Anda di halaman 1dari 19

Tis akut

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping juga merupakan karunia TuhanYang
Maha Esa yang perlu disyukuri. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya.

Fisiologi adalah mempelajari fungsi atau kerja tubuh manusia dalam keadaan
normal.Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ masing-masing dan fungsinya yang
khusus untuk dilaksanakan. Fisiologi sistem pencernaan manusia terdiri dari beberapa organ
rongga mulut, esopagus, lambung, usus kecil, usus besar, rectum, anus. Semua sistem
pencenaan itu akan bekerja sesuai dengan tugasnya namun tetap saling berkaitan untuk
mencerna semua makanan yang masuk ketubuh dan jika salah satu fungsi organ itu
terganggu maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit yang tidak dinginkan. Salah
satunya akibat peradangan pada lambung yang biasa disebut dengan istilah gastritis.

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel- sel radang pada daerah
tersebut (Valle, 2008). Penyakit ini sering terjadi. Badan penelitian WHO mengadakan
tinjauan terhadap beberapa negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka
kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada
35% dan Perancis 29,5%. Menurut WHO di Indonesia angka kejadian gastritis di beberapa
daerah juga cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.
Dan angka kejadian gastritis dari hasil penelitian yang dilakukan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tercatat, Jakarta mencapai 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,3%,
Bandung 32,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2% (Kemkes RI, Profil Kesehatan
Indonesia, 2009).

Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut,
perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak
nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian

1
atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan,
bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan
(hiccups). Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan
akhirnya asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak
lambung. Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Jika gastritis tidak
ditangani dengan tepat akan menimbulkan komplikasi yang mengarah kepada
keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi, etiologi, klasifikasi dan manifestasi dari gastritis?


2. Bagaimana patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan dan pencegahan yang
ditimbulkan dari gastritis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada klien gastritis?

C. Tujuan

1.Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan


gastritis.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah gastritis.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga dengan masalah gastritis

c. Menyusun dan melaksanakan rencana asuhan keperawatan keluarga dengan


masalah gastritis.

d. Melakukan evaluasi pada keluarga dengan masalah gastritis.

e. Mahasiswa mampu menerapkan teori pada mata kuliah sistem pencernaan


khususnya gastritis.

D. Manfaat
1) Mahasiswa
a) Sebagai bentuk memenuhi tugas struktur mata kuliah Sistem Pencernaan
b) Dengan makalah ini Mahasiswa dapat mempelajari gastritis dari penyebab
dan akibat tejadi dari gastritis

2
c) Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum mengenai gastritis
(Definisi,klasifikasi, etiologi,patofisiologi, manisfestasi klinis, penatalaksaan,
komplikasi, pencegahan, dan asuhan gastritis)
2) Pelayanan Kesehatan
a) Sebagai penunjang pelayanan kesehatan pada klien yang mengalami
dermatitis gastritis
b) Sebagai pedoman bagi generasi tenaga medis selanjutnya khususnya perawat
untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-cultural-
spiritual) dan mampu memandirikan klien dalam kondisi seutuhnya.
3) Institusi Pendidikan
Dengan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi Mahasiswa Ilmu
Keperawatan Universitas Tanjungpura Pontianak dan diahrapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya tentang peran perawat
terhadap masalah yang terjadi pada gastritis.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Gastritis

Gastritis atau yang biasa dikenal dengan istilah maag adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang bersifat akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia,
perasaan penuh diperut (tengah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah.
(Ardiansyah, 2012).

3
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel- sel radang pada daerah
tersebut. (Valle, 2008).

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi
yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan
tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor factor lain
seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit
dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan
gastritis, gejala dan tanda tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. (Gobe,
2014).

B. Klasifikasi Gastritis

Menurut Muttaqin (2011), gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Gastritis akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superficial.
2. Gastritis kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis
superficial, gastritis atrofik dan gastritis hipertrofik.

a) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta


perdarahan dan erosi mukosa.
b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa.
Pada perkembangannya dihubingkan dengan ulkus dan kanker lambung,
serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan
jumlah sel parietal dal sel chief.
c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan hemoragik.

Sedangkan klasifikasi gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf
2002) :

1. Gastritis akut

4
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti
bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi
bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung) ).
Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan ).

2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory . Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam
2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.
Tipe A
Tipe ini menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar
lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi
produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
Tipe B
Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada
dinding lambung.

