Bioindikator adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan masuknya zat
tertentu dalam lingkungan. Bioindikator memiliki respons spesifik yang mampu
memprediksi bagaimana kondisi spesies atau ekosistem akan merespons terhadap
tekanan, serta mampu mengukur respons dengan akurasi dan presisi yang dapat
diterima yang didasarkan pada pengetahuan tentang zat pencemar dan karakteristik.
Alga dalam komunitas perairan disebut dengan fitoplankton. Alga digunakan sebagai
bioindikator karena keberadaan fitoplankton dapat dilihat berdasarkan kelimpahannya
di perairan, yang dipengaruhi oleh parameter lingkungan. Keberadaannya di perairan
dapat mengambarkan status suatu perairan, apakah dalam keadaan tercemar atau tidak
(Lukman dkk, 2006).
1. Alga mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi logam berat
karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan
dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil,
amina, sulfudril, imadazol, sulfat, dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel
dalam sitoplasma.
2. Bahan bakunya mudah didapat dan tersedia dalam jumlah banyak.
3. Biaya operasional yang rendah.
4. Tidak perlu nutrisi tambahan.
Adapun syarat utama suatu alga sebagai bioindikator adalah harus memiliki daya
tahan tinggi terhadap toksisitas akut maupun toksisitas kronis (Harris, 1990).
Biofilter merupakan reaktor yang dikembangkan dengan prinsip mikroba tumbuh dan
berkembang pada suatu media filter dan membentuk lapisan biofil. Mekanisme
biofilter yaitu mekanisme penyisihan bahan organik pada biofilter dimulai dari
penyisihan material organik yang tersuspensi dan yang terlarut terjadi karena proses
biosorbsi dan koagulasi pada aliran yang melewati media dengan cepat. Pemanfaatan
rumput laut sebagai biofilter telah banyak dilakukan diberbagai tempat, baik pada
skala laboratorium sebagai hasil penelitian atau diterapkan dimasyarakat. Keberadaan
rumput laut dalam tambak selain meningkatkan potensi ekonomis juga berperan
sebagai biofilter alami. Rumput laut sebagai tumbuhan air yang menyerap degradasi
bahan organik untuk pertumbuhan, sehingga mengurangi resiko meningkatnya bahan
organik air yang akan diperlukan untuk memelihara udang windu. Suhu dan
kecerahan sangat mempengaruhi keberhasilan rumput Iaut sebagai biofilter karena
kedua komponen ini menentukan laju fotosintesis rumput laut dan laju penyerapan
bahan-bahan organik. Selain itu rumput laut juga dapat menyerap kandungan
berbahaya pada air tambak seperti logam berat. Rumput laut memilki kandungan yang
bermanfaat baik secara kimiawi maupun biologi. Secara kimiawi rumput laut
diketahui memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai bahan obatobatan dan
makanan. Secara biologi rumput laut khususnya alga merah Glacilaria sp. dan
Eucheuma sp. sering dimanfaatkan sebagai biofilter dalam usaha budidaya polikultur
baik dengan udang maupun ikan. Dalam fungsinya sebagai biofilter, dengan adanya
rumput laut dalam tambak budidaya diketahui dapat memperbaiki hasil budidaya dan
memperbaiki kualitas. Pada tambak polikutur dengan menggunakan rumput laut
sebagai biofilter juga jarang dijumpai udang atau ikan yang terserang penyakit virus
maupun bakteri.
Alga yang disebut dengan fitoplankton adalah golongan alga yang bersifat
mikroskopis yang hidup soliter maupun berkoloni serta melayang di permukaan
air. Nutrisi yang diperlukan alga dalam jumlah besar adalah karbon, nitrogen,
fosfor, sulfur, natrium, magnesium, kalsium. Sedangkan unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit adalah besi, tembaga (Cu), mangan (Mn),
seng (Zn), silikon (Si), boron (B), molibdenum (Mo), vanadium (V) dan kobalt
(Co). Alga secara morfologi dapat terbagi menjadi dua golongan yaitu mikroalga
(alga dengan ukuran mikroskopis) dan makroalga (alga yang berukuran makro).
Mikroalga atau ganggang adalah organisme perairan yang lebih dikenal dengan
fitoplankton (alga laut bersel tunggal). Organisme ini dapat melakukan
fotosintesis dan hidup dari nutrien anorganik serta menghasilkan zat-zat organik
dari CO2 oleh fotosintesis. Mikroalga mempunyai zat warna hijau daun (pigmen)
klorofil yang berperan pada proses fotosintesis dengan bantuan H2O, CO2 dan
sinar matahari untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk biosintesis
sel, pertumbuhan dan pertambahan sel, bergerak atau berpindah dan 299
reproduksi. Kandungan beta karoten 900 lebih banyak dibandingkan dengan
wortel, sedangkan kandungan omega-3 mikroalga lebih banyak dibandingkan
minyak ikan, biji rami, dan kedelai, yaitu 50-60 persen (Sukoso, 2002).
1. 15. DAFTAR RUJUKAN Buhani. 2007. Alga sebagai Bioindikator dan Biosorben
Logam Berat. (Online) : http://www.chem-is try.org/, Diakses tanggal 14 Oktober
2014. Musthafa, H. 2013. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub
DAS Gajahwong, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Utomo,Y. 2013. Saprobitas Peairan Sungai
Juwana Berdasarkan Bioindikator Plankton. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri
Semarang. Salam, A. 2010. Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat berdasarkan
Indeks Keanekaragaman Fitoplankton. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Semiden. S. Mukarlina, dan Setyawati, T.R. 2013. Keanekaragaman
Rheofitoplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Kapuas di Kabupaten
Sanggau. Protobiont 2013 Vol 2 (2): 63 69.
2. 16. ALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fikologi yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan Murni
Saptasari Disusunoleh: Kelompok 1 off. H/G Botani 1. Ayu Linda Febriani
(110342422025) 2. Yuliani (110342406481) 3. LailyM. K. Mastika (110342422027)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMUMATEMATIKA DAN
PENGETAHUANALAM JURUSANBIOLOGI OKTOBER 2014