Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2002:178).

Sebab-sebab dari retensio plasenta :


a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus atau
b. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan

Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian
terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :


a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva).
b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai miometrium sampai dibawah peritonium (plasenta akreta-perkreta)
(Prawirohardjo, S. 2002:656-657).

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan
oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inserasio plasenta) (Prawirohardjo, S. 2002:656-657).

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan grandemultipara dengan implantasi


plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta
perkreta (Manuaba, 1GB. 1998 : 301).

Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan tekniknya


sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding uterus, bahaya infeksi
dan dapat terjadi inversio uteri.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR RETENSIO PLASENTA

2.1.1 Pengertian

Retensio plasenta adalah placenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir
(Ilmu Kebidanan, 2002:656).

Retensio placenta adalah keadaan dimana plasenta tidak dapat lahir setelah
setengah jam kelahiran bayi (Subroto, 1987:346).

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga


melebihi waktu tiga puluh menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, 2002:178).

Jenis-jenis retensio plasenta:


a. Plasenta Adhesive : Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta Akreta : Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
d. Plasenta Prekreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
serosa dinding uterus hingga ke peritonium .
e. Plasenta Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan
oleh konstriksi ostium uteri.
(Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178).

2
Berdasarkan prognosa dan perawatannya, maka retensio plasenta dibagi:
1. Retensio plasenta tanpa perdarahan
Terjadi bila belum ada bagian plasenta yang lepas atau seluruh plasenta malah
sudah lepas dan plasenta terjepit dalam rahim.
2. Retensio plasenta dengan perdarahan
Menunjukkan bahwa sudah ada bagian plasenta yang sudah lepas, sedangkan
bagian lain masih melekat, sehingga kontraksi uterus tidak sempurna .

2.1.2 Etilogi

Sebab Retensio Plasenta


1. Atonia uteri, sebagai lanjutan inertio yang sudah ada sebelumnya atau yang terjadi
pada kala III
Misalnya partus lama, permukaan narkose dan sebagainya.
2. Pimpinan kala III yang salah
Memijat rahim yang tidak merata, pijatan sebelum plasenta lepas, pemberian
uterotonika dan sebagainya.
3. Kontraksi rahim yang hipertonik, yang menyebabkan konstriksion ring, (bukan
retraction ring), hour glass contraction.
4. Plasenta yang adhesive, sukar lepas karena plasenta yang lebar dan tipis (plasenta
yang prematur, immature atau plasenta membranacea)
5. Vili chorialis yang melekatnya lebih dalam:
a. Plasenta akreta
b. Plasenta increta
c. Plasenta perkreta
6. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta / sebagian plasenta sukat lepas:
a. plasenta fenestrata
b. Plasenta membranacea
c. Plasenta bilabata, plasenta succenturiota, plasenta spuria
(Subroto, 1987 : 347-348).

3
2.1.3 Patofisiologi

Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun
serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi
menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-
otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban
belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga
rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah
hilang.

2.1.4 Tanda Dan Gejala

1. Plasenta Akreta Parsial / Separasi


a. Konsistensi uterus kenyal
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedang - banyak
e. Tali pusat terjulur sebagian
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta lepas sebagian
h. Syok sering
2. Plasenta Inkarserata
a. Konsistensi uterus keras
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Bentuk uterus globular
d. Perdarahan sedang
e. Tali pusat terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta sudah lepas
h. Syok jarang

4
3. Plasenta Akreta
a. Konsistensi uterus cukup
b. TFU setinggi pusat
c. Bentuk uterus discoid
d. Perdarahan sedikit / tidak ada
e. Tali pusat tidak terjulur
f. Ostium uteri terbuka
g. Separasi plasenta melekat seluruhnya
h. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat.
(Prawirohardjo, S. 2002 : 178)

2.1.5 Komplikasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya:


1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak
menutup.
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port dentre dari tempat perlekatan plasenta.
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan
kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis
5. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah
menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma

5
invasif. Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan
berjalan terus.
Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa
perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian
perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa
menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan
keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker.
6. Syok haemoragik
(Manuaba, IGB. 1998 : 300)

2.1.6 Penanganan

Bila tidak terjadi perdarahan : perbaiki keadaan umum penderita bila perlu misal:
infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS.
Kemudian dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa
apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara Klein, Kustner atau Strassman.

Bila terjadi perdarahan: lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan
pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase.

Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta,
lakukan hysterectomia.

Cara untuk melahirkan plasenta:


a. Dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal :
Tangan kanan penolong meregangkan tali pusat sedang tangan yang lain
mendorong ringan.
b. Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose)
Melahirkan plasenta dengan cara memasukkan tangan penolong kedalam cavum
uteri, melepaskan plasenta dari insertio dan mengeluarkanya.

6
c. Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose yang
dalam pun tangan tak dapat masuk, maka dapat dilakukan hysterectomia untuk
melahirkan plasentanya.

