Anda di halaman 1dari 3

Kisah Kasih Di SDN Gubugklakah 1

Oleh Muhammad Fathoni

Kisah ini dimulai ketika aku mengikuti sebuah gerakan pengabdian asal Kota Malang. Melalui tahap
seleksi, aku diterima dan disumpah (walaupun aku nggak suka itu) untuk mengabdikan diri untuk anak bangsa.
Bagiku yang merupakan anak rumahan? Suka dikamar? Apalah itu namanya, ini keren! Ada satu hal yang juga
menjadi pertama kalinya bagiku, menjadi ketua secara resmi didalam sebuah tim. Awalnya aku merasa tidak
mampu, tetapi ini seharusnya menjadi tempat dimana aku menjadi seorang pemeran utamanya. Jadi aku
menjalankan role-ku sebaik mungkin, itulah yang kulakukan.

Minggu pertama yang cukup berat untuk pemula sepertku memimpin sebuah tim. Mengumpulkan
anggota pengabdian bagaikan mengumpulkan dragon ball? Inilah saatnya aku menjadikan tim ini mampu
kompak dipengabdian. Dengan segala upaya akhirnya rapat pertama tim terlaksana. Membahas sesuatu yang
akan dikerjakan di sekolah tempat tim ku mengabdi. Dan ada salah satu hal yang dibahas adalah senam.
Menentukan senam sebagai agenda pengajaran, serta menentukan partner dalam berkendara ke sekolah tujuan.

Minggu pertama aku dan timku berangkat, aku merasa sangat antusias sekali. Sebagai contoh, aku
membuat hasta karya yang terlalu berlebihan unutk dijadikan permulaan? Tapi itu menurutku hal yang harus
kulakukan tentu saja dengan partner mengajar ku dikelas 6. Hal lainnya yaitu berangkat ku sampai kepagian,
padahal ditempat seluruh tim berkumpul belum banyak orang.

Datang sebagai orang asing ke SDN Gubugklakah 1, sebagai pemimpin tim ini aku menemui kepala
sekolah ataupun guru yang berada disana untuk meminta izin mengajar di sekolah ini. Aku bersyukur sambutan
yang aku lakukan juga berjalan dengan baik, setelah itu aku dan timku mengajak siswa/i untuk masuk ke kelas.
Oh iya, senam nya gagal karena kami terlambat datang.

Inilah kisah sesungguhnya dimulai. Memulai sebuah kelas ternyata tidak sesulit seperti yang
dibayangkan. Aku dan partnerku mampu melakukannya dengan baik, memang itu semua kami berdua lakukan
setelah menyelesaikan tugas dari guru mereka. Materi yang ingin kami berdua sampaikan bisa diserap dengan
baik,yaitu tentang fasilitas umum. Tapi ada satu hal yang kurang, yaitu membuat suasana menjadi lebih asik.
Aku masih meraba kebiasaan satu persatu siswa yang ada. Ngomong-ngomong jumlah muridnya ada 16 orang,
dipertemuan pertama ada 1 siswa yang tidak masuk.

Saat membuat hasta karya, aku sempat tidak menyangka. Ternyata mereka menyukainya, kami berdua
senang sekali. Karena apa yang kami berdua kerjakan tidaklah sia-sia. Ada kejadian yang membuatku sesak
sebenarnya, mereka ternyata tidak mau dikelompokkan jika sama teman tertentu. Namun itu bisa diatasi, dan
sesi hasta karya berjalan dengan baik seperti yang diharapkan. Satu kesan pada pertemuan pertama dikelas 6

1
adalah melihat mereka seperti melihat diriku disaat itu berantem sama temen, nggak mau belajar. Aku merasa
ini seperti sesuatu yang berharga untuk dikenang.

Jika aku menceritakan setiap pertemuan rasanya bakal panjang. Apalagi setiap pertemuan punya banyak
hal yang harus diceriakan, ya kan? Hehe. Tapi aku bakal tetep menceritakannya. Dipertemuan kedua tim ku,
akhirnya kami bisa mengajak siswa/i untuk senam bersama. Melihat mereka senam itu membuatku tertawa
kecil didalam hati, oh jadi begini ya aku dulu. Seperti itulah kesanku, setiap bertemu siswa/ i selalu
mengingatkanku akan hal yang terjadi saat masih di SD. Namun aku sedikit kecewa, siswa/ i nya kurang puas
dengan senam yang kami berikan. Sehingga mereka menggunakan senam mereka kembali.

Dipertemuan kedua kami dikelas 6 sedikit lebih bisa mengendalikan kelas walaupun tetap saja ada yang
susah diatur. Itu bukan berarti materi yang ingin disampaikan dengan fun tidak tercapai. Sebagai pengajar
berusaha untuk mengajak mereka belajar, itu dilakukan dengan media yang kami berikan yaitu teka teki tentang
materi kami yaitu ruang-ruang dirumah. Kami menyisipkan banyak game untuk menarik perhatian siswa/i. Dan
itu cukup efektif untuk digunakan sebagai alat mengajar juga. Ada satu hal yang membuatku sedih, hasta karya
yang aku berikan terlalu sulit bagi mereka. Padahal membuat origami itu menurut kami hal yang menarik,
ternyata mereka kurang tertarik.

Kisahku berlanjut dipertemuan ketiga. Aku cukup senang bisa mengajar sampai sejauh ini, bahkan ini
merupakan hal yang luar biasa unutk dilakukan bagi orang sepertiku. Pada pertemuan kali ini, timku kehilangan
dua orang yang tidak bisa mengajar karena ada keperluan. Ini membuat kelas 4 dan 3 berjalan dengan satu
pengajar. Ada hal yang membuat mata ini sakit, yaitu senam ini membuat anak-anak dari kelas satu sampe kelas
2 kelelahan. Aku merasa tidak tega, dan ini membuat timku melakukan evaluasi dan berencana tidak melakukan
senam yang kami berikan. Kesan yang kudapatkan dipertemuan kali ini adalah nikmatnya mengajar jika siswa/
i tertarik dengan materi yang diberikan. Materi kali ini adalah mempelajari tentang waktu. Media yang kami
berikan membuat meraka tertarik belajar secara penuh dan berjalan lebih seru. Sebenarnya medianya hanyalah
model jam dinding yang bebas mereka putar. Ternyata itu membuat mereka tertarik, setelah itu aku sadar bahwa
mereka benar-benar dengan sesuatu yang membuat mereka bergerak.

Keseruan yang ada dipertemuan ketiga ini adalah mempelajari permainan tradisional, dengan
mengajarkan mereka sama artinya dengan kami juga mengingat kembali kenangan yang kami berdua lakukan
dengan permainan-permainan tersebut. Salah satu yang kami berdua ajarkan adalah egrang batok. Siswa/ kelas
6 terlihat sangat antusias terutama anak laki-laki. Ini membuatku senang, bermain bersama, tertawa bersama.
Aku hampir tidak dibuat diam oleh mereka. Yah, inilah yang memang seharusnya dilakukan. Belajar dengan
hati senang.

Wah mungkin jadi akhir dari kisahku, karena ini adalah pertemuan terakhir di SDN Gubugklakah 1. Ada
banyak kesan dari awal sampe akhir pengajaran pada pertemuan ini. Terutama siswa/ i kelas 6 sebelumnya
diminta untuk menulis surat, mereka menulis surat untuk kemudian dibalas. Ada hal tak terduga, mereka seakan
2
enggan kami tidak mengajar kembali di sekolah mereka. Namun kami berdua menjelaskan, sebenarnya ini
bukanlah perpisahan. Karena kami semua akan tetap mengajar namun dengan tim yang berbeda.

Pada pertemuan terakhir aku dan partnerku mengajarkan bagaimana mengucapkan kebiasaan dalam
bahasa inggris, oh iya semua materi kami adalah pelajaran bahasa inggris. Setelah mereka diberi materi, kami
berdua melakukan evaluasi berbasis wawancara. Seperti yang diharapkan, materi yang diberikan selama ini
terserap dengan baik. Ada hal yang membuat sedikit kaget adalah, sebagian anak laki-laki menganggap aku
berlaku tidak adil dalam memberi hadiah jika menjawab benar dalam evaluasi. Padahal saat memberikan hadiah
sesuai dengan kemampuan menjawab mereka. Kesan terakhir yang aku dapatkan adalah saat timku
melaksanakan lomba permainan tradisional bentengan, aku merasa seperti ingin menyerah. Kelas 6 dan 5
bertengkar karena kelas 6 menganggap kelas 5 tidak jujur. Itu semua tetaplah menjadi kenangan yang sulit
dilupakan oleh orang sepertiku. Begitulah kisahku, mengabdi, menginspasi mereka merupakan kasih sayang
yang dapat kuberikan.

Biodataku

Namaku Muhammad Fathoni dan aku lahir di Sukaraja, Lampung pada tanggal 12 April 1997. Aku saat
ini menjadi mahasiswa Universitas Negeri Malang di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2015. Di
Malang aku tinggal di Jl. Candi 6b No. 91, Karangbesuki, Kota Malang.

Anda mungkin juga menyukai