Anda di halaman 1dari 5

Nama Kelompok 7: Afrianto Nuari Putra 1414051003

Dora Safitri 1414051030

Meta Aquarista Galia 1414051063

Mukaromah Eka Nurlita 1414051068

1. Mengapa Makroalga sebagai Bioindikator dan Filter?

Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang keberadaannya dan


perilakunya dialam berhubungan dengan kondisi lingkungan, apabila terjadi
perubahan kualitas air maka akan berpengaruh terhadap keberadaan dan perilaku
organisme tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai penunjuk kualitas lingkungan.
Bioindikator didefinisikan sebagai penggunaan suatu organisme baik sebagai bagian
dari suatu individu atau suatu kelompok organisme untuk mendapatkan informasi
terhadap kualitas seluruh atau sebagian dari lingkungannya .

Bioindikator adalah organisme atau respons biologis yang menunjukan masuknya zat
tertentu dalam lingkungan. Bioindikator memiliki respons spesifik yang mampu
memprediksi bagaimana kondisi spesies atau ekosistem akan merespons terhadap
tekanan, serta mampu mengukur respons dengan akurasi dan presisi yang dapat
diterima yang didasarkan pada pengetahuan tentang zat pencemar dan karakteristik.
Alga dalam komunitas perairan disebut dengan fitoplankton. Alga digunakan sebagai
bioindikator karena keberadaan fitoplankton dapat dilihat berdasarkan kelimpahannya
di perairan, yang dipengaruhi oleh parameter lingkungan. Keberadaannya di perairan
dapat mengambarkan status suatu perairan, apakah dalam keadaan tercemar atau tidak
(Lukman dkk, 2006).

Alga (Fitoplankton) berpotensi menjadi indikator terbaik dalam pencemaran organik.


Fitoplankton mempunyai banyak kelebihan sebagai tolak ukur biologis yaitu mampu
menunjukkan tingkat ketidakstabilan ekologi dan mengevaluasi berbagai bentuk
pencemaran. Setiap jenis fitoplankton memiliki perbedaan dalam reaksi fisiologis dan
tingkah laku terhadap perubahan kualitas lingkungan Alga (fitoplankton), yang
memiliki sifat yang khas sehingga memungkinkan hidup pada lingkungan
tertentu(Astirin dkk, 2002).
Secara umum, keuntungan pemanfaatan alga sebagai bioindikator di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Alga mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi logam berat
karena di dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan
dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil,
amina, sulfudril, imadazol, sulfat, dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel
dalam sitoplasma.
2. Bahan bakunya mudah didapat dan tersedia dalam jumlah banyak.
3. Biaya operasional yang rendah.
4. Tidak perlu nutrisi tambahan.

Adapun syarat utama suatu alga sebagai bioindikator adalah harus memiliki daya
tahan tinggi terhadap toksisitas akut maupun toksisitas kronis (Harris, 1990).

Jenis-Jenis fitoplankton sebagai bioindikator berdasarkan nilai koefisien saprobik


adalah sebagai berikut :

Biofilter merupakan reaktor yang dikembangkan dengan prinsip mikroba tumbuh dan
berkembang pada suatu media filter dan membentuk lapisan biofil. Mekanisme
biofilter yaitu mekanisme penyisihan bahan organik pada biofilter dimulai dari
penyisihan material organik yang tersuspensi dan yang terlarut terjadi karena proses
biosorbsi dan koagulasi pada aliran yang melewati media dengan cepat. Pemanfaatan
rumput laut sebagai biofilter telah banyak dilakukan diberbagai tempat, baik pada
skala laboratorium sebagai hasil penelitian atau diterapkan dimasyarakat. Keberadaan
rumput laut dalam tambak selain meningkatkan potensi ekonomis juga berperan
sebagai biofilter alami. Rumput laut sebagai tumbuhan air yang menyerap degradasi
bahan organik untuk pertumbuhan, sehingga mengurangi resiko meningkatnya bahan
organik air yang akan diperlukan untuk memelihara udang windu. Suhu dan
kecerahan sangat mempengaruhi keberhasilan rumput Iaut sebagai biofilter karena
kedua komponen ini menentukan laju fotosintesis rumput laut dan laju penyerapan
bahan-bahan organik. Selain itu rumput laut juga dapat menyerap kandungan
berbahaya pada air tambak seperti logam berat. Rumput laut memilki kandungan yang
bermanfaat baik secara kimiawi maupun biologi. Secara kimiawi rumput laut
diketahui memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai bahan obatobatan dan
makanan. Secara biologi rumput laut khususnya alga merah Glacilaria sp. dan
Eucheuma sp. sering dimanfaatkan sebagai biofilter dalam usaha budidaya polikultur
baik dengan udang maupun ikan. Dalam fungsinya sebagai biofilter, dengan adanya
rumput laut dalam tambak budidaya diketahui dapat memperbaiki hasil budidaya dan
memperbaiki kualitas. Pada tambak polikutur dengan menggunakan rumput laut
sebagai biofilter juga jarang dijumpai udang atau ikan yang terserang penyakit virus
maupun bakteri.

2. Karakteristik Mikroalga dan Makroalga?

Alga yang disebut dengan fitoplankton adalah golongan alga yang bersifat
mikroskopis yang hidup soliter maupun berkoloni serta melayang di permukaan
air. Nutrisi yang diperlukan alga dalam jumlah besar adalah karbon, nitrogen,
fosfor, sulfur, natrium, magnesium, kalsium. Sedangkan unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit adalah besi, tembaga (Cu), mangan (Mn),
seng (Zn), silikon (Si), boron (B), molibdenum (Mo), vanadium (V) dan kobalt
(Co). Alga secara morfologi dapat terbagi menjadi dua golongan yaitu mikroalga
(alga dengan ukuran mikroskopis) dan makroalga (alga yang berukuran makro).
Mikroalga atau ganggang adalah organisme perairan yang lebih dikenal dengan
fitoplankton (alga laut bersel tunggal). Organisme ini dapat melakukan
fotosintesis dan hidup dari nutrien anorganik serta menghasilkan zat-zat organik
dari CO2 oleh fotosintesis. Mikroalga mempunyai zat warna hijau daun (pigmen)
klorofil yang berperan pada proses fotosintesis dengan bantuan H2O, CO2 dan
sinar matahari untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk biosintesis
sel, pertumbuhan dan pertambahan sel, bergerak atau berpindah dan 299
reproduksi. Kandungan beta karoten 900 lebih banyak dibandingkan dengan
wortel, sedangkan kandungan omega-3 mikroalga lebih banyak dibandingkan
minyak ikan, biji rami, dan kedelai, yaitu 50-60 persen (Sukoso, 2002).

Di dunia mikrobia, mikroalga termasuk eukariotik, umumnya bersifat fotosintetik


dengan pigmen fotosintetik hijau (klorofil), coklat (fikosantin), biru kehijauan
(fikobilin), dan merah (fikoeritrin). Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau
multiseluler tetapi belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel-sel
komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga dari tumbuhan tingkat
tinggi. Dalam biomassa mikroalga terkandung bahan-bahan penting yang sangat
bermanfaat, misalnya protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat
(Romimohtarto, 2004).

Makroalga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang tidak dapat di bedakan


antara akar, batang dan daun, mengandung klorofil dan dapat berfotosintesis serta
memiliki alat reproduksi yang sederhana. Selain itu makroalga juga merupakan
sumber daya perairan yang di manfaatkan sebagai sumber makanan, farmasi,
kosmetik dan pupuk. Secara ekonomis makroalga berfungsi sebagai sumber
makanan dan pelindung bagi beberapa hewan seperti ikan dan Crustaceae.
Tumbuhan makroalga merupakan tumbuhan menahun yang hidup di air, baik air
tawar maupun air laut, selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Tubuh
makroalga menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi semua selnya
selalu jelas mempunyai l inti dan plastida dan dalam plastidanya terdapat zat-zat
warna derivat klorofil yaitu klorofil a, b atau kedua-duanya. Selain derivat-derivat
klorofil, terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang lebih
menonjol dan menyebabkan kelompok-kelompok ganggang tertentu sehingga
penamaan alga menurut zat pigmen yang terkandung di dalamnya. Zat-zat warna
tersebut berupa fikosianin (berwama biru), fikosantin (berwarna pirang), dan
fikoeritrin (berwarna merah), xantofil dan karoten. Makroalga hidup dengan
menancap dirinya pada substrat berlumpur, berpasir, karang mati, kulit kerang,
batu dan kayu (Kordi, 2010).

Menurut Winarno (1990), makroalga dapat melakukan perkembangbiakan secara


seksual dan aseksual. Secara seksual, sel yang pipih dan berlapis dua membentuk
sel kelamin yang di sebut gamet berbulu getar dua. Setelah gamet ini lepas ke
dalam air, mereka bersatu berpasangan dan melalui pembelahan sel bekembang
menjadi tumbuhan baru yang di kenal sebagai sporofit, tetapi umumnya melalui
fase benang dulu. Sedangkan secara aseksual terjadi dengan fragmentasi yang
membentuk tumbuhan tak melekat.

Ada empat karakteristik yang dapat digunakan untuk membedakan devisi


mikroalga antara lain : tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen
fotosintesis, dan jenis pigmen sel. Perbedaan utama dari mikroalga dan makroalga
terdapat pada waktu generasinya (doubling-time). Waktu generasi didefinisikan
sebagai waktu yang dibutuhkan oleh organisme untuk berkembang biak hingga
jumlahnya mencapai dua kali lipat dari jumlah semula. Umumnya mikroalga
memiliki waktu generasi yang lebih singkat dibandingkan dengan makroalga. Hal
ini menyebabkan laju pertumbuhan mikroalga lebih cepat dibandingkan dengan
makroalga.

1. 15. DAFTAR RUJUKAN Buhani. 2007. Alga sebagai Bioindikator dan Biosorben
Logam Berat. (Online) : http://www.chem-is try.org/, Diakses tanggal 14 Oktober
2014. Musthafa, H. 2013. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Plankton di Sub
DAS Gajahwong, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Utomo,Y. 2013. Saprobitas Peairan Sungai
Juwana Berdasarkan Bioindikator Plankton. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri
Semarang. Salam, A. 2010. Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat berdasarkan
Indeks Keanekaragaman Fitoplankton. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Semiden. S. Mukarlina, dan Setyawati, T.R. 2013. Keanekaragaman
Rheofitoplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Kapuas di Kabupaten
Sanggau. Protobiont 2013 Vol 2 (2): 63 69.
2. 16. ALGA SEBAGAI BIOINDIKATOR MAKALAH Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fikologi yang dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan Murni
Saptasari Disusunoleh: Kelompok 1 off. H/G Botani 1. Ayu Linda Febriani
(110342422025) 2. Yuliani (110342406481) 3. LailyM. K. Mastika (110342422027)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMUMATEMATIKA DAN
PENGETAHUANALAM JURUSANBIOLOGI OKTOBER 2014

Anda mungkin juga menyukai