada masyarakat belum optimal, pendekatan keluarga
Pencegahan bagi populasi di hutan dan tambang (non
pemukiman)
Peran lintas sektor, khususnya untuk lingkungan
Diagnosis & Pengobatan :
Kualitas & kapasitas tenaga mikroskopis, paramedis dan medis
Pemantapan mutu lab. Malaria (Uji silang) belum optimal
Keterbatasan akses swasta, hard reach population
Manajemen logistik
Tantangan (2)
Surveilans dan respons :
Kuantitas dan kualitas SDM terkait surveilans malaria
Surveilans migrasi belum optimal
Pelaksanaan e-sismal belum optimal
Kelengkapan laporan puskesmas
Akurasi data
Koordinasi petugas surveilans dan pengelola malaria
khususnya dalam SKDR
Penyelidikan epidemiologi kasus
ISU DAN TANTANGAN
IMPLEMENTASI HIBAH GF MALARIA
Rating periode Juli-Desember 2015 adalah B2, berpengaruh dalam proses
pembuatan proposal tahun 2018-2020;
Program continuation GF malaria 2018-2020 memiliki syarat rating minimal B1
Prediksi rating Januari-Juni 2016 : B1 (dalam proses penilaian)
Prediksi rating Juli-Desember 2016 : B1 ? (masih ada waktu pengumpulan data s/d
28 Februari 2017)
Pelaporan data indikator program dan keuangan yang kurang lengkap dan
belum tepat waktu;
Masih ada pembaharuan data program melebihi batas waktu (lebih dari 31
Januari 2017)
Konten data dalam laporan logistik tidak lengkap
Laporan keuangan tidak dikirimkan tepat waktu
Pengelolaan dana hibah yang masih belum sesuai prosedur;
Penggunaan uang tidak sesuai dengan Standar Biaya Masukan (Permenkeu)
Kurang lengkapnya dokumen pertanggungjawaban kegiatan (tidak ada Surat
Tugas, SPD, tanda terima, dll)
ISU DAN TANTANGAN
IMPLEMENTASI HIBAH GF MALARIA

Pergantian tenaga pengelola hibah di provinsi, perlu


pelatihan/sosialisasi kembali;
Perubahan regulasi, terutama terkait pengelolaan
uang;
Belum optimalnya koordinasi antara Dinas
Kesehatan, puskesmas, dan Perdhaki sebagai salah
satu pengelola hibah GF non-pemerintah di KTI;
Waktu pelaporan dan review hasil pada periode
berikutnya sangat singkat (1-2 minggu setelah
periode pelaporan), sehingga capaian hasil yang
menyusul setelahnya tidak dianggap sebagai hasil
pada periode berjalan.
REKOMENDASI JEMPR 2016
&
RENCANA KEGIATAN 2017
Rekomendasi JEMPR (Joint External
Malaria Program Review) 2016

Advokasi dan sosialisasi kepada mitra termasuk swasta


Peningkatan pemantapan mutu laboratorium baik mikroskopis maupun
RDT
Optimalisasi Penggunaan RDT di daerah remote
Peningkatan kapasitas SDM
Peningkatan akses untuk un-reach population
Pengendalian vektor berdasarkan bukti
Pemantauan resistensi insektisida
Manajemen logistik
Penanganan populasi yang migrasi
Penguatan surveilans : SKDR, PE kasus, surveilans migrasi, pelaporan cepat
KIE berdasarkan sosiokultural setempat, pelibatan masyarakat
P. Knowlesi dimasukkan ke dalam pedoman tatalaksana kasus
Rencana Kegiatan 2017 & 2018 (1)

Penyusunan Permenkes Penanggulangan Malaria


Penyusunan Panduan Teknis Pengendalian malaria tahap
pemberantasan
Penyusunan Panduan Teknis Pengendalian malaria tahap Pra-
eliminasi & Eliminasi
Penyusunan Panduan Teknis Pemeliharaan Eliminasi Malaria revisi
Re-orientasi Eliminasi untuk kab/kota API < 1 per 1000
Pelatihan manajemen Malaria Tahap Pemeliharaan
Sosialisasi dan ujicoba PPM Malaria
Sosialisasi Tatalaksana Kasus bagi Dokter Praktek Mandiri IDI
Pelatihan Penyelidikan Epidemologi kasus Malaria untuk provinsi
Pelatihan Manajemen Pemantapan Mutu Lab Malaria untuk
Petugas Uji Silang Provinsi
Rencana Kegiatan 2017 & 2018 (2)

Pertemuan koordinasi lintas batas


Kajian komprehensif pengendalian malaria di Papua
Uji kompetensi mikroskopis tingkat internasional
Pelatihan tatalaksana kasus malaria berat untuk RS
Workshop Malaria Knowlesi
Pembinaan dan Monitoring terpadu pemantapan mutu lab.
Malaria
Pelatihan manajemen logistik
Workshop Surveilans Migrasi (Dinkes dan KKP)
Pengiriman umpan balik dan management letter
KESIMPULAN
Jumlah kab/kota yang masuk tahap pra-eliminasi, eliminasi
dan pemeliharaan meningkat.
Hampir seluruh provinsi menunjukkan penurunan kasus
Pelibatan lintas sektor termasuk swasta sangat penting
Perlunya kajian di masing-masing provinsi terhadap situasi,
evaluasi intervensi di kab/kota, khususnya yang penurunan
kasusnya tidak begitu bermakna
Surveilans dan pengendalian vektor harus ditingkatkan dan
diintegrasikan
Peningkatan kompetensi mikroskopist harus terus ditingkatkan,
sementara itu untuk fasyankes yang tidak mempunyai tenaga
mikroskopist (atau adanya hanya level 4) gunakan RDT.

Anda mungkin juga menyukai