Anda di halaman 1dari 3

Konflik Manusia dan Harimau di Bengkulu

Meningkat
Kamis, 10 November 2011 | 8:34
Harimau Sumatera (Pantheratigris Sumatrae)
[BENGKULU] Konflik manusia dan harimau di
Bengkulu dalam beberapa tahun belakangan
terus meningkat. Hal ini terjadi karena hutan
yang menjadi tempat harimau mencari makan
terus dibuka masyarakat sebagai lahan
perkebunan kopi, karet dan sawit.
Sekretaris Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) Bengkulu, Supartono kepada SP, di
Bengkulu, Kamis (10/11) mengatakan, selama
tahun 2011, konflik manusia dan harimau di
Bengkulu terjadi sebanyak delapan kali atau
meningkat dua kasus dari tahun 2010.
Konflik tersebut terjadi di empat kabupaten di
Bengkulu, yakni Bengkulu Utara, Seluma, Lebong
dan Kabupaten Kepahiang. Dari konflik itu, dua
orang tewas dimangsa binatang buas tersebut.
Sedangkan sisanya enam orang lagi mengalami
luka berat.
Dua korban yang meninggal itu adalah Sandi,
warga Lubuk Sandi, Kabupaten Seluma dan
Firiani, warga Kabupaten Kepahiang, yang tewas
dimakan harimau pada Sabtu (5/11) lalu.
Supartono mengatakan, konflik manusia dan
harimau di Bengkulu, semuanya terjadi di
kawasan hutan lindung (HL) atau di lahan
perkebunan kopi di pertalanangan di daerah itu.
Hal ini membuktikan bahwa konflik manusia dan
harimau di Bengkulu disebabkan karena hutan
lindung, TNKS dan hutan konservasi lainnya,
yang menjadi tempat habitat harimua terus
berkurang karena ditambah masyarakat untuk
dijadikan kebun kopi dan tanaman keras lainnya.
Akibatnya, ruang gerak binatang ini semakin
sempat, sehingga dia kesulitan mendapatkan
makanan. Hal inilah yang menyebabkan harimau
di Bengkulu sering mengamuk dan memangsa
manusia dan hewan ternak milik masyarakat di
daerah itu.
Untuk itu, BKSDA Bengkulu mengimbau kepada
masyarakat daerah ini agar menghentikan
perambahan hutan lindung, TNKS dan hutan
konservasi di daerah ini, sehingga habitat
harimau tidak terganggu. Jika hutan lindung,
TNKS dan hutan konservasi terus dirambah
masyarakat, maka konflik manusia dan harimau
di Bengkulu sulit dihentikan. Bahkan, kasus terus
meningkat, seperti yang terjadi dalam lima tahun
terakhir.
Dari data BKSDA Bengkulu dalam lima tahun
terakhir, sebanyak 21 kali terjadi konflik manusia
dan harimau di Bengkulu. Dari jumlah kasus itu,
tiga manusia tewas, satu harimau ditangkap dan
belasan masyarakat luka berat akibat dicakar
binatang buas tersebut.
Harimua yang memakan warga Lubuk Sandi,
yang diberima nama Talisa ditangkap petugas
BKSDA melalui perangkap. Harimau jenis betina
ini setelah dirawat BKSDA Bengkulu langsung
dievakuasi hutan di Tambling, Provinsi Lampung,
ujarnya.
Suparto mengatakan, konflik manusia dan
harimau di Bengkulu dari segi kualitas kejadian
meningkat dibanding beberapa tahun
sebelumnya. Jika sebelum hanya manusia sering
bertemu harimau sekitar kebun kopi, tapi
sekarang harimau kalau ketemu manusia
langsung menerkam dan semakin liar.
Terkait harimau yang memangsa warga
Kabupaten Kepahiang, Supartono mengatakan,
dari hasil survei pihaknya di lokasi kejadian
harimau tersebut masih berada di sekitar hutan
lindung Desa Bukit Daun. Kita sudah
menurunkan tim ke lapangan bersama organisasi
pencinta harimau untuk melakukan upaya
penangkapan binatang buas tersebut. Kita
khawatir jika tidak ditangkap dikhawatirkan akan
memakan manusia lagi, ujarnya.
BKSDA Bengkulu juga mengimbau warga yang
mengungsi ke Desa Air Pesi disarakan dalam
waktu dekat dilarang kembali ke kebun, karena
dikhawatirkan akan dimangsa harimau yang
masih berkeliaran di daerah itu.
Rujukan : Media Berita Satu Suara Pembaharuan
Memihak Kebenaran

Anda mungkin juga menyukai