NPM : 170410150077
High - PRESIDEN
- KEMENTRIAN
KOORDINATOR
BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN
KEAMANAN
- KEMENTRIAN HUKUM
Tingkat Keberpihakan
DAN HAM
- KEMENTRIAN DALAM
NEGERI
- TOKOH MASYARAKAT
- TOKOH AGAMA
- AHLI HUKUM
- AKADEMISI
Low
Jaringan ANT memiliki cara analisis berbeda dengan jaringan sosial atau jaringan
teknologi dalam menggambarkan sebuah realitas sosial. Cara kerja ANT berbeda dengan
jaringan sosial maupun jaringan teknologi, karena di dalam jaringan ANT terdapat dua
kategori aktor, yaitu aktor human dan aktor non human. Kedua kategori dalam ANT
mengacu pada dua prinsip utama, yakni prinsip heterogenitas substansi dan prinsip
simetri umum. Prinsip heterogenitas substansi adalah bahwa ANT memberikan arahan
bahwa suatu analisa berasal dari jaringan dan asosiasi dimana di dalam jaringan tersebut
mengandung unsur-unsur yang terdiri atas manusia dan mukan manusia (artefak material).
Selanjutnya adalah prinsip simetri umum, dimana dalam menindaklanjuti prinsip
pertama.yang menyatakan bahwa dalam suatu analisis atas jaringan heterogen, entitas
manusia dan entitas manusia dan entitas non-manusia diperlakukan secara simetris
Kementrian Dalam Negeri sebagai salah satu aktor human dalam pembuatan Perppu
Ormas mempunyai peran sebagai pemberi saran dan pandangan terhadap isu Organisasi
Masyarakat yang berkembang saat ini di Indonesia, dimana pandangan ini nantinya akan
menjadi pertimbangan presiden dalam merumuskan Perppu Ormas. Hal tersebut juga
merupakan salah satu tugas dari Kementrian Dalam Negeri itu sendiri yaitu
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara, dimana permasalahan Ormas ini juga merupakan
salah satu permasalahan dalam negeri.
Peran Kementrian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan sebagai aktor human
dalam pembuatan Perppu Ormas juga sebagai pemberi saran dan pandangan terhadap isu
Organisasi Masyarakat dari perspektif yang berbeda sesuai dengan kajian dari Kementrian
Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan tersebut. Dimana permasalahan ideologi menjadi
salah satu kajiannya, karena adanya Ormas ormas yang ada saat ini dikhawatirkan dapat
mengancam ideologi negara. Walaupun tidak semua Ormas dianggap mengancam ideologi
negara, tetapi ada beberapa yang dianggap dapat mengancam ideologi negara. Oleh karena itu
dibutuhkan pandangan dari Kementrian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan itu
sendiri tentang bagaimana Ormas tersebut dapat mengancam persatuan dan kesatuan NKRI.
Peran Kementrian Hukum dan HAM sendiri sbenarnya sama dengan yang lainnya
yaitu sebagai sebagai pemberi saran dan pandangan terhadap isu Organisasi Masyarakat yang
berkembang saat ini di Indonesia. Terlagi apabila berbicara Perppu Ormas ini pastilah
menyangkut pada salah satu Hak Asasi Manusia yaitu hak kebebasan warga untuk berserikat
dan berorganisasi. Oleh karena itu dibutuhkan juga saran serta pandangan dari Kementrian
Hukum dan HAM.
Selain aktor-aktor human diatas adapula aktor-aktor human lain yang mempengaruhi
Presiden dalam perumusan Perppu Ormas itu sendiri yang memiliki kepentingan langsung
maupuan tidak langsung terkait dengan Organisasi Kemasyarakatan khususnya dalam Perppu
Ormas ini. diantaranya adalah ahli hukum, akademisi, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Aktor-aktor ini juga mempunyai peranan penting dalam pembuatan Perppu Ormas ini,
dimana aktor-aktor ini memberikan saran serta pandangannya sesuai dengan bidangnya
masing-masih baik itu dari sisi agama, hukum, sosial dan lain sebagainya. Karena sudah
seharusnya dalam pembuatan Perppu dibuat berdasarkan saran dan pandangan dari berbagai
macam sisi, agar Perppu ini nantinya tidak menjadi Perppu yang berat sebelah.
Dari aktor-aktor human diatas pastilah memiliki tingkat kepentingan dan tingakt
keberpihakan yang berbeda-beda. Apabila dilihat dari pemetaan yang sudah dibuat aktor
human seperti Presiden, DPR RI, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Hukum dan
HAM, dan Kementrian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan memiliki tingkat
keberpihakan serta tingkat kepentingan yang tinggi. Perlu diingat, dalam perspektif kajian
hukum kritis, bahwa hukum (termasuk Perppu Nomor 2 Tahun 2017) adalah produk politik.
Dalam pembuatan, pelaksanaan, maupun penegakannya, selalu tersembunyi agenda-agenda
politik. Pernyataan-pernyataan politisi yang mengatas-namakan Negara, dan demi bangsa dan
Negara, sungguh tidak mudah diyakini ketulusannya. Tak segan-segan, para yuris dan
lawyers, dilibatkan dan dibayar untuk bekerja keras, agar agenda-agenda politik tersebut
dapat terselenggara dengan lancar. Perlu diingat pula, bahwa pada level yang sama, para
pihak yang kontra terhadap Perppu tersebut diduga kuat juga memiliki agenda-agenda politik
sendiri. Di situlah, betapapun tidak tersembul sebagai kontra agenda politik, namun secara
laten publik dapat mencermati bahwa sesungguhnya, perang agenda politik , bahkan
perang ideologi sedang berlangsung.
Dalam catatan Satjipto Rahardjo, sejak 2000-an tahun lalu, sudah ada kecenderungan
global (termasuk Indonesia) bahwa penyelenggara negara ingin memonopoli kekuasaan,
termasuk membuat hukum, membuat struktur hukum, dan mengatur proses hukum. Kekuatan
dan kekuasaan lawan-lawan politik, cenderung dipinggirkan. Publik dipahamkan seolah-olah
ketertiban, keadilan, dan kedamaianakan muncul bila hukum negara dijalankan secara absolut
oleh aparatur negara, dan tidak perlu campur-tangan pihak lain. Hukum negara, dipandang
sebagai satu-satunya institusi yang dapat digunakan untuk menuntaskan segala urusan.Inilah
pola pikir dan perilaku Hobessian, yakni faham yang diajarkan Thomas Hobess, dalam
rangka mengatasi homo homini lupus.Namun, fakta empiris membuktikan bahwa pola pikir
dan perilaku Hobessian itu, tidak pernah terbukti, hanya angan-angan, alias mitos belaka.4
Selain itu adapula akademisi, ahli hukum, tokoh masyarakat, dan tokoh agama yang
menurut saya memliki tingkat keberpihakan dan tingkat kepentingan yang rendah. Rendah
disini bukan berarti tidak sama sekali, mereka tetap memiliki kepentingan dan pastinya
berpihak pada satu kubu tetapi disini mereka berusaha bersikap netral dan berbicara seesuai
bidanganya masing-masing sebagai pemberi saran dan pandangan kepada presiden dalam
perumusan Perppu Ormas ini.
Daftar Bacaan: