Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Uni Eropa merupakan sebuah organisasi ekonomi dan politik antar pemerintahan
dan supra-nasional yang kini terdiri dari 27 negara Eropa. Organisasi ini berdiri setelah
terjadinya Perang Dunia Kedua sebagai langkah awal untuk mendorong kerjasama ekonomi.
Gagasan utama berdirinya organisasi ini adalah menciptakan kemitraan ekonomi yang kuat
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya konflik. Maka terbentuklah Masyarakat
Ekonomi Eropa yang dibentukpada tahun 1958. Pada awal berdirinya hanya beranggotakan
enam negara, yaitu Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Luksemburg, dan Belanda.1
Sejak saat itu, pasar tunggal yang besar terus berkembang. Perkembangan dari
Masyarakat Ekonomi Eropa atau European Economic Community ini ditunjukkan dengan
tidak lagi terbatas menangani masalah ekonomi saja namun mulai mencakup semua bidang
kebijakan, mulai dari bantuan pembangunan hingga masalah lingkungan. Dengan
perkembangan inilah terjadi perubahan nama organisasi dariEEC menjadi European
Union atau Uni Eropa pada tahun 1993.2
Dari pergantian namanya dari Masyarakat Ekonomi Eropa menjadi Masyarakat Eropa
hingga ke Uni Eropa menandakan bahwa organisasi ini telah berubah dari sebuah
kesatuan ekonomi menjadi sebuah kesatuan politik. Kecenderungan ini ditandai dengan
meningkatnya jumlah kebijakan dalam UE. Beberapa negara anggota memiliki beberapa
tradisi domestik pemerintahan regional yang kuat. Hal ini menyebabkan peningkatan fokus
tentang kebijakan regional dan wilayah Eropa. Sebuah Committee of the Regions didirikan
sebagai bagian dari Perjanjian Maastricht.
Semua negara calon anggota harus memberlakukan undang-undang agar selaras
dengan kerangka hukum Eropa bersama, yang dikenal sebagai Acquis Communautaire.
Secara politik, Uni Eropa memiliki kompetensi yang didasarkan pada perjanjian-perjanjian
Uni Eropa dan prinsip subsidiaritas yang menyatakan bahwa aksi Uni Eropa hanya bisa
diambil saat suatu tujuan tidak dapat diraih secara memadai oleh hanya sebuah negara
anggota. Hukum yang dicanangkan oleh institusi Uni Eropa dikeluarkan dalam beberapa cara,
secara umum hukum tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: hukum yang
mulai berlaku tanpa kebutuhanuntuk mengukur implementasi skala nasional, dan hukum
yang berlaku dengan kebutuhan tersebut.3
Turki adalah Negara di kawasan Eropa yang ingin sekali bergabung kedalam
European Economic Community (EC)3. Jika kita melihat jauh ke belakang, ibukota Turki
yakni Istanbul, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah kekaisaran Eropa.
Sebab daerah ini pernah menjadi ibukota kekaisaran romawi kuno, tepatnya ibukota

1
About European Union dalam http://europa.eu/about-eu/basic-information/index_en.htm
diakses pada 20 Januari 2013

2
Ibid

3
Uni Eropa sebelumnya sempat berganti-ganti nama hingga akhirnya berubah menjadi Uni Eropa.

1
kekaisaran romawi timur. Daratan Turki terletak di kawasan dimana 3 benua membentuk
dunia kuno. Benua asia, afrika dan Eropa berdekatan satu sama lain dan Turki terletak
antara Eropa dan asia..

Berdasarkan letak geografis dan latar belakang sejarah dari Turki itu sendiri,
maka tentunya Negara tersebut ingin bergabung dengan Uni Eropa . Namun, keinginan
tersebut tidak berjalan dengan mulus. Sudah beberapa tahun sejak Turki mengajukan diri
untuk menjadi anggota Uni Eropa. Namun, sampai saat ini masih belum juga diberikan
keanggotaannya oleh Uni Eropa. Upaya-upaya yang dilakukan pun sudah sangat banyak
sekali, mulai dari penyesuaian aturan perundang-undangan Uni Eropa, sampai kepada
konsep ekonomi Uni Eropa itu sendiri, tapi tetap juga masih belum bisa diterima untuk
masuk kedalam Uni Eropa. Dalam makalah ini kami akan membahas mengapa Uni Eropa
masih belum menetapkan Turki sebagai anggota Uni Eropa..

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah terbentuknya Uni Eropa?


2. Mengapa Turki sangat ingin bergabung dengan Uni Eropa?
3. Apa saja upaya yang dilakukan oleh Turki untuk masuk ke dalam Uni Eropa?
4. Bagaimana tanggapan anggota Negara-negara anggota Uni Eropa terhadap lamaran
yg diajukan oleh Turki menjadi anggota Uni Eropa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Uni Eropa.
2. Untuk mengetahui tujuan Turki bergabung dengan Uni Eropa.
3. Untuk mengetahui upaya yang di tempuh Turki agar bisa masuk ke Uni Eropa.
4. Untuk mengetahui Negara mana saja yang mendukung dan menolak masuknya Turki
ke dalam Uni Eropa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengenal Uni Eropa

Uni Eropa (UNI EROPA) adalah organisasi internasional dari negara-negara Eropa
yang dibentuk untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan memperkuat hubungan antara
negara-negara anggotanya. Kantor utamanya berada di Brussels, Belgia.

Tujuan Uni Eropa yang sebelumnya hanya untuk meningkatkan integritas ekonomi
kemudian berkembang ke bidang-bidang lain seperti kebijakan luar negeri, isu sosial,
pertahanan dan keamanan dan persoalan hukum. Dibawah perjanjian Maastricht Uni Eropa
menjadi sebuah kawasan yang bebas diduduki oleh setiap warga negara Eropa manapun,
hingga setiap warga negara Eropa bebas untuk hidup, bekerja, dan belajar di negara
manapun di Eropa.

Satu hal yang perlu dipahami sebelum membahas tentang masalah keanggotaan di Uni
Eropa adalah perihal supranasional. Banyak kalangan yang masih menganggap bahwa
Uni Eropa merupakan organisasi supranasional yang berada diatas semua negara
anggotanya. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar karena negara yang menjadi anggota
di Uni Eropa masih memiliki kedaulatan sendiri. Uni Eropa bukanlah negara federal yang
menganggap anggotanya sebagai negara bagian dan harus patuh sepenuhnya pada
kebijakan pusat.

Secara teori, syarat untuk dapat menjadi anggota Uni Eropa sebenarnya sangat
mudah. Hanya ada tiga syarat yakni; Negara Demokratis, Menerapkan konsep pasar
bebas, dan mampu serta bersedia menerapkan semua hukum yang ada di Uni Eropa.4
Adapun terkait masalah geografis, apakah negara tersebut masuk kedalam wilayah eropa
atau bukan, dinilai secara politis oleh lembaga di Uni Eropa. Jika negara tersebut
memang layak untuk dianggap sebagai negara eropa maka akan dimasukkan kedalam
kategori negara Eropa.

Namun pada prakteknya, sangat sulit untuk dapat menembus keanggotaan Uni Eropa.
Mereka sangat selektif dalam memilih anggota, meskipun secara teori ketiga syarat
tersebut sudah terpenuhi, akan tetapi jika secara politis tidak dapat diterima oleh Uni
Eropa maka lamaran yang diajukan akan langsung ditolak. Sebagai contoh pada saat Uni
Soviet runtuh, banyak negara bekas Uni Soviet yang menyatakan sikap untuk bergabung
kedalam Uni Eropa namun sebagian besar ditolak. Belarus terlalu otoriter, Moldova
terlalu miskin, Ukraina terlalu besar, dan Rusia terlalu menakutkan bagi Uni Eropa.5

4
Diambil dari ec.europa.eu, tanggal 30 Oktober 2010.
5
Heather Grabe dari Pusat Reformasi Eropa dalam artikelnya Ever Expanding Union? di
Economist pada taggal 29 April 2004.

3
Tapi mengapa pada prakteknya, untuk menjadi anggota sangat sulit? ini dikarenakan
Uni Eropa sangat selektif dalam memilih anggota, meskipun secara teori ketiga syarat
tersebut sudah terpenuhi, akan tetapi jika secara politis tidak dapat diterima oleh Uni Eropa
maka lamaran yang diajukan akan langsung ditolak.sebagai contoh pada saat Uni Soviet
runtuh, banyak negara bekas Uni Soviet yang menyatakan sikap untuk bergabung kedalam
Uni Eropa namun sebagian besar ditolak. Belarus terlalu otoriter, Moldova terlalu miskin,
Ukraina terlalu besar, dan Rusia terlalu menakutkan bagi Uni Eropa.

Banyak alasan politis lain yang menjadi penghambat masuknya suatu negara kedalam
Uni Eropa. Tetapi bukan berarti Uni Eropa selalu menghambat semua negara yang ingin
menjadi anggotanya. Banyak pula negara yang diberikan tawaran untuk bergabung
kedalam Uni Eropa, bahkan Kosovo yang notabene belum sepenuhnya dianggap sebagai
negara merdeka sudah diberikan tawaran untuk bergabung kedalam Uni Eropa.6

B. Keinginan Turki untuk bergabung di Uni Eropa

Uni Eropa merupakan organisasi regional yang paling sukses membawa negara-
negara anggotanya dalam kemakmuran baik dari segi keamanan, politik, bahkan ekonomi.
Hal ini tidak lepas dari pengalaman mereka yang sangat panjang. Secara garis besar,
integrasi Uni Eropa terlebih dahulu berlangsung dengan membangun fondasi ekonomi baru
kemudian membangun organisasi regional yang besar. Dari sini dapat kami simpulkan
bahwa tidak semua negara Eropa bisa bergabung dalam organisasi ini. Keinginan Turki
untuk dapat bergabung dengan Uni Eropa menjadi sangat menarik dikarenakan keinginan
tersebut sudah muncul semenjak terjadinya Perang Dingin.

Banyak yang merasa aneh ketika Turki menyatakan diri ingin bergabung dengan
Uni Eropa, apalagi Turki sangat identik dengan kekhalifahan Islam, dan bagi orang awam
malah sering digolongkan ke wilayah Timur Tengah. Apakah wilayah Turki ada di daratan
Eropa? Kalau kita melihat peta, memang Turki seolah menempatkan satu kakinya di
Eropa dan satu kaki lagi di Timur Tengah (berbatasan dengan Iran, Irak). Namun tentunya
banyak yang bertanya mengapa Turki tetap ingin bergabung dengan Uni Eropa, dalam
maklah ini kami akan membahas hal-hal apa saja yang menjadi alasan Turki ingin
bergabung dengan Uni Eropa .

Alasan Turki ingin bergabung dengan Uni Eropa pada masa Perang Dingin
berlangsung.

Pada masa ini alasan Turki bergabung dengan Uni Eropa lebih ditekankan pada
bidang politik, yaitu faktor ancaman dari Uni soviet dan faktor tekanan dari Yunani.

1. Faktor ancaman dari Uni soviet

6
Diambil dari reuters.com. Berita tanggal 23 April 2008.

4
Adanya ancaman dari Uni Soviet pada saat itu yang akhirnya memaksa Turki harus
bergabung dengan berbagai organisasi yang dibentuk Blok Barat. Turki menganggap
bahwa bergabung dengan organisasi barat merupakan hal yang sangat krusial dalam
menentukan kebijakan keamanan nasional dan dapat memberikan andil yang sangat besar
dalam menentukan kebijakan luar negerinya. Dimulai dengan bergabungnya Turki dengan
NATO, kemudian OECD (the Organizations for Economic Cooperation and
Development), kemudian Turki juga melanjutkan proses integrasinya ke dunia barat
dengan bergabung dalam Uni Eroparopean Communities.

2. Faktor tekanan dari Yunani

Seperti yang diketahui Turki dan Yunani mempunyai perselisihan politik


diantaranya adalah masalah Siprus. Ketika Yunani juga memasukkan permohonan menjadi
anggota Uni Eroparopean Community, Turki mulai ketakutan dan dengan segera ikut
mengajukan permohonannya. Selain faktor ketakutan politik terebut, Turki juga memiliki
alasan ekonomi. Dimana produk ekspor Turki dan Yunani hampir sama, jika Yunani
diterima kedalam keanggotaan Uni Eroparopean Community, maka barang-barang ekspor
Turki akan mengalami penurunan penjualan yang tajam dikarenakan Uni Eroparopean
Community pasti lebih memilih barang dari anggotanya sendiri. Turki tidak ingin ini
terjadi dikarenakan ekspor mereka ke Eropa sendiri sudah sangat lemah.

Pada masa ini hubungan Turki dan Eropa tetap saja lemah dikarenakan masih
terjadi kesenjangan sosio-politik dan ekonomi antara Turki dan Uni Eropa. Hal ini
diperparah setelah Perang Dingin berakhir dimana fungsi dan posisi politik Turki bagi
bangsa-bangsa Eropa NATO sudah tidak lagi terlalu penting.

Alasan Turki ingin bergabung dengan Uni Eropa setelah masa Perang Dingin
berakhir.

Pada masa ini alasan Turki bergabung dengan Uni Eropa lebih ditekankan pada
faktor geografis dan sejarah, factor ekonomi, faktor keamanan, kemudian faktor geopolitik.

3. Faktor geografis dan sejarah

Keinginan Turki menjadi anggota Uni Eropa dikarenakan faktor sejarah Turki
sendiri.
Jika kita melihat jauh kebelakang, ibukota Turki yakni Istanbul, merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sejarah kekaisaran Eropa. Istanbul dahulu dikenal dengan nama
Byzantium dan juga dengan nama Konstantinopel. Daerah ini pada dasarnya bukan daerah
biasa-biasa saja, sebab Konstantinopel ini pernah menjadi ibukota kekaisaran Romawi
Kuno, tepatnya ibukota kekaisaran Romawi Timur. Pada masa Kerajaan Romawi, Turki
dijadikan pusat kekuasaan Romawi di pintu timur Eropa dengan membangun
Konstatinopel. Pada saat itu Konstatinopel lebih bercorak Eropa karena dijalankan sendiri
oleh pemerintahan Kerajaan Romawi. Namun ketika ketika pemerintahan Turki dikuasai

5
oleh Ottoman, Konstatinopel diganti namanya menjadi Istanbul. Oleh Ottoman Istanbul
dijadikan pusat kota dengan bercorakkan Asia dan Islam. Turki saat ini sudah jauh berbeda
dengan pada masa romawi kuno. Turki saat ini menjadi negara dengan penduduk
mayoritas muslim.
Terjadi hubungan antara keinginan Turki bergabung dalam Uni Eropa dengan
revolusi budaya yang dibawa oleh Kemal Pasha Attaturk pada masa pemerintahannya.
Turki mulai mengklaim secara geografis bahwa Turki merupakan bagian dari Eropa ketika
revolusi terjadi yang mengakibatkan semua kebudayaan Turki berubah menjadi Western
Culture dan yang tidak terpungkiri ada sebagian wilayah dari Turki yang masuk ke Benua
Eropa.
Turki adalah sebuah negara yang berbatasan langsung dengan dua kawasan
territorial sekaligus, yaitu di antara Eropa bagian Tenggara dan Barat Daya Asia.7 Hal ini
memungkinkan Turki untuk bergabung dengan organisasi integrasi kawasan Eropa
(European Union) atau dengan Timur Tengah (League of Arab States).Turki merupakan
salah satu negara yang strategis di dunia, negara Turki berada dalam kawasan Bulan Sabit
dan jalur perdagangan sutra. Letak geografis Turki adalah Timur dekat, Eropa Selatan dan
Laut Tengah bagian Timur. Daratan Turki terletak di kawasan dimana 3 benua membentuk
dunia kuno. Benua Asia, Afrika dan Eropa berdekatan satu sama dan Turki terletak di
antara Eropa dan Asia. Secara geografis, Negara ini terletak di bumi belahan utara pada
titik tengah antara khatulistiwa dan Kutub Utara. Tepatnya pada garis bujur 36 hinga 42
derajat lintang utara dan 26 sampai 45 derajat bujur timur. Kawasan Turki pada umumnya
menyerupai bentuk persegi empat panjang dengan panjang, 1,660 km dari timur ke barat
serta lebarnya 550 km dari utara ke selatan.
Berdasarkan letak geografis dan latar belakang sejarah dari Turki inilah yang
menyatakan bahawa mereka layak masuk ke Eropa dan menjadi anggota Uni Eropa.
Keinginan tersebut tidak berjalan dengan mulus. Sudah beberapa tahun sejak Turki
mengajukan diri untuk menjadi anggota Uni Eropa, namun sampai saat ini belum juga
diberikan status keanggotaannya oleh Uni Eropa. Upaya-upaya yang dilakukan pun sudah
sangat banyak sekali, mulai dari penyesuaian aturan perundang-undangan Uni Eropa,
sampai kepada konsep ekonomi Uni Eropa itu sendiri, tapi tetap juga masih belum bisa
diterima untuk masuk dalam keanggotaan Uni Eropa.

4. Faktor ekonomi

.Runtuhnya kekaisaran Ottoman membuat strategi politik Turki berubah, dengan


lebih mendekatkan diri pada negara-negara Eropa (Barat) yang dianggap sebagai negara
yang dapat memberikan jaminan kesejahteraan Turki selanjutnya. Masyarakat Turki yang
pro terhadap UNI EROPA beranggapan bahwa perekonomian dan kesejahteraan mereka
akan meningkat bila Turki sudah menjadi anggota UNI EROPA. Turki berharap investasi
asing dari Barat akan mengalir ke negara mereka. Apalagi dengan sekitar 70 juta penduduk
Turki yang pekerjanya rela dibayar murah, Turki memiliki potensi besar untuk dijadikan
tempat membangun pabrik, sekaligus tempat pemasaran produk-produk Barat.
7
The World Factbook. Diakses dalam https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/tu.html. diakses pada 01/12/2015.

6
Dibandingkan dengan Eropa yang angka kelahirannya sangat rendah, bahkan minus di
beberapa negara dan tenaga kerja yang tersedia menuntut gaji tinggi.

Faktor ekonomi menjadi sangat dominan, karena seperti yang kita ketahui laju
pertumbuhan ekonomi suatu negara sebelum dan sesudah bergabung dengan Uni Eropa
jelas terlihat perbedaannya. Negara yang bergabung dengan Uni Eropa harus
menyesuaikan pertumbuhan ekonominya dengan negara-negara besar di Uni Eropa dan hal
ini memberikan efek yang sangat cepat merangsang pertumbuhan ekonomi negara yang
baru bergabung. Ditambah lagi dengan kestabilan mata uang Uni Eroparo yang tentunya
menguntungkan bagi negara-negara Uni Eropa sendiri. Kemudian adanya paket bantuan
dari Uni Eropa kepada negara-negara anggota Uni Eropa yang tergolong masih terbelakang
dari anggota lain ikut mendorong faktor Turki bergabung dalam Uni Eropa.

5. Faktor keamanan
Seperti yang kita ketahui memiliki pengalaman dalam bidang keamanan. Dimulai
dari perang 30 tahun, Perang Dunia I dan disusul Perang dunia II. Karena pengalaman
Eropa tersebut, Turki menganggap Uni Eropa dapat mempersatukan dan menjaga stabilitas
keamanan antara negara Eropa beserta kawasannya. Keberadaan Jerman, Perancis,
Inggris, dan negara-negara besar lainnya semakin meyakinkan Turki bahwa Uni Eropa
merupakan wilayah strategis untuk membentuk sebuah aliansi besar demi terciptanya
pertahanan dan keamanan di dalam maupun di luar negeri.

6. Faktor geopolitik
Manusia sendiri pada dasarnya cenderung akan mencari teman di suatu wilayah
yang dianggap menguntungkan daripada mencari teman di tempat yang tidak
menguntungkan. Hal ini merupakan kecenderungan alami yang terlihat jelas dalam
perilaku Turki. Turki melihat bahwa kawasan Eropa lebih stabil baik dilihat dari segi
keamanan maupun dari segi ekonomi dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain yang
ada di sekitar Turki, maka dari itu Turki sangat ingin sekali bergabung dengan Uni Eropa.

Jika Turki berhasil bergabung kedalam Uni Eropa, maka kekuatannya di tingkat
regional akan menjadi semakin kuat karena memiliki kawasan ekonomi yang sangat luas
dan juga kekuatan militer yang sangat besar pula karena secara tidak langsung
keanggotaannya di Uni Eropa akan memperkuat posisinya di NATO.

C. Upaya Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa

Berikutnya adalah Copenhagen Criteria sebagai prosedur utama bagi kandidat


negara anggota yang ingin bergabung dalam Uni Eropa. Copenhagen Criteria diresmikan
pada tahun 1993 oleh European Council di Copenhagen, Denmark.8 Kriteria Copenhagen
berisi tentang syarat yang harus dimiliki negara yang ingin bergabung, antara lain :
kestabilan institusi dalam menjamin demokrasi, supremasi hukum, hak asasi manusia serta
menghormati dan melindungi kaum minoritas; berfungsinya ekonomi pasar dan
kemampuan untuk bersaing dalam pasar Eropa; serta kemampuan mengambil dan

8
Loc.cit, Masalah Perluasan Keanggotaan : Politisasi Konstitusi Eropa

7
melaksanakan kewajiban anggota secara efektif, termasuk kepatuhan politik, ekonomi dan
moneter.9

Dalam upaya memenuhi prosedur ketentuan Copenhagen Criteria, Turki telah


melakukan aksi nyata. Pada poin kriteria pertama yaitu stabilitas institusi, Turki
mengadopsi hukum untuk memberi landasan hukum yang lebih kuat pada proses
penyelesaian masalah Kurdi, yang mana didukung penuh oleh seluruh partai politik Turki,
berupaya memberikan kebebasan bereksprei, perdebatan masyarakat luas pada topik yang
dahulunya dianggap sensitif, termasuk kebebasan pada media masa sebagai wujud dari
demokrasi.10 Dalam segi politik sistem pemerintahan, Turki tetap menjaga sistem
demokrasi yang berlangsung di negara tersebut dengan mengubah sistem kepartaian
menjadi multipartai.11 Turki juga mengahapuskan hukuman mati, normalisasi hubungan
dengan suku Kurdi terkait pemenuhan hak-hak minoritas, juga mengijinkan penggunaan
bahasa Kurdi.12 Sedangkan pada poin kedua kriteria Copenhagen yaitu mengenai
kemampuan ekonomi, kerjasama antara Turki dan Uni Eropa telah ada sejak Turki
bergabung dalam EEC yaitu bersepakat membentuk costum union dengan Turki.13
Sehingga hubungan antara Turki dan Uni Eropa dalam bidang ekonomi dirasa cukup baik.

Tahap awal permohonan keanggotaan Turki dapat terhitung sejak tahun 1959, saat
negara ini mengajukan diri untuk ikut untuk bergabung menjadi anggota Uni Eroparopean
Economic Community (EEC).14. Kemudian berlanjut pada penandatanganan perjanjian
Ankara pada tahun 1963, yang menjelaskan pembentukan asosiasi antara EEC dan Turki
demi penguatan dan keseimbangan yang berkelanjutan dalam perdagangan antara anggota
Uni Eroparopean Economic Community dan Uni Eropa. Pada tahun 1964, Turki telah
menjalin hubungan asosiasi dengan Uni Eropa. Hubungan tersebut adalah hubungan
tentang kepabeanan atau yang dikenal dengan Ankara Association Agreement. Perjanjian
ini mengatur upaya-upaya yang akan dilakukan untuk merancang suatu persetujuan Uni
Pabean antara Turki dengan Uni Eropa.

Perjanjian Ankara juga menggaris bawahi bahwa Uni Eropa secara penuh
memperhatikan kebutuhan Turki untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan lapangan kerja serta kualitas kehidupan masyarakatnya. Perjanjian Ankara
dapat dilihat sebagai titik temu antara kepentingan Uni Eropa dan kepentingan dalam
negeri Turki. Upaya Turki ini berlanjut pada tahun 1965, saat dilakukan penambahan
protocol dalam perjanjian Ankara untuk mempersiapkan Turki memasuki custom union
bersama EEC. Dalam kasus ini dibahas mengenai keanggotaan Turki dalam Uni Eropa yang telah
dimulai pada tahun 1987.

9
Loc.cit, Condition For Membership.
10
Loc.cit, Turkey. Key Documents : 2014 Progress report for Turkey.
11
Loc.cit, Masalah Perluasan Keanggotaan : Politisasi Konstitusi Eropa.
12
Ibid.,
13
Ibid.,

14
Turkey. Diakses dalam http://ec.europa.eu/enlargement/countries/detailed-country-
information/turkey/index_en.htm. Diakses pada 01/12/2015.

8
Turki tidak hanya sekedar ikut-ikutandalam kegiatan di Uni Eropa. negara ini
juga menjadi salah satu pendiri Organization for Economic Co-operation and Development
pada tahun 1961 dan juga Organization Security and Co-operation in Europe pada tahun
1971. Keaktifannya dalam berbagai kegiatan di Uni Eropa ini membuat Turki
memberanikan diri secara formal untuk mengajukan permohonan menjadi anggota Uni
Eropa pada tanggal 14 April 1987. 15 Hal ini diajukan oleh Turki sebab telah merasa
percaya diri terhadap kerangka Uni Pabean yang telah dia pegang teguh. Sebagai jawaban
atas lamaran tersebut, Uni Eropa menolak lamaran yang diajukan oleh Turki pada tanggal
20 Desember 1989 dengan alasan masih terjadi kesenjangan sosio-politik dan ekonomi
antara Turki dan Uni Eropa.

Pada saat itu, ekonomi Turki masih 1/3 dari rata-rata ekonomi Uni Eropa. Industri
di Turki pun masih sangat diproteksi, sehingga dikhawatirkan tidak dapat bersaing dalam
kompetisi pasar di Uni Eropa. Inflasinya mencapai angka 60% dan pengangguran cukup
tinggi. Sementara itu separuh tenaga kerja Turki bergantung pada sektor pertanian.
Turki telah melakukan segala macam upaya untuk dapat bergabung menjadi
anggota tetap Uni Eropa. Lamaran yang diajukan Turki tidak pernah ditanggapi secara
serius oleh Uni Eropa, Uni Eropa tidak pernah menolak secara tegas dan tidak pula
langsung menerima Turki. Uni Eropa hanya memberikan janji-janji untuk segera
menetapkan tanggal untuk menerima Turki dan memasukan Turki ke dalam daftar anggota
yang paling potensial. Sejak status tersebut dikeluarkan pada 1987 hingga sekarang Turki
belum mengalami kemajuan dimata Uni Eropa dan selalu menjadi kandidat dari setiap
pertemuan Uni Eropa.
Meskipun begitu, Turki tidak patah semangat, bahkan semakin aktif menyesuaikan
diri dan menarik simpati dari Uni Eropa sambil terus memperbaiki kondisi negaranya agar
dapat menyesuaikan diri dengan kerangka Uni Eropa yang dijadikan standar oleh Uni
Eropa. Misalnya, Turki aktif menjadi anggota Western European Union pada tahun 1992,
lalu aktif juga pada Western Union and Others Group (WEOG) di PBB. Usaha Turki ini
ternyata membuahkan hasil dengan diundangnya Turki untuk menandatangani Customs
Union Agreement pada tahun 1995.
Akhirnya, pada tanggal 31 Desember 1995, Uni Eropa setuju untuk
menandatangani perjanjian Uni Pabean dengan Turki, yang ditandai dengan terbentuknya
custom union antara Dewan Asosiasi Uni Eropa dengan Turki. Adapun isi perjanjian
tersebut adalah penghapusan pajak secara resiprokal bagi barang-barang manufaktur dalam
perdagangan antara Uni Eropa dengan Turki. Selain itu, Turki juga menyatakan
persetujuannya untuk mengadopsi peraturan tarif pabean bersama.
Turki diundang pula pada Helsinki Summit of the European Council pada tanggal
12 Desember 1999 untuk membahas masalah kandidatnya sebagai anggota Uni Eropa.
Pembahasan dilanjutkan kembali pada 3 Oktober 2005, namun berbagai pertemuan
tersebut tidak kunjung membuahkan hasil.

15
Masalah Perluasan Keanggotaan : Politisasi Konstitusi Eropa. Diakses dalam
http://www.kompasiana.com/nendraprimonik/masalah-perluasan-keanggotaan-politisasi-konstitusi-
eropa_54fffa0ea33311f46d50f940. Diakses pada 01/12/2015.

9
Berdasarkan keberhasilan tersebut, Turki mencoba kembali untuk melamar menjadi
anggota tetap dari Uni Eropa. Hasilnya, pada tanggal 13 Desember 1997, KTT Uni Eropa
memberikan konfirmasi bahwa Turki telah memenuhi persyaratan untuk menjadi calon
anggota Uni Eropa dan akan diberi tempat pada Konferensi Eropa. Uni Eropa akhirnya
secara resmi mengumumkan Turki sebagai kandidat negara anggota pada tahun 1999.16.

Konferensi Eropa itu sendiri adalah sarana untuk mempertemukan para anggota
Uni Eropa itu sendiri dan juga para calon anggota. Selain itu, Konferensi Eropa juga
bertujuan untuk menggabungkan serta menyamakan nilai-nilai yang di anut, serta tujuan
internal dan eksternal masing-masing negara.
Ternyata, konfirmasi dari KTT di Luxemburg tersebut, tidak sepenuhnya
merupakan kabar yang baik dari bagi Turki. Dewan Eropa, masih mempertimbangkan
masalah lamaran Turki, sebab kondisi ekonomi dan politik di Turki masih belum sesuai
dengan syarat.

Proses masuknya Turki ke Uni Eropa terlihat mulus hingga tahun 1999. Berselang
11 tahun hingga kini, Turki belum juga mendapat lampu hijau untuk diterima dalam Uni
Eropa. Berbagai pertanyaan kemudian muncul, apakah Turki memang belum dapat
memenuhi Copenhagen Criteria seperti yang disyarakan oleh Uni Eropa? Atau ada
kepentingan lain yang membuat proses aksesi Turki dalam Uni Eropa terhambat?

Pasca 1999, setelah Turki menjadi kandidat anggota Uni Eropa negara ini berupaya
melakukan penyesuaian diri, sesuai yang tercantum pada ketentuan Copenhagen Criteria.
Proses pemyesuaian diri ini dimulai sejak tahun 2002, yang dikenal dengan Turki
Harmonization Packages, yang hingga kini telah dilakukan sebanyak tujuh kali.17 Proses
penyesuaian diri yang pertama ditandai dengan adopsi hukum anti terorisme dalam Turkish
criminal law. Ini menunjukkan upaya Turki untuk turut memerangi terorisme, sebagai
musuh bersama Uni Eropa.

Upaya Turki lainnya dapat dilihat pada paket harmonisasi yang ketiga (third
harmonization package) yang dilakukan pada Agustus 2002. Paket harmonisasi ketiga ini
menghapuskan hukuman mati dalam undang-undang Turki, memperbolehkan pemberitaan
dan proses pendidikan menggunakan bahasa ibu, termasuk di dalamnya bahasa Kurdi.
Serta memperbolehkan kepemilikan property oleh kaum minoritas.

Pada tahun 2004, Komisi Eropa mengeluarkan keputusan bahwa negosiasi


mengenai aksesi Turki harus segera dilaksanakan. Terkait dengan upaya Turki untuk
memenuhi Copenhaggen Criteria secara luas. Pada tahun 2005, Komisi Uni Eropa
menggaris bawahi permasalahan Cyprus dalam upaya pengajuan diri Turki menjadi
anggota.

16
Ibid.,
17
Loc.cit, Masalah Perluasan Keanggotaan : Politisasi Konstitusi Eropa.

10
Presiden Uni Eropa saat itu yang dijabat oleh Finlandia mengeluarkan pernyataan
bahwa upaya negosiasi dengan Turki terkait masalah Cyprus mencapai kegagalan
Dampaknya, komisi Uni Eropa mengeluarkan keputusan jika Turki tetap bersikeras tidak
bersedia membuka bandara dan pelabuhannya bagi perwakilan Cyprus Yunani maka
kesepakatan yang telah tercapai sebelumnya akan dipertimbangkan kembali.

D. Alasan Penolakan Uni Eropa

Sejak berdirinya negara republik Turki, Kemal Attaturk, yang pada saat itu menjadi
Presiden pertama Turki memutuskan untuk berkiblat pada Barat khususnya masyarakat
Eropa dan bergabung dengan NATO18 dengan bantuan Amerika Serikat yang mempunyai
kepentingan terhadap Turki. Keputusan ini didukung oleh letak geografis Turki yang
sangat strategis; dimana pada saat itu terdapat dua Blok (Barat dan Timur) yang sama-
sama menginnginkan Turki bergabung bersama mereka.

Keinginan Turki untuk disejajarkan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya dengan


bergabung menjadi anggota tetap Uni Eropa memang mendapat suatu kesulitan, bahkan hal
ini diperparah setelah Perang Dingin berakhir dimana fungsi dan posisi politik Turki bagi
bangsa-bangsa Eropa anggota NATO sudah tidak lagi terlalu penting. Bubar dan
berakhirnya Pakta Warsawa sebagai akibat kekalahan pihak Soviet dan sekutu, telah
memandai bahwa fungsi utama Turki sebagai ujung tombak NATO telah berakhir pula.

Hingga kini upaya dari Turki untuk diterima menjadi anggota Uni Eropa masih
dalam tahap lobbying. Usaha Turki yang dimulai sejak tahun 2005 untuk menjadi anggota
Uni Eropa selalu mendapatkan jalan buntu dan penolakan dari anggota Uni Eropa
lainya.Padahal jika dilihat dari ekonomi, dan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan,
Turki layak menjadi anggota Uni Eropa. Namun, para pemimpin negara Uni Eropa selalu
menolak untuk menerima keanggotaan Turki di Uni Eropa. Turki dianggap belum dapat
menyesuaikan dengan peraturan yang ada di Uni Eropa. Dari 33 peraturan yang dimiliki
oleh Uni Eropa, ada 11 peraturan yang belum dapat diterapkan di Turki. 19 Kondisi ini
biasanya terjadi karena adanya perbedaan antara aturan nasional Turki dan Uni Eropa.

Kegagalan Turki untuk menjadi anggota tetap Uni Eropa memang patut
dipertanyakan dan menjadi suatu pembahasan yang menarik. Selain karena Turki tidak
mampu untuk memenuhi persyarakatan yang diajukan oleh Uni Eropa, ketidaksukaan para
pemimpin negara Uni Eropa terhadap Turki juga menjadi salah satu faktor yang
menghambat Turki untuk menjadi anggota tetap Uni Eropa. Selain hambatan yang selalu
dikemukakan Uni Eropa untuk menolak keanggotaan Turki selama ini, masih ada faktor

18
Kepanjangan dari North Atlantic Treaty Organization atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara,
merupakan sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949 sebagai
bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara yang ditandatangani di Washington pada 4 April 1949

19
Halaman Lampiran 1. Tabel Sinkronisasi antara Turki dan Uni Eropa.

11
lain yang lebih disebabkan ketidaksukaan Uni Eropa teradap Turki dan tidak pernah diakui
secara resmi oleh lembaga Uni Eropa.
Adapun yang menjadi alasan penolakan dari pemimpin di negara Uni Eropa
dikarenakan Turki memiliki beberapa ancaman antara lain:
1. Jumlah Penduduk Turki
Turki memiliki populasi sebesar 74 Juta jiwa, hal ini akan membahayakan dan
memberi ancaman bagi negara Uni Eropa yang memiliki populasi besar seperti Jerman
dengan 82 Juta penduduk.20 Jerman mamiliki populasi terbesar di Eropa. Jumlah populasi
sangat menentukan kebijakan Uni Eropa. Sebab, salah satu sistem polling di Uni Eropa
ditentukan dari jumlah populasi penduduk. Suara voting terbanyak saat ini masih dipegang
oleh negara Jerman sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Uni Eropa,
sehingga memiliki hak suara sebanyak 29 (16,02%). Negara lain yang juga memiliki 29
hak suara adalah Prancis, Inggris, dan Italia. Negara Spanyol dan Polandia memiliki 21 hak
suara, Romania 14 suara, Belanda 13 suara, dan negara dengan hak suara sebanyak 12
adalah Yunani, Belgia, Portugal, Republik Ceko, serta Hungaria. Negara Swedia, Austri,
dan Bulgaria memiliki 10 hak suara. Sedangkan negara Denmark, Slovakia, Finlandia,
Irlandia, Kroasia, dan Lithuania memiliki hak suara sebanyak 7. Slovenia, Latvia, Estonia,
Cyprus serta Luxembourg memiliki 4 hak suara. Dan negara yang menempati urutan
terakhir adalah Malta dengan jumlah penduduk paling sedikit diantara negara-negara
anggota Uni Eropa lain, sehingga Malta hanya memiliki 3 hak suara atau 0,08%.21

Kemudian, apabila Turki masuk dalam keanggotaan Uni Eropa, maka Turki dan
Jerman akan bersaing dalam penyampaian hak suaranya, yang mana dilihat dari jumlah
penduduk antara Turki dan Jerman hanya beda tipis. Sehingga jika Turki bergabung
dengan Uni Eropa akan menjadi halangan bagi negara besar dengan populasi yang kalah
banyak dari Turki sebut saja Perancis sebesar (61 Juta penduduk) terancam. Jadi, Tak
diragukan lagi, keanggotaan Turki dalam Uni Eropa dapat mempengaruhi posisi Jerman
dan Perancis.

2. Sejarah, Kebudayaan Dan Agama di Turki


Faktor lain yang menyebabkan Turki belum juga diterima menjadi anggota Uni
Eropa adalah faktor sejarah, kebudayaan dan agama di Turki yang bertolak belakang
dengan negara-negara Eropa pada umumnya. Kekhawatiran beberapa negara khususnya
Jerman dan Prancis bahwa akan kesulitan mengintegrasikan latar belakang budaya dan
kultur antara Turki dengan Uni Eropa. Turki memiliki latar belakang budaya yang cukup
berbeda dengan negara-negara Eropa lainnya, sejarah Islam yang sangat kaya dan sangat
penting yang menjadi suatu sejarah besar bagi perkembangan Islam di Eropa dan Timur
tengah terutama pada zaman Kekaisaran Ottoman. Kekayaan sejarah Islam tersebut disatu
pihak menjadi suatu kebanggaan yang sangat besar bagi Turki sebagai negara yang
berhasil menyebarluaskan Islam ke hampir seluruh penjuru dunia, namun dilain pihak hal
tersebut juga mempengaruhi cara pandang negara-negara Eropa bahkan keputusan Uni
Eropa dalam hal penolakan Turki untuk menjadi anggota tetap Uni Eropa.

20
Website resmi CIA (The World Factbook)
21
Ibid. Tabel Majority Voting.

12
Berdasarkan latar belakang sejarah, Turki merupakan negara dengan penduduk
mayoritas muslim sedangkan Eropa memiliki penduduk yang mayoritas Kristen. Kejayaan
Turki pada masa lalu, yaitu pada masa kepemimpinan Usman Turki merupakan peradaban
Islam yang maju. Masa pemerintahannya belangsung cukup lama, yaitu 1299 M-1924 M22.
Turki Usmani pada saat itu menjadi seorang pemimpin dengan menerapkan syariat Islam
dalam pemerintahannya. Pada masa Turki Usmani terdapat banyak wilayah yang berhasil
dikuasai dan salah satu nya adalah penguasaan Konstatinopel. Jatuhnya Konstantinopel di
tangan Turki merupakan dampak buruk bagi Eropa karena adanya pemutusan hubungan
perdagagangan yang menyebabkan dilakukannya kolonisasi oleh bangsa Eropa. Kejayaan
pada masa Turki Usmani merupakan Kejayaan Islam yang besar dalam sejarah. Karena
latar belakang sejarah itulah Eropa takut bahwa kejayaan Turki pun akan terulang kembali.
Kuatnya hukum Islam Turki pada saat itu menjadi ketakutan bangsa Eropa hingga saat ini.

Letak geografis pun juga menjadi alasan dimana Turki dianggap wilayahnya lebih
dekat dengan Asia dan kebudayaannya pun tidak jauh berbeda dengan Asia. Meskipun
wilayahnya dekat dengan Eropa, namun Turki tidak sedikit pun memiliki kesamaan dengan
bangsa Eropa pada umumnya. Eropa memiliki gaya hidup ala barat yang tercermin dari
sekulerisme nya. Runtuhnya pemerintahan Turki Usmani pun juga merupakan salah satu
dampak dari diterapkannya sekularisme. Meskipun di Turki mulai terjadi sekulerisme,
namun gaya hidupnya dianggap sebagai ketimuran sehingga tidak cocok dengan budaya
Eropa.

3. Kondisi Ekonomi Turki


Pertama, alasan penolakan Uni Eropa berdasarkan perbedaan ekonomi, hal ini
memang menjadi syarat untuk bergabung dengan Uni Eropa dapat diterima, tapi kendala
tersebut tidak berlaku pada Yunani dan Portugal yang pada saat diterima menjadi anggota
tetap Uni Eropa juga mempunyai masalah perekonomian yang hampir sama pada saat
Turki mengajukan lamaran. Kondisi politik dan ekonomi Turki memang selalu menjadi
alasan kuat Uni Eropa untuk selalu menolak keanggotaan Turki. Ekonomi Turki yang jauh
berbeda dengan negara-negara Uni Eropa lainnya dikhawatirkan akan menjadi suatu
masalah bagi Uni Eropa dan menjadi beban bagi Uni Eropa di masa yang akan datang.
Sebagai negara anggota Uni Eropa (jika Turki diterima) maka Turki berhak mendapatkan
bantuan perekonomian dari negara-negara Uni Eropa melalui Regional Polcicy-nya.
Pertimbangan untung rugi menjadi faktor yang sangat mempengaruhi keputusan Uni Eropa
menolak keanggotaan Turki.

4. Kondisi demokrasi Turki


Kondisi demokrasi Turki juga menjadi sorotan Uni Eropa, muncul berita bahwa
Uni Eropa mengkritik hak asasi manusia, hukum dan demokrasi di Turki yang jauh
semakin memburuk.23. Turki dianggap belum mampu untuk menegakan demokratisasi di

22
NELLI, J. (2006) Perkembangan Hukum Islam Pada Masa Turki Usmani [WWW]
Uinsuka.info.
23
Uni Eropa Kritik Turki karena Gagal Tegakkan HAM dan Hukum. Diakses dalam
http://www.voaindonesia.com/content/uni-eropa-kritik-turki-gagal-tegakkan-ham-dan-
hukum/3051369.html. Diakses pada 06/12/2015.

13
negaranya, hal ini ditandai dengan masih banyaknya pelanggaran HAM yang sering terjadi
di negara tersebut. Kekuatan militer yang sangat dominan terhadap sipil di Turki dan
metode militerisme yang kerap digunakan untuk menangani berbagai masalah yang terjadi
di negara tersebut menjadi tolak ukur lemahnya demokrasi di Turki. Kedua alasan diatas
menjadi hambatan utama dan selalu dikemukakan Uni Eropa untuk menolak keanggotaan
Turki. Namun bukan berarti penolakan yang tidak hanya sekali tersebut diartikan bahwa
Turki tidak melakukan perbaikan dalam kedua hal tersebut, namun sebaliknya Turki selalu
melakukan perubahan sesuai yang diinginkan Uni Eropa. RUU pezinahan telah dibatalkan,
siaran bahasa Kurdi mulai diperbolehkan di beberapa radio bahkan kaum sekuler Turki
mengeluarkan pernyataan dan melarang istri kepala negara untuk menggunakan jilbab.
Dalam hal militer masih kuat pengaruhnya, namun masih dapat dikontrol oleh kekuatan
masyarakat madani. Turki telah melakukan segala cara untuk dapat menjadi anggota tetap
Uni Eropa, bahkan Turki telah membuktikan dirinya menjadi satu-satunya negara Islam
yang demokrasinya telah memasuki tahap yang relatif matang.
Kedua, alasan mengenai lemahnya demokratisasi dan penegakan HAM di Turki
memang sulit dibantah dan menjadi fokus Uni Eropa terhadap Turki. Namun sekali lagi
penulis menanggap ada diskriminasi terhadap hal tersebut, hal ini ditunjukan dengan
diterimanya Irlandia pada tahun 1972 dimana pada saat itu kondisi dalam negeri negara
tersebut, yang sangat dipengaruhi oleh keputusan gereja tidak lebih baik dari Turki. Hal ini
sekali lagi membuktikan ketidaksukaan Uni Eropa terhadap Turki.

5. Mayoritas Muslim di Turki


Lamanya proses aksesi Turki, semakin ke belakang justru dapat dipandang sebagai
hasil dari proses daily governance yang sarat kepentingan politik. Di luar pertimbangan
konstitusional, terdapat pertimbangan lain yang menghasilkan penundaan status
keanggotaan yaitu Turki memiliki populasi penduduk Muslim terbesar di Eropa juga
menjadi salah satu yang diperdebatkan.24 Hal ini menimbulkan kekhawatiran negara-
negara anggota, melihat sejarah pertikaian Turki dengan Suku Kurdi. Ditakutkan
keberadaan komunitas Muslim dapat mengganggu stabilitas keamanan Uni Eropa. Uni
Eropa takut akan menyebaran ideologi Muslim dimana Turki adalah negara dengan
penduduk Muslim terbanyak di Eropa, yang notabene Eropa didominasi penganut agama
Kristen dan Katolik
Penolakan terkait keberadaan komunitas Muslim di Turki, meski tidak disampaikan
secara eksplisit, diutarakan oleh Perancis yang merupakan negara sekuler dengan berbagai
aturan ketat mengenai pemisahan kehidupan beragama dan kehidupan bernegara.
Kekhawatiran ini ditambah dengan tipologi politik dalam negeri Turki, yang mayoritas
dikuasai oleh Partai beraliran Islam Sunni.
Banyak para pejabat berhaluan kanan di Eropa, termasuk Nicolas Sarkozy,
berpandangan sentimen terhadap Islam. Tentunya, mereka tidak menghendaki Turki yang
berjumlah 73 juta warga muslim, menjadi anggota Uni Eropa. Sikap pejabat Uni Eropa,
khususnya haluan kanan, mencerminkan bahwa Uni Eropa adalah organisasi Kristen

24
Ibid.,

14
sehingga masuknya Turki dalam organisasi ini dapat merusak struktur yang dibangun atas
dasar sektarian. Menurut Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei, dan ASEAN,
Olof Skoog, alasan mengapa Turki hingga saat ini belum bisa bergabung dengan Uni
Eropa adalah keadaan politik Turki yang belum stabil sehingga ditakutkan dapat
menggoyahkan sistem Uni Eropa.25 Karena inilah prospek perundingan proses
keanggotaan Turki di Uni Eropa selalu mengambang.

6. Seangkata Cyprus

Masalah utama yang digaris bawahi oleh Uni Eropa sehingga proses penerimaan Turki
dalam Uni Eropa terhambat adalah masalah yang menyangkut negara Siprus. Siprus
merupakan jajahan Inggris. Pada masa Byzantium penduduk Syprus mayoritas beragama
Kristen Ortdoks. Namun, orang-orang Turki pada pertengahan abad ke-16 menyebarkan
agama Islam di Syprus pada masa pemerintahan Othmainiah dan hal itulah yang
menyebabkan terdapat duat etnis yang tinggal di Siprus yaitu Siprus Yunani yang
beragama Kristen dan Siprus Turki yang beragama Islam (Malikah).

Ketika merdeka dari Inggris pada tahun 1960, konflik Siprus ini menjadi semakin
mencuat ketika Siprus Yunani ingin diintegrasikan dengan Yunani dan hal ini menuai
protes dari Siprus Turki. Akhirnya muncul perjanjian yang dilakukan oleh pemerintah
Turki dan Yunani yang diadakan di Zurich dan hasilnya adalah lahirnya Republik Siprus
yang terdiri dari dua etnis besar (ibid). Pemerintahan pada saat itu terdiri dari orang-orang
Siprus Turki dan Siprus Yunani dan pemikiran mereka tidak pernah sejalan dan khirnya
timbul konflik etnik.

Pada tahun 1974, perwira Yunani berencana untuk menggabungkan Siprus dengan
Yunani. Tidak terima dengan tindakan tersebut, Turki pun tidak tinggal diam. Turki
sengaja menduduki wilayah utara Siprus dan memperbanyak populasi keturunan Turki di
sana dan sebagai konsekuensinya, penduduk keturunan Yunani meninggalkan wilayah
tersebut. Menyadari separatisme yang tinggi di Siprus, Turki pun mendirikan Turkish
Republic of Northern Syprus secara sepihak. Sikap Turki ini membuatnya banyak
dikecam oleh negara anggota Uni Eropa dan menimbulkan reaksi keras dari Yunani dan
juga PBB yang juga mengecam hal ini. Aksi Turki ini jelas berseberangan dengan
keputusan Uni Eropa, yang justru menerima bagian Cyprus Yunani sebagai anggota.
Konflik yang pada awalnya hanya terjadi antara Siprus dan Yunani, merembet menjadi
perebutan pengaruh antara Yunani dan Turki di Negara yang baru terbentuk itu. Dimana
Turki memiliki kepentingan menjadi penyokong komunitas warga Turki yang tinggal di

25
Dubes UE untuk RI ungkap alasan Turki belum bisa gabung Eropa. Diakses dalam
http://international.sindonews.com/read/860894/41/dubes-ue-untuk-ri-ungkap-alasan-turki-belum-bisa-
gabung-eropa-1399368316. Diakses pada 01/ 12/2015.

15
Siprus sebagai golongan minoritas.26 Hal ini membuat hubungan Turki dan Yunani kurang
baik yang padahal mereka adalah negara yang berbatasan langsung.

Uni Eropa memandang. kasus ini sebagai pengingkaran atas kewajiban


perlindungan terhadap golongan minoritas, seperti yang tercantum pada Copenhagen
Criteria. Masalah ini sebenarnya adalah antara Siprus dan Yunani sebelum Siprus masuk
menjadi anggota Uni Eropa. Konflik terjadi akibat terbentuknya negara Siprus.
Sebelumnya, Turki menganggap masalah Siprus adalah masalah pribadi Inggris yang pada
masa itu memiliki wewenang di Siprus. Namun, dalam berkembangnya masalah ini, Turki
juga turut campur tangan dalam pembentukan Republik Siprus yang menekankan pada
binational partnership state.27

Meskipun pada akhirnya diputuskan bahwa Cyprus dinyatakan sebagai negara merdeka
yang bebas dari pengaruh Turki ataupun Yunani, namun kasus ini tidak serta merta selesai
begitu saja. Masih ada dendam lama yang ada didalam Yunani sehingga menghalangi
Turki masuk ke Uni Eropa. Perdana Menteri Yunani, Kostas Karamanlis pada tahun 2006
sempat menyebutkan bahwa penerimaan Turki sebagai anggota baru hanya akan
menimbulkan sesuatu yang disebut, Full Compliance, Full Accession28 Turki sendiri
masih tetap tidak mau mengalah dan menganggap bahwa Cyprus masih menjadi bagian
dari Turki, bahkan hingga saat ini masyarakat Turki semakin banyak berdatangan ke
Cyprus dan menguasai wilayah itu.

Adanya perebutan pengaruh juga dilakukan oleh mayoritas Yunani yang tinggal di
Siprus yang tetap menginginkan mayoritas bangsa Yunani. Aksi Turki pada saat itu yang
cenderung frontal dan berani kepada dunia internasional sehingga dianggap anarki
membuat Uni Eropa hingga saat ini masih ragu untuk meloloskan Turki dalam
keanggotaannya.
Pada 1 Mei 2004 Siprus diterima menjadi anggota Uni Eropa. Hal ini tentu saja
membuat Turki gempar. Ia yang sudah lama ingin bergabung dengan Uni Eropa hingga
kini belum tercapai sedangkan Siprus dengan mudahnya dapat bergabung dengan Uni
Eropa. Meskipun Siprus sudah bergabung dengan Uni Eropa, masih terdapat pembedaan
perlakuan dari PBB di mana PBB agak acuh terhadap Siprus utara karena Turki masih
melakukan intervensi terhadap wilayah tersebut. Sebagai dampaknya, perekonomian
Siprus selatan pun menjadi lebih maju dibandingkan dengan Siprus utara. Hal ini juga
tidak terlepas dari tindakan PBB yang memblokade Siprus Turki sehingga para investor
enggan untuk menanamkan sahamnya di sana. Dalam kasus ini, terlihat bahwa ada sikap
sentimen dari beberapa pihak mengenai kasus Siprus Turki sehingga cukup menyulitkan
negara Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa karena pada saat itu Siprus telah menjadi
anggota Uni Eropa sehingga Uni Eropa lebih berpihak kepada Siprus Yunani dan sangat
menentang Siprus Turki. Keberadaan Turki pada saat itu cukup meresahkan di mana akan

26
Ibid.,
27
Loc.cit, Masalah Perluasan Keanggotaan : Politisasi Konstitusi Eropa.
28
A. Panagopoulis, 18 Desember 2006, Karamanlis Hails EUs Historic Decision to Admit
Bulgaria, Rumania, Greek News

16
mengganggu kestabilan politik di Siprus yang juga ditakutkan akan menganggu kestabilan
politik di Uni Eropa karena Siprus merupakan anggota Uni Eropa. Tentu saja hal ini
menjadi salah satu faktor yang memberatkan bagi Turki terkait dengan keanggotaan di Uni
Eropa.

Kasus Cyprus inilah yang menjadi arena pertentangan antara Turki dengan negara
anggota Uni Eropa. Yunani, yang didukung oleh Jerman jelas menentang bergabungnya
Turki. Sebab dengan mendapatkan status keanggotaan posisi tawar Turki dalam kasus
Cyprus akan lebih kuat. Dukungan Jerman pada Yunani dalam kasus Cyprus adalah bentuk
dari relasi dalam NATO.

Masalah Cyprus memang telah menjadi masalah dalam negeri Turki sejak decade
1960-an. Konflik ini terjadi antara Cyprus dengan Yunani sebagai akibat dari terbentuknya
negara Cyprus. Sebelumnya, pada tahun 1950-an, Turki menganggap permasalahan Siprus
sebagai masalah internal Inggris, sebagai negara yang memiliki kewenangan di Siprus pada
saat itu. Pada perkembangannya, Turki ikut terlibat dalam pembentukan Republik Siprus
yang menekankan esensi pada apa yang disebut sebagai bi-national partnership state.

Ketika konflik muncul dan ter-eskalasi menjadi masalah perebutan pengaruh antara
Yunani dan Turki, kepentingan Turki dalam permasalahan Siprus adalah menjadi basis
penyokong terhadap komunitas Turki (Cyprus Turki) yang hidup di Siprus sebagai
golongan minoritas. Sedangkan kepentingan Yunani adalah untuk menggulingkan
pemerintahan Republik Siprus kemudian mendirikan negara Siprus yang terunifikasi
dengan Yunani (Cyprus Yunani).

Permasalahan Cyprus inilah yang kemudian menyebabkan proses aksesi Turki menjadi
terhambat.. Uni Eropa sempat meminta kepada Turki untuk membuka pelabuhan dan
bandaranya untuk dapat diakses oleh warga Siprus Yunani serta untuk mengakui eksistensi
Siprus Yunani pada tahun 2005.29 Namun Turki mengajukan tuntutan lain pada Yunani.
Turki berkenan membuka bandara dan pelabuhannya, dengan syarat pembentukan
Pada November 2006 Turki dilaporkan belum membuka pelabuhan dan bandaranya
bagi petugas administrator Cyprus Yunani Namun, Presiden Uni Eropa saat itu
mengeluarkan pernyataan bahwa negosiasi dengan Turki dianggap gagal. Hingga ketika
masuknya negara Romania dalam keanggotaan Uni Eropa pada tahun 2007,30 sedangkan
Turki seolah stagnan dalam posisinya di kandidat negara anggota. Dalam studi kasus ini,
netralitas Uni Eropa sebagai badan supranasional berbasis intergrasi kawasan diuji, apakah
Uni Eropa benar-benar menilai dari Copenhagen Criteria atau justru permainan politik
yang terjadi dalam sistem Uni Eropa.
Masih banyak pertentangan pendapat diantara sesama anggota Uni Eropa terkait
peluang masuknya Turki kedalam organisasi tersebut. Perdana Menteri Inggris, David
Cameron sangat mendukung masuknya Turki kedalam Uni Eropa karena Turki telah
memiliki banyak jasa terhadap Uni Eropa. ia mengatakan bahwa Uni Eropa tanpa Turki

29
Ibid.,
30
Ibid.,

17
ibarat hati yang not stronger but weaker, not more secure but less, not richer but
poorer.31
Pendapat Cameron ini didukung pula oleh Perdana Menteri Spanyol Jose Luiz
Rodriguez Zapatero yag juga sangat mendukung masuknya Turki kedalam Uni Eropa dan
menegaskan bahwa we must open the door for Turkey to enter the EU peace and
cooperation project. Dia juga menambahkan bahwa masuknya Turki kedalam Uni Eropa
akan menguntungkan kedua pihak.32
Berbeda dengan Presiden Perancis, Nicholas Sarkozy yang cenderung menolak
masuknya Turki karena menganggap Turki bukan Eropa tetapi lebih cenderung ke Asia.
Turki hanya cocok untuk dijadikan sebagai partner Uni Eropa tetapi bukan sebagai anggota
Uni Eropa.33 Pendapat Sarkozy ini didukung pula oleh Angela Markel, Konselor Jerman
yang mengatakan bahwa Turkey could be in deep, deep trouble when it comes to its
aspirations to join the European union.34 Permasalahan yang dimaksud oleh Merkel disini
adalah konflik terkait masalah Cyprus antara Yunani dan Turki.

Penolakan Yunani mungkin tidak akan berarti signifikan, sebab negara ini juga tengah
disorot status keanggotaannya akibat hutang dalam negerinya yang menumpuk. Namun
penolakan Jerman akan membawa dampak yang cukup kuat, terkait dengan tingginya hak
suara (qualified majority voting) yang dimiliki Jerman. Penolakan oleh Jerman seakan
sebuah harga mati bagi sulitnya Turki masuk ke dalam institusi Uni Eropa.
Dari sini sudah nampak jelas bahwa sulitnya Turki menembus penerimaan anggota
baru di Uni Eropa lebih banyak disebabkan oleh alasan politis yang terjadi terkait masalah
Cyprus. Seandainya Turki bisa menyesuaikan diri terhadap segala peraturan yang ada di
Uni Eropa, belum tentu dapat menjadi jaminan bahwa Turki pasti akan diterima sebelum
masalah Cyprus terselesaikan.

E. Tanggapan Publik Terhadap Proses Keanggotaan Turki

Dewan Komisi Uni Eropa mengkhawatirkan bahwa pemerimaan Turki sebagai anggota
Uni Eropa akan menimbulkan perpecahan internal didalam oganisasi. Hal ini sebagaimana
disampaikan oleh Presiden Komisi Uni Eropa, Jose Manuel Baroso yang mengatakan
bahwa Turki belum siap untuk bergabung kedalam Uni Eropa, Tomorrow nor after the
day tomorrow.35 Namun peluang Turki untuk masuk ke Uni Eropa masih sangat terbuka.

Namun, untuk membantu Turki mewujudkan cita-citanya menjadi jembatan antara


Timur dan Barat, penting bagi organisasi-organisasi masyarakat sipil di negara-negara
anggota Uni Eropa dan di Turki untuk mengubah persepsi negatif tentang pihak lain.
Dalam Uni Eropa robarometer 2007, serangkaian survei yang dilakukan oleh Komisi
Eropa, mengungkap bahwa 85 persen orang Eropa berpendapat bahwa perbedaan budaya

31
Cameron anger at slow pace of Turkish EU Negotiations, BBC News
32
Harian La Mancloa, Spanish Government: Spain Supports Turkeys candidature to the EU.
33
http://turquieeuropeenne.eu/article2371.html
34
http://www.spiegel.de/international/0,1518,446747,00.html
35
Barroso says Turkey not ready for EU membership urges continued negotiations, Javno
Zaman, DPA, Reuters (Shouteast European Times)

18
antara Turki dan Eropa terlalu signifikan untuk Turki bisa menjadi anggota Uni Eropa dan
opini ini penting.

Berbagai hasil jajak pendapat ini jelas memperlihatkan bahwa ada kekurangan
informasi tentang Turki di negara-negara Uni Eropa, dan kekurangan informasi tentang
Uni Eropa di Turki.Karena itu, diperlukan adanya upaya mempengaruhi persepsi
publik, yang bisa dilakukan terutama melalui kerja-kerja masyarakat sipil.

Program pertukaran mahasiswa Erasmus, yang diadakan oleh Uni Eropa, antara
universitas Turki dan Eropa, telah membantu menghilangkan prasangka, dan program
kerjasama lintasbatas yang melibatkan organisasi masyarakat sipil di perbatasan antara
Turki, Yunani dan Bulgaria, telah menciptakan landasan bagi orang-orang dari budaya
berbeda untuk bekerja bersama.

Di ranah lingkungan hidup, proyek-proyek yang menghimpun kelompok pecinta


lingkungan Yunani dan Turki telah menciptakan lingkungan yang ramah bagi rakyat kedua
negara untuk bekerja berdampingan mencapai tujuan bersama, yakni menciptakan
pembangunan ramah lingkungan yang berkelanjutan di Laut Aegea.

Dengan cara ini, persepsi warga Eropa terhadap Turki, dan juga Islam, bisa diubah,
sehingga melonggarkan jalan masuknya Turki ke Uni Eropa. Sebaliknya, keanggotaan
Turki akan meningkatkan kredibilitas Uni Eropa di negara-negara di dunia Muslim.
Perkembangan yang saling berkaitan ini punya potensi meningkatkan stabilitas kawasan
dan memperkuat hubungan bertetangga, sesuatu yang telah sangat lama diupayakan Turki
maupun Uni Eropa.

Bahkan, masyarakat Turki memilih mendukung referendum yang akan


memperbarui konstitusi era kudeta 1980-an, dan merestrukturisasi sistem peradilan dan
menguatkan hak-hak perempuan, anak-anak dan orang cacat. Perubahan juga termasuk
pencabutan sebuah pasal dalam konstitusi yang membuat para pemimpin kudeta militer
1980 kebal dari pengadilan atau pembalasan hukum.

F. Prospek Turki Dalam Uni Eropa


Prospek Turki untuk diterima sebagai anggota Uni Eropa sangatlah kecil. Hal ini
disebabkan banyaknya sentimen-sentimen dari negara di Uni Eropa itu sendiri. Utamanya
dari Prancis dan Jerman.
Sekarang muncul sebuah pertanyaan; Mengapa para pejabat Uni Eropa masih
menyepakati memulai perundingan proses keanggotaan Turki di Uni Eropa? Padahal
mereka sendiri secara terang-terangan menolak Turki sebagai anggota Uni Eropa dengan
berbagai alasan yang telah dikemukakan pada poin sebelumnya.
Dalam menjawab pernyataan tersebut, Turki dari sisi posisi ekonomi, politik dan
geografi tak dapat diabaikan Uni Eropa. Karena itulah negara-negara besar Eropa
membiarkan Turki menanti menjadi anggota organisasi selama 30 tahun. Hingga kini,
mereka terus mengulur perundingan proses keanggotaan Turki di Uni Eropa dengan

19
harapan bahwa Turki menerima sebagai anggota kehormatan atau dengan kata lain sebagai
mitra istimewa di organisasi ini.
Tawaran anggota kehormatan bagi Turki di Uni Eropa muncul dari Presiden
Perancis, Nicolas Sarkozy yang juga didukung penuh oleh Kanselir Jerman, Angela
Merkel. Menyusul usulan itu, para pejabat Turki spontan menolaknya. Sementara itu,
proses keanggotaan Kroasia mendekati akhir perundingan. Padahal Kroasia dan Turki
secara bersamaan diterima Uni Eropa untuk dikaji terkait keanggotaan kedua negara ini
pada tahun 1999. Ada kemungkinan, Kroasia akan diterima sebagai anggota Uni Eropa
tahun depan. Dengan demikian, Kroasia akan menjadi anggota ke 28 di Uni Eropa. Padahal
proses perundingan Uni Eropa dengan Turki yang harus melewati 35 bagian, hanya satu
bagian yang hingga kini belum mencapai kesepakatan.
Turki dalam usahanya menjadi bagian dari organisasi internasional intergrasi
kawasan sudah melakukan banyak perubahan yang pada dasarnya demi homogenization
keinginan untuk menjadi sama atau serupa atau seragam sebagai suatu komposisi atau
fungsi36 dengan Uni Eropa. Homogenization tersebut berdasar Copenhagen Criteria yang
mengharuskan negara yang ingin bergabung dalam Uni Eropa untuk memenuhinya. Hal
tersebut juga nampak dilakukan oleh Turki, yang mana Turki melakukan penyesuaian yang
diberi nama Turkey Harmonization Packages. Namun sayangnya, hingga tahun 2015 Turki
belum mendapatkan titik terang dari Uni Eropa mengenai pendaftaran dirinya dalam
integrasi kawasan tersebut.

Hasrat Turki untuk terus berusha menjadi anggota Uni Eropa didasri oleh
geopolitik ,jika Turki berhasil masuk sebagi anggota Uni eropa hal ini akan mengutkan
posisi ekonomi Turki , karena kawasan ekonomi Turki sangatlah luas dan juga kekuatan
militer yang sangat besar pula karena secara tidak langsung keanggotaannya di Uni Eropa
akan memperkuat posisinya di NATO. Posisi ini akan menjadi daya tawar Turki dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang ada di Timur Tengah dan sekitarnya. Sebenarnya,
daya tawar yang dimiliki Turki tersebut dapat dimanfaatkan oleh Uni Eropa untuk turut
serta dalam menyelesaikan konflik yang berkepanjangan di Timur Tengah. Jika Turki
menjadi anggota Uni Eropa, maka negara ini akan menjadi kepanjangan tangan Uni Eropa
terutama dalam hal memperjuangkan kepentingannya di Timur Tengah.Seperti yang kita
ketahui sekarng bahwa posisi Turki di Timur Tengah sekarang ini tengah menjadi sorotan
karena sikap tegas PM turki yaitu Tayyep Erdogan dalam pengatasi konflik timur
tengah.Posisi Turki ini sebenarnya sangat menguntungkan Uni Eropa jika saja meraka mau
menerima Turki sebagai anggotanya .Banyak posisi strategis Turki yang dapat
dimanfaatkan untuk masa depan organisasi regional ini ,salah satu yang di angkat disini
adalah posisi strategis Turki sebagai jemabatan antara negara muslim dengan negara barat
.Sebagai salah satu organisasi regional yang paling maju , Uni Eropa adalah panutan dan
contoh yang baik sebagai salah satu organisasi regional .Dengan masuknya Turki sebagai
anggota tentu saya ini akan membuat hubungan orang muslim dengan orang barat akan
semakin baik ,Turki yang menjadi salah satu negera islam modern yang menganut hukum
sekuler dan menjaukan diri dari nilai-nilai islam .Hal inilah yang harus dijadikan

36 Dictionary.com. Diakses dalam http://dictionary.reference.com/browse/homogenization.


Diakses pada 06/12/2015.

20
pertimbangan Uni Eropa, bukan melihat Turki sebagai negara muslim dan dapat
membahayakan negara anggota lainnya .Jika kita melihat sejarah turki , dan melihat teori
peradaban bahwa sejarah mengatakan bahwa abad sekarang ini adalah abad dimana islam
kembali berjaya ,Hal ini lah yang harus di perhatikan oleh Uni Eropa bahwa turki akan
menjadi parther yang baik untuk mengatasi setiap masalah yang tejadi di timur
tengah,karena melihat karakteristrik turki yang lebih bisa memahami negara-negara timur
tengah.
Masuknya turki dalam keanggotaan uni eropa tentu saja bisa memperkukuh
hubungan antara negara-negara barat dengan negara-negara timur khususnya negara-
negara muslim . Turki akan jembatan yang baik bagi uni eropa untuk lebih mengenal
negara muslim didunia Inilah yang harus menjadi dasar Uni eropa untuk menerima turki
sebagai anggotanya bahakan ada sebagian pihak percaya bahwa masuknya turki sebagai
anggota sebagai anggota uni eropa akan membawa perdamaian di timur tengah,ini
dikarenakan turki memang mempunyai power kuat untuk menenkan negara-negara timur
tengah .Bahkan dalam kunjungan yang pernah dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat
Barrack Obama , beliau mengatakan bahwa Amerika Serikat dan Eropa harus mendekati
Muslim sebagai sahabat, tetangga dan mitra dalam memerangi ketidakadilan, intoleransi
dan kekerasan, menjalin hubungan berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan
kepentingan bersama.Tetapi memang sikap keras Uni Eropa yang sampai saat masih
enggan menerima Turki sebagai anggota.

Meskipun Turki dalam kondisi tidak memungkinkan untuk dapat masuk dalam Uni
Eropa karena Jerman dan beberapa negara yang menolak Turki memiliki hak suara yang
besar, Turki tetap mendapatkan dukungan dari beberapa negara di Uni Eropa. Spanyol dan
Italia adalah contoh dari negara Uni Eropa yang sangat mendukung bergabungnya Turki
dalam integrasi kawasan Eropa.37 Disisi lain, negara-negara yang menolak Turki untuk
bergabung dalam Uni Eropa adalah negara inner circle termasuk Jerman dan Prancis.38
Negara yang menolak memandang Turki sebagai negara yang hanya akan membawa
dampak buruk bagi sistem politik dan perekonomian Eropa. Adanya dua kubu dalam
integrasi kawasan Uni Eropa menunjukkan bahwa adanya pengkotakan kepentingan-
kepentingan tersendiri dalam Uni Eropa.

37
Loc.cit, Masalah Perluasan Keanggotaan : Politisasi Konstitusi Eropa.
38
Ibid.,

21
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Sejak bangkitnya gerakan Nasionalisme Turki dengan sekulerisme di segala


bidang, Turki telah berupaya keras untuk dapat diterima sebagai anggota Uni Eropa, hal ini
berlanjut pada Perang Dunia ke dua bahkan sampai Perang Dunia ke dua usai. Keinginan
negara-negara Eropa untuk tidak bergantung pada bantuan asing telah merubah sistem
internasional dari bipolar menjadi multipolar, perubahan tersebut tentu saja mempengaruhi
hubungan Uni Eropa dan Turki, yang sudah dianggap tidak terlalu berguna pasca Perang
Dunia ke dua.

Hingga kini upaya dari Turki untuk diterima menjadi anggota Uni Eropa masih
dalam tahap lobbying. Usaha Turki yang dimulai sejak tahun 2005 untuk menjadi anggota
Uni Eropa selalu mendapatkan jalan buntu dan penolakan dari anggota Uni Eropa
lainya.Padahal jika dilihat dari ekonomi, dan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan,
Turki layak menjadi anggota Uni Eropa. Namun, para pemimpin negara Uni Eropa selalu
menolak untuk menerima keanggotaan Turki di Uni Eropa.

Ada beberapa alasan yang membuat Uni Eropa masih enggan untuk menerima
Turki. Pertama, Turki dianggap belum dapat menyesuaikan dengan peraturan yang ada di
Uni Eropa. Dari beberapa peraturan yang dimiliki oleh Uni Eropa, ada sebagaian
peraturan yang belum dapat diterapkan di Turki. Kondisi ini biasanya terjadi karena
adanya perbedaan antara aturan nasional Turki dan Uni Eropa. Kedua, Turki masih
memiliki masalah politis dengan Uni Eropa yakni terkait dengan kasus Cyprus.
Sebagaimana kita ketahui, pulau Cyprus yang terletak diatara Yunani dan Turki ini telah
lama menjadi ajang perebutan diantara kedua negara. Keduanya saling mengklaim pulau
tersebut, bahkan Turki secara sepihak mendirikan negara baru diatas pulau tersebut. Sikap
Turki ini membuatnya banyak dikecam oleh negara anggota Uni Eropa.

B. SARAN

Sebenarnya apapun alasan yang digunakan oleh Uni Eropa untuk tetap tidak
menerima turki sebagai anggota hanyalah sebuah alasan poltik saja , banyak hal yang bisa
turki lakukan sebagai anggota Uni Eropa dalam membangun masa depan organisasi
regional ini tetapi apa mau dikata turki walaupun sudah berusaha memang sulit untuk
masuk sebagai anggota .Saran terakir dari penulis adalah apapun negara tersebut entah
muslim atau kristiani jika negara tersebut mampu untuk berlontribusi ataupun mampu
membangun organisasi maka bukan lah alasan untuk menolak negara terebut .

22
REFERENSI

A. Panagopoulis, 18 Desember 2006, Karamanlis Hails EUs Historic Decision to Admit


Bulgaria, Rumania, Greek News

About European Union dalam http://europa.eu/about-eu/basic-information/index_en.htm


diakses pada 20 Januari 2013

Barroso says Turkey not ready for EU membership urges continued negotiations, Javno
Zaman, DPA, Reuters (Shouteast European Times)

Cameron anger at slow pace of Turkish EU Negotiations, BBC News

Dictionary.com. Diakses dalam http://dictionary.reference.com/browse/homogenization.


Diakses pada 06/12/2015.

Dictionary.com. Diakses dalam http://dictionary.reference.com/browse/homogenization.


Diakses pada 06/12/2015.

Dubes UE untuk RI ungkap alasan Turki belum bisa gabung Eropa. Diakses dalam
http://international.sindonews.com/read/860894/41/dubes-ue-untuk-ri-
ungkap-alasan-turki-belum-bisa-gabung-eropa-1399368316. Diakses pada 01/
12/2015.

ec.europa.eu, tanggal 30 Oktober 2010.

EMERSON, M. (2004) Has Turkey Fulfilled The Copenhagen Political Criteria. CEPS
Online Bookshop

Harian La Mancloa, Spanish Government: Spain Supports Turkeys candidature to the EU.

Heather Grabe dari Pusat Reformasi Eropa dalam artikelnya Ever Expanding Union? di
Economist pada taggal 29 April 2004.

http://turquieeuropeenne.eu/article2371.html

http://www.scribd.com/doc/52992845/Peran-Uni-Eropa-dalam-Sengketa-Siprus-Turki-
Siprus-Yunani

http://www.spiegel.de/international/0,1518,446747,00.html

Masalah Perluasan Keanggotaan : Politisasi Konstitusi Eropa. Diakses dalam


http://www.kompasiana.com/nendraprimonik/masalah-perluasan-
keanggotaan-politisasi-konstitusi-eropa_54fffa0ea33311f46d50f940. Diakses
pada 01/12/2015.

Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional, Jakarta, 1990.

23
NELLI, J. (2006) Perkembangan Hukum Islam Pada Masa Turki Usmani [WWW]
Uinsuka.info.
http://www.uinsuska.info/syariah/attachments/142_Jumni%20ok1.pdf

reuters.com. Berita tanggal 23 April 2008.

Robert Gilpin, War and Changes in World Politics (Cambridge: Cambridge University
Press, 1985.

T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin,
Refika Aditama, Bandung, 2002.

The World Factbook. Diakses dalam https://www.cia.gov/library/publications/the-world-


factbook/geos/tu.html. diakses pada 01/12/2015.

Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe, Introduction to International Relations:


Power and Justice, fourth Edition (New Jersey: Prentice-Hall International,
Inc., 1990).

Turkey. Diakses dalam http://ec.europa.eu/enlargement/countries/detailed-country-


information/turkey/index_en.htm. Diakses pada 01/12/2015.

Uni Eropa Kritik Turki karena Gagal Tegakkan HAM dan Hukum. Diakses dalam
http://www.voaindonesia.com/content/uni-eropa-kritik-turki-gagal-tegakkan-
ham-dan-hukum/3051369.html. Diakses pada 06/12/2015.

Website resmi CIA (The World Factbook)

24

Anda mungkin juga menyukai