Anda di halaman 1dari 15

KULIAH KESEHATAN MASYARAKAT

Beranda

kontak

Profile

Wednesday, 20 November 2013

Makalah Riwayat Alamiah Penyakit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi adalah salah satu bagian dari ilmu kesehatan masyarakat (public health) yang
menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit ataupun masalah kesehatan lainnya
dalam masyarakat (Bustan, 2006: 1). Keberadaan penyakit dalam masyarakat itu diekati oleh
epidemiologi secara kuantitiatif. Oleh karena itu, epiemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai
suatu metode pendekatan yang banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan
masalah kesehatan (Bustan, 2006: 1).

Menurut asal katanya, secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang
menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, dimana epi = upon, pada atau
tentang: demos = people, penduduk; dan logia = knowledge, ilmu. Nama epidemiologi berkaitan
dengan sejarah kelahirannya dimana epidemiologi memberikan perhatian tentang penyakit
mengenai penduduk (epidem). Demikian, epidemiologi dimaksudkan tidak hanya mempelajari
penyakit dan epideminya saja, tetapi menyangkut masalah kesehatan secara keseluruhan (Bustan,
2006: 2)

Ranah kajian epidemiologi meliputi pengertian, sejarah perkembangan, ukuran frekuensi


epidemiologi, skrining, kejadian luar biasa, riwayat alamiah penyakit, hubungan antara host, agent
an environment, pencegahan penyakit, imunisasi, surveilans, serta pengantar studi epiemiologi
deskriptif dan analitik. Pembahasan kali ini terfokus pada tema riwayat alamiah penyakit.

Seperti yang diketahui, munculnya berbagai macam penyakit disebabkan oleh banyak faktor, tidak
terkecuali penyakit akut yang mempunyai massa perlangsungan tersendiri. Bagaimanapun akutnya,
perlu waktu yang memang mungkin singkat untuk tercetusnya suatu penyakit. Studi RAP yakni
riwayat alamiah penyakit mempelajari bagaimana suatu penyakit tersebut dapat timbul dan
tersebar. Studi ini diduga mempunyai manfaat dalam mengetahui bagaimana pecegahan penyakit
yang seharusnya dilakukan.

Oleh karena itu, pada makalah ini penyusun akan menjabarkan bagaimana tahap riwayat alamiah
penyakit, jenis-jenis penyakit menular dan masa inkubasinya, pola penyebaran penyakit, manfaat
riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan penyakit.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut.

1. Menjelaskan tahapan riwayat alamiah suatu penyakit;

2. Mengetahui jenis-jenis penyakit menular serta masa inkubasinya;

3. Menjelaskan pola penyebaran penyakit;

4. Mengetahui manfaat riwayat alamiah penyakit; dan

5. Mengidentifikasi tingkat pencegahan penyakit.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit

Riwayat alamiah penyakit merupakan perjalanan penyakit yang alami dan tanpa pengobatan
apapun, yang terjadi mulai dari keadaan sehat hingga timbul penyakit. Meskipun setiap penyakit
mempunyai riwayat alamiah yang berbeda, karena kerangka konsep yang bersifat umum perlu
dibuat untuk menjelaskan riwayat perjalanan penyakit pada umumnya.

Gambar 1: Bagan Riwayat Alamiah Penyakit

(Rajab, 2009: 16)

Berasarkan bagan diatas, riwayat alamiah penyakit dibagi menjadi lima kategori, yaitu:

a. Tahap prapatogenesis: Manusia (host) masih dalam keadaan sehat namun pada saat ini pula
manusia telah terpajan dan berisiko terhadap penyakit yang ada di sekelilingnya. Adapun
penyebabnya karena telah terjadi interaksi dengan bibit penyakit (agent), bibit penyakit belum
masuk ke manusia (host), manusia masih dalam keadaan sehat atau belum ada tanda penyakit, dan
belum terdeteksi baik secara klinis maupun laboratorium.

b. Tahap inkubasi: tahap ini bibit penyakit telah masuk ke manusia, namun gejala belum tampak.
Jika daya tahan pejamu tidak kuat, akan terjadi gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.

c. Tahap penyakit dini: tahap ini mulai timbul gejala penyakit, sifatnya masih ringan, dan umumnya
masih dapat beraktivitas.

d. Tahap penyakit lanjut: tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat
beraktivitas sehingga memerlukan perawatan.

e. Tahap akut penyakit: tahap akhir perjalanan penyakit ini, manusia berada dalam lima keadaan
yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karrier, kronis, atau meninggal dunia.

(Rajab, 2009: 17)

Namun, ada beberapa penyakit yang tidak sesuai dengan bagan diatas, sehingga dikenal dengan
istilah atau kejadian seperti dibawah ini:

a. Self limiting desease: proses penyakit berhenti sendiri dan semua fungsi tubuh normal kembali.

b. Penyakit inapparent: penyakit yang berlangsung tanpa gejala klinis, penderita penyakit tertentu
sudah mulai menularkan penyakitnya sebelum masa inkubasi selesai (misal campak, polio, rubella,
cacar air), atau penderita penyakit tertentu menularkan penyakitnya setelah gejala klinis muncul
(misal filariasis, batuk rejan, malaria).

c. Masa latent: masa antara masuknya agent sampai penderita dapat menularkan penyakitnya.
d. Periode menular: penderita mampu menularkan penyakit ketika keadaan penderita pulih
(konvalesens) dan pulih sesudah penyakit tidak menunjukkan gejala klinis (penderita menjadi
karrier).

e. Periode akut: penyakit berlangsung dalam waktu singkat (beberapa hari atau minggu saja).
Misalnya, influenza, rabies, cacar, atau campak.

f. Periode kronis: penyakit ini berlangsung beberapa tahun (misal TBC, leprae, AIDS).

(Rajab, 2009: 18)

Epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya jika agen kausal
penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell entry), lalu melakukan
multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis yang dapat dideteksi secara
laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut dikatakan mengalami infeksi.

Riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun kematian dari
suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang
mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung tingkat kerentanan (atau imunitas),
individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi
(jika penyakit infeksi) dan mengalami perubahan patologi yang ireversibel. Ukuran yang
menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai
berikut: (1) infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.

a. Infektivitas adalah kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung
dari jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.

b. Patogenesitas adalah kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis. Dihitung
dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi.

c. Virulensi adalah kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini


menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari
jumlah kasus yang mati dibagi dengan jumlah kasus klinis.

(Murti, 1997)

Contoh, kanker serviks merupakan kanker bagian bawah (leher) uterus yang berhubungan dengan
vagina. Kanker tersebut merupakan kanker kedua terbanyak pada wanita dan penyebab kematian
karena kanker paling utama di negara-negara berkembang. Sekitar 466,000 kasus baru kanker
serviks terjadi pada wanita di seluruh dunia setiap tahun, sebagian besar di negara berkembang. Dari
231,000 wanita yang meninggal karena kanker serviks setiap tahun, sekitar 80 persen berasal dari
negara berkembang (Alliance for Cervical Cancer Prevention, 2007).

Riwayat alamiah penyakit kanker serviks sebagai berikut.

Gambar 4.2 menyajikan riwayat alamiah infeksi HPV dan potensi menjadi kanker
Mutagen pada umumnya berasal dari agen-agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti
Human Papilloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks Virus Tipe 2 (HSV 2) (Rasjidi, 2009, Vol. III No. 3).
Lebih spesifik, sekitar 70 % adalah HPV tipe 16/18 yang ditularkan melalui kontak genital. Sebagian
besar kanker serviks dimulai dengan infeksi awal oleh HPV, tetapi sebagian besar infeksi HPV tidak
berkembang menjadi kanker serviks. Infeksi awal HPV dapat berlanjut dan menjadi displasia atau
hilang dengan spontan (Bosch et al., 1994).

Sebagian besar wanita yang terinfeksi HPV akan mengalami displasia tingkat rendah, disebut CIN 1
(cervical intraepithelial neoplasia 1), dalam beberapa bulan atau tahun terinfeksi. Sebagian besar
(60%) dari CIN 1 mengalami regresi dan menghilang dengan spontan dalam tempo 2-3 tahun
terutama pada wanita usia di bawah 35 tahun. Displasia tingkat rendah (CIN 1) perlu dimonitor
tetapi tidak perlu diobati Sebagian kecil kasus CIN 1 akan mengalami progresi menjadi displasia
tingkat tinggi, disebut CIN 2/3 (Murti, 1997)

