Anda di halaman 1dari 6

Rony Wahyudi

Rabu, 23 Mei 2012

Patofisiologi Nyeri
A. Defenisi Nyeri

IASP (International Association for the Study of Pain) memberikan definisi Nyeri
sebagai unpleasant sensory and emotional experience associated with actual or
potential damage, or discribe in terms of such damage. And pain is always subjectif.
Each indifidual learns the application of the word through experience related injury in
early life. Definisi ini menggambarkan nyeri sebagai pengalaman yang kompleks
menyangkut multidimensional.
Definisi diatas mengandung dua poin penting, yaitu bahwa secara normal nyeri
dianggap sebagai indikator sedang atau telah terjadinya cedera fisik. Namun tidak
berarti bahwa pasti terjadi cedera fisik dan intensitas yang dirasakan dapat jauh lebih
besar dari cedera yang dialami. Yang kedua bahwa komponen kognitif, emosional dan
tingkah laku dari nyeri dipengaruhi oleh proses belajar dari pengalaman yang lalu
tentang nyeri baik yang dialami ataupun yang orang lain alami.

B. Klasifikasi Nyeri
Penggolongan nyeri yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan satu
dimensi yaitu berdasarkan patofisiologi (nosiseptif vs neuropatik) ataupun berdasarkan
durasinya (nyeri akut vs kronik).
1. Nosiseptik vs Neuropatik
Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptik dan nyeri
neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya stimuli noksius
(trauma, penyakit atau proses radang). Dapat diklasifikasikan menjadi nyeri viseral,
bila berasal dari rangsangan pada organ viseral, atau nyeri somatik, bila berasal dari
jaringan seperti kulit, otot, tulang atau sendi. Nyeri somatik sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu superfisial (dari kulit) dan dalam (dari yang lain).
Pada nyeri nosiseptik system saraf nyeri berfungsi secara normal, secara umum ada
hubungan yang jelas antara persepsi dan intensitas stimuli dan nyerinya
mengindikasikan kerusakan jaringan. Perbedaan yang terjadi dari bagaimana stimuli
diproses melalui tipe jaringan menyebabkan timbulnya perbedaan karakteristik.
Sebagai contoh nyeri somatik superfisial digambarkan sebagai sensasi tajam dengan
lokasi yang jelas, atau rasa terbakar. Nyeri somatik dalam digambarkan sebagai
sensasi tumpul yang difus. Sedang nyeri viseral digambarkan sebagai sensasi
cramping dalam yang sering disertai nyeri alih (nyerinya pada daerah lain).
Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya kerusakan atau
disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau pusat. Penyebabnya adalah trauma,
radang, penyakit metabolik (diabetes mellitus, DM), infeksi (herpes zooster), tumor,
toksin, dan penyakit neurologis primer. Dapat dikategorikan berdasarkan sumber atau
letak terjadinya gangguan utama yaitu sentral dan perifer. Dapat juga dibagi menjadi
peripheral mononeuropathy dan polyneuropathy, deafferentation pain, sympathetically
maintained pain, dan central pain.
Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang patologis karena tidak bertujuan atau
tidak jelas kerusakan organnya. Kondisi kronik dapat terjadi bila terjadi perubahan
patofisiologis yang menetap setelah penyebab utama nyeri hilang. Sensitisasi
berperan dalam proses ini. Walaupun proses sensitisasi sentral akan berhenti bila
tidak ada sinyal stimuli noksius, namun cedera saraf dapat membuat perubahan di
SSP yang menetap. Sensitisasi menjelaskan mengapa pada nyeri neuropatik
memberikan gejala hiperalgesia, alodinia ataupun nyeri yang persisten.
Nyeri neuropatik dapat bersifat terus menerus atau episodik dan digambarkan dalam
banyak gambaran seperti rasa terbakar, tertusuk, shooting, seperti kejutan listrik,
pukulan, remasan, spasme atau dingin. Beberapa hal yang mungkin berpengaruh
pada terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi perifer, timbulnya aktifitas listrik
ektopik secara spontan, sensitisasi sentral, reorganisasi struktur, adanya proses
disinhibisi sentral, dimana mekanisme inhibisi dari sentral yang normal menghilang,
serta terjadinya gangguan pada koneksi neural, dimana serabut saraf membuat
koneksi yang lebih luas dari yang normal.
2. Akut vs Kronik
Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang kompleks
berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional yang berkaitan dengan trauma
jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal dari otot atau organ visera. Nyeri akut
berperan sebagai alarm protektif terhadap cedera jaringan. Reflek protektif (reflek
menjauhi sumber stimuli, spasme otot, dan respon autonom) sering mengikuti nyeri
akut. Secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa nyeri nosiseptif ataupun nyeri
neuropatik.
Nyeri kronik diartikan sebagai nyeri yang menetap melebihi proses yang terjadi akibat
penyakitnya atau melebihi waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan, biasanya 1
atau 6 bulan setelah onset, dengan kesulitan ditemukannya patologi yang dapat
menjelaskan tentang adanya nyeri atau tentang mengapa nyeri tersebut masih
dirasakan setelah proses penyembuhan selesai. Nyeri kronik juga diartikan sebagai
nyeri yang menetap yang mengganggu tidur dan kehidupan sehari-hari, tidak memiliki
fungsi protektif, serta menurunkan kesehatan dan fungsional seseorang. Penyebabnya
bermacam-macam dan dipengaruhi oleh factor multidimensi, bahkan pada beberapa
kasus dapat timbul secara de novo tanpa penyebab yang jelas. Nyeri kronik dapat
berupa nyeri nosiseptif atau nyeri neuropatik ataupun keduanya.
Nyeri kronik sering di bagi menjadi nyeri kanker (pain associated with cancer) dan
nyeri bukan kanker (chronic non-cancer pain, CNCP). Banyak ahli yang berpendapat
bahwa nyeri kanker diklasifikasi terpisah karena komponen akut dan kronik yang
dimilikinya, etiologinya yang sangat beragam, dan berbeda dalam secara signifikan
dari CNCP baik dari segi waktu, patologi dan strategi penatalaksanaannya. Nyeri
kanker ini disebabkan oleh banyak faktor yaitu karena penyakitnya sendiri (invasi
tumor ke jaringan lain, efek kompresi atau invasi ke saraf atau pembuluh darah,
obstruksi organ, infeksi ataupun radang yang ditimbulkan), atau karena prosedur
diagnostik atau terapi (biopsy, post operasi, efek toksik dari kemoterapi atau
radioterapi).

C. Mekanisme Dasar Nyeri


Mekanisme dasar terjadinya nyeri adalah proses nosisepsi. Nosisepsi adalah proses
penyampaian informasi adanya stimuli noksius, di perifer, ke sistim saraf pusat.
Rangsangan noksius adalah rangsangan yang berpotensi atau merupakan akibat
terjadinya cedera jaringan, yang dapat berupa rangsangan mekanik, suhu dan kimia.
Bagaimana informasi ini di terjemahkan sebagai nyeri melibatkan proses yang
kompleks dan masih banyak yang belum dapat dijelaskan.
Deskripsi makasnisme dasar terjadinya nyeri secara klasik dijelaskan dengan empat
proses yaitu transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi.
Pengertian transduksi adalah proses konversi energi dari rangsangan noksius (suhu,
mekanik, atau kimia) menjadi energi listrik (impuls saraf) oleh reseptor sensorik untuk
nyeri (nosiseptor). Sedangkan transmisi yaitu proses penyampaian impuls saraf yang
terjadi akibat adanya rangsangan di perifer ke pusat. Persepsi merupakan proses
apresiasi atau pemahaman dari impuls saraf yang sampai ke SSP sebagai
nyeri. Modulasi adalah proses pengaturan impuls yang dihantarkan, dapat terjadi di
setiap tingkat, namun biasanya diartikan sebagai pengaturan yang dilakukan oleh otak
terhadap proses di kornu dorsalis medulla spinalis.

Nociceptor:
Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke CNS akan halhal yang berpotensial
membahayakan. Sangat banyak dalam tubuh kita, serabut-serabut afferentnya terdiri
dari:
1. A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput myelin yang tipis.
2. C fibres, serabut saraf tanpa myelin.
Tidak semua serabut-serabut tadi berfungsi sebagai nosiseptor, ada juga yang
bereaksi terhadap rangsang panas atau stimulasi mekanik. Sebaliknya nosiseptor
tidak dijumpai pada serabut-serabut sensory besar seperti A Alpha, A Beta atau group
I, II. Serabut-serabut sensor besar ini berfungsi pada propioception dan motor
control.
Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical stimuli). Pada tubuh kita
terdapat algesic chemical substance seperti: Bradykinine, potassium ion, sorotonin,
prostaglandin dan lain-lain.
Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe
C, mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi local, ekstravasasi plasma. Phenomena
ini disebut sebagai neurogenic inflammation yang pada keadaan lajut menghasilkan
noxious/chemical stimuli, sehingga menimbulkan rasa sakit.
Deregulasi Sistem Motorik yang Menyebabkan Rasa Sakit
Kita ketahui hypertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot
yang terlibat adalah postural system. Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-
serabut afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat spinal
motor reflexes. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit
visceral organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat bagi
tubuh kita, misalnya withdrawal reflex merupakan mekanisme survival dari
organisme.
Disamping berfungsi tersebut, kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat
meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering
dan kuat nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot
tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan
vicious circle, kondisi ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai
akibat dari kontrksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak
adekuat sebagai akibat dari disregulasi system simpatik.
Pada gambar 1, terlihat input serabut afferent dan organ visceral, kulit, sendi, tendons,
otot-otot atau impuls dan otak yang turun ke spinal dapat mempengaruhi rangsangan
(exitability) dan alpha dan gamma motorneurons yang berakibat kontraksi otot (muscle
stiffness), misalnya meningkatkan input nosiseptif dari viscus abdominalis akan
meningkatkan tonus otot-otot abdomen. Atau input nosiseptif dari sendi kapsul dapat
meningkatkan reflex excitability dan beberapa otot-otot antagonis yang bersangkutan
dengan pergerakan sendi tersebut sehingga hal ini dapat memblok sendi tersebut,
disebut juga sebagai neurogenic block. Pengaruh yang paling besar berasal dari
otak, stress dan emosi dapat mengakibatkan descending excitatory pathways,
sehingga merangsang peningkatan reflek dari otot-otot postural.
Perasaan nyeri tergantung pada pengaktifan serangkaian sel-sel saraf, yang meliputi
reseptor nyeri afferent primer, sel-sel saraf penghubung (inter neuron) di medulla
spinalis dan batang otak, sel-sel di traktus ascenden, sel-sel saraf di thalamus dan sel-
sel saraf di kortek serebri. Bermacam-macam reseptor nyeri primer ditemukan dan
memberikan persarafan di kulit, sendi-sendi, otot-otot dan alat-alat dalam pengaktifan
reseptor nyeri yang berbeda menghasilkan kuatitas nyeri tertentu. Sel-sel saraf nyeri
pada kornu dorsalis medulla spinalis berperan pada reflek nyeri atau ikut mengatur
pengaktifan sel-sel traktus ascenden. Sel-sel saraf dari traktus spinothalamicus
membantu memberi tanda perasaan nyeri, sedangkan traktus lainnya lebih berperan
pada pengaktifan system kontrol desenden atau pada timbulnya mekanisme motivasi-
afektif.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa thalamus lebih berperan dalam sensasi nyeri
dibandingkan daerah kortek serebri (willis WD, 1995). Meskipun demikian penelitian-
penelitian lain membuktikan peranan yang cukup berarti dan kortek serebri dalam
sensasi nyeri. Struktur diensepalik dan telesepalik seperti thalamus bagian medial,
hipotalamus, amygdala dan system limbic diduga berperan pada berbagai reaksi
motivasi dan afektif dari nyeri.

Diposkan oleh Rony Wahyudi di 06.57

Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

3 komentar:
1.

Heribertus APL1 Januari 2016 01.33

MATERI PATOFISIOLOGI SANGAT BERMANFAAT JIKA BOLEH USUL PATOFIOLOGI


LAIN DAN DIKAITKAN DGN JURNAL PENELITIAN YANG BARU 2-4 TAHUN
Balas

2.
dwijo sunarko2 Oktober 2016 06.39

THX. GAN SANGAT MENARIK DAN MEMBANTU TUGAS SAYA


Balas

3.

caca23 November 2016 08.27

boleh tau sumbernya dari mana?


Balas

Link ke posting ini


Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)


Laman

Beranda
FKUR'11
Profil Blogger

Mengenai Arsip Blog


Saya
2012 (19)
Rony o Oktober (1)
Wahyudi
o September(3)
Blog ini
o Juni (3)
cuma
sekedar o Mei (12)
ajang Tuberkulosis
mengisi Tulang
waktu Osteomyelitis
luang. Skenario Modul
Lihat profil 2 Blok 6
lengkapku DISLOKASI
FRAKTUR
TULANG
TULANG
RAWAN
(KARTILAGO)
Histologi Tulang
dan Tulang
Rawan
Patofisiologi
Nyeri
Ekonomi Islam
Gangguan
Identitas
GANGGUAN
DISOSIATIF
Template Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai