PERILAKU KEKERASAN
I. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan
C. Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladptif
D. Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang
beberapa faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh Neurofisiologik, beragam komponen neurologis mempunyai
implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan
dan respon agresif.
b. Pengaruh Biokimia menurut Goldsten dalam Townsend (1996) meyatakan
bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin,
dopamin,asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam menfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepiferin serta penurunan serotinin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang dapat
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe XYY, yang umumnya
dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana)
d. Gangguan otak, sindrom otak oganik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral; tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya beramsumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidak berdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan yang perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal
dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
Teori Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
E. Faktor Presipitasi
Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit hilang kontrol dan lain-lain.
Eksternal adalah penganiayaan fisik, hilangnya orang yang dicintai, krisis dan
lain-lain.
Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan
atau penganiayaan antara lain sebagai berikut:
Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu.
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak
mampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan
obat dan alkohol, serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat
menghadapi frustasi.
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.
Perilaku Kekerasan
Core Problem
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif
V. DATA YANG PERLU DIKAJI
Objektif :
Mata melotot/pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah dan tegang
Postur tubuh kaku
Suara keras
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
WF Maramis, 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta : Buku Kedokteran EGC