Blasting - DBD 115 018 - Rointo Firnandus Berutu
Blasting - DBD 115 018 - Rointo Firnandus Berutu
Suatu perusahaan memiliki target pembongkaran overdurden sebanyak 3000 BCM + 2 angka nim
terakhir dikali 100 (contoh NIM DBD xxxxx24, maka target pembongkaran OB adalah sebanyak
3000+(24x100) = 5.400 BCM). Tinggi jenjang yang diinginkan adalah 6 m, dengan menggunakan
alat bor drilltech yang memiliki diameter bor 3 inch, pemboran selalu tegak dengan pola sejajar,
peledakan dilakukan berurutan (memakai waktu tunda)
Untuk melakukan peledakan dilakukan pencarian data bahan peledak dan data batuan. Batuan di
lokasi memiliki bobot isi sebesar 1,7 ton/m3 (106,13 lb/cuft) dengan kondisi batuan terekahkan.
Bahan peledak diketahui memiliki bobot isi sebesar 1,3 ton/m3 (81,16 lb/cu ft) dan memiliki nilai
kecepatan ledakan sebesar 12.100 fps.
Dilakukan dua simulasi rancangan, rancangan pertama menggunakan teori R.L. Ash dan yang
kedua menggunakan teori Konya. Asumsi untuk masing-masing teori adalah sebagai berikut:
Parameter Konya
Tugas anda sebagai seorang engineer blasting adalah menggambarkan geometri peledakan
(minimal 6 lubang) dan kemudian menganalisis perbedaan antara 2 teori yang digunakan! (dapat
dijelaskan melalui perbandingan jumlah lubang, powder factor, atau lainnya yang menurut anda
penting antara 2 teori tersebut)
Diketahui :
Maka :
a. Burden
1 1
Energi potensial bahan peledak yang dipakai 3 BP x [VOD BP ] 2 3
AF1 2
Energi potensial bahan peledak standar 1.2 x [12000]
1,3 [12100]2
=[ 1,2 [12000]2]1/3
= 1,03
1 1
Bobot Isi batuan standar 3 160 pcf 3
AF2
Bobot Isi batuan yg diledakkan Batuan
160 1/3
=[ ]
106,13
= 1,14
Kb = Kb std x AF1 x AF2
= 30 x 1,03 x 1,14
= 35,226
B =
,
=
= 8,8 ft
b. Spasi
Ks = S/B
8,8
Ks = 8,8
=1
Ks = 1 bila lubang bor diledakan secara sequence delay
c. Stemming
Kt = T/B
T = Kt x B
= 0,7 x 8,8
= 6,16
d. Subdrilling
Kj = J/B
J = Kj x B
= 0,2 x 8,8
= 1,76
e. Kedalaman
L =H+J
= 19,68 + 1,76
= 21,44
f. Powder Colomb
Pc = L-T
= 21,44 6,16
= 15,28
Pola yang dipakai =BxS
= 8,8 x 8,8
= 77,44
Volume Setara =BxSxH
= 8,8 x 8,8 x 19,68
= 1524,0192 ft3
= 111 lubang
Total jumlah bahan peledak = Berat Handak dalam satu lubang x jumlah lubang ledak
= 0,03 x 111
= 3,33 ton
= 8,59 ft
B = Kd x Ksg x B
= 1,3 x 0,9 x 8,59
= 10,05
b. Spasi
Ledakan Berurutan maka :
S = 1,4 x B
= 1,4 x 8,59
=12,026
c. Stemming
T = 0,7 x B
= 0,7 x 8,59
= 6,01
d. Subdrilling
J = 0,3 x B
= 0,3 x 8,59
= 2,57
e. Kedalaman
L =H+J
= 19,68 + 2,57
= 22,25
f. Powder Colomb
Pc = L-T
= 22,25 6,01
= 16,24
= 83 lubang
Total jumlah bahan peledak = Berat Handak dalam satu lubang x jumlah lubang ledak
= 0,03 x 83
= 2,49 ton
GEOMETRI PELEDAKAN
PC = 4,77 m
L = 6,91 m
H = 19,68 ft
POLA PELEDAKAN
ANALISIS
Dari ke dua teori yang diatas telah dapat dilihat dari perhitungan data yang telah dilakukan
yang dimulai dari Asumsi dari R.L.Ash dan Asumsi dari Konya bahwa telah dihitung dengan
menggunakan kedua teori diatas, dan dapat di simpulkan bahwa Teori Asumsi dari Konya
memiliki efisiensi yang lebih tinggi di bandingkan dengan teori Asumsi dari R.L.Ash. Karena
seperti yang kita lihat pada perhitungan bahwa menggunakan Teori Asumsi dari konya memiliki
jumlah lubang ledak yang lebih sedikit yaitu 83 Lubang Ledak serta penggunaan bahan peledak
lebih ekonomis sebesar 2,49 ton dibanding dengan perhitungan pada teori Asumsi dari R.L.Ash
Sedangkan pada teori Asumsi R.L.Ash memiliki lubang ledak yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan teori Asumsi dari Konya yaitu sebanyak 111 Lubang Ledak, sehingga