Anda di halaman 1dari 3

Promosi kesehatan menurut WHO adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap

kesehatan, dan memperbaiki kesehatan mereka dengan merancang program yang dapat memberikan
perubahan terhadap individu, organisasi, masyarakat dan lingkungan(1). Tujuan promosi kesehatan untuk
meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan kesehatan, meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan,
meningkatkan kewaspadaan diri, harga diri dan pengambilan keputusan, mengubah sikap dan perilaku, dan
mempengaruhi perubahan sosietal/environment(2). Tahapan dalam promosi kesehatan dibagi menjadi:
tahapan pengkajian berupa menilai kebutuhan masyarakat, tahap intervensi (Output fase ini adalah rumusan
rencana, tahap implementasi (tahap dimana program dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan),
tahap evaluasi (Tahap evaluasi memiliki dua elemen dasar yaitu mengidentifikasi dan mengkaji peringkat kriteria
(nilai-nilai dan tujuan) dan mengumpulkan jenis informasi yang akan memungkinkan untuk menilai sejauh mana
kriteria hasil tercapai)(3).
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam promkes dapat dibedakan berdasarkan: a) Teknik
komunikasi: 1) Metode penyuluhan langsung: penyuluhan kunjungan rumah, grup discusion, pertemuan dibalai
desa. 2) Metode tidak langsung: blog kesehatan dan media sosial lain, media cetak dan melalui televisi. b)
Jumlah sasaran yang dicapai: 1) Pendekatan perorangan: kunjungan rumah (door to door), lewat telepon. 2)
Pendekatan kelompok: diskusi kelompok (grup discusion). 3) Pendekatan masal: pertemuan umum. c) Indera
penerima: 1)metode melihat: poster, leaflet, media cetak. 2) metode pendengaran: penyuluhan di radio, pidato.
3) metode kombinasi: demostrasi(4). Dalam melakukan promosi kesehatan dibutuhkan data, yang berdasarkan
jenisnya dibedakan menjadi data primer dan sekunder. Data primer yakni data yang secara langsung diperoleh
oleh peneliti melalui beberapa cara yakni FGD (Focus Group Discussion) dan kuisioner, serta data sekunder
yakni data yang didapat dengan melakukan pengamatan terhadap data yang sudah diperoleh oleh peneliti lain
atau terhadap data yang sudah tersedia seperti data di puskesmas. Terdapat beberapa cara dalam
mengumpulkan data seperti wawancara, obsevasi lapangan atau dokumen yang sudah ada (survey), testing,
eksperimen, kuesioner(5). Sedangkan kategorinya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu data kuantitatif :
informasi statistik, angka, tidak dapat menjelaskan secara lengkap mengenai masalah kesehatan. Data
kualitatif : informasi yang bersifat lebih naratif (6). Media dalam Promosi kesehatan antara lain a). Benda asli,
yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati, yang paling baik digunakan karena mudah serta cepat
dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. b), Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda
sesungguhnya. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang
terlalu besar, terlalu berat, dll. c). Gambar/media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
d). Poster, biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di
dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Poster terutama dibuat untuk
mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik,
sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. e). Leaflet : selembaran kertas yang berisi
tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah. f). Gambar alat optik : seperti
foto, slide, film, dll(7). Pengelolaan program dapat dilakukan dengan membuat strategi yakni pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan, kesehatan. Bina suasana
merupakan upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang mendorong individu, keluarga atau
masyarakat untuk mencegah penyakit. Advokasi adalah upaya yang terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak terkait. Kemitraan, membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan
berlandaskan pada kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan(8). Sasaran dalam promosi kesehatan
adalah masyarakat Indonesia pada umumnya, dan masyarakat yang masih tertinggal, masyarakat di daerah
terpencil khususnya baik individu, kelompok maupun komunitas(9).
Langkah awal untuk memulai melakukan promosi kesehatan di daerah tertentu kita dapat melakukan need
dan need assesment (NA). Kebutuhan (need) terbagi kedalam tipe-tipe yakni normative needs merupakan
menentukan kebutuhan masyarakat dari opini para ahli, Expressed needs merupakan kebutuhan yang
ditentukan berdasarkan hasil observasi, comparative needs merupakan membandingkan pelayanan di suatu
populasi dengan populasi lainnya, dan felt need merupakan kebutuhan yang diinginkan masyarakat. Sedangkan
need assesment merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang nyata di masyarakat
dengan melihat karakteristik dan kebutuhan masyarakat sebagai petunjuk untuk mencari dan merencanakan
solusi dari permasalahan masyarakat. Need assesment dibagi menjadi discrepancy model yakni adanya
pembuatan tujuan oleh ahli dan ditetapkan oleh ahli, marketing model yakni NA yang digunakan oleh para agen
untuk menetapkan kebutuhan seperti dengan cara kampanye, decision model merupakan NA yang didasarkan
dari keinginan pembuat kebijakan/keputusan, dan participatory action model yakni NA yang melibatkan
partisipan seperti keluarga atau masyarakat(10). Tahapan dalam need assesment yaitu: (a)Getting started,
menentukan populasi, lokasi, dan alasan memilih itu, tujuan dan target; (b) Identifying health priorities, profil
populasi yang akan dikembangkan, data kesehatan yang tersedia, informasi tentang pelayanan kesehatan; (c)
Assessing a priority for action, intervensi dengan mempertimbangkan keefektifan dan dapat diterima populasi;
(d) Action planning for change, membuat summary dari proses rencana action; (e) Moving on/project review,
seberapa baik rencana dijalankan, apa yang telah dicapai, apa yang diperoleh dari suksesnya proyek (11).
Peran apoteker sendiri dalam promosi kesehatan dijelaskan dalam PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, dimana pekerjaan kefaarmasian dalam proses pengadaan, produksi, distribusi, pelayanan sediaan
farmasi, kesemuanya masuk dalam bagian promosi kesehatan(12). Dalam promkes ini, peran apoteker adalah
mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat yang dapat bekerjasama
dengan tenaga medis lainnya. Peran apoteker lainnya yakni melakukan evaluasi pelaksanaan program promosi
kesehatan dan membuat dokumentasi pelaksanaan program promosi kesehatan(13).
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan selama proses, melihat respon
sasaran program, berdasarkan hasil evaluasi dengan melihat efektivitas program berdasarkan tujuan program
yang ingin dicapai(13). Dalam mengedintifikasi suatu masalah dengan memberikan batasan dalam mencari solusi
lebih spesifik dapat menggunakan analisis fishbone dan pohon masalah. Analisis fishbone ini menampilkan
keadaan dengan melihat efek dan sebab-akibat yang berkontribusi pada efek tersebut. Pohon masalah
merupakan alat atau pendekatan untuk mengidentifikasi masalah dengan merangkaikan hubungan sebab-
akibat dari beberapa faktor yan saling terkait. S.M.A.R.T singktan dari Spesific(menentukan sasaran dengan
jelas), Measurable(sasaran yang dipilih harus terukur), Achieveble(realistis dengan keadaan yang ada),
Relevant yakni harus sesuai denga tujuan, Time bound(mencapai dalam kurun waktu tertentu) yang merupakan
langkah yang dapat dilakukan agar tercapainya keberhasilan dari program promosi kesehatan(14).
Evaluasi adalah proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Jenis evaluasi terbagi menjadi 5, yaitu: evaluasi formatif (dilaksanakan di tengah berlangsungnya
proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat
diselesaikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta telah terbentuk sesuai tujuan pengajaran
yang ditentukan), evaluasi sumatif (dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh program
pengajaran dalam jangka waktu tertentu), evaluasi dampak (sebuah evaluasi yang mengukur taraf atau tingkat
ketercapaian sebuah program dalam menyebabkan perubahan seseorang dalam kehidupan yang selanjutnya),
evaluasi output (penilaian terhadap output yang dihasilkan oleh program), dan evaluasi proses (ditujukan untuk
menilai implementasi dari rencana yang telah ditetapkan guna membantu pelaksana menjalankan kegiatan dan
akan mendapat bantuan kelompok pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja program dan memperkirakan
hasilnya)(15). Tahapan evaluasi terdiri dari menentukan tujuan evaluasi, menentukan bagian dari program yang
akan dievaluasi, mengumpulkan data awal, mempelajari tujuan program, menentukan tolak ukur (indikator),
menentukan cara, alat, dan sumber data penilaian, mengumpulkan data, mengolah dan menyimpulkan data
penilaian, feedback dan saran kepada program yang akan dinilai. Indikator evaluasi meliputi: Effectiveness
(sejauh mana tujuan tercapai), Appropriateness (ketepatan relevansi intervensi dengan kebutuhan),
Acceptability (apakah dilakukan dengan cara yang dapat diterima), Efficiency (penggunaan waktu, dana, dan
sumber daya dengan maksimal), dan Equity (kesetaraan terhadap kebutuhan)(16). CDC (Centers for Disease
Control) adalah suatu kerangka evaluasi di mana kita dapat memastikan fokus evaluasi yang baik oleh
pemahaman pertanyaan-pertanyaan yang menjadi masalah di dalam program dan juga dapat memastikan
bahwa kita dapat mengidentifikasi dan melibatkan peran stakeholders. Kerangka ini memiliki 6 langkah, yaitu
(a) melibatkan stakeholders, (b) uraikan program, (c) fokus pada desain evaluasi, (d) mencari evidence yang
dapat dipercaya, (e) menyuguhkan kesimpulan, (f) pastikan evaluasi ditemukan dan disebarkan dalam bentuk
informasi(17). REAIM adalah kerangka yang dikembangkan dan dirancang untuk menginformasikan hasil
keputusan program dengan berfokus pada: 1) Reach yaitu jumlah absolut, proporsi, dan keterwakilan dari
individu yang berpartisipasi pada program; 2) Efficacy/Effectiveness yaitu dampak apa dari intervensi yang telah
dilakukan; 3) Adoption yaitu jumlah absolut, prosentase dari setting yang dibangun dipergunakan oleh agen
dalam kelompoknya ; 4) Implementation adalah pelaksanaan program meliputi konsistensi, waktu, dan biaya
program; 5) Maintenance yaitu jangkauan program untuk menjadi sebuah kebijakan atau menjadi bagian dari
praktek rutin masyarakat(10).
Beberapa hal dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Teori Perubahan Perilaku Individu: a) Teori S-
O-R: perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus-Organisme-Respons. Perubahan perilaku terjadi dengan cara
meningkatkan stimulus yang terjadi melalui proses pembelajaran. b) Teori Dissonance (Festinger): perubahan
perilaku terjadi karena adanya perbedaan elemen kognitif. c) Teori Driving Forces (Kurt Lewin):
ketidakseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan(18). d) Teori aksi (action theory) :
berdasarkan atas penagalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsian atas suatu stimulus tertentu. e) Teori
system : tergantung dari beberapa kondisi lingkungan yang berpengaruh atau disebut sub system. f) Teori
Evolusi: masyarakat primitif dalam mengakses layanan kesehatan modern dapat diterangkan dengan
pendekatan teori sistem dimana prosesnya secara Evolosi dengan pendekatan. g) Diffusion of Innovations
dimana teori ini menekankan pada inovasi (ide-ide baru)(19).
Dalam kegiatan promosi kesehatan seorang apoteker selain mengamalkan standar kompetensi apoteker
juga sebagai amalan baik kepada sesama umat manusia karena berbuat baik dengan cara berbagi informasi
yang bermanfaat. Seperti pada QS Ali-Imran ayat 149 yang berbunyi Karena itu Allah swt. memberi mereka
pahala duniawi dan juga sebaik-baik pahala akhirat dan Allah swt. mencintai orang-orang yang berbuat
kebaikan. (Q.S. 3:149) dan juga pada QS Al-Maidah ayat 94 yang berbunyi Tiada dosa bagi orang-orang yang
beriman dan beramal saleh dalam apa yang telah dimakan mereka dahulu asalkan mereka bertakwa dan
beriman dan beramal saleh, kemudian mereka semakin bertakwa dan berbuat kebaikan. Dan, Allah swt.
mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q.S. 5:94)(20).
Solusi terkait skenario diantaranya adalah menyesuaikan materi yang diberikan dengan kebutuhan
masyarakat serta melakukan ajakan yang lebih persuatif untuk mengatasi jumlah kehadiran yang tidak
memenuhi target. Kemudian memperbaiki leaflet maupun bahasa pengucapan saat pelaksanaan promosi
kesehatan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga masyarakat lebih mudah mengerti
dan tertarik. Selain itu dapat pula dilakukan monitoring setelah dilakukannya promosi kesehatan, untuk melihat
ada tidaknya pemahaman serta perubahan atau perbaikan lingkungan dan/atau pola perilaku dari masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, 2009, Milestones in Health Promotion Statement From Global Conferences, World Health Organization, Geneva,
Switzerland
2. WHO,2005. Global health promotion scaling up for 2015 A brief review of major impacts and developments over the
past 20 years and challenges for 2015.Available www.who.int/healthpromotion/.../hp r_conference_background.pdf.
3. Maulana,Heri.DJ. 2007. Promosi Kesehatan. EGC. Jakarta : 9-20
4. Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta
5. Semiawan, C.,R., 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, PT Grasindo, Jakarta.
6. Hawe, P., et al, 1998, Evaluating Health Promotion: a Health Workers Guide, MacLennan & Petty Pty Limited, Sydney.
7. Depkes RI, 2008, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS,
Jakarta
8. Anonim, 2007, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/MENKES/SK/V/2007 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
9. Dignan MB, Carr PA, 1992, Program Planning For Health Education And Promotion. Philadelphia: Lea And Febiger
10. Fertman, C.I., and Aliensworth, D.D., 2010, Health Promotion Programs, Jossey-Bass a Wiley Imprint, San Fransisco.
11. Cavanagh, S., & K. Chadwick, 2005, Health Needs Assessment a Practical Guide, Health Development Agency,
England.
12. Anonim, 2009, PP no. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
13. Anonim, 2011, Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta.
14. Anonim, 2015, SMART Goals, available at http://www.vanderbilt.edu/greek_life/SMART
15. Anonim, 2005, Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1114 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
16. Mubarak, Wahid dan Nurul Chayatin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.
17. U.S. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention, 2011, Introduction to
Program Evaluation for Public Health Programs : A Self-Study Guide, Atlanta
18. Ghazali, L., 2007, Perilaku dan Promosi Kesehatan, E-Learning Pendidikan Klinik State Ilmu Kesehatan Masyarakat
(IKM), Yogyakarta
19. Davies, M., dan Macdowall, W., 2006, Health Promotion Theory, Open University Press, New York
20. Al-Quran.

Anda mungkin juga menyukai