PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial?
2. Apa saja karakteristik perkembangan sosial anak, remaja, dan dewasa?
3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial?
4. Bagaimana pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku?
5. Mengapa dan bagaimana perkembangan sosial seseorang dijadikan implikasi terhadap
penyelenggaraan pendidikan?
6. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian?
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
8. Apa saja karakteristik perkembangan kepribadian anak, remaja, dan dewasa?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial.
2. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial anak sampai dewasa.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
4. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku seseorang.
5. Untuk mengetahui alasan dan implikasi perkembangan sosial terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian.
7. Untuk mengetahui karakteristik kepribadian yang sehat dan tidak sehat.
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
9. Untuk mengetahui karakteristik kepribadian anak sampai dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan.
Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian,
tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang
perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi
kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian
perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan
dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan,
disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota
keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti
marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999)
menyatakan bahwa:
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat
kompleks.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai
berikut.
1. Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan
dengan meningkatnya kenutuhan hidup manusia.
2. Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka
membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja
banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
3. Perkembangan anak remaja dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu : kondisi keluarga,
kematangan anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama
intelek dan emosi.
4. Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri
berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri,
remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
5. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak terjadinya konsepsi yaitu
pertemuan antara ovum dan sperma, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung terus
dalam kandungan kemudian lahir sampai usia tua dan akhirnya berhenti pada kematian.
6. Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam empat periode yaitu periode anak,
periode remaja, periode dewasa dan periode tua dimana masing-masing periode tidak berdiri
sendiri secara terpisah melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan
dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki karakteristik sendiri-
sendiri.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penyusun menyarankan setiap calon pendidik dapat
memahami konsep perkembangan sosial peserta didiknya.
Daftar Pustaka
Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
______. 2010. Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-
mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html).
_______. 2007. Perkembangan Sosial Anak. (Online).
(http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/).
_______. 2010. Perkembangan Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-
excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh
dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa tahapan. Kehidupan anak
dan remaja dalam menelusuri perkembanganya itu pada dasarnya merupakan kemampuan
mereka berinteraksi dengan lingkunganya. Pada proses ini faktor sosial memiliki pengaruh
yang besar sehingga mendudukan anak anak dan remaja sebagai insan yang aktif
melakukan proses sosialisasi. Tetapi yang menjadi pusat perhatian disini adalah masa remaja,
karena masa remaja merupakan periode transisi antara masa anak anak dan dewasa.
Pada masa remaja berkembang social cognition yaitu kemampuan untuk memahami orang
lain. Remaja memahami orang lain sebagai pribadi yang unik, baik menyangkut sifat sifat
pribadi, minat maupun perasaanya. Pemahaman ini mendorong remaja menjalin hubungan
sosial dengan seseorang yang lebih akrab dengan mereka, contohnya teman sebaya.
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikis,
yang mungkin saja dapat menimbulkan problema tertentu bagi si remaja apabila tidak disertai
dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri yang tepat.
Maka dari itu, perkembangan sