Anda di halaman 1dari 57

Program Penanggulangan

Malaria

Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tular


Vektor dan Zoonotik (P2PTVZ)
Ditjen P2P, Kemenkes RI
SISTEMATIKA

1 Tujuan Pengendalian Malaria


& Situasi Malaria 4 Diagnostik Malaria
6 Surveilans Malaria

Pencegahan
Kebijakan dan
2 Strategi
5 Pengobatan Malaria
7 Malaria

3 Epidemiologi Malaria
Tujuan

01
Pengendalian &
Situasi Malaria
Eliminasi Malaria
Adanya Sistem yang
baik untuk memastikan
tidak ada penularan 50% Eliminasi malaria adalah
kembali
pemutusan rantai penularan malaria
S setempat pada manusia dalam satu
Tidak ada penularan setempat Y wilayah geografi tertentu, secara
selama tiga tahun berturut-
turut A berkesinambungan guna menekan angka

Positivity Rate < 5%


R penyakit serendah mungkin agar tidak
menjadi masalah kesehatan
A 50%

API< 1 Per 1000 penduduk


T
Peta Jalan Eliminasi Malaria di Indonesia
Tujuan program penanggulangan malaria adalah untuk mencapai eliminasi pada Tahun 2030 2030
2029
2028 Eminiasi Malaria
Semua Prov & Regio Nasional
2025 eliminasi malaria
Semua Kab/kota
2019 eliminasi malaria
Indignous terakhir di
Indonesia
RPJMN 300 Kab/ko
Eliminasi
5. Regional Papua
2029
& Papua Barat
Usulan Verifikasi Eliminasi Malaria-WHO Per Wilayah Regional
4. Regional Maluku & NTT 2028

3. Regional Kalimantan
& Malut
2027

2. Regional Sumatera,
Sulawesi, NTB 2025

1. Regional Jawa-Bali
2023
Timeline Target Eliminasi Per Regional
Evaluasi Capaian Eliminasi Malaria per
Regional
Regional Sumatera, Sulawesi, NTB:
Regional Kalimantan-Malut:
166 dari 245 Kab/Kota sudah
30 dari 66 Kab/Kota sudah
mencapai Eliminasi (67%)
mencapai Eliminasi (45%)

Regional Papua:
0 dari 42 Kab/Kota sudah
mencapai Eliminasi (0%)

Regional Jawa-Bali:
121 dari 128 Kab/Kota sudah Regional Maluku, NTT:
mencapai Eliminasi (95%) 3 dari 33 Kab/Kota sudah mencapai Eliminasi (9%)
Distribusi Kasus Malaria Per
Endemisitas dan Per Provinsi 2020

86% Kasus Nasional


berasal dari Provinsi
Papua

94% Kasus Berasal


dari Kab/Kota Endemis
Tinggi

Kasus Malaria di Indonesia sebagian besar berasal dari daerah endemis tinggi malaria, hal
tersebut menjadi ancaman penularan kembali akibat mobilitas masyarakat dari daerah endemis
tinggi ke daerah bebas dan rendah sehingga tetap diperlukan kewaspadaan
Situasi Malaria di Indonesia
Tahun 2020
62% atau 320 Kab/Kota telah mencapai
bebas malaria (per juni tahun 2021)

84% Penduduk Indonesia hidup di


daerah bebas malaria

Stagnan
Kasus malaria menurun dari dari
Tahun 2010-2014 namun setelahnya terdapat
kecenderungan stagnan, hal tersebut
mengindikasikan bahwa penanggulangan
malaria telah mencapai tahap tersulit
untuk menurunkan kasus di daerah yang tinggi
dan mempertahankan didaerah yang bebas.
Kebijakan dan
Strategi 02
Kebijakan Penanggulangan Malaria

1. Diagnosis Malaria harus terkonfirmasi Laboratorium: mikroskop atau tes


diagnosis cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)
2. Pengobatan menggunakan Terapi kombinasi berbasis Artemisinin
(Artemisinin Based Combination Therapy /ACT) sesudah konfirmasi
laboratorium.
3. Pencegahan penularan malaria melalui manajemen vektor terpadu dan
upaya lain yang terbukti efektif, efisien, praktis dan aman (misal
kelambu, larvaciding, penyemprotan dinding rumah dengan insektisida)
4. Layanan tatalaksana kasus malaria dilaksanakan oleh seluruh fasilitas
Pelayanan Kesehatan
5. Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan penyakit malaria di
wilayahnya
Strategi Penanggulangan Malaria
1. Penguatan Surveilans
 Surveilans malaria berbasis kasus dan laboratorium  penemuan kasus aktif, pasif,
penyelidikan epidemiologi setiap kasus positif , survey kontak
 Surveilans faktor risiko (vektor dan lingkungan)  identifikasi reseptifitas wilayah dan
faktor lingkungan dominan yang berpengaruh pada kejadian malaria
2. Penguatan jejaring tatalaksana
 Menjamin diagnosis dan pengobatan malaria secara cepat dan tepat  akses pemeriksaan
laboratorium akses obat dan pemantauan pengobatan
 Adanya RS rujukan malaria dan jejaring layanan malaria di wilayah
3. Penguatan Kemitraan  menggalang kemitraan dan sumber daya local, nasional
4. Penguatan Komitmen  advokasi pemangku kepentingan dan sosialisasi program
5. Penguatan Kemandirian masyarakat
 Penemuan kasus oleh masyarakat
 Pencegahan penularan malaria
 Masyarakat peduli lingkungan
Epidemiologi
Malaria 03
Mengenal Penyakit Malaria (1)
Malaria adalah Penyebab Malaria adalah
• Malaria penyakit infeksi disebabkan oleh parasit malaria • Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam
(plasmodium) sel darah merah manusia.
 Plasmodium falciparum
 Plasmodium vivax
Penularan Malaria  Plasmodium malariae
 Plasmodium ovale
• Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk
 Plasmodium knowlesi
Anopheles betina yang mengandung
plasmodium malaria.
• Nyamuk anopheles menggigit umumnya mulai
dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi.
• Tempat berkembang biak nyamuk Anopheles :
genangan air yang bersentuhan dengan tanah
dan tidak mengalir termasuk bekas pijakan kaki
hewan/kendaraan, rawa, sawah, lagoon, tambak
yang tidak digunakan lagi, lekukan tepi sungai,
bekas galian tambang, dan lain-lain.
Mengenal Penyakit Malaria (2)
Bagaimana cara untuk mencegah malaria ? Apakah malaria dapat disembuhkan?

Malaria dapat disembuhkan, jika:


●Mendapatkan pengobatan segera, sehingga tidak
menjadi malaria berat
●Pasien malaria mendapatkan pengobatan sesuai
dengan standar program menggunakan Obat
Anti Malaria (OAM)
●Pasien positif malaria meminum obat malaria sesuai
dengan dosis dan dihabiskan selama 3 hari atau 14
hari sesuai dengan jenis plasmodiumnya.
Mengenal Penyakit Malaria (3)

Malaria dapat
menyerang semua
orang baik laki-laki
ataupun perempuan,
pada semua golongan
umur, dari bayi,
anak-anak sampai
orang dewasa,
apapun jenis
pekerjaannya
Nyamuk Penular Malaria

Nyamuk
penular
Anopheles Culex
malaria adalah
Anopheles

Aedes albopictus Aedes aegypti


The Distribution Map of MALARIA Vector in INDONESIA (s.d. 2018)

26

27

P2PL, 2008
1. An.aconitus 6. An.barbumbrosus 11. An. kochi 16. An. Maculatus 21. An. subpictus 26. An. peditaeniatus
2. An.annularis 7. An. flavirostris 12. An.punctulatus 17. An.minimus 22. An. sinensis 27. An. litoralis
3. An.balabacensis 8. An.farauti 13. An.ludlowi 18 An.nigerimus 23. An. umbrosus
4. An.barbirostris 9. An.karwari 14.An.letifer 19. An. parangensis 24. An. vagus
5. An.bancrofti 10. An.koliensis 15. An.leucosphyrus 20. An. sundaicus 25. An. tessellatus
Jentik atau Larva Anopheles
Faktor Utama Epidemiologi
Host:
Manusia  mobilitas, prilaku, imunitas
Nyamuk  iklim, adanya tempat berkembangbiak,kebiasaan mencari darah

Agent Environment
Parasitdipengaruhi oleh pengobatan Lingkungan  mendukung nyamuk berkembang biak
Siklus Hidup Nyamuk

nyamuk
anopheles
menggigit
pada malam
hari di dalam
maupun diluar
rumah
Diagnostik
Malaria
04
DIAGNOSIS MALARIA •Suhu •Peme
•Keluha
n/gejala
A tubuh
aksiler
Pe riksaa Pe
klinis n
•Riwaya ≥37,50
m Mikro me
n
t sakit C
•Konjuc skopis
rik
malaria
tiva (Gold

eri
dan
riwayat atau Stand
minum
obat a telapa ard)
•Detek sa
ks
k
malaria tangan si
•Riwaya
an
m
pucat antige
t •Sklera
aa
berkunj
n
ung ke
ikterik
•Pembe
(RDT)
•Peme La
n
daerah

n
saran riksaa
bor
endemi
s limpa
n
malaria (splen
biomo

es Fi ato
•Riwaya omega
t tinggal li) lekule
di •Pembe r PCR
daerah saran
sik
:
riu
endemi
s
malaria
is hati
(hepat
omega
mend
eteksi
DNA m
li)
Peran Laboratorium
Pemeriksa Malaria

Pengobatan
“Pengobatan Malaria berdasarkan hasil
Konfirmasi pemeriksaan laboratorium”
Laboratorium
Surveilans
“Surveilans kasus malaria berdasarkan
“Konfirmasi laboratorium kepada hasil diagnostik yang akurat
sebagai dasar dalam kegiatan dengan memantau mutu diagnostik ”
intervensi selanjutnya dalam
penanggulangan malaria” Respon Penanggulangan
“Respon Penanggulangan berdasarkan
kasus positif malaria yang didapatkan dari
hasil diagnostik yang akurat dengan
memantau mutu diagnostik ”
Jejaring Surveilans Malaria Berbasis Laboratorium

Kemenkes: • Uji silang mikroskop


SubDit Malaria &Subdit Terkait Lab
Lab Rujukan National
(Litbang/BBLK/BBTKL) • PCR
di Ditjen Yankes

Lab Rujukan Provinsi • Uji silang mikroskop


Dinkes Provinsi (BBLK/BBTKL/Lokalitbang/ (discordance)
Mal center/Labkesda) • PCR

Lab Rujukan Kab/Ko


Dinkes Kab/Ko (BLK/Labkesda/Mal center) Uji silang mikroskop

Fasyankes
(PKM/RS/Lab klinik) • Mikroskop
• RDT

RDT (+) RDT (+)

Puskesmas
PustuPembantu / Bidan Fasyankes tanpa
RDT
desa/ Post Malaria Desa mikroskopis
Kegiatan Penjaminan Mutu Diagnostik
Malaria

Sumber Daya Manusia Uji Silang


Pengiriman slide rutin
Untuk memastikan SDM
setiap bulan ke petugas uji
yang bekerja terampil dan
silang kab/kota
memenuhi kualifikasi.

Standar Prosedur Panel Tes dalam Bimtek


Operasional Kegiatan panel tes
menggunakan slide standar
Memastikan proses Internal Eksternal
yang dilaksanakan pada waktu
pembuatan dan pembacaan Bimtek untuk menilai
slide sesuai dan juga kompetensi petugas
penggunaan dan pembacaan
RDT
Profesiensi Tes
Alat, Bahan dan Kualitas Untuk menilai mutu
Reagensia kinerja diagnostik
Memastikan alat dan bahan diagnostik instansi oleh BBLK
sesuai standar
KMK RI Nomor Hk.02.02/Menkes/400/2016 Tentang BBLK
Sebagai Penyelenggara PNPME Tingkat Nasional
Pengobatan
Malaria 05
Pengobatan Malaria (1)

Pengobatan : ACT
(Artemisinin based Combination Therapy)
+ Primakuin
Pengobatan Malaria (2)
Pengobatan Malaria Pengobatan Malaria
Falciparum Vivaks

DHP + PRIMAKUIN

1. DHPselama 3 hari 1. DHP selama 3 hari


2. Primakuin dosis 0.25 mg/kg BB 2. Primakuin dosis 0.25 mg/kg BB selama 14
pada hari I hari

Primakuin tidak boleh pada bayi < 6 Primakuin tidak boleh pada bayi < 6
bulan dan ibu hamil bulan dan ibu hamil
Pengobatan Malaria (3)

● PENGOBATAN MALARIA ● PENGOBATAN MALARIA


OVALE MALARIAE

DHP saja
DHP + PRIMAKUIN
1. DHP selama 3 hari
Seperti Mal. Vivaks
2. Tanpa Primakuin
1. DHP selama 3 hari
2. Primakuin dosis 0.25 mg/kg BB selama 14 PENGOBATAN MALARIA
hari CAMPURAN (MIX)

● Primakuin tidak boleh pada bayi < 6 bulan DHP + Primakuin = Mal. Vivaks
DHP selama 3 hari dan primakuin selama 14
dan ibu hamil hari
31
Pengobatan Malaria (4)
Pengobatan Malaria Pengobatan Malaria Pada
Knowlesi Ibu Hamil
TRIMESTER 1-3 : ACT
ACT (DHP )selama 3 hari
Primakuin dosis 0.25 mg/kg BB pada
hari I ACT selama 3 hari
Primakuin tidak boleh pada bayi < 6 Tanpa Primakuin
bulan dan ibu hamil
Pengobatan Malaria Berat (1)
● Dahulu malaria berat hanya disebabkan oleh Plasmodium falciparum
● Biasanya timbul pada kasus Plasmodium falciparum ringan-sedang
yang terlambat ditangani dengan baik
● Penemuan sekarang, malaria berat juga dapat disebabkan oleh: P.
vivax dan P. knowlesi
Pengobatan Malaria Berat (2)
● LINI 1
 Artemisinin :
○ Artesunat injeksi

○ Setelah pasien sadar dgn pemberian artemisinin iv/im, dilanjutkan


dengan obat anti-malaria oral (ACT) kombinasi:
■ DHP + Primakuin, jika tidak tersedia DHP dpt diberikan:
■ Kina tab + Tetrasiklin/ Doksisiklin/ Klindamisin + Primakuin

● LINI 2 : KINA HCl 25 % 35


ARTESUNAT Obat untuk Malaria Berat
I.V / I.M

Kina HCl

1 fl = 60 mg

36
Surveilans
Malaria 06
Kegiatan Surveilans dan Monitoring
Evaluasi
01 Penigkatan Penemuan Kasus 02 Penguatan Sistem informasi dan ME

• Kunjungan rumah secara rutin oleh kader untuk • Sosialisasi dan OJT Sismal
menemukan kasus malaria • Pelatihan analisis data untuk pengambilan
• Kegiatan MBS terutama di daerah yang tidak tersedia keputusan, intervensi dan perencanaan
kader program
• Survei kontak serumah pada kasus positif malaria • Stratifikasi fokus dan endemisitas, pemetaan
• Penemuan kasus melalui kegiatan integrasi program, dan pemantauan capaian per desa
seperti: • Penyusunan laporan tahunan/factsheet untuk
1. Skrining malaria pada bumil K1 dan Balita sakit
advokasi
melalui MTBS
032. Skrining malaria terintegrasi dengan kunjungan 04
pendataan PIS-PK Penguatan Surveilans Vektor
3. Integrasi skrining malaria dan tracing/skrining Covid-
19
• Pelatihan entomologi malaria
4. Skrining malaria di sekolah terintegrasi dengan
program UKS
• Pelaksanaan Surveilans dan pemetaan
5. dll tempat perindukan
• Pemantauan penggunaan kelambu 1-1-13
Kebijakan Surveilans Malaria
1. Surveilans & sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari sistem surveilans epidemiologi nasional
untuk mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan akurat
2. Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing
wilayah
3. Seluruh suspek malaria harus diperiksa secara laboratorium dengan menggunakan mikroskop atau Rapid
diagnostic Test (RDT). Penemuan kasus dilakukan secara pasif maupun aktif untuk menjamin cakupan penemuan
yang tinggi sehingga data yang didapatkan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
4. Surveilans kasus malaria berdasarkan hasil diagnostik yang akurat dengan memantau kualitas mutu diagnostik
secara mikroskopis maupun Rapid diagnostic Test (RDT).
5. Seluruh layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang melakukan pemeriksaan malaria harus
melaporkan secara rutin kepada dinas kesehatan setempat.
6. Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas melakukan analisis data secara rutin untuk
menghasilkan informasi strategis malaria, antara lain mengenai endemisitas, distribusi kasus, fokus, faktor risiko
termasuk pemetaannya; analisis tren dan kewaspadaan KLB di wilayah kerja masing-masing.
7. Setiap daerah yang telah masuk tahap pembebasan (API < 1 per 1000 penduduk) harus melakukan penyelidikan
epidemiologi untuk setiap kasus dan fokus.
Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi
malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-
masing wilayah
API>5 API 1-5 API < 1 Pemeliharaan

Mengidentifikasi kelompok Mendeteksi kasus dengan


Mencegah munculnya
Peningkatan Penemuan yang berisiko, fokus cepat agar dapat dilakukan
Tujuan Kasus penularan, faktor risiko respon penanggulangan
kembali kasus penularan
setempat.
penularan malaria sebelum terjadi penularan

Seseorang dengan keluhan utama malaria demam, menggigil,


berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, Selain gejala utama ditanyakan juga riwayat berkunjung ke
Definisi Suspek diare dan nyeri otot atau pegal-pegal dan gejala khas di daerah endemik malaria dan mendapat transfusi darah
masing-masing daerah.

Immediate Case Notification Immediate Case Notification


Periode Pelaporan Bulanan Mingguan
(< 24 jam ) (< 24 jam )
Penyelidikan
Epidemiologi kasus Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus Setiap kasus Setiap kasus
dan fokus
Indikator Utama API, PR, ABER % Kasus yang di PE, % Desa Teridentifikasi Fokusnya

Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus


Kriteria KLB Peningkatan Kasus
Indigenous
Satu kasus indigenous
Penyelidikan Epidemiologi
(PE 1-2-5)

• Setiap kasus malaria harus ditindaklanjuti dengan penyelidikan epidemiologi


untuk menentukan asal penularan (kasus indigenous/impor)
• Survei kontak dilakukan secara selektif pada populasi yang berisiko
• Rumah Sakit atau klinik yang menemukan kasus malaria harus segera
melaporkan kasus pada Dinkes/Puskesmas agar bisa segera ditindaklanjuti
dengan penyelidikan epidemiologi
• Notifikasi silang kasus impor pada daerah asal penularan perlu dilakukan
terutama jika daerah tersebut merupakan daerah endemis rendah
• Penulisan alamat asal penularan perlu jelas nama desa, kecamatan, kab dan
provinsi
• Kegiatan PE harus ditindaklanjuti dengan kegiatan penanggulangan terutama
jika ditemukan kasus indigenous
Surveilans Migrasi Malaria
Daerah Bebas
Malaria
Kegiatan Pokok:
•Mengidentifikasi daerah malaria dan
KLB
penduduk yang bermigrasi
Daerah Endemis
Malaria
•Penemuan dan pengobatan kasus malaria
•Notifikasi
•Pemberian KIE tentang malaria pada pelaku
perjalanan
TUJUAN:
Mencegah terjadinya penularan malaria terutama yang berasal dari kasus impor sebagai akibat dari
migrasi penduduk

TEMPAT PELAKSANAAN:
Surveilans migrasi malaria dilakukan oleh Puskesmas Bersama kader malaria di Desa, selain itu juga dilaksanakan
di Kantor Kesehatan Pelabuhan yang ada di Pelabuhan laut maupun udara
Alur Pelaporan SISMAL V2
PUSDATIN
(DHIS Dashboard) Subdit Malaria
Input Data Online:
• Logistik
• SDM
SERVER Dinkes Provinsi
• Individual Data Crosschecker
• QA Data Management

Dinkes Kab/Kota

Excel Data Input


• Penemuan Kasus
• Kasus dan Fokus Investigasi
• Penanggulangan Vektor dan Surveilans
• Logistik
Rumah Sakit/Klinik Puskesmas
Web Data Input
• Data Individu Mikroskopis
• Data Dasar Lab
Alur Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas
Kegiatan Luar Gedung Kegiatan Dalam Gedung
Suspected
Malaria

Formulir Penemuan Pasif


Formulir Penemuan Aktif Formulir Rawat
Jalan/Inap
Skrining dan pembagian
MBS, Penyelidikan Epidemiologi, kelambu pada Ibu Hamil dan
Formulir skrining Balita Sakit
Kunjungan Rumah, Surveilans
Laboratorium
Migrasi,dll

Kartu Pasien
Malaria
Penyelidikan • Data Stok Logistik
Epidemiologi Data Klasifikasi Fokus
SISMAL
Penanggulangan LLINs, IRS, Larvae • Data Mikroskopis Individu
dan Surveilans Source Management,
Vektor Pemetaan Reseptivitas SIP
Pencegahan
Malaria 07
PENCEGAHAN MALARIA (1)

1. MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK

 Tidur memakai kelambu


 Memakai obat nyamuk.
 Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah
 Menjauhkan kandang ternak dari rumah
 Apabila keluar rumah pada malam hari memakai pakaian
yang tertutup (contoh: baju dan celana panjang, sarung, dll)
atau memakai lotion anti nyamuk
PENCEGAHAN MALARIA (2)
2.MEMBERSIHKAN LINGKUNGAN:
 Menimbun genangan air/sarang nyamuk
 Membersihkan lumut pada mata air dan danau

3.MENGURANGI BANYAKNYA NYAMUK


 Menebarkan ikan pemakan jentik ; kepala timah,mujahir di lagiun dan
mata air sekitar rumah
 Menyebarkan racun jentik nyamuk
 Pengeringan dan penimbunan tempat perindukan / berkembang biak
PENCEGAHAN MALARIA (3)

4. MEMAKAN OBAT PENCEGAHAN

 Peruntukan : pelaku perjalanan yang akan ke


 daerah endemis malaria/short travelling
 Obat yang digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin
dengan dosis 100mg/hari
 Diminum 1 hari sebelum bepergian, selama tinggal di daerah
endemis, sampai 4 minggu setelah kembali
 Tidak dianjurkan konsumsi lebih dari 6 bulan
Tidur di dalam kelambu Memasang kawat kasa Membersihkan
lingkungan
antinyamuk

Menyebarkan ikan pemakan jentik


TANAMAN PENGUSIR
NYAMUK

 Alternatif untuk mengurangi


kepadatan nyamuk
1. ZODIA
Orang Papua biasa menggosok kulitnya 2
dengan daunnya. Nyamuk tidak suka
aroma (karena kandungan evodiamin &
rutaecarpine),berbau tajam,sehingga bisa
menghalau nyamuk (6 jam), daya halaunya
70%

3 Ketika berbunga Lavender mengeluarkan 4


aroma harum. Aroma ini tidak disukai oleh
nyamuk. Dapat di tanam di pot atau tanah dan
diletakkan di dekat jendela kamar. Jika bunga
laveder disuling dapat digunakan sebagai lotion
anti nyamuk
Perubahan Perilaku untuk Mencegah
Penularan Malaria (1)

1. Membangun Samijaga di dalam rumah


2. Kegiatan MCK diluar rumah agar diupayakan hanya dilakukan
pada saat sebelum matahari terbenam atau setelah matahari
terbit
3. Dimasyarakatkan pemasangan kawat nyamuk di rumah penduduk
4. Dimasyarakatkan tidur memakai kelambu berinsektisida
5. Apabila penduduk mempunyai kegiatan keluar malam (diluar
rumah) hendaknya memakai pakaian yang menutup sebagian
besar badan, (baju lengan panjang & celana panjang dan rok/kain
panjang sampai ke mata kaki) atau memakai repelent/ pencegah
gigitan nyamuk
54
Perilaku Positif untuk Mencegah
Penularan Malaria (2)

Kegiatan dilakukan masyarakat sendiri/ perorangan :

• Kegiatan rutin menghilangkan tempat perindukan nyamuk


dengan kegiatan kerja bakti/Jum’at bersih
• Pembersihan tanaman air di badan air
• Pembersihan vegetasi (mata air, rembesan kanal irigasi,
bawah tanaman salak dll)
• Pembukaan lagon untuk mengalirkan air laut
• Penanaman padi serempak
• Tanaman anti nyamuk

55
Apa yang harus dilakukan Tim
Nusantara Sehat
• Mendorong upaya eliminasi dan pemeliharaan malaria
• Sosialisasi ke masyarakat ttg pencegahan & penularan
Malaria
• Pemberdayaan masyarakat utk menemukan suspek
malaria
• Penemuan secara dini dan pengobatan sesuai standar
• Pengendalian vektor terpadu dg pengelolaan
lingkungan
• Mampu menerapkan Surveilans Malaria dan
Manajemen Data Malaria (PE 125, surveilans migrasi,
penemuan kasus, SISMAL, Profil dan Peta endemisitas,
dll)
Thanks!
Visit ou
rw
informa ebsite for mo
tion: m r
alaria.i e
d

CREDIT
S: T
created b his presentation
t
Flaticon y Slidesgo, inclu emplate was
, infogra ding icon
phics &
images b s by
y Freepi
k

Anda mungkin juga menyukai