Anda di halaman 1dari 44

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik

Tahun 2019
1. Penyakit berpotensi wabah : Malaria, DBD,
Rabies, Antraks, Pes, Chikungunya,JE,
Leptospirosis
2. Emerging Infectious Diseases (EID) : Flu
burung, MERS CoV, penyakit zoonosa baru
lainnya
3. Neglected Tropical Diseases (NTD) : Filariasis,
Schistosomiasis, Kecacingan
2
PETA DAERAH ENDEMIS PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK

Keterangan
Rabies
Flu Burung Malaria endemis rendah
Schistosomiasis IR DBD ≥ 65/ 100.000 pddk
Leptospirosis
Antraks Malaria endemis sedang Endemis Filariasis IR DBD 49 - 65/ 100.000 pddk
3
Pes Malaria endemis tinggi Endemis Cacingan IR DBD < 49 / 100.000 pddk
1. Penguatan surveilans vektor dan kasus berbasis laboratorium
2. Mengedepankan pencegahan dan promotif
3. Penemuan kasus dini dan penguatan tata laksana diseluruh fasyankes
4. Pengendalian faktor risiko secara terpadu
5. Peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon cepat penanggulangan KLB
6. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM P2PTVZ
7. Perencanaan logistik sesuai kebutuhan
8. Peningkatan komitmen, koordinasi, kolaborasi, kontribusi dan sinergi multisektor
9. Penguatan partisipasi masyarakat (kampanye kelambu massal, Belkaga,
G1R1J, penanaman tanaman anti nyamuk dan manajemen lingkungan,
berperan aktif dalam vaksinasi masal Rabies)
10. Dukungan Regulasi
2050
Indonesia Bebas TB

2030
1. Eliminasi Malaria
2. Getting To Three Zero HIV-AIDS
3. Eliminasi Hep- C
TARGET NASIONAL
2024/2025 PENCEGAHAN DAN
1.
2.
Eliminasi Kusta
Pengendalian PTM 2020 PENGENDALIAN
3. Bebas ODGJ/Pasung PENYAKIT SESUAI DEGAN
1. Eliminasi Rubela
2. Eliminasi Filariasis KESEPAKATAN
3. Eliminasi Schistomiasis REGIONAL DAN GLOBAL
4. Eliminasi Rabies
5. Eradikasi Frambusia
2050 TAHUN 2017 - 2050
6. Eliminasi campak
7. Eliminasi- Penularan
HIV dari Ibu ke Anak 2030
2017-2018 2024/
MR Campaign 2025
2020

2017
FILARIASIS
Filariasis
 Merupakan penyakit menular menahun yg disebabkan oleh cacing
filaria, ditularkan oleh nyamuk

 Menimbulkan kecacatan menetap, stigma sosial, hambatan


psikologis
 Menurunkan kwalitas SDM dan menimbulkan kerugian ekononomi
 Merupakan salah satu Penyakit Tropik Terabaikan (NTDs/Neglected
Tropical Diseases). Cat: ada 17 NTDs prioritas WHO, dimana di
Indonesia ada 8 (kusta, frambusia, filariasis, schistosomiasis,
kecacingan (STH), taeniasis, dengue dan chikungunya, rabies)
Siklus Penularan Filariasis
Kasus Kronis Filariasis
Penanggulangan Filariasis di Indonesia
 Pengendalian Filariasis di Indonesia dimulai sejak tahun 1970-an

 Pemerintah bertekad mewujudkan Indonesia Bebas Kaki Gajah tahun


2020
 Untuk mempercepat terwujudnya Indonesia Bebas Kaki Gajah diadakan
Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) setiap bulan Oktober selama 5
tahun (2015-2020)
 Keberhasilan terwujudnya Indonesia Bebas Kaki Gajah ditentukan oleh
dukungan semua pihak baik di jajaran pemerintah maupun seluruh
lapisan masyarakat, termasuk kalangan swasta dan dunia usaha
 Dukungan legal, meliputi :

 Permenkes No. 94 tahun 2014 tentang Penanggulangan Filariasis

 SE Mendagri No. 443/4499/SJ, tanggal 13 Agustus 2015, tentang


Program Percepatan Penanggulangan Penyakit Menular Tropik
Terabaikan
 SE Mendagri No. 443/3000/SJ, tanggal 12 Agustus 2016, tentang
Pengendalian Penyakit Menular Tropik Terabaikan
Strategi Pengendalian Filariasis di Indonesia

 Pemberian Obat Pencegahan Massal


(POPM) Filariasis setahun sekali
selama 5 tahun berturut-turut 
Memutuskan mata rantai penularan
filariasis

 Penatalaksanaan Kasus Filariasis


Mencegah dan membatasi kecacatan
1. MENCEGAH FILARIASIS

2. MENCEGAH CACINGAN
514 Kab/Kota

278 Kab/Kota 236 Kab/Kota


Non Endemis Filariasis Endemis Filariasis

105 Kab/Kota 131 Kab/Kota


Selesai POPM Filariasis 5 Tahun Melaksanakan POPM Filariasis

22 Kab/Kota 83 Kab/Kota
Telah Menerima Sertifikat Tahap PreTAS/TAS/ Surveilans
Eliminasi Filariasis Pasca POPMFil
3500
3047
3000

2500

2000

1500

1000

500

Total kasus kronis se Indonesia s/d Maret 2018 = 12.677 kasus, tersebar di 34 Provinsi
Capaian POPM Filariasis di Indonesia
Tahun 2006 – 2018*
90.00%

78.20%
80.00%
76.41%
69.50%
70.00%
72.10%

60.00%
54.40% 54.00%
57.60%
50.00%

45.20%
40.00%
39.20%
32.50% 39.40%
30.00%
20.30%
20.00%

15.40%
10.00%

0.00%
2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018

Tahun 2006-2009 POPM masih dilaksanakan secara parsial


% capaian : jumlah yg diobati per total penduduk di Kab/kota endemis target POPM
* Capaian hasil rekapitulasi 121 kabupaten/kota yang sudah memberikan laporan POPM Filariasis
Surveilans
Pemetaan POMPF Verifikasi
Pasca POMPF

Tahapan Monitoring dan Evaluasi Program Filariasis


Pemetaan POMPF Surveilans
Gagal

Ya Lulus
Mf atau
Ag≥1% TAS

Baseline Mid-term Follow-up


(optional) [Eligibilitas]

M&E
MDA <100% MDA at 100% Validated as having
MDA Not Geographical Surveillance
Geographical eliminated LF as a
Started Coverage public health problem
Coverage
Benin, Burkina Faso,
Comoros, Côte d’Ivoire,
Eritrea, Ghana, Guinea,
Kenya, Liberia, Mali,
Equatorial Guinea Angola Mozambique, Niger,
Gabon Cameroon SenegalSierra Leone,
Chad Brazil
Sao Tome and Principe Uganda, United Togo
Central African Yemen
Republic of South Republic of Tanzania, Egypt
Republic Bangladesh
Sudan Zambia, Maldives
Congo Brunei Darussalam
New Caledonia Zimbabwe Sri Lanka
DR Congo Kiribati
Eritrea Dominican Republic, Haiti Thailand
Ethiopia Lao People’s
Cambodia
Gambia
Guinea
Guinea-Bissau India, Indonesia, Democratic Republic
(LPDR)
Cook Islands
Madagascar* Myanmar, Marshall Islands Niue
Zambia Nigeria* Palau
Nepal, Timor-Leste Tonga
Zimbabwe Guyana* Vietnam
American Samoa, Vanuatu
Sudan Wallis and Futuna
Fiji,
Papua New Guinea French Polynesia, Federated
States of Micronesia,
Malaysia, Philippines,
Samoa, Tuvalu

5 13 33 10 11
JUMLAH KABUPATEN/KOTA ELIMINASI
FILARIASIS

38

35
28

24
22
17

15
12
9

2015 2016 2017 2018 2019


Target

Jumlah Kab/Kota yang Berhasil Jumlah Kabupaten/Kota Endemis Filariasis


Yang Melakukan Pemberian Obat Pencegahan
Menurunkan Angka Mikrofilaria Rate <1% Massal (POPM) Filariasis Tahun 2019
Target Capaian 200 180
180 170
152
160 140 144 140
103
140 125 131 119
120 105
100
76
80
65 60
55 40
45 46 20
35 36 0
2015 2016 2017 2018 2019

Target Capaian

Capaian tahun 2018 mengikuti jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan


2015 2016 2017 2018 POPMFil 2018
Belkaga menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah.
Pelaksanaan Belkaga memerlukan dukungan dari semua sektor dan
masyarakat

PERAN PUSAT
• Penyediaan Obat (DEC dan Albendazole)
• Penyediaan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria
• Asistensi Teknis dan Bimtek
• Material, TV spot nasional
• Stimulan operasional melalui dana Dekon
• Dll

PERAN DAERAH
• Menjamin ketersediaan dana operasional POMP Filariasis selama
5 tahun berturut-turut
• Menjamin tatalaksana kasus kronis filariasis
• Menjamin keberlangsungan penyuluhan kesehatan dan
pengendalian nyamuk penular filariasis
Cacingan
DUKUNGAN LEGAL PENANGGULANGAN
CACINGAN DI INDONESIA

 SE Mendagri No. 443/4499/SJ, tanggal 13 Agustus


2015, tentang Program Percepatan Penanggulangan
Penyakit Menular Tropik Terabaikan
 SE Mendagri No. 443/3000/SJ, tanggal 12 Agustus
2016, tentang Pengendalian Penyakit Menular
Tropik Terabaikan
 Permenkes No. 15 tahun 2017 tentang
Penanggulangan Cacingan

22
CACINGAN
 Cacingan merupakan salah satu diantara 8 penyakit
menular tropik terabaikan (NTDs) yang ada di Indonesia

 Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing


dalam tubuh manusia yang ditularkan melalui tanah (soil
transmitted helminths/STH), yaitu cacing yang dalam
siklus hidupnya memerlukan tanah yang sesuai untuk
berkembang menjadi bentuk infektif

 Menimbulkan anemia, gangguan pertumbuhan dan


gangguan kecerdasan

 Dapat menurunkan kwalitas SDM dan menimbulkan


kerugian ekonomi
Cacing Gelang Cacing Cambuk
Ascaris lumbricoides Trichuris trichiura

Cacing Tambang
Necator americanus Ancylostoma duodenale
Telur dan larva cacing
berkembang di tanah yang
terkontaminasi
Seorang individu bisa
terinfeksi melalui
beberapa cara :
Individu yang • Langsung melalui
terinfeksi mulut, melalui
tangan yang kotor
mengkontaminasi
• Melalui makanan
tanah dengan
yang
tinja yang terkontaminasi,
mengandung tidak dimasak atau
jutaan telur diolah dengan
cacing. Telur tangan yang kotor
menyebar melalui • Melalui kulit, ketika
tanah atau air berjalan tanpa alas
sehingga mulai kaki di tanah yang
lagi siklus terkontaminasi
kehidupan cacing • Lalat dan kumbang
juga bisa membawa
telur cacing

Pada individu yang


terinfeksi telur atau larva
berkembang menjadi
cacing dewasa, yang akan
kembali memproduksi telur
Penularan Cacingan

Saleha Sungkar, FKUI, 2016


Penularan Cacingan
MASALAH CACINGAN
- Sampai 2013 Survei pada anak Sekolah Dasar
menunjukkan Prevalensi cacingan antara 0 –
85,9% (survei di 175 kab/kota)
- Rata-rata prevalensi 28,25%

- Cakupan pengobatan rendah

- Pengetahuan masyarakat tentang cacingan


masih rendah
MASALAH - Kemampuan petugas utk penanggulangan
CACINGAN cacingan belum optimal
- Komitmen masih kurang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


- Keadaan Tanah dan Iklim Tropis
- Personal Hygiene (Lingkungan)
- Sosial Ekonomi
- Kepadatan Penduduk
Infestasi cacing

KH & Protein dihisap Darah dihisap

Lemas ANEMIA
GIZI BURUK
mengantuk

Kemampuan belajar turun/ Anak BBLR Perdarahan


sering tidak masuk sekolah ibu bersalin

Prestasi belajar menurun


Kematian Kematian

Produktivitas menurun

Sosek rendah
TUJUAN DAN SASARAN
PELAKSANAAN PROGRAM KECACINGAN

TUJUAN :
1. Menurunkan prevalensi cacingan pada anak usia balita, anak usia
pra sekolah dan anak usia sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah
sebesar 10% secara bertahap,
2. Meningkatkan cakupan POPM Cacingan minimal 75%

KELOMPOK UMUR SASARAN :


1. Usia balita (12-59 bulan),
2. Usia pra sekolah (5-6 tahun), dan
3. Usia sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun).
KOORDINASI DAN INTEGRASI DALAM
PELAKSANAAN PROGRAM KECACINGAN

Direktorat B/BTKL-PP, Puslitbang Biomedis


P2PTVZ, Kemkes dan Teknologi Dasar
Direktorat Gizi
Kemkes Kesehatan, Kemkes
Masyarakat, Kemkes
Direktorat Pembinaan
Direktorat Kesehatan Pendidikan Keluarga,
Keluarga, Kemkes Kemendikbud

Direktorat Kesehatan Direktorat Pembinaan


Lingkungan, Kemkes CACINGAN Sekolah Dasar atau MI,
Kemendikbud
Direktorat Promosi
Kesehatan dan Direktorat Pembinaan
Pemberdayaan Pendidikan Anak Usia
Masyarakat, Kemkes Dini, Kemendikbud

Direktorat Pondok Direktorat Pendidikan


Pesantren Kemenag Perguruan LSM PKK Madrasah, Kemenag
Tinggi
 Sumber Daya Manusia yang berkualitas & produktif
baik untuk jangka pendek dan jangka panjang
 Menurunkan prevalensi kecacingan melalui
pemberian obat & untuk mencegah dampak
kecacingan (Persistent Malnourish  Stunting)
 Meningkatnya PHBS-Cuci Tangan Pakai Sabun
melalui promosi program akan mengurangi infeksi
cacingan.
Melakukan kegiatan Pemberian Obat Masal Pencegahan filariasis yang juga
mencakup pemberian obat cacing pada anak sekolah dan pra sekolah

Integrasi dengan kegiatan UKS di SD/MI melalui penjaringan anak sekolah

Integrasi dengan pemberian vitamin A

Integrasi dengan distribusi kelambu di daerah endemis malaria

Intergrasi dengan program gizi PMT-Balita/PMTAS

Integrasi dengan program PHBS


30,000,000

25,000,000

20,000,000

15,000,000

10,000,000

5,000,000

-
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Anak Balita dan Pra Sekolah 1,654,620 1,468,417 6,395,136 9,372,348 12,387,640 18,824,994
Anak Sekolah 4,434,693 4,020,086 12,270,701 15,562,569 20,765,299 26,691,340
100 Kabupaten/Kota Lokus
Intervensi Stunting Tahun 2018
dan
160 Kabupaten/Kota Lokus
Intervensi Stunting Tahun 2019
LOKUS 100 KABUPATEN PENURUNAN
STUNTING 2018

TOTAL COVERAGE 100 % PELAKSANAAN


PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI di masing-masing
Kabupaten 10 DESA
TAMBAHAN LOKUS 60 KABUPATEN
PENURUNAN STUNTING 2019
Provinsi Kabupaten Provinsi Kabupaten
Aceh KAB. ACEH TIMUR Kalimantan Selatan KAB. TANAH BUMBU
Sumatera Utara KAB. SIMALUNGUN Kalimantan Timur KAB. KUTAI
Sumatera Barat KAB. SOLOK Kalimantan Utara KAB. NUNUKAN
Riau KAB. KAMPAR Sulawesi Utara KAB. BOLAANG MONGONDOW
Jambi KAB. TJG JABUNG TIMUR Sulawesi Tengah KAB. PARIGI MOUTONG
Sumatera Selatan KAB. MUARA ENIM Sulawesi Selatan KAB. B O N E
Bengkulu KAB. BENGKULU UTARA Sulawesi Tenggara KAB. KOLAKA
Lampung KAB. TANGGAMUS Gorontalo KAB. POHUWATO
Bangka Belitung KAB. BANGKA Sulawesi Barat KAB. MAMASA
Kepulauan Riau KAB. LINGGA Maluku KAB. KEPULAUAN ARU
Jawa Barat KAB. MAJALENGKA Maluku Utara KAB. KEPULAUAN SULA
Jawa Tengah KAB. PEKALONGAN Papua Barat KAB. MANOKWARI
DI Yogyakarta KAB. BANTUL Papua Barat KOTA SORONG
Jawa Timur KAB. KEDIRI Papua Barat KAB. PEGUNUNGAN ARFAK
Banten KAB. LEBAK Papua KAB. NABIRE
Bali KAB. BULELENG Papua KAB. BIAK NUMFOR
Nusa Tenggara Barat KAB. B I M A Papua KAB. PANIAI
Nusa Tenggara Barat KAB. SUMBAWA BARAT Papua KAB. PUNCAK JAYA
Nusa Tenggara Timur KAB. KUPANG Papua KAB. BOVEN DIGOEL
Nusa Tenggara Timur KAB. B E L U Papua KAB. ASMAT
Nusa Tenggara Timur KAB. FLORES TIMUR Papua KAB. YAHUKIMO
Nusa Tenggara Timur KAB. SIKKA Papua KAB. PEGUNUNGAN BINTANG
Nusa Tenggara Timur KAB. E N D E Papua KAB. YAPEN
Nusa Tenggara Timur KAB. MANGGARAI BARAT Papua KAB. SUPIORI
Nusa Tenggara Timur KAB. NAGEKEO Papua KAB. MAMBERAMO RAYA
Nusa Tenggara Timur KAB. MALAKA Papua KAB. MAMBERAMO TENGAH
Kalimantan Barat KAB. SAMBAS Papua KAB. YALIMO
Kalimantan Barat KAB. SINTANG Papua KAB. PUNCAK
Kalimantan Tengah KAB. KOTAWARINGIN TIMUR Papua KAB. DEIYAI
Kalimantan Tengah KAB. KAPUAS Papua KAB. KEEROM
Ketersediaan dan Pola Konsumsi
Pangan Status Gizi Anak
Konsumsi
Pola Asuh Pemberian ASI/MP-ASI Makanan
Pola Asuh Psikososial
Penyediaan MP-ASI
Kebersihan dan Sanitasi
Status Infeksi
(misal : Cacingan)

Pelayanan Kesehatan dan


Kesehatan Lingkungan
Kebijakan Penanggulangan Cacingan di
100 Kab/Kota Intervensi Stunting
1. Pemberian Obat Pencegahan Massal pada penduduk
sasaran usia 1-12 tahun dilaksanakan 2x setahun, dengan
interval 6 bulan
2. Pemeriksaan cacingan kepada ibu hamil dengan gejala
anemia
3. Pemberian obat cacing pada trimester kedua usia
kehamilan pada bumil yang hasil pemeriksaan
cacingannya positif telur cacing.
STRATEGI INTEGRASI PROGRAM CACINGAN
DALAM INTERVENSI STUNTING 2018

Integrasi Pemberian Obat Integrasi Pemberian


Cacing secara Massal pada Obat Cacing pada Bumil
Anak Usia 1-12 Tahun
1. POPM Filariasis Program KesehatanIbu
2. Program Kesehatan Lingkungan
3. Program Kesehatan Anak Usia
Sekolah Dasar
4. Program Kesehatan Anak Balita
5. Program Gizi
6. Program Promosi Kesehatan
Strategi Integrasi Pemberian Obat Cacing
dengan POPM Filariasis
• Usia 12-23 bulan
mendapat: Albendazole
• Usia 2-12 tahun mendapat:
Usia 1-12 tahun mendapat Albendazole & DEC
Albendazole

Daerah
Endemis FEB APR AGS OKT
Filariasis

Daerah Non
Endemis
Filariasis
Pemberian Obat Cacing pada usia
1-12 tahun berintegrasi dengan
kegiatan: bulan Vit. A & UKS
 Kondisi geografis yang sulit
 Target sasaran program dalam jumlah yang besar
 Keterlambatan distribusi logistik
 Komitmen pemangku kebijakan dalam mendukung
pelaksanaan POPM Filariasis dan Kecacingan
 Kejadian ikutan pasca pengobatan
 Pelaksanaan Bulan Eliminasi Kaki Gajah/BELKAGA di 131
Kabupaten pada 15 Oktober 2018
 Advokasi dan sosialisasi POPM Cacingan dalam rangka
Intervensi Stunting di 100 Kabupaten/Kota
 Pelaksanaan POPM Cacingan di 100 Kabupaten/Kota
Prioritas Intervensi Stunting :
 putaran-1 pada Bulan Februari dan April; dan
 putaran-2 pada Bulan Agustus dan Oktober 2018
Mari Bersama Wujudkan
Generasi Indonesia Bebas Filariasis dan Cacingan

Anda mungkin juga menyukai