Sekitar 15% infeksi HPV yang persisten akan berkembang menjadi CIN 2/3 dalam tempo 3-4 tahun,
baik dengan atau tanpa melalui CIN 1. CIN 2/3 merupakan prekursor kanker serviks, karena itu harus
diobati. Perjalanan kanker serviks memiliki masa laten sangat panjang, hingga 20 tahun. Risiko
perkembangan dari lesi prekanker (CIN 2/3) menjadi kanker invasif adalah sekitar 30-70% (rata-rata
32 persen) dalam tempo 10 tahun. Kanker serviks paling sering terjadi pada wanita setelah usia 40
tahun, lebih-lebih wanita di usia 50 dan 60 tahunan (Parkin et al., 1997).

Walaupun semua virus herpes simpleks tipe 2 (HPV-2) belum didemonstrasikan pada sel tumor,
teknik hibridisasi insitu telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan
wanita dengan displasia serviks. DNA sekuens juga telah diidentifikasi pada sel tumor dengan
menggunakan DNA rekombinan. Diperkirakan, 90% pasien dengan kanker serviks invasive dan lebih
dari 60% pasien dengan neoplasia intraepithelial serviks (CIN) mempunyai antibodi terhadap virus
(Rasjidi, 2009, Vol. III No. 3).

2.1.2 Jenis-Jenis Penyakit Menular serta Masa Inkubasinya

Jenis Penyakit

Masa Inkubasi

AIDS

2 bulan 10 tahun

Amoebiasis

2 4 minggu

Antraks
2 7 hari

Botulism

12 36 jam

Chikungunya

3 12 hari

Kholera

1 5 hari

Difteri

2 5 hari

Filariasis

3 12 bulan

Hepatitis A

15 50 hari

Hepatitis B

7 26 minggu

Leptospirosis

4 18 hari

Campak
10 14 hari

Poliomyelitis

5 30 hari

Tetanus

4 21 hari

(Bustan, 2006 : 43)

2.1.3 Pola Penyebaran Penyakit

Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai setelah membuat seseorang sakit, tetapi cenderung
untuk menyebar. Setelah menyelesaikan riwayatnya pada suatu rangkaian kejadian sehingga
seseorang jatuh sakit, pada saat yang sama penyakit bersama dengan kumannya dapat berpindah
dan menyebar kepada orang lain/masyarakat. Proses perjalanan penyakit, kuman memulai aksinya
dengan memasuki pintu masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian jika
ingin berpindah ke penderita baru lagiakan ke luar melalui pintu tertentu (portal of exit).

Kuman penyakit tidak masuk dan ke luar begitu saja tetapi harus melalui pintu tubuh tertentu
sesuai dengan jenis masing-masing penyakit misalnya melalui: kulit, saluran pernapasan, saluran
pencernaan, atau saluran kemih. Dalam memilih pintu masuk-keluar ini setiap jenis kuman
mempunyai jalan masuk dan ke luar tersendiri dari tubuh manusia. Ada yang masuk melalui mulut
(oral) dan ke luar melalui dubur (sistem pencernaan), seperti yang dilakukan oleh kebanyakan
cacing. Namun ada pula yang masuk melalui kulit tetapi ke luar melalui dubur, misalnya cacing
Ankylostoma.

Pengetahuan tentang jalan masuk ini penting untuk epidemiologi karena dengan pengetahuan itu
dapat dilakukan penghadangan perjalanan kuman masuk ke dalam tubuh manusia. Cacing yang
ingin masuk melalui mulut dicegah dengan upaya cuci tangan sebelum makan. Sedangkan
pengetahuan tentang jalan keluar bermanfaat untuk menemukan kuman itu untuk tujuan
identifikasi atau diagnosis. Misalnya kuman TBC keluar melalui batuk maka penemuan kuman TBC
dilakukan dengan penangkapan kumannya di batuk/dahak.

(Bustan, 2006 : 45)

2.1.4 Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit

Berdasarkan riwayat alamiah penyakit diperoleh beberapa informasi penting seperti:


a. Masa inkubasi atau masa latent, masa atau waktu yang diperlukan selama perjalanan suatu
penyakit untuk menyebabkan seseorang jatuh sakit.

b. Kelengkapan keluhan (symptom) yang menjadi bahan informasi dalam menegakkan diagnosis.

c. Lamanya dan beratnya keluhan dialami oleh penderita.

d. Kejadian penyakit menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen kejadiannya.

e. Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan mudah dideteksi
lokasi kejadian penyakit.

f. Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga, menjadi bahan informasi untuk pencegahan
penyakit, khususnya untuk pembunuhan kuman penyebab.

Selain itu, dengan mengetahui riwayat alamiah dapat ditarik beberapa manfaat seperti:

a. Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis penyakit,
misalnya jika terjadi KLB (kejadian luar biasa).

b. Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patogen penyabab dan rantai perjalanan
penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.

c. Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada
tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan.

(Bustan, 2006 : 45)

2.1.5 Tingkat Pencegahan Penyakit

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit itu
dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu dibagi atas berbagai tingkat sesuai dengan
perjalanan penyakit.

Dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu:

a. Pencegahan tingkat awal (Primordial Prevention)

Pencegahan tingkat awal diperkenalkan oleh WHO (Beaglehole, WHO 1993) sebagai salah satu
bentuk upaya pencegahan yang didapatkan berdasarkan pengalaman epidemiologis dalam
menangani masalah penyakit kardiovaskuler. Ditemukan bahwa terjadinya penyakit jantung pada
masyarakat luas hanya jika terdapat kausal dasar (basic underlying cause) yang berupa makanan
tinggi lemak jenuh binatang. Jika bentuk penyebab dasar ini tidak ada, seperti halnya di China dan
Jepang, penyakit jantung jarang ditemukan meskipun ditemukan banyak faktor resiko lainnya seperti
merokok dan tekanan darah tinggi.
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial
ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan resiko penyakit. Upaya ini terutama sesuai
untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung menunjukkan
peningkatannya.

Upaya primordial juga diperlukan dalam hal pengendalian peningkatan polusi udara (green
house effect, hujan asam, ozone layer depletion) dan pengaruh asap di daerah perkotaan dalam
pencegahan penyakit jantung dan paru. Perhatian dapat ditujukan pada pengendalian peningkatan
konsentrasi sulfur diokside di atmosfer pada beberapa kota besar metropolitan seperti di Paris,
London, Newyork dan Tokyo yang melebihi nilai ambang maksimum yang direkomendasikan oleh
WHO.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pencegahan awal ini diarahkan kepada
mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat
mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau faktor resiko dapat berkembang atau memberikan
efek patologis. Faktor-faktor itu tampaknya banyak bersifat sosial atau berhubungan dengan gaya
hidup dan pola makan. Upaya awal terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya
mempertahankan kondisi kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan
kondisi kesehatan.

(Bustan, 2006: 50-53)

b. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) menjauhkan agen untuk dapat
kontak atau memapar pejamu, dan (2) menurunkan kepekaan pejamu (host susceptibility).
Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu
penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka saatnya pencegahan tingkat pertama ini digalakkan
terhadap penyakit. Apabila lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera dapat timbul secara
epidemiologis, tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang lebih berbahaya apabila
timbul dalam bentuk KLB (Bustan, 2006: 53).

Adapun dalam pencegahan primer dilakukan upaya-upaya antara lain:a.Promosi kesehatan/health


promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b.Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah
ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain (Rivai, 2005, Vol. I No.
1).

c. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan tingkat keua ini dilakukan dalam fase patologis dengan cara mengetahui
perubahan klinik atau fisiologis yang terjadi dalam awal penyakit (early symptoms) atau semasa
masih dalam presymtomatic, masa sangat awal kelainan klinik. Pencegahan ini ditunjukkan untuk
meneteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian,
pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progresifitas penyakit,
mencegah komplikasi penyakit, dan membatasi kemungkinan kecacatan.
Bentuk utama pencegahan tingkat kedua adalah penyaringan (skrening). Adapun dengan
skrening diharapkan dapat dideteksi indikator fisiologi awal yang ada sebelum orang menunjukkan
keluhan. Contoh skrening adalah hapusan Pap (pap smear) untuk kanker serviks, tes pendengaran
untuk kerusakan ketulian, skin test untuk tuberkulin, VDRL untuk sifilis, dan Phenylalanine test untuk
phenylketonuria (PKU) untuk retardasi mental bayi.

(Bustan, 2006: 54)

d. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga atau upaya rehabilitasi ditujukan untuk membatasi kecacatan sehingga
tidak menjadi tambah cacat dan melakukan rehabilitasi dari mereka yang punya cacat atau kelainan
akibat penyakit. Keadaan ini, kerusakan patologis sudah bersifat irreversible, tidak bias diperbaiki
lagi. Oleh karena itu, upaya-upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan misalnya, terapi latihan untuk
mempertahankan kondisi otot, pergerakan, mencegah kontraktur bagi penderita paralise akibat
stroke.

(Bustan, 2006: 54)

Tingkat pencegahan

Fase penyakit

Kelompok target

Primordial

Kondisi normal kesehatan

Populasi total dan kelompok terpilih

Primary

Keterpaparan faktor penyebab khusus

Populasi total dan kelompok terpilih dan idividu sehat

Secondary
Fase patogenesitas awal

Pasien

Tertiary

Fase lanjut penyakit (pengobatan dan rehabilitasi)

Pasien

Tabel 1: Tingkat Pencegahan dan Kelompok Targetnya Menurut Fase Penyakit

Sumber: Beoglehole, WHO 1993

Riwayat Penyakit

Tingkat Pencegahan

Upaya Pencegahan

Pre-patogenesis

Primordial Prevention

Primary Prevention

Underlying Condition Health Promotion

Specific Protection

Patogenesis

Secondary Prevention
Early diagnosis and Prompt Treatment

Disability Limitation

Tertiary Prevention

Rehabilitation

Tabel 2: Hubungan Kedudukan Riwayat Perjalan Penyakit, Tingkatan Pencegahan dan Upaya
Pencegahan

Sumber: Beoglehole, WHO 1993

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Riwayat alamiah penyakit merupakan perjalanan penyakit yang alami dan tanpa pengobatan
apapun, yang terjadi mulai dari keadaan sehat hingga timbul penyakit.
riwayat alamiah penyakit dibagi menjadi lima kategori, yaitu:

a) Tahap prepatogenesis

b) Tahap inkubasi

c) Tahap penyakit dini

d) Tahap penyakit lanjut

e) Tahap akut penyakit

2. Jenis penyakit menular dengan masa inkubasi paling lama, yaitu AIDS (2 bulan 10 tahun).
Sedangkan jenis penyakit menular dengan masa inkubasi paling cepat, yaitu tetanus (4 21 hari).

3. Pola penyebaran penyakit, yaitu dengan :

a) Portal of entry

b) Portal of exit

4. Manfaat riwayat alamiah penyakit yaitu sebagai berikut :

a) Untuk diagnostik

b) Untuk pencegahan

c) Untuk terapi

5. Upaya pencegahan dibagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit. Dikenal ada
empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu:

a) Pencegahan tingkat awal (Primordial Prevention)

b) Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)

c) Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)

d) Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

Posted by hidayat pulungan at 19:46 Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to


Pinterest

No comments:

Post a Comment
Newer Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Popular Posts

Makalah Riwayat Alamiah Penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemiologi adalah salah satu bagian dari ilmu
kesehatan masyarakat (public health) yang m...

Makalah Epidemiologi Penyakit Menular Tuberkulosis

Penyakit Menular adalah p enyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau oleh produk
toxin yang didapatkan melalui penularan bib...

makalah imunisasi

I. Pengertian Imunisasi dan Perbedaannya dengan Vaksinasi Kegiatan imunisasi di


Indonesia di mulai di Pulau Jawa denga...

Makalah Malaria

MALARIA Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium
yang termasuk golongan protozoa melalui pe...

Makalah Stroke

STROKE Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak
sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi o...

Makalah Kanker Serviks

KANKER SERVIKS Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks),
yaitu suatu daerah pada organ reproduksi ...

Makalah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan da...

Laporan Hygiene Industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Higiene Industri adalah bagian dari Ilmu Kesehatan
Kerja tentang identifikasi, evaluas...

Makalah Ksehatan Raproduksi Remaja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja ( adolescence ) merupakan masa peralihan


dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. WH...
makalah kewirausahaan

LAPORAN WAWANCARA Diajukan untuk memenuhi Tugas Terstruktur mata kuliah Kewirausahaan
WAWANCARA USAHAWAN Amante de langue ...

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blog Archive

2015 (9)

2013 (1)

November (1)

Makalah Riwayat Alamiah Penyakit

There was an error in this gadget

Picture Window theme. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai