Anda di halaman 1dari 18

JOURNAL READING

Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif
kronik
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher
RST dr.Soedjono Tingkat II Magelang

Disusun oleh :
Puput Praharani Dewi
30101206705

Pembimbing :
Kolonel CKM dr. Bambang Suryadi, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading dengan judul :

Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif
kronik
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Departemen THT - KL
Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh:

Puput Praharani Dewi

30101206705

Magelang, Juli 2017


Telah dibimbing dan disahkan oleh
Pembimbing:

Kol. CKM dr. Bambang Suryadi, Sp. THT-KL


I. Latar Belakang
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik telinga tengah
dengan perforasi gendang telinga dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otore)
tersebut lebih dari dua bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan otore, 60% di
antaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Prevalensi
OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,9%.2 Di poliklinik THT RS Dr. Saiful
Anwar Malang pada tahun 2006 terdapat 461 kasus baru OMSK dari 14.349 pasien
(3,212 %).
Infeksi bakteri terjadi akibat pengobatan yang tidak tepat dan operasi yang tidak
bersih. Untuk pengobatan infeksinya dibutuhkan antibiotik yang tepat, di samping
daya tahan dari penderita sendiri. Ketepatan pemilihan antibiotik dapat dilakukan
berdasarkan pengetahuan melalui pola bakteri sebagai penyebab penyakit, dan akan
lebih baik lagi apabila disertai adanya hasil uji kepekaan pada pemeriksaan
mikrobiologi.

II. Tinjauan Pustaka

Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) adalah peradangan kronis telinga tengah yang

ditandai dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih

dari dua bulan baik secara terus menerus maupun hilang timbul. Otitis media akut merupakan

awal dari penyakit OMSK, yang terjadi sebagai akibat invasi organisme virulen yang

umumnya berasal dari nasofaring terhadap mukoperiostium kavitas timpani.10,11

Secara klinis OMSK dapat dibagi atas tipe Tubotimpanal dan tipe Atikoantral. Tipe

Tubotimpanal disebut juga dengan otitis media supuratif kronik tipe aman (OMSKTA)

karena jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Proses infeksi hanya terbatas pada

mukosa auris media. Bagian auris media yang terinfeksi adalah mesotimpanum,

hipotimpanum dan tuba auditoria. Perforasi tipe ini biasanya letak sentral pada pars tensa.
10,11,12
Otitis media supuratif kronik tipe aman dibagi menjadi tipe aktif, tipe laten, dan tipe

inaktif. Tipe aktif ditandai dengan adanya otthore aktif. Pada OMSKTA yang laten pada saat

pemeriksaan kavum timpani kering setelanh mendapatkan pengobatan, akan tetapi

sebelumnya ada riwayat otore berulang. Pada OMSKTA inaktif bila didapatkan riwayat otore

dimasa lalu pada saat pemeriksaan kavum timpani kering tanpa kemungkinan kekambuhan

dalam waktu dekat. 10,11,12

Tipe Atikoanteral disebut juga otitis media kronik media tipe bahaya karena dapat

menimbulkan komplikasi yang serius dan mengancam jiwa penderita. Biasanya dapat juga

terjadi proses erosi tulang atau kolsteatoma, granulasi atau Osteitis. Perforasi letaknya

marginal atau atik. 10,11,12

A. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Faktor predisposisi terjadinya kronisitas otitis media ini adalah: 1) disfungsi kronik tuba

auditoria yang disebabkan oleh fokal infeksi seperti sinusitis kronik, adenoiditis kronik dan

tonsilitis kronik yang menyebabkan infeksi kronik atau berulang pada saliran nafas atas,

hipertrofi adenoid, dan celah palatum; 2) Perforasi membran timpani permanen menyebabkan

mukosa auris media terpapar dengan udara luar sehingga bakteri yang berasal dari luar

termasuk dari kanalis auditorius externus dapat masuk ke dalam auris media dan

menyebabkan infeksi kronis pada mukosa auris media; 3) Bakteri yang resisten terhadap

antibiotika; 4) faktor konstitusi seperti alergi dan penurunan daya tahan tubuh.13, 14

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari

meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat

infeksi saluran napas bagian atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal

termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus.

Organisme dari nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A hemolitikus,

streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus. 13,14


Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi

awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang

virulen, terutama berasal dari nasofaring terbesar pada masa kanak-kanak, atau karena

rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin

nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada membran timpani

setelah penyakit akut sembuh, membran timpani tetap berlubang atau sembuh dengan

membran atrofi. 13,15

B. DIAGNOSIS

Diagnosa dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjuang. Tanda dan Gejala dibagi berdasarkan tipe OMSK.

I. OMSK TIPE AMAN

Dari anamnesis pasien biasa datang dengan keluhan telinga mengeluarkan cairan berupa

discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , penurunan pendengaran dan keluhan ini

sudah terjadi sejak lama lebih dari 3 bulan. Pada pemeriksaan fisik ketika pertama kali

ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan

antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.

Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid dan

setelah satu atau dua kali pengobatan lokal bau busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak

terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membran mukosa yang berbentuk

garis pada rongga timpani merupakan diagnosis khas pada omsk tipe aman. 10, 11, 15,16,17

Pada pemeriksaan dengan menggunakan Otoskop perforasi membran tympani sentral

sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya. Proses

peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membran mukosa menjadi

berbentuk garis. Ukuran dan warna tergantung derajat infeksi membran mukosa, dapat tipis
dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tetapi mukoperiosteum yang tebal

dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membran timpani dan telinga tengah

hingga polip tersebut diangkat. 10, 11, 15,16,17

Pemeriksaan audiometri: Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya

didapati tulikonduktif. Beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran

timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Gangguan

pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung

beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada

awal penyakit. 10, 15,16,17

Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan

ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat

ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada

frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969.

Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969. 2, 14

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran adalah normal : -10 dB sampai 26 dB, tuli

ringan : 27 dB sampai 40 dB, tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB, tuli sedang berat : 56 dB

sampai 70 dB, tuli berat : 71 dB sampai 90 dB, tuli total : lebih dari 90 dB.14

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.

Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian

tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan

manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran.17

Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :1. Perforasi biasa

umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB; 2. Kerusakan rangkaian

tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi; 3.


Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh

menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB; 4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak

peduli bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan koklea parah.14,17

I. OMSK TIPE BAHAYA DENGAN KOLESTEATOM

Pada anamnesis pasien datang dengan keluahan keluarnya sekret beraroma khas, Sekret

yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-

keping kecil, berwarna putih mengkilat. Gangguan pendengaran pasti sudah terjadi, vertigo

perifer. Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan otoskop ditemukan perforasi membran

timpani marginal atau pada atik. Sedangkan pada proses yang sudah lanjut sering ditemukan

fistel retroaurikular, polip, atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari

telinga tengah dan terdapat kolesteotoma pada telinga tengah. 10,11,15,16

Gangguan pendengaran yang didapatkan pada OMSK tipe bahaya adalah tipe konduktif

timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar

udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran

karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis

akibat osteolitik kolesteatom. 10,11,15,16

Rontgen mastoid atau CT scan kepala dilakukan untuk mengetahui adanya penyebaran

infeksi ke struktur di sekeliling telinga. Biasanya mengungkap mastoid yang tampak

sklerotik, lebih kecil dengan peneumatisasi lebih sedikit dibanding mastoid yang satunya.

Erosi tulang pada daerah attic (kehilangan skutum) memberi kesan kolestoma. Radiografi

daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan

dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan

adalah : 10,11,15,16
1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral

dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan

tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli

bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.6

2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak

gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan

tulang telah mengenai struktur-struktur. 6

3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih

jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.

Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan. 6

C. PENATALAKSANAAN

I. OMSK TIPE AMAN TENANG

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek

telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat

bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan

operasi mastoidectomi sederhana dan operasi rekonstruktif (miringoplasti, timpanoplasti)

untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran. 10, 11, 18

Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy): Operasi ini dilakukan pada OMSK

tipe aman yang dengan pengombatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini

dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya adalah supaya

infeksi tetap tenang. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.11

Operasi Miringoplasti merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga

dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.

Tujuan adalah untuk mencegah berulangnya infeksi Timpanoplasti dikerjakan pada OMSK

tipe aman dengan kerusakan lebih berat dan tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuannya adalah menyembuhkan penyakit dan memperbaiki fungsi

pendengaran.10,11

I. OMSK TIPE AMAN AKTIF

Prinsip pengobatan OMSK adalah membersihkan liang telinga dan kavum timpani dan

pemberian antibiotika topikal antibiotik (antimikroba) maupun sistemik. Pembersihan liang

telinga dan kavum timpani (toilet telinga) bertujuan membuat lingkungan yang tidak sesuai

untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi

perkembangan mikroorganisme. 10,11

Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :

1. Toilet telinga secara kering ( dry mopping): Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril,

setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya

dilakukan diklinik atau dapat juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang

telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering. 10,11

2. Toilet telinga secara basah ( syringing): Telinga disemprot dengan cairan untuk

membuang debris dan nanah, kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk

antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi

dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan kemastoid. Pemberian

serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit.

Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan

Iodine. 10,11

3. Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet): Pembersihan dengan suction pada

nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini.

Kemudian dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga

sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi

mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada

anak-anak diperlukan anastesi Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai


sasarannya bila dilakukan dengan displacement methode seperti yang dianjurkan oleh

Mawson dan Ludmann. 10,11

II. OMSK TIPE BAHAYA

Pengobatan yang tepat untuk OMSK tipe bahaya adalah operasi. Pengobatan konservatif

dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan

pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan

tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. 10,11

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK

dengan mastoiditis kronis tipe bahaya, antara lain: 1.Mastoidektomi radikal: operasi ini

dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteotoma yang sudah meluas. Pada

operasi ini rongga mastoid dengan cavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.

Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tenganh dengan rongga mastoid

diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi

ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan fungsi pendengaran tidaak

diperbaiki; 2. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi: operasi ini dilakukan pada OMSK

dengan kolesteotoma di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga

mastoid dibersihkan dan dinding poterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini ialah

untuk membuang semua jaringan patologik dan rongga mastoid dan mempertahankan

pendengaran yang masih ada; 3. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach

tympanoplasty). Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti pada OMSK dengan

jaringan granulasi yang meluas. Membersihkan kolesteotoma dan jaringan granulasi

dilakukaan melalui liang telingan dan ruang mastoid tanpa meruntuhkan seluruh dinding

mastoid. Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki

membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. 10,11, 18


PEDOMAN TATALAKSANA OMSK

OTOREA KRONIS

OTOSKOPI

MT Utuh MT Perforasi

OTITIS EKSTERNA DIFUSA OMSK

OTOMIKOSIS Onset progresif, predisposisi penyakit


sistemik, fokus infeksi, riwayat
DERMATITIS pengobtan, cari gejala/tanda
OTITIS EKSTERNA MALIGNA komplikasi
Komplikasi (+)
MIRINGITIS GRANULOMATOSA Komplikasi (-)

Kolesteatoma (-) Kolesteatoma (+)


omsk benigna omsk maligna

Lihat
Lihat
ALGORITMA 2
ALGORITMA 1
ALGORITMA
OMSK BENIGNA1
OMSK MALIGNA
KOLESTEATOM (-)
KOLESTEATOM(+)

OMSK OMSK

TENANG AKTIF
Pilihan:
Stimulasi Cuci telinga, antibiotik sistemik Atikotomi anterior,
epitelisasi tepi timpanoplasti Dinding
Lini 1: amoksisilin/ sesuai kuman
perforasi Utuh, Timpanoplasti
penyebab tipikal
Dinding Runtuh,
Stikoantroplasti,
Timpaniplasti Buka
Tutup
Perforasi Otorea menetap
Perforasi
menetap
Menutup >1 minggu
Tuli
Konduktif? Antibiotik berdasarkan
x-ray pemb.mikroorganisme
mastoid
TIDAK

sembuh Otorea menetap

> 1 bulan
Tuli
konduktif (+)

Ideal :

Mastoidectomi +
Ideal: timpanoplasti

Timpaniplasti tanpa/dengan
mastoidectomi
ALGORITMA 2

OMSK + KOMPLIKASI

KOMPLIKASI INTRA KOMPLIKASI


TEMPORAL
INTRAKRANIAL

ABSES SUBPERIOSTEAL ABSES EKSTRA DURA

LABIRINITIS ABSES PERI SINUS

PARESE N. FACIALIS TROMBOFLEBITIS -SINUS


LATERAL
PETROSITIS
MENINGITIS

ABSES OTAK

MENINGITIS OTIKUS
ANTIBIOTIK DOSIS TINGGI, RAWAT INAP, PERIKSA SEKRET
MASTOIDECTOMI, TELINGA, ANTIBIOTIK I.V DOSI
DEKOMPRESI N.VII, TINGGI 7-15 HARI, KONSUL
PETROSEKTOMI SPESIALIS SARAF/ANAK,
D.
MASTOIDECTOMI, OPERASI
BEDAH SARAF
E.

F.

G. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Otitis media supuratif kronik tipe aman tidak menyerang tulang sehingga jarang

menimbulkan komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring

dapat menjadi otitis media supuratif kronik eksaserbsi akut dan menimbulkan komplikasi

dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler. Prognosis dengan pengobatan lokal, ottorhea

dapat mengering. Tetapi sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeksi dari
nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan

membran timpani disarankan.10,11,19

Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa : 1. Erosi kanalis semisirkularis; 2.

Erosi Kanalis tulang; 3. Erosi tegmen timpani dan abses ekstradural; 4. Erosi pada permukaan

lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal; 5. Erosi pada sinus sigmoid. 11,19

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abses

otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK tipe

maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti. 10,11

III. Tujuan Penelitian


Mengetahui pola bakteri dan kepekaan antibiotik penderita otitis media supuratif
kronik (OMSK) di RS Dr. Saiful Anwar, Malang
IV. Cara Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mengetahui pola
bakteri aerob pada penderita OMSK yang dilakukan mastoidektomi di RS Dr. Saiful
Anwar Malang. Sampel adalah semua penderita OMSK yang dilakukan operasi
mastoidektomi di RS Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 200731 Desember
2007 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi sampel adalah
semua penderita OMSK yang dilakukan operasi mastoidektomi di RS Dr. Saiful
Anwar Malang period 1 Januari 200731 Desember 2007. Sekret diambil dari rongga
mastoid saat operasi untuk pemeriksaan bakteriologi dan uji kepekaan bakteri aerob
terhadap antibiotik. Kriteria eksklusi sampel adalah status yang tidak lengkap.
Variabel yang akan diteliti adalah pola bakteri dan kepekaan antibiotik. Semua data
yang terkumpul dalam status penelitian diolah secara deskriptif dan disusun dalam
bentuk tabel.

V. Hasil Penelitian
Terdapat 36 penderita OMSK yang dirawat di bagian THT RS Dr. Saiful Anwar
Malang, mulai 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2007 dan semuanya dilakukan
operasi mastoidektomi. Dari 36 penderita tersebut terdapat 13 status yang tidak
diikutkan pada penelitian (hasil kultur dan tes sensitivitas tidak ada), sehingga
didapatkan 23 sampel (11 laki-laki dan 12 perempuan). Dari 23 sampel, 18 (78%)
dilakukan mastoidektomi radikal, 4% dilakukan mastoidektomi radikal dengan
rekonstruksi dan sisanya dilakukan timpano mastoidektomi. Umur penderita berkisar
antara 755 tahun. Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang paling banyak
didapatkan (30,43%), diikuti oleh Proteus mirabilis (13,04%), Staphylococcus aureus,
Staphylococcus coagulase negative, dan A. baumannii masing-masing 8,70%,
Klebsiella oxytoca %) dan Streptococcus sp masing-masing (4,35%) (Diagram 1).

Jaringan patologis yang ditemukan waktu operasi adalah kolesteatoma, granulasi


dan campuran antara kolesteatoma dan granulasi. Kolesteatoma ditemukan pada
infeksi telinga yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan
A. baumannii.
Komplikasi paling banyak didapatkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dan
kerusakan tulang-tulang pendengaran didapatkan hampir sama pada semua jenis
bakteri. Uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang paling sensitif adalah
siprofloksasin (52,63%), kemudian diikuti sefotaksim (47,37%), gentamisin (42,11),
dan fosfomisin (31,58%) (Tabel 1 dan 2).
VI. Pembahasan
Dalam penelitian ini, hanya dilakukan pemeriksaan bakteriologi dan uji kepekaan
bakteri aerob terhadap antibiotik pada penderita OMSK yang dilakukan operasi
mastoidektomi, sedangkan bakteri anaerob tidak dilakukan.
Pada penelitian ini, dari 23 kasus OMSK didapatkan dominasi bakteri sebagai
berikut: Pseudomonas aeruginosa (30,434%), Proteus mirabilis
(13,043%),Staphylococcus aureus (8,696%), Staphylococcus coagulase negative
(8,696%), A. baumannii (8,696%), Klebsiella oxytoca (4,348%) dan Streptococcus
sp. (4,349%). Bakteri terbanyak yang didapatkan adalah Pseudomonas aeruginosa,
sesuai dengan penelitian Indudharan7 dan Helmi2 (OMSK tanpa kolesteatoma).
Bakteri ini juga selalu masuk dalam tiga besar bakteri yang ditemukan pada penelitian
oleh Arjana,4 Losin5 dan Vartiainen.6 Sedangkan Proteus mirabilis dan
Staphylococcus aureus juga hampir selalu ditemukan dalam jumlah yang besar pada
penelitian-penelitian lain, meskipun persentasenya berbeda-beda.
Pada penelitian ini didapatkan hasil uji kepekaan bakteri terhadap beberapa
antibiotik, di mana sebagian besar bakteri sensitif kuat terhadap siprofloksasin
(43,478%) kemudian diikuti oleh sefotaksim (39,130%) dan gentamisin (34,783%).
Sedangkan pada penelitian Arjana,4 dilaporkan hasil uji kepekaan dengan hasil
sensitif sebagai berikut: amikasin (97%), gentamisin (39,28%) dan kanamisin
(35,71%). Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada penelitian ini tidak bisa
dikontrol pemberian antibiotik sebelumnya.
Pada penelitian ini, diketahui Psedomonas aeruginosa sensitif terhadap
fosfomisin (43%), siprofloksasin (29%), gentamisin (29%) dan seftriakson (29%),
tetapi resisten 100% terhadap amoksiklav, eritromisin, doksisiklin, tetrasiklin,
amoksisilin, ampisilin-sulbaktam dan sulfonamid. Sedangkan Helmi2 melaporkan
Psedomonas aeruginosa sensitif terhadap amikasin (93,1%) dan siprofloksasin
(93,1%), tetapi hanya resisten 100% terhadap amoksisilin. Proteus mirabilis sensitif
100% terhadap siprofloksasin dan sefotaksim, resisten 100% terhadap seftriakson,
eritromisin, doksisiklin, tetrasiklin, metilmisin, sulfonamid dan norfloksasin.
Staphylococcus aureus sensitif (50%) terhadap siprofloksasin, sefotaksim,
gentamisin, resisten 100% terhadap meropenem, seftriakson, amoksiklav, eritromisin,
doksisiklin, tetrasiklin, amoksisilin, sulfonamid, ampisilin-sulbaktam,
norfloksasin dan sefuroksim. Pada penelitian Helmi,2 proteus sp. sensitif 100%
terhadap amikasin dan siprofloksasin, resisten 100% terhadap eritromisin. Sedangkan
staphylococcus aureus sensitif 100% terhadap amoksiklav, seftriakson dan
kotrimoksasol dan resisten 100% terhadap antibiotik tidak didapatkan.
Bakteri-bakteri lain yang ditemukan dalam jumlah lebih sedikit seperti
Staphylococcus. coagulase negative, A. baumannii, K.
oxytoca dan streptococcus sp. diketahui mempunyai resistensi yang lebih kuat dan
lebih luas terhadap antibiotik yang diujikan. Hal ini juga perlu mendapat perhatian,
karena kemungkinan infeksi nosokomial bisa terjadi.
Dari penelitian ini, didapati bahwa bakteri aerob yang hampir sama dengan jenis
bakteri yang ditemukan oleh penelitian lain yang diambil dari kavum timpani. yaitu:
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus
coagulase negative, A. baumannii, Klebsiella oxytoca Streptococcus sp. Dari hasil uji
kepekaan didapatkan sebagian besar bakteri sensitif kuat terhadap siprofloksasin,
sefotaksim, gentamisin, fosfomisin, kloramfenikol dan amikasin, tetapi masih
memiliki resistensi yang lebih kuat dan lebih luas dibanding hasil penelitian lain.
Agar lebih tepatnya, pengobatan OMSK sebaiknya untuk tiap kasus dipilih antibiotik
berdasarkan biakan dan uji kepekaan bakteri.

VII. Kesimpulan
Pengobatan OMSK sebaiknya untuk tiap kasus dipilih antibiotik berdasarkan
biakan dan uji kepekaan bakteri karena sebagian besar bakteri sensitif terhadap
beberapa antibiotik, tetapi memiliki resistensi yang lebih kuat dan lebih luas.

VIII. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola bakteri anaerob penyebab
OMSK.

Anda mungkin juga menyukai