Anda di halaman 1dari 19

D

Oleh:

Nama: Debi Yuliani

Kelas : VII.10

SMP NEGERI 18 PALEMBANG

TAHUN AJARAN

2016/2017
1. Suku Madura
Suku madura merupakan kelompok suku terbesar ke-3 di Indonesia. Jumlahnya kira-
kira 12 juta atau 7% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Dalam perkembangannya, suku
madura telah benyak tersebar ke seluruh wilayah di Indonesia, tetapi Pulau Madura menjadi
pusat kebudayaan suku bangsa ini.

A. Bahasa Daerah
Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan oleh Suku Madura. Bahasa Madura
merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga
mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Madura
mempunyai pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura sangat susah
untuk mempelajarinya.

B. Rumah Adat
Rumah adat yang dimiliki oleh masyarakat Madura adalah halaman panjang yang
biasa disebut Tanian Lanjang yang membuktikan kekerabatan masyarakat Madura. Rumah
adat Madura ini memiliki satu pintu di depan rumah, agar pemilik rumah dapat mengontrol
aktivitas keluar masuk keluarga. Pintu yang dihiasi ukir-ukiran asli Madura dengan warna
hijau dan merah yang memiliki lambang kesetiaan dan perjuangan.

Gambar : Rumah Adat Madura Tanian Lanjang

C. Tarian Daerah
Tarian yang dimiliki masyarakat Madura ini merupakan tarian yang menggambarkan
karakter orang Madura yang sangat religius, tarian ini dinamakan tarian Shalawat Badar atau
Rampak Jidor. Seluruh gerak dan alunan irama nyanyian yang mengiringi tari ini
mengungkapkan sikap dan ekspresi sebuah puji-pujian, doa dan zikir kepada Allah. Selain
tarian tersebut, suku Madura masih memiliki tarian lainnya yaitu tarian topeng Gethak dan
tarian Rondhing.

Gambar : Tarian Khas Madura Rampak Jidor


D. Pakaian Adat
Nama pakaian adat Madura untuk pria adalah baju pesaan. Baju pesaan adalah baju
hitam yang serba longgar dengan dalaman berupa kaos belang merah putih atau merah hitam.
Baju ini dikenakan bersama dengan celana gomboran, yaitu celana kain hitam yang
panjangnya tanggung antara lutut dan mata kaki. Penggunaannya dilengkapi dengan odeng
atau penutup kepala sederhana dari balutan kain, sarung kotak-kotak dan sabuk katemang,
tropa atau alas kaki serta senjata tradisional Madura yang berupa celurit. Sedangkan pakaian
adat untuk wanita adalah kebaya tanpa kutu baru dan kebaya rancongan.

Gambar : Pakaian Adat Suku Madura

2. Suku Batak
Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara.
Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku bangsa
yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur. Suku bangsa yang
dikategorikan ke dalam suku batak yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak
simalngun, Batak angkola, dan batak Mandailing.

A. Bahasa Daerah
Bahasa yang digunakan oleh orang Batak adalah bahasa Batak. Tapi sebagian juga
ada yang menggunakan bahasa Melayu. Setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda.
Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat pakpak dipakai oleh Batak Pakpak,
dan sebagainya.

B. Rumah Adat
Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera Utara. Rumah ini
terbagi atas dua bagian yaitu Jabu Parsakitan dan Jabu Bolon. Jabu parsakitan adalah tempat
penyimpanan barang. Tempat ini juga terkadang dipakai sebagai tempat untuk pembicaraan
terkait dengan hal-hal adat. Jabu bolon adalah rumah keluarga besar. Rumah ini tidak
memiliki sekat atau kamar sehingga keluarga tinggal dan tidur bersama. Rumah Balai Batak
Toba juga dikenal sebagai Rumah Bolon. Rumah ini berbentuk seperti rumah panggung yang
disangga oleh beberapa tiang penyangga. Tiang penyangga rumah biasanya terbuat dari kayu.

C. Tarian Daerah
Tari Tor-tor merupakan kesenian yang dimiliki suku Batak. Tarian ini bersifat megis.
Ada lagi tari serampang dua belas yang hanya bersifat hiburan.
Gambar : Rumah Adat Bolon Batak Toba Gambar : Tari Tor-tor

D. Pakaian Adat Suku Batak


Pakaian adat tradisional Batak Toba biasanya memiliki ciri khas penggunaan kain
Ulos, kain tenun khas Sumatera Utara. Pakaian adat ini biasa digunakan ketika menghadiri
upacara atau ritual adat seperti pernikahan atau pesta.

Gambar : Pakaian Adat Suku Batak Toba

3. Suku Betawi
Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya
bertempat tinggal di Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari
hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang
mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan
bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.

A. Bahasa Daerah
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa
informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Dialek
Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir.
Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a".
Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena
berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar
Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling
selatan di Meester (Jatinegara).
B. Rumah Adat
Rumah adat Betawi adalah rumah kebaya. Disebut dengan rumah kebaya dikarenakan
bentuk atapnya yang menyerupai pelana yang dilipat dan apabila dilihat dari samping maka
lipatan-lipatan tersebut terlihat seperti lipatan kebaya. Ciri khas dari rumah ini adalah rumah ini
memiliki teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantai keluarga.

C. Tarian Daerah
Salah satu jenis tarian khas suku betawi adalah tari topeng. Tari topeng terdiri dari
gerakan-gerakan tarian yang indah dan gemulai, biasanya dipentaskan dalam acar penting
seprti penyambutan tamu, pernikahan, khitanan. Tarian topeng betawi ini dipercaya kalau
topeng yang digunakan untuk menari ini memiliki kekuatan magis yang berfungsi untuk
menolak bala dan menghilangkan rasa sedih. Maka ketika melakukan tarian ini penari selalu
ceria dengan gerakan tangannya.

Gambar : Rumah Kebaya Gambar : Tari Topeng Khas Suku Betawi

D. Pakaian Adat Betawi


Pakaian adat laki-laki suku betawi yaitu berupa baju koko berwarna polos atau biasa
disebut sadariah yang dipadukan dengan celana kolor panjang bermotif batik dengan warna
yang tidak terlalu ramai biasanya hanya putih, hitam, dan coklat. Sebagai pelengkap
ditambahkan pula dengan kain pelekat berbentuk selendang yang diselempangkan pada leher
atau ditempatkan sebelah pundak serta peci warna hitam dari bahan beludru. Sedangkan
untuk perempuan yaitu berupa baju kurung dengan warna yang mencolok yang dipadukan
dengan kain sarung batik bercorak geometri dengan warna-warna yang cerah. Sebagai
pelengkap ditambahkan pula dengan penggunaan tutup kepala berupa kerudung atau
selendang dengan warna yang senada dengan baju yang dikenakan.

Gambar : Pakaian khas suku betawi


4. Suku Asmat
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran
kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir
pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu
sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual.

A. Bahasa Daerah
Pada masyarakat Asmat terdapat bahasa-bahasa yang oleh para ahli Language of The
Southern Division yaitu bahasa-bahasa bagian selatan Papua. Penggolongan bahasa tersebut
dipelajari oleh C.L. Voorhoeve (1965) dan masuk pada golongan filum bahasa-bahasa Papua
Non-Melanesia. Bahasa-bahasa tersebut digolongkan lagi berdasarkan wilayah orang Asmat
yaitu orang Asmat wilayah pantai atau hilir sungai dan Asmat hulu sungai.

B. Rumah Adat
Rumah tradisional suku asmat adalah Jeu dengan panjang sampai 25 meter. Ada tiga
bentuk rumah, yaitu:
1. Rumah setengah di bawah tanah (semi sub-terranian dwelling).
2. Rumah di atas tanah (Surface dwelling)
3. Rumah-rumah di atas tiang (Pile dwellings)

C. Tarian Daerah
Tarian perang atau Tari Tobe adalah tarian tradisional Suku Asmat. Tari ini sering
digunakan apabila ada upacara adat tertentu. Tarian ini dilakukan oleh 16 orang penari laki-
laki dan 2 orang penari perempuan. Mereka menari diiringi dengan tifa dan lantunan lagu-
lagu perang pembangkit semangat. Penari menggunakan busana tradisional dengan manik-
manik yang menghiasi dada, rok terbuat dari akar bahar, dan daun-daun yang disisipkan pada
tubuh.

Gambar : Rumah Jeu Gambar : Tari Perang


D. Pakaian Daerah
Secara umum, pakaian adat pria dan perempuan Suku Asmat hampir sama, hanya
memakai sebuah bawahan seperti rok yang terbuat dari rajutan daun sagu. Pada bagian
kepala, dikenakan penutup yang terbuat dari rajutan daun sagu dan pada sisi atasnya dipenuhi
bulu burung kasuari. Suku Asmat memakai pakian adat rumbai-rumbai, hanya untuk
menutupi bagian tertentu.

Gambar : Pakaian Adat Suku Asmat

5. Suku Bugis
Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke
Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata
"Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada
raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La
Sattumpugi.

A. Bahasa Daerah
Bahasa Bugis adalah bahasa yang digunakan etnik Bugis di Sulawesi Selatan, yang
tersebar di kabupaten sebahagian Kabupaten Maros, sebahagian Kabupaten Pangkep,
Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kabupaten Pinrang, sebahagian kabupaten Enrekang,
sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten
Soppeng,Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan
Kabupaten Bantaeng. Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional memakai aksara
Lontara. Pada dasarnya, suku kaum ini kebanyakannya beragama Islam Dari segi aspek
budaya, suku kaum Bugis menggunakan dialek sendiri dikenali sebagai Bahasa Ugi dan
mempunyai tulisan huruf Bugis yang dipanggil aksara Bugis. Aksara ini telah wujud sejak
abad ke-12 lagi sewaktu melebarnya pengaruh Hindu di Kepulauan Indonesia.

B. Rumah Adat
Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung
dari suku yang lain (Sumatera dan Kalimantan). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang,
dengan tambahan disamping bangunan utama dan bagian depan, orang bugis menyebutnya legolego.
Berikut adalah bagian bagiannya utamanya :
1. Tiang utama ( alliri ). Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya
tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi padaumumnya, terdiri dari 3 / 4
baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.
2. Fadongko, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri disetiap
barisnya.
3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling
tengah tiap barisnya.
Gambar : Rumah Adat Suku Bugis

C. Tarian Daerah
1. Tari pelangi atau tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tarian minta hujan.
2. Tari paduppa Bosara adalah tarian yang menggambarkan jika orang Bugis kedatangan tamu
akan dihidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
3. Tari Pattennung adalah tarian adat yang menggambarkan perempuan yang sedang menenun
benang menjadi kain. Melambangkan ketekunan dan kesabaran perempuan Bugis.

D.Pakaian Adat
Baju Bodo adalah pakaian tradisional perempuan suku Bugis Makassar, Sulawesi, dan
Bugis Pagatan, Kalimantan, Indonesia. Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan
pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Perempuan Bugis mengenakan pakaian
sederhana. Sehelai sarung menutupi pinggang hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain
muslin (kasa), memperlihatkan payudara dan leluk-lekuk dada. Menurut adat Bugis, setiap
warna baju bodo yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat
pemakainya. Pakaian ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan. Tetapi
kini, baju bodo mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari atau
menyambut tamu agung.

Gambar : Tarian Paduppa Bosara Gambar : Baju Bodo


6. Suku Banjar
Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang menempati
wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan
Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi,
Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang Banjar pada abad ke-19 ke
Kepulauan Melayu.

A. Bahasa Daerah
Bahasa Banjar merupakan bahasa ibu Suku Banjar. Bahasa ini berkembang sejak
zaman Kerajaan Negara Dipa dan Daha yang bercorak Hindu-Buddha hingga datangnya
agama Islam di Tanah Banjar. Banyak kosakata-kosakata bahasa ini sangat mirip dengan
Bahasa Dayak, Bahasa Melayu, maupun Bahasa Jawa.

B. Rumah Adat
Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-
cirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental,
dekoratif dan simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan
gaya dan ukirannya sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Dari
sekian banyak jenis-jenis rumah Banjar, tipe Bubungan Tinggi merupakan jenis rumah Banjar
yang paling dikenal dan menjadi identitas rumah adat suku Banjar.

Gambar : Rumah Banjar

C. Tarian Daerah
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di
lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton
ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan
kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu,
semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan
kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan
adab islam mengalami sedikit perubahan.

D. Pakaian Adat
Sasirangan adalah kain adat suku Banjar di Kalimantan Selatan, yang dibuat dengan
teknik tusuk jelujur kemudian diikat tali rafia dan selanjutnya dicelup. Kata Sasirangan
berasal dari kata sirang (bahasa setempat) yang berarti diikat atau dijahit dengan tangan dan
ditarik benangnya atau dalam istilah bahasa jahit menjahit dismoke/dijelujur. Kain sasirangan
yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan (Kalsel) menurut para tetua
masyarakat setempat, dulunya digunakan sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk
dipakai kaum lelaki serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum
wanita.

7. Suku Minangkabau
Minangkabau atau disingkat Minang merujuk pada entitas kultural dan geografis yang
ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan
identitas agama Islam. Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatera Barat,
separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera
Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang
Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk pada nama ibu kota provinsi
Sumatera Barat Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya dengan
sebutan urang awak, bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.

A. Bahasa Daerah
Bahasa Minangkabau termasuk salah satu anak cabang rumpun bahasa Austronesia.
Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa
Melayu, ada yang menganggap bahasa yang dituturkan masyarakat ini sebagai bagian dari
dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya,
sementara yang lain justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda
dengan Melayu serta ada juga yang menyebut bahasa Minangkabau merupakan bahasa Proto-
Melayu. Selain itu dalam masyarakat penutur bahasa Minang itu sendiri juga sudah terdapat
berbagai macam dialek bergantung kepada daerahnya masing-masing.

B. Rumah Adat
Rumah adat Minangkabau disebut dengan Rumah Gadang, yang biasanya dibangun di
atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku tersebut secara turun temurun. Rumah
adat ini dibuat berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bagian muka dan
belakang. Umumnya berbahan kayu, dan sepintas kelihatan seperti bentuk rumah panggung
dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau yang biasa disebut gonjong dan
dahulunya atap ini berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Di halaman depan
Rumah Gadang, biasanya didirikan dua sampai enam buah Rangkiang yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan padi milik keluarga yang menghuni Rumah Gadang tersebut.

Rumah Gadang
C. Tarian Daerah
Tari pasambahan adalah tarian tradisional suku minangkabau yang dimainkan
bermaksud sebagai ucapan selamat datang ataupun ungkapan rasa hormat kepada tamu
istimewa yang baru saja sampai, selanjutnya tari piring merupakan bentuk tarian dengan
gerak cepat dari para penarinya sambil memegang piring pada telapak tangan masing-masing,
yang diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang.

D. Pakaian Adat
Bundo kanduang atau Limpapeh Rumah nan gadang merupakan pakaian adat
Minangkabau yang dikenakan oleh para wanita yang sudah menikah. Limpapeh artinya tiang
tengah pada sebuah bangunan dan tempat memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya.
Apabila tiang tengah ini ambruk maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata
lain perempuan di Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Secara umum,
pakaian adat Bundo kanduang ini memiliki desain yang berbeda-beda pada setiap suku. Akan
tetapi, beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam pakaian tersebut antara lain
tingkuluak (tengkuluk), baju batabue (bertabur), lambak atau sarung, selempang, dukuah
(kalung), gelang dan aksesoris lainnya.

8. Suku Nias
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa
aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha =
manusia) dan pulau Nias sebagai "Tan Niha" (Tan = tanah). Suku Nias mengenal sistem
kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk
mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang
ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

A. Bahasa Daerah
Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa dunia yang masih bertahan hingga sekarang
dengan jumlah pemakai aktif lebih dari setengah juta orang. Bahasa ini dapat dikategorikan
sebagai bahasa yang unik karena merupakan salah satu bahasa di dunia yang setiap akhiran
katanya berakhiran huruf vokal. Bahasa Nias mengenal enam huruf vokal, yaitu a, e, i, u, o
dan ditambah dengan (dibaca dengan "e" seperti dalam penyebutan "enam" dan "pepaya").
Bahasa Nias memiliki tiga dialek yakni dialek utara, tengah dan selatan. Dialek utara
umumnya digunakan oleh penduduk di bagian utara Nias, Timur, serta Kota Gunungsitoli,
dialek tengah digunakan oleh sebagian penduduk di Kabupaten Nias Barat, dan dialek selatan
digunakan oleh penduduk di Nias Selatan dan Kepulauan Batu.

B. Rumah Adat
Omo Sebua adalah jenis rumah adat atau rumah tradisional dari Pulau Nias, Sumatera
Utara. Omo sebua adalah rumah yang khusus dibangun untuk kepala adat desa dengan tiang-
tiang besar dari kayu besi dan atap yang tinggi. Omo sebua didesain secara khusus untuk
melindungi penghuninya daripada serangan pada saat terjadinya perang suku pada zaman
dahulu. Akses masuk ke rumah hanyalah tangga kecil yang dilengkapi pintu jebakan. Bentuk
atap rumah yang sangat curam dapat mencapai tinggi 16 meter. Selain digunakan untuk
berlindung dari serangan musuh, omo sebua pun diketahui tahan terhadap goncangan gempa
bumi.

Rumah Adat Suku Nias : Omo Sebua

C. Tarian Daerah
Tari perang merupakan tarian daerah suku nias. Dalam menarikan tarian ini, penari
mengenakan pakaian warna warni terdiri dari warna hitam, kuning dan merah, dilengkapi
dengan mahkota di kepala. Layaknya kesatria dalam peperangan penari juga membawa
Tameng, pedang dan tombak sebagai alat pertahanan dari serangan musuh. Tameng yang
digunakan terbuat dari kayu bebentuk seperti daun pisang berada di tangan kiri yang
berfungsi untuk menangkis serangan musuh. Sedangkan pedang atau tombak berada di
tangan kanan berfungsi untuk melawan serangan musuh. Kedua senjata ini merupakan senjata
utama yang digunakan kesatria nias untuk berperang.

D. Pakaian Adat
Pakaian adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan rba
Sili untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau kuning
yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih. Adapun filosofi dari
warna itu sendiri antara lain:
1. Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Niobakola) dan pola
bunga kapas (Niobowo gafasi) sering dipakai oleh para bangsawan untuk
menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan kebesaran.
2. Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Niohulayo/ niogna) sering
dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah, keberanian dan kapabilitas para
prajurit.
3. Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan situasi
kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.
4. Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere)
menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian.

9. Suku Sunda
Suku Sunda (Urang Sunda) adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat
pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi
provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah
(Banyumasan). Orang Sunda tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten
dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya.
A. Bahasa Daerah
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda. Ada
beberapa dialek dalam bahasa Sunda. Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten dan
Lampung. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa
daerah Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung
dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di Kabupaten Majalengka
dan Indramayu. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Cirebon dan Kuningan, juga di
beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek
Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis, juga di beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan
Banyumas, Jawa Tengah.

B. Rumah Adat
Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda bergantung pada
bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional ada atap yang bernama suhunan
Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting,
dan Buka Pongpok. Dari kesemuanya itu, Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana dan
banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa. Jolopong memiliki dua
bidang atap yang dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah. Batang suhunan
sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap yang sebelah menyebelah,
sedangkan lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus di
kedua ujung suhunan itu.

Rumah Adat Sunda Jolopong

C. Tarian Daerah
Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena
merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.
Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu degung. Musik ini
merupakan kumpulan beragam alat musik seperti gendang, go'ong atau gong, saron, kacapi,
suling, angklung. dsb. Degung bisa diibaratkan 'Orkestra' dalam musik Eropa/Amerika. Ciri
khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang
terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh
seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering
dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.

D. Pakaian Adat
Pakaian khas Sunda yaitu kebaya yang merupakan pakaian khas Jawa Barat. Kebaya
adalah blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia yang terbuat dari bahan tipis
yang dikenakan dengan sarung, batik, atau pakaian rajutan tradisional lainnya seperti songket
dengan motif warna-warni.

10. Suku Aceh


Suku Aceh (bahasa Aceh: Ureung Ach) adalah nama sebuah suku penduduk asli
yang mendiami wilayah pesisir dan sebagian pedalaman Provinsi Aceh, Indonesia. Suku
Aceh mayoritas beragama Islam. Suku Aceh mempunyai beberapa nama lain yaitu Lam
Muri, Lambri, Akhir, Achin, Asji, A-tse dan Atse. Suku Aceh sesungguhnya merupakan
keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa yang menetap di tanah Aceh. Pengikat kesatuan
budaya suku Aceh terutama ialah dalam bahasa, agama, dan adat khas Aceh.

A.Bahasa Daerah
Bahasa Aceh termasuk dalam kelompok bahasa Aceh-Chamik, cabang dari rumpun
bahasa Melayu-Polinesia, cabang dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa-bahasa yang
memiliki kekerabatan terdekat dengan bahasa Aceh adalah bahasa Cham, Roglai, Jarai,
Rhade, Chru, Utset dan bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Chamik, yang
dipertuturkan di Kamboja, Vietnam, dan Hainan. Adanya kata-kata pinjaman dari bahasa
bahasa Mon-Khmer menunjukkan kemungkinan nenek-moyang suku Aceh berdiam di
Semenanjung Melayu atau Thailand selatan yang berbatasan dengan para penutur Mon-
Khmer, sebelum bermigrasi ke Sumatera. Kosakata bahasa Aceh banyak diperkaya oleh
serapan dari bahasa Sanskerta dan bahasa Arab, yang terutama dalam bidang-bidang agama,
hukum, pemerintahan, perang, seni, dan ilmu.

B. Rumah Adat
Rumah adat Aceh (bahasa Aceh: Rumoh Aceh) adalah rumah adat dari suku Aceh.
Rumah ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga
bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramo keu (serambi depan), seuramo teungoh
(serambi tengah) dan seuramo likt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya
yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka
keluarga.

C. Tarian Daerah
Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Seudati berasal dari
kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan
Nabi Muhammad utusan Allah. Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari
Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit
dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan
Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional
Indonesia.

D. Pakaian Adat
Pakaian adat pria adalah baje meukasah atau baju jas leher tertutup. Ada sulaman
emas yang menghiasi kerah baju. Jas ini dilengkapi dengan celana panjang yang disebut
cekak musang. Kain sarung yang dilipat di pinggang terbuat dari sutra yang disongket.
Sebilah rencong atau siwah berkepala emas atau perak dan berhiaskan permata diselipkan di
pinggang. Bagian kepala ditutupi oleh kopiah yang disebut makutup yang dililit oleh
tangkulok atau tampok dari emas. Wanita Aceh mengenakan baju kurung berlengan panjang
hingga sepinggul.

Gambar : Tari Seudati Gambar : Pakian Adat Suku Aceh

11. Suku Dayak Ngaju


Suku Dayak adalah nama yang oleh penjajah diberi kepada penghuni pedalaman
pulau Borneo. Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah Budaya maritim atau bahari.
Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama
kekeluargaannya.

A. Bahasa Daerah
Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan
Tengah, terutama didaerah sungai Kahayan dan Kapuas, bahasa Dayak Ngaju juga terbagi
lagi dalam berbagai dialeg seperti seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu
bahasa selain itu bahasa Maanyan dan Otdanum juga banyak digunakan. Bahasa Maanyan
banyak digunakan didaerah aliran sungai Barito dan sekitarnya sedangkan bahasa Otdanum
banyak digunakan oleh suku dayak Otdanum di hulu sungai Kahayan dan Bahasa Barito
timur bagian Tengah
B. Rumah Adat
Rumah adat Kalimantan Tengah dinamakan rumah betang. Rumah itu panjang bawah
kolongnya digunakan untuk bertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh 20 kepala
keluarga. Rumah terdiri atas 6 kamar, antara lain untuk menyimpan alat-alat perang, kamar
untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara adat dan agama, tempat penginapan
dan ruang tamu. Pada kiri kamam ujung atap dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.

C. Tarian Daerah
Tari Gantar merupakah salah satu tarian yang terdapat di Suku Dayak. Tarian ini
menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk
sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.
Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara
lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku
Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar
Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

D. Pakaian Adat
Pakaian adat pria Kalimantan Tengah Berupa tutup kepala berhiaskan bulu-bulu
enggang, rompi dan kain-kain yang menutup bagian bawah badan sebatas lutut. Sebuah
tameng kayu dengan hiasan yang khas bersama mandaunya berada di tangan. Perhiasan yang
dipakai berupa kalung-kalung manikdan ikat pinggang. Wanitanya memaki baju rompi dan
kain (rok pendek) tutup kepala berhiasakan bulu-bulu enggang, kalung manic, ikat pinggang,
danbeberapa kalung tangan.

12. Suku Toraja


Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan,
Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih
tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa.
Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan
kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah
mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.
A. Bahasa Daerah
Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja, dengan Sa'dan Toraja
sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah bahasa
resmi dan digunakan oleh masyarakat, akan tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di semua
sekolah dasar di Tana Toraja.
B. Rumah Adat
Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja. Atapnya melengkung menyerupai
perahu, terdiri atas susunan bambu (saat ini sebagian tongkonan menggunakan atap seng). Di
bagian depan terdapat deretan tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur
dan dapur.berasal dari kata tongkon (artinya duduk bersama-sama).
C. Tarian Daerah
Suku Toraja melakukan tarian dalam
beberapa acara, kebanyakan dalam upacara
penguburan. Mereka menari untuk
menunjukkan rasa duka cita, dan untuk
menghormati sekaligus menyemangati
arwah almarhum karena sang arwah akan
menjalani perjalanan panjang menuju
akhirat. Pertama-tama, sekelompok pria
membentuk lingkaran dan menyanyikan
lagu sepanjang malam untuk menghormati
almarhum (ritual terseebut disebut Ma'badong). Ritual tersebut dianggap sebagai komponen
terpenting dalam upacara pemakaman.
D. Pakaian Adat

Pakaian adat masyarakat Toraja disebut


sebagai baju Pokko untuk wanita, sedang pakaian
adat laki-laki di Toraja disebut seppa tallung. Warna
yang dominan untuk pakaian adat ini adalah merah,
putih, dan kuning. Terdapat juga Kandore, yang
merupakan baju adat Toraja dengan hiasan manik-
manik untuk menghiasi dada, gelang, ikat kepala, dan
ikat pinggang.

13. Suku Minahasa


Suku Minahasa adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Sulawesi
Utara, Indonesia. Suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi Sulawesi
Utara.

A. Bahasa Daerah
Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalah
bahasa Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan
tapi sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.
B. Rumah Adat
Rumah adat Sulawesi Utara dari suku Minahasa bernama rumah Walewangko atau
Pewaris.

C. Tarian Daerah
Kabasaran adalah tarian perang dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara.

Rumah Adat Tarian Daerah


D. Pakaian Adat
Seperti daerah lain di pulau jawa,
jenis busana yang dikenakan oleh kaum
wanita Minahasa dan suku lain di propinsi
Sumatera Utara pada masa lalu, yaitu
berupa baju sejenis kebaya yang disebut
dengan nama (pakaian kulit kayu). Ada
pula yang mengenakan blus atau gaun
pasalongan rinegetan yang terbuat dari
tenunan bentenan. Sedangkan jenis pakaian
yang diperuntukkan bagi kaum pria yaitu
berupa baju karai. Baju karai merupakan
jenis baju tanpa lengan berbentuk lurus berwarna hitam yang terbuat dari ijuk yang
dipadukan dengan celana pendek atau celana panjang menyerupai bentuk celana piyama.

14. Suku Sasak


Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup di
daerah Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten Bengkulu
Selatan, yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna, dan Seginim.

A. Bahasa Daerah
Suku Sasak adalah sukubangsa yang mendiami pulau Lombok dan
menggunakan bahasa Sasak. Bahasa ini mempunyai gradasi sebagaimana bahasa
Bali dan bahasa Jawa.

B. Rumah Adat
Rumah tersebut terbuat dari bahan utama bambu yang mereka ambil dari hutan atau
kebun sekitar mereka. Untuk dindingnya, warga setempat membuat anyaman agar bisa
digunakan sebagai pembatas setiap ruangan atau dinding. Sedangkan bambu yang masih
berbentuk batangan, digunakan untuk tiang penyangga rumah. Uniknya, rumah adat sasak ini
memiliki atap dengan bentuk layaknya gunungan yang menukik ke bawah jika dilihat dari
kejauhan. Atap rumah tradisional suku sasak ini terbuat dari jerami atau akar alang-alang.
Sedangkan untuk bagian lantainya, rumah adat sasak Sade ini menggunakan tanah dengan
campuran batu bata, abu jerami dan juga getah pohon.

C.Tarian Daerah
Tari Peresean dilakukan oleh dua orang pria
Suku Sasak yang sudah dewasa. Kedua petarung ini
dipersenjatai dengan tongkat pemukul yang terbuat
dari bilah rotan. Untuk melindungi tubuh, para
petarung yang disebut pepadu akan menggunakan
tameng yang terbuat dari kulit kerbau yang cukup
tebal. Perisai ini disebut dengan Ende.
Selain kedua pepadu, ada juga wasit yang
disebut sebagai pakembar. Jumlahnya dua orang
juga, yaitu Pakembar Sedi (wasit pinggir) dan
Pakembar Teqaq (wasit tengah). Fungsi wasit ini
adalah untuk mengawasi jalannya pertandingan,
termasuk memisahkan kedua pepadu apabila pertarungan berjalan terlalu serius. Pakembar
juga bertugas memeriksa kesanggupan para pepadu untuk melanjutkan pertarungan, serta
memilih petarung dari kerumunan penonton

D. Pakaian Adat
Pakaian adat NTB bernama Lambung dan Pegon.

15.

Anda mungkin juga menyukai