7
2.2 MANUAL PLASENTA

Manual Plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio


plasenta. Teknik operasi manual plasenta tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana
persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :


1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive dan
plasenta akreta serta Plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan:
- Darah penderita terlalu banyak hilang.
- Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi.
- Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
4. Manual Plasenta dengan segera dilakukan:
- Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.
- Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc
- Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
- Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.

Manual Plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc
dan terjadi retensio plasenta (setelah menunggu jam). Seandainya masih terdapat
kesempatan penderita retensio plasenta kdapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit
sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.

Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse


dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan
pertolongan darurat.

8
Prosedur Plasenta Manual

Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat.
Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10
mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri.

Langkah klinik

1. Persetujuan Tindakan Manual Plasenta

Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif
tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan
dilakukan.

2. Persiapan Sebelum Tindakan

a. Pasien
1). Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan.
2). Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
3). Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
4). Medikamentosa
a). Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT,
Tramadol 1-2 mg/kg BB)
b). Analgesik suppositoria Tramadol hidroklorida 100 mg untuk
perawatan nyeri akut berat setelah tindakan.
c). Sedative (Diazepam 10 mg)
d). Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml
e). Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin)
f). Cairan NaCl 0,9% dan RL
g). Infuse Set
h). Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%)
i). Oksigen dengan regulator
9
b. Penolong
1). Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set
2). Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang
3). Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang
c. Instrument
1). Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
2). Mangkok tempat plasenta : 1
3). Kateter karet dan urine bag : 1
4). Benang kromk 2/0 : 1 rol
5). Partus set
3. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun
dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk
bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.

4. Tindakan Manual Plasenta

Penetrasi Ke Kavum Uteri


a. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse.
b. Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi.
c. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan
kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari
dikuncupkan membentuk kerucut.
d. Lakukan kateterisasi kandung kemih.
Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
e. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai.
f. Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam
vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah.
g. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang
kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri.

10
h. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi plasenta.
i. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke
pangkal jari telunjuk).

Gambar 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut


Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai
plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai
tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring),
ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara
perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut
tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas
fundus uteri dari luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu
ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan
fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada
bagian pinggir plasenta yang terlepas.

Melepas Plasenta dari Dinding Uterus

a. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah


Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian depan,
pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung tangan menghadap
ke atas.
Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya
dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus, dengan
punggung tangan mengahadap ke dinding dalam uterus.
Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada dinding
kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.
b. Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.

11
Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari
tangan yang berada di dalam antara dinding uterus
dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu.
Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta
dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin),
sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus
uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus
(perforasi) dapat dihindarkan.

Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan


penanganan yang sesuai bila terjadi penyuliit.

Mengeluarkan Plasenta

a. Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan
untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
b. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta
dikeluarkan.
c. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil
tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah).
d. Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan.
e. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah
plasenta lahir.

Gambar 3. Mengeluarkan plasenta


Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi
untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang
sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu

12
ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan
kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul
intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk
mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera
di jahit.
Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka
dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan
perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu.
Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan
tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa
plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-
hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda
infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.

5. Dekontaminasi Pasca Tindakan

Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan


yang telah di gunakan penolong ke dalam larutan antiseptic

6. Cuci Tangan Pascatindakan


Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi.

7. Perawatan Pascatindakan
a. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila
masih diperlukan.
b. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang tersedia.
c. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau.
d. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien
masih memerlukan perawatan. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang
masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan (Di Rumah Sakit).

13
SKEMA TATALAKSANA RETENSIO PLASENTA

RETENSIO PLASENTA
Belum lahir setelah 30 menit bayi lahir

SIKAP BIDAN
Evaluasi penyebabnya
Konsultasi dengan dokter keluarga
atau puskesmas
Merujuk ke puskesmas atau RS
Manual Plasenta

INDIKASI PLASENTA MANUAL RETENSIO PLASENTA TANPA PERDARAHAN


Perdarahan 400 cc Perdarahan terlalu banyak
Riwayat retensio plasenta berulang Keseimbangan bekuan darah
Tindakan dengan narkosa ditempat plasenta lepas
Sejarah habitual HPP (berulang) Persiapan merujuk penderita
- Infus cairan penggant
- Petugas untuk pertolongan
darurat
- Keluarga untuk pendonor
darah

KOMPLIKASI: TINDAKAN di RS
Atonia uteri Perbaikan keadaan umum :
Perforasi - Infus-transfusi
Perdarahan terus - Antbiotk
Tamponade gagal Tindakan manual plasenta
Segera rujuk penderita ke RS histerektomi

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Retensio plasenta adalah placenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir.

Dari berbagai sumber yang menyebutkan beberapa penyebab dari retensio plasenta, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab retensio plasenta adalah sebagai berikut:
1. HIS / usaha kontraksi uterus yang kurang kuat
2. Perlekatan plasenta pada dinding uterus, dimana semakin dalam plasenta melekat pada
dinding uterus maka sebakin besar usaha yang diperlukan untuk mengeluarkannya.
3. Pimpinan kala III yang salah
4. Kelainan bentuk plasenta sehingga plasenta sukar lepas

Sedangkan komplikasi dari retensio plasenta adalah perdarahan, Infeksi, dapat terjadi
plasenta inkarserata, terjadi polip plasenta, terjadi degenerasi ganas koriokarsinoma, syok
neurogenik.

Penanganan dari retensio plasenta:


1. Bila tidak terjadi perdarahan : perbaiki keadaan umum penderita
2. Bila terjadi perdarahan : lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan
pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase.
3. Cara untuk melahirkan plasenta:
a. Cara normal
b. Manual Plasenta
c. Hysterectomia

3.2 SARAN
Bidan seharusnya dapat mendeteksi retensio plasenta secara dini agar dapat menghindari
komplikasi persalinan yang memperburuk prognosa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hemoragi, Utomo. Obstetri dan Ginekologi. Widya Medika. Jakarta. 1998

Manuaba, G. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Kartu Pendaftaran SNMPTN PDF
    Kartu Pendaftaran SNMPTN PDF
    Dokumen1 halaman
    Kartu Pendaftaran SNMPTN PDF
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen2 halaman
    Tugas
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Internet
    Sejarah Internet
    Dokumen6 halaman
    Sejarah Internet
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Internet
    Sejarah Internet
    Dokumen6 halaman
    Sejarah Internet
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • E-Learning Meupakan Electronic Learning
    E-Learning Meupakan Electronic Learning
    Dokumen2 halaman
    E-Learning Meupakan Electronic Learning
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Rencana Intervensi (NCP)
    Rencana Intervensi (NCP)
    Dokumen20 halaman
    Rencana Intervensi (NCP)
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Artikel Tentang Tekhnologi Komputer
    Artikel Tentang Tekhnologi Komputer
    Dokumen5 halaman
    Artikel Tentang Tekhnologi Komputer
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Ileus
    Laporan Pendahuluan Ileus
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan Ileus
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Ileus Paralitik
    Ileus Paralitik
    Dokumen5 halaman
    Ileus Paralitik
    Arsh Angly
    Belum ada peringkat
  • Akut Abdomen
    Akut Abdomen
    Dokumen11 halaman
    Akut Abdomen
    Danil Anugrah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Sarah Stemi
    Sarah Stemi
    Dokumen25 halaman
    Sarah Stemi
    Wardy Aceh
    Belum ada peringkat
  • Ileus Obstruksi
    Ileus Obstruksi
    Dokumen12 halaman
    Ileus Obstruksi
    Atmayadi Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen24 halaman
    Bab 2
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Ileus Obstruksi
    Jurnal Ileus Obstruksi
    Dokumen21 halaman
    Jurnal Ileus Obstruksi
    Rizki Khair
    Belum ada peringkat
  • Hi Per Bilirubin Emi A
    Hi Per Bilirubin Emi A
    Dokumen5 halaman
    Hi Per Bilirubin Emi A
    Dwi Marta R
    Belum ada peringkat
  • 2008-1-00424-STIF-Bab 1
    2008-1-00424-STIF-Bab 1
    Dokumen6 halaman
    2008-1-00424-STIF-Bab 1
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan BRPN
    Bab I Pendahuluan BRPN
    Dokumen3 halaman
    Bab I Pendahuluan BRPN
    kriwull
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen17 halaman
    Pneumonia
    Wisra
    Belum ada peringkat
  • Bronkho Pneumonia
    Bronkho Pneumonia
    Dokumen18 halaman
    Bronkho Pneumonia
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • Sarah Stemi
    Sarah Stemi
    Dokumen25 halaman
    Sarah Stemi
    Wardy Aceh
    Belum ada peringkat
  • BAB I.anak
    BAB I.anak
    Dokumen35 halaman
    BAB I.anak
    Kesarina Kencana Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Pathways Mio Ma
    Pathways Mio Ma
    Dokumen1 halaman
    Pathways Mio Ma
    Zahriar Badar Syam
    Belum ada peringkat
  • Pathways Mio Ma
    Pathways Mio Ma
    Dokumen1 halaman
    Pathways Mio Ma
    Zahriar Badar Syam
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Post Partum
    Laporan Pendahuluan Post Partum
    Dokumen8 halaman
    Laporan Pendahuluan Post Partum
    Dani Cool Cullen Caspian
    Belum ada peringkat
  • Retplas WP
    Retplas WP
    Dokumen16 halaman
    Retplas WP
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Kelainanan Dinding Perut
    Kelainanan Dinding Perut
    Dokumen21 halaman
    Kelainanan Dinding Perut
    Dian Doank
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Pneumonia Repaired
    Laporan Pendahuluan Pneumonia Repaired
    Dokumen17 halaman
    Laporan Pendahuluan Pneumonia Repaired
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Bab III Skripsi Shinta
    Bab III Skripsi Shinta
    Dokumen13 halaman
    Bab III Skripsi Shinta
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat