Tanjung Tembaga
Disusun oleh:
Dewi Masithoh
XII MIA A / 05
Saat ini Pelabuhan Tanjunga Tembaga menjadi salah satu pelabuhan di Jawa Timur
yang diresmikan sebagai terminal peti kemas. Menurut pemerintah, pelabuhan ini memiliki
potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan jangka panjang. Hal ini didasarkan pada
upaya pemerintah untuk mengantisipasi pertumbuhan perekonomian ke depan. Apabila
perekonomian ke depan semakin meningkat, maka kebutuhan akan sarana transportasi juga
meningkat. Dan peningkatan sarana transportasi tidak bisa hanya mengandalkan jalur darat
saja, tetapi juga harus mengandalkan jalur laut.
Salah satu upaya peningkatan saran transportasi jalur laut, pemerintah menjadikan
Pelabuhan Tanjung Tembaga sebagai salah satu terminal peti kemas. Selama ini, sarana
pelabuhan di Jawa Timur terkonsentrasi di Tanjung Perak. Padahal, pengusaha pengguna jasa
pelabuhan tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur dari Banyuwangi hingga Ngawi. Hal ini
diharapkan dapat membantu para pelaku usaha untuk menghemat biaya logistik yang besar
dengan menggunakan jalur laut Tanjung Tembaga. Contoh kasusnya, para pelaku usaha dari
Situbondo akan lebih menghemat biaya dengan menggunakan jasa Tanjung Tembaga
daripada Tanjung Perak karena jarak lebih dekat dengan Kota Probolinggo. Selain itu, dengan
adanya peti kemas, maka akan menambah pendapatan daerah Kota Probolinggo dari retribusi
yang masuk.
Selanjutnya mengenai pelabuhan kapal pesiar. Sesuai dengan catatan Dinas Olahraga
dan Pariwisata Kota Probolinggo, dalam tahun 2016 tercatat ada 12 kapal pesiar yang singgah
di Pelabuhan Tanjung Tembaga. Bahkan, di tahun 2017 sudah ada 9 kapal pesiar yang sudah
pesan terlebih dahulu. Masing-masing kapal pesiar memuat 1000 hingga 2000 wisatawan
asing yang ingin mengetahui budaya dan tempat wisata yang ada di Kota Probolinggo.
Adanya kapal pesiar ini membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat
sekitar. Pertama, bagi para nelayan yang memiliki kapal-kapal kecil. Mereka menggunakan
kapal kecil yang mereka miliki untuk mengantarkan para wisatawan dari kapal mereka
menuju Pelabuhan Tanjung Tembaga karena kedalaman laut masih belum memenuhi standart
kapal pesiar untuk bersandar. Hal ini menjadi PR besar bagi pemerintah daerah dan beberapa
pihak yang terkait untuk mengatasi hal tersebut. Kedua, dampak dirasakan oleh para
pengayuh becak. Setiap ada kapal pesiar, ratusan becak dikerahkan untuk mengantarkan para
wisatawan menuju tempat wisata yang ada di Probolinggo seperti menuju BJBR, museum,
alun-alun, gereja merah, dan yang lainnya. Selain itu, dampak positif juga dirasakan oleh
para pedagang, baik pedagang makanan, minuman, souvenir, dll yang ada di sekitar
Pelabuhan Tanjung Tembaga maupun di sekitar tempat wisata yang dituju oleh para
wisatawan. Dalam pengembangan Pelabuhan Tanjung Tembaga sebagai pelabuhan kapal
pesiar memang butuh pengembangan dan pengaturan yang lebih baik lagi.