C. Etiologi Gastritis

a. Gastritis akut

Penyebab gastritis akut menurut Robbins dalam Buku Ajar Patologi (2007), antara
lain :

1. Pemakaian obat NSAID terutama aspirin dalam jumlah besar


2. Konsumsi alkohol berlebihan
3. Merokok
4. Pemberian obat kemoterapi antikanker
5. Uremia
6. Infeksi sistemik
7. Stres berat (trauma, luka bakar, pembedahan)
8. Iskemia dan syok
9. Trauma mekanis (intubasi nasogastrik)
10. Upaya bunuh diri dengan cairan asam dan basa
11. Setelah gastrektomi distat disertai refluks bahan yang mengandung empedu

5
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis obat,
alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau intoksitasi dari bahan makanan
dan minuman, garam empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2011).

1) Obat-obatan, seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indomestasin,


Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide,Steroid, Kokain, agen kemoterapi),
Salisilat, dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung
2) Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin
3) Infeksi bakteri; seperti H. pylori (paling sering), H. heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan
secondary syphilis .
4. Merokok
5. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka,lada) menyebabkan
kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.
6. Kondisi yang stressful (trauma,luka bakar,kemotrapi dan kerusakan susunan
saraf pusat ) merangsang peningkatkan produksi HCI lambung..
7. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter plori, seherica coli, salmonella dan lain-
lain
8. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
9. Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan Phycomycosis
10. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa
11. Iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung lambung,
berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan
untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respons peradangan
pada mukosa lambung.

b. Gastritis kronik

Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu: infeksi dan non
infeksi menurut Wehbi (tahun 2008 dalam Muttaqin, 2011)

1) Gastritis infeksi

a) H. pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan


penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007)
b) Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Wehbi,
2008)

6
c) Infeksi parasit.
d) Infeksi virus.

2) Gastritis non-infeksi

a) Kondisi imunologi (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat


kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi
terhadap sel parietalnya
b) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin Gastropati
uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan ureum
terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis sekunder
dari terapi obat-obatan
c) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan
berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener
granulomatus, penggunaan kokain,Isolated granulomatous gastritis,
penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic
granuloma, Allergicgranulomatosis dan vasculitis, Plasma cell
granulomas Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan
granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung
d) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan
injuri radiasi pada lambung

D. Manifestasi Klinis Gastritis

Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan
saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang
khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti dibawah ini :

a. Anoreksia

b. Dyspepsia

c. Nausea

d. Rasa penuh

e. Nyeri pada epigastrium

f. Mual dan Muntah

g. Sendawa

7
h. Dapat terjadi perdarahan yang mengakibatkan hematemesis, melena, dan atau
renjatan

Secara khusus, manifestasi klinik dari gastritis akut pasien dapat mengalami
ketidaknyamanan, nyeri, sakit kepala, mulas, mual anoreksia yang sering disertai dengan
muntah dan cegukan. Beberapa pasien, asimtomatik. Kemudian apabila terjadi peradangan
dapat mengakibatkan perdarahan kedalam mukosa dan pada kasus yang lebih parah, dapat
terjadi terlepasnya epitel mukosa superficial (erosi). Sedangkan pada gastritis kronis dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman di abdomen astas serta mual dan muntah. Pengidap gastritis
kronis dapat mengalami hipoklororiadh, karena sel parietal tidak hilang sama sekali.
(Smeltzer, 2013).

E.Patofisiologi Gastritis

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zar iritan lainnya dapat merusak mukosa
lambung (gastritis erosif). Mukosa berperan penting dalam melindungi lambung dari
autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke
mukosa dan HCI akan merusak mukosa. Kehadiran HCI di mukosa lambung menstimuilasi
perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel
mast. Histamin akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
perpindahan cairan dari intrasel ke ekstasel dan menyebabkan edema kerusakan kapiler
sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi
mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.

Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi
terus menerus. Jaringan yang meradang akan di isi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan
mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang
dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau hilang sehingga cobalamin (vitamin
B 12) tidakdapat diserap di usus halus.Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam
pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami
anemia. Selain itu dinding lambung minipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan. (Suratun, 2010).

8
Asam dalam lumen + empedu, NSAIDs, Alhokol, Lain-lain

Epitel sawar lambung rusak

Asam kembali berdifusi ke mukosa lambung

Penghancuran sel mukosa

Pepsinogen-pepensin Asam Histamin

Perangsang kolenergik

Fungsi sawar Mobilitas Vasodilatasi kapiler permeabilitas


pepsinogen terhadap protein

Plasma bocor ke intestum edema


Plasma bocor kedalam lambung
Penghancuran kapiler dan vena kecil

Perdarahan

(Suratun, 2010)

F. Komplikasi Gastritis

1. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis atau melena
2. Gastritis kronis

9
Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus peptikus, perforasi dan anemia karena
gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa)
G. Penatalaksanaan Gastritis

1. Terapi yang dapat dilakukan dengan tepat pada klien gastritis meliputi terapi
konservatif dan medikamentosa
Terapi konservatif meliputi perubahan pola hidup, mengatasi stres, tidak
merokok, berhenti minum alkohol, atau kopi.
Terapi medikamentosa atau terapi farmakologis adalah terapi yang
menggunakan obat obatan. Terapi farmakologis meliputi obat obatan yang
menetralisir keasaman lambung seperti antasida, obat yang dapat mengurangi
produksi asam lambung yaitu Antagonis Histamin-2 (AH2), Proton Pump
Inhibitor (PPI), obat yang meningkatkan faktor defensif lambung yaitu Agonis
Prostaglandin atau Sukralfat dan Antibiotik untuk eradikasi H.pylori.
Terapi pendukung lainnya mencakup intubasi, analgesik, sedatif, serta cairan
intravena. Endoskopi fiber optik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi. Gastrojejuostomi atau
reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.

2. Pemeriksaan diagnostik (penunjang)

a. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia

b. Pemeriksaan serum vitanim B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defesiensi


B12

c. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses

d. Analisa gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCI lambung.


Achlohidria menunjukan adanya gastritis atropi.

e. Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel parietal
dan faktor intrinsik lambung terhadap helicobacter pylori.

f. Endosocopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada


kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.

g. Sitologi bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung.

10
h. Stool Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacter pylori dalam sampel
tinja seseorang. Hasil test yang positif menunjukkan orang tersebut
terinfeksi Helicobacter pylori. Biasanya dokter juga menguji adanya darah
dalam tinja yang menandakan adanya perdarahan dalam lambung karena
gastritis.

H. Pencegahan Gastritis
Walaupun kita tidak bisa selalu menghilangkan Helicobacter pylori, tetapi timbulnya
gastritis dapat dicegah dengan hal-hal berikut :
1. Menurut sejumlah penelitian, makan dalam jumlah kecil tapi sering serta
memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung, seperti nasi, jagung,
dan roti akan menormalkan produksi asam lambung. Kurangilah makanan yang
dapat mengiritasi lambung, misalkan makanan yang pedas, asam, dogoreng, dan
berlemak.
2. Hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Tingginya konsumsi alkohol dapat
mengiritasi atau merangsang lambung, bahkan menyebabkan lapisan dalam
lambung terkelupas sehingga menyebabkan peradangan dan perdarahan di
lambung.
3. Jangan merokok. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena
itu, orang yang merokok lebih sensitif terhadap gastritis maupun ulser. Merokok
juga akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan, dan
meningkatkan risiko kanker lambung.
4. Ganti obat penghilang rasa sakit, jika memungkinkan jangan menggunakan obat
penghilang rasa sakit dari golongan NSAIDs, seperti aspirin, ibuprofen, dan
naproxen dan obat-obat tersebut dapat mengiritasi lambung.
5. Berkonsultasi dengan dokter bila menemukan gejala sakit maag.
6. Memelihara tubuh.Problem saluran pencernaan seperti rasa terbakar di lambung,
kembung, dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami kelebihan
berat badan (obesitas). Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal
dapat mencegah terjadinya sakit maag.
7. Memperbanyak olahraga.Olahraga aerobik dapat meningkatkan detak jantung yang
dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga mendorong isi perut dilepaskan
dengan lebih cepat. Disarankan aerobik dilakuakn setidaknya selam 30 menit setiap
harinya.

11
8. Manajemen stres. Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin
terhadap saluran pencernaan sehingga berisiko untuk mengalami gastritis. Efek
stres pada saluran pencernaan menyebabkan penurunan aliran darah pada sel epitel
lambung dalam melindungi mukosa lambung (Prio (2009). Untuk menurunkan
tingkat stress anda disarankan banyak mengkonsumsi makanan bergizi, cukup
istirahat, berolahraga secara teratur, serta selalu menenangkan pikiran.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pemeriksaan Umum

Identitas Diri
- Identitas diri klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah dan diagnosa medis.
Keluhan Utama
- Biasanya pasien mengalami nyeri uluh hati, tidak dapat makan, mual dan
muntah.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
sistem pencernaan lainnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit sistem pencernaan lainnya.
Riwayat Psikososial
- Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan.
- Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
Riwayat Pemakaian Obat :
- Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan atau pernahkah pasien tidak
tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

Pemeriksaan Fisik

12
Tanda yang di ketahui selama pemeriksaan fisik mencakup :
1. Nyeri tekan abdomen
2. Dehidrasi atau ( perubahan turgor kulit, membran mukosa kering )
3. Bukti adanya gangguan sistemik yang dapat menyebabkan gejala gastritis
Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan
oleh pasien untuk mengatasi gejala, serta efek-efeknya, juga perlu
diidentifikasi.

B. Diagnosa keperawatan pada klien gastritis

1. Kekurangan vulome cairan b/d output cairan yang berlebihan


(muntah,pendarahan),intake cairan yang tidak adekuat.
2. Nyeri b/d iritasi mukosa gaster.
3. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tindakan pembatasan intek
nutrisi, puasa.

C. Intervensi dan Implementasi

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan

1. Untuk membedakan
Mandiri
1. Kekurangan Tujuan : pemenuhan
1. Catat karakterikstik muntah distress gaster.
volume cairan kebutuhan cairan 2. Perubahan tekanan
dan drainase
b/d otput cairan adekuat 2. Observasi TTV setiap 2 jam darah dan nadi
Kriteria hasil : 3. Monitor tanda-tanda
yang indikator dehidrasi.
a. Pengeluaran urin
dehedrasi ( membran 3. Untuki identifikasi
berlebihan(munt
adekuat
mukosa,turgor terjadinya dehidrasi
ah,pendarahan), b. Tanda-tanda vital
4. Untuk mengetahui
kulit,pengisian kapiler)
intake cairan batas normal
4. Observasi masukan (intake) keseimbangan cairan
yang tidak
c. Membran mukosa dan pengeluaran (output) tubuh.
adekuat 5. Untuk menurunkan
lembab cairan.
d. Turgor kulit baik 5. Pertahankan tirah baring. kerja gaster sehingga
e. Pengisian kapiler 6. Tinggikan kepala tempat
mencegas terjadi
< 3 detik tidur selama pemberian
muntah.
antasid. 6. Mencegah refluks
7. Berikan cairan peroral 2
gaster dan aspirasi
liter / hari
antasid.
8. Jelaskan pada klien agar
7. Menetralisir asam
menghindari kafein.
lambung.
9. Berikan cairan intravena

13
sesuai program terapi 8. Kafein merangsang
medik. produksi asam
10. Pasang nasogastrik tube
lambung.
(NGT) pada klien yang 9. Untuk penggantian
mengalami pendarahan cairan sesuai derajat
akut. hipovolemi dan
11. Pantau hasil pemeriksaan
kehilangan cairan.
Hb. 10. Untuk membersihkan
lambung yang berisi
Kolaborasi
12. Berikan terapi darah supaya tidak
antibiotik,antasida,vitamin terbentuk amonia.
11. Untuk
K sesuai program medis
mengidentifikasi
adanya anemia.
12. Untuk mengatasi
masalah gastritis dan
hemotemesis..
1. Untuk menentukan
Mandiri
2. Nyeri b/d iritasi Tujuan : nyeri teratasi.
1. Kaji dan catat keluhan nyeri intervensi dan
mukosa gaster. Kriteria hasil :
a. klien rileks termasuk lokasi,lamanya, mengetahui efek
b. klien dapat tidur
intensitasnya skal nyeri terapi.
c. skala nyeri 0-2
(0-10).
2. Makanan sebagai
2. Berikan makan sedikit tapi
penetraslisai asam
sering.
3. Jelaskan agar klien lambung.
3. Makanan yang
menghindari makan yang
merangsang dapat
merangsang
mengiritasi mukosa
lambung,seperti makanan
lambung.
pedas,asam dan
4. Posisi yang nyaman
mengandung gas.
dapat menurunkan
4. Atur posisi tidur yang
nyeri.
nayaman badi klien.
5. Teknik relaksasi dapat
5. Anjurkan klien melakukan
mengalihkan
teknik relaksasi,seperti
perhatian klien
napas dalam,mendengarkan
sehingga dapat
musik,nonton tv dan
menurunkan nyeri.

14
membaca. 6. Untuk menghilangkan
nyeri lambung.
Kolaborasi
6. Berikan terapi analgetik dan
antasid.

1. Sebagian dasar untuk


Mandiri
3. Risiko tinggi Tujuan : pemenuhan
1. Kaji status nutrisi dan pola menentukan
nutrisi kurang kebutuhan nutrisi
makan klien. intervensi.
dari kebutuhan adekuat 2. Puasakan klien pada masa 2. Menurunkan
Kriteria hasil :
tubuh b/d akut. rangsangan
a. Makan habis satu
3. Berika nutrisi enteral atau
tindakan lambung,sehingga
porsi.
parenteral,jika klien
pembatasan b. Berat badan mencegah muntah.
dipuasakan. 3. Untuk pemenuhan
intake meninggkat
4. Beikan minum peroral
c. Hasil labotarium : kebutuhan nutrisi.
nutrisi,puasa.
-albumin normal secara bertahap,jika fase 4. Untuk merangsang
d. Hb normal
akut berkurang. kerja gaster secara
5. Berikan makan peroral
bertahap.
secara berhahap,mulai dari 5. Mencegah terjadinya
makanan saring. iritasi pada mukosa
6. Jelaskan agar klien
lambung.
menghindari minuman yang 6. Kafein dapat
mengandung kafein. merengsang aktivitas
7. Timbang berat badan klien
gaster.
setiap hari dengan alat ukur Uuntuk mengethui
yang sama. status nutrisi klien.
7. Untuk meningkatkan
Kolaborasi
nafsu makan dan
8. Berikan terapi multivitamin
menghilangkan mual.
dan antasid sesuai program
medik.

D. Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

1. Menunjukan berkurangnya ansietas

15
2. Menghuindari makanan-makanan yang mengiritasi atau menimuan yang
mengandung kafein atau alkohol

3. Mempertahankan keseimbangan cairan

a. Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 L setiap hari

b. Minum 6-8 gelas air putih setiap hari

c. Mempunyai haluaran urin kira-kira 1 liter setiap hari

d. Menunujukan turgor kulit yang adekuat

4. Mematuhi program mengobatan

a. Memilih makanan dan minuman buklan pengiritasi

b. Menggunakan obat-obatanb sesuai resep

5. Melaporkan nyeri berkurang

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus
atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh diperut (tengah), tidak
nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi
yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan
tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor factor lain
seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit
dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan
gastritis, gejala dan tanda tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya.

B. Kritik dan saran

Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta saran
dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Gobe, Sri Apriyani Van Gobe. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Penyakit Gastritis (Maag) di Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto.
Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Khan, Scott, dan Jhon J. Raves. (2011). Master Plan Ilmu Bedah.Tangerang : Binarupa
Aksara Publisher

Leni nuraeni. (2013). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny.i dengan Gastritis di ruang
Cempaka. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada

Megawati, Andi, dkk. (2014). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Gastritis pada Pasien yang dirawat di RSUD Labuang Baji Makassar. Makassar

Muttaqin. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Prabandari, Beni Yulia. (2011). Asuhan Keperawatan pada An.T dengan Gangguan Sistem
Pencernaan : Gastritis dI Bangsal Flamboyan. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Prasetyo,Dhanang. (2015). Hubungan Antara Stres dengan Kejadian Gastritis di Klinik


Dhanang Husada Sukoharjo. Surakarta : Stikes Kusuma Husada

Pratiwi,Wahyu. (2013). Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Remaja di Pondok
Pesantren Daar-el-qolam Gintung. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayahtullah

Robbins, dkk. (2012). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta : EGC

18
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:
Buku Kedokteran EGC

Suratun . (2010). Asuhan Keperawatan.Klien Gangguan Gastrointestinal. Trans info media :


Jakarta

Zakaria, Rama. (2013). Pengetahuan Tentang Pola Makan yang Benar dan Sikap dalam
Mencegah Kekambuhan Gastritis Kronis. Ponorogo : Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : diva press.
Muttaqin. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda dan hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi
Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Publishing.
Robbins, dkk. (2012). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta : EGC
Suratun . (2010). Asuhan Keperawatan.Klien Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Trans
info media

19

Anda mungkin juga menyukai