PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari sistemik lupus eritmatosus
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari sistemik lupus eritmatosus
1.3.3 Untuk mengetahui epidemiologi dari sistemik lupus eritmatosus
1.3.4 Untuk mengetahui klasifikasi dari sistemik lupus eritmatosus
1.3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari sistemik lupus eritmatosus
1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan umum untuk sistemik lupus eritmatosus
1.3.7 Untuk mengetahui diagnosis sistemik lupus eritmatosus
1.3.8 Untuk mengetahui bagaimana pengobatan pada sistemik lupus eritmatosus
1
BAB II
PEMBAHASAN
SLE adalah penyakit sistemik yang mengenai berbagai organ sistemik, karakteristik
dengan adanya AAN (Antibodi Antinuklear). Karakteristik SLE yang utama antara lain :
2
SLE merupakan penyakit episodic. Adanya riwayat gejala intermiten, seperti
arthritis, pleuritic dan dermatitis, dapat mendahului selama beberapa bulan atau
tahun.
Genetic (10%). Ada kaitannya sekitar 10% diantaranya HCA, B8, DR2, DR3,
DRW52, DQ101, DQWL, dan DQW2, NULL untuk C4 banyak ditemui pada pasien-
pasien dan keluarganya.
Lingkungan. Obat kontrasepsi oral diduga penyebab timbulnys penyakit ini. Sinar
matahari juga ternyata mempengaruhi serangan pendahuluan SLE, pada sekitar 1/3
penderita.
3
2.3 Epidemiologi SLE
Prevalensi antara 50.8 per 100.000 orang umur diatas 17th. Prevalensi pada wanita
kulit putih umur antara 18-65 sekitar 1/1000 pada wanita kulit hitam adalah 1/250. Pada
antara umur tersebut diatas wanita 10 x lebih banyak dari pria. Di antara anak-anak dan
orang tua, penyakit tersebut pada laki-laki 2 x daripada wanita.
4
kulit kepala, nasolabial;
alopesia dengan eritema
jaringan parut generalisata
5
2.5 Manifestasi Klinis SLE
Riwayat penyakit
- Artritis rematik
- Sindroma sjogren
- Hepatitis kronik
- Kekejangan
Manifestasi SLE bervariasi antara penyakit kronik dengan riwayat keluhan dan
gejala intermiten sampai pada fase akut yang fatal. Gejala konstitusional dapat berupa
demam yang menetap atau intermiten, kelelahan, penurunan berat badan dan anoreksia.
Satu system organ dapat terkena, meskipun penyakit multisystem lebih khas (Tabel 30-
2)
6
System Klinis
Penyakit SLE adalah penyakit kronis yang ditandai dengan remisi dan relaps.
Terapi suportif tidak dapat dianggap remeh. Edukasi bagi orangtua dan anak penting
dalam merencanakan program terapi yang akan dilakukan. Edukasi dan konseling
memerlukan tim ahli yang berpengalaman dalam menangani penyakit multisystem pada
anak dan remaja, dan harus meliputi ahli reumatologi anak, perawat, petugas social dan
psikologis. Ahli ginjal perlu dilibatkan pada awal penyakit untuk pengamatan yang
optimal terhadap komplikasi ginjal. Demikian pula keterlibatan dermatologis dan
nutrisionis juga diperlukan. Perpindahan
Perlu pula diperhatikan mengenai diet seimbang dengan masukan kalori yang
sesuai. Dengan adanya kenaikan berat badan akibat penggunaan obat glukokortikoid,
maka perlu dihindari makanan junkfood atau makanan mengandung tinggi sodium
untuk menghindari kenaikan berat badan berlebih. Penggunaan tabir surya dengan kadar
7
SPF lebih dari 15 perlu diberikan pada anak dengan SLE. Pemberian antibiotic sebagai
profilaksis harus dihindari dan hanya diberikan sesuai dengan hasil kultur.
Umum
Jika terdapat antibody antikardiolipin dalam kadar yang bermakna, maka diberikan
8
Untuk penyakit kulit dan tambahan bagi glukokortikoid untuk penyakit sistemik
Glukokortikoid
Inisial metilprednisolon IV, dengan interval tiap bulan untuk terapi pemeliharaan pada
penyakit berat
Imunosupresif
Siklofosfamid 1-2 mg/kg/hari (per oral), atau 500-1000/mg/m/bulan (IV) pada penyakit
berat
Siklopospamid digunakan pada pasien dengan vasculitis berat dan pasien dengan
nefritis proliferatif difus. Pada pasien dengan kambuhan, pemberian azatioprin mungkin
berguna agar pasien dapat diberi kortikosteroid dengan dosis lebih rendah. Pemberian
obat antimalarial sangat berguna pada pasien dengan kelainan kulit, alopesia, dan tukak
mukosa, dan menjadikan pemberian dosis kortikosteroid lebih rendah.
9
1. Pemeriksaan serologik
2. Istirahat dan pelindung sinar matahari
3. Antimalaria
4. Steroid per oral
5. Antimetabolit
6. Dapson
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SLE adalah penyakit sistemik yang mengenai berbagai organ sistemik, karakteristik
dengan adanya AAN (Antibodi Antinuklear). Meskipun penyebab L.E. belum diketahui
dengan lengkap, disetujui terdapatnya disregulasi dari T. Limfosit yang menyebabkan
aktivasi limfosit sel B, yang menghasilkan berbagai auto-antibodi sebagai faktor
pathogenesis.
Prevalensi antara 50.8 per 100.000 orang umur diatas 17th. Prevalensi pada wanita
kulit putih umur antara 18-65 sekitar 1/1000 pada wanita kulit hitam adalah 1/250. Pada
antara umur tersebut diatas wanita 10 x lebih banyak dari pria. Di antara anak-anak dan
orang tua, penyakit tersebut pada laki-laki 2 x daripada wanita. Manifestasi SLE
bervariasi antara penyakit kronik dengan riwayat keluhan dan gejala intermiten sampai
pada fase akut yang fatal. Gejala konstitusional dapat berupa demam yang menetap atau
intermiten, kelelahan, penurunan berat badan dan anoreksia.
11
Beberapa metode pengobatan SLE :
- Pemeriksaan serologik
- Istirahat dan pelindung sinar matahari
- Antimalaria
- Steroid per oral
- Antimetabolit
- Dapson
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Sistemik Lupus
Eritmatosus (SLE). Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Marwali Harahap. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. 2000
Akib, Arwin AP,dkk. Alergi Imunologi Anak : Edisi Kedua. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2008
12
Goldstein, Beth G,dkk. Dermatologi Praktis. Jakarta : Hipokrates. 1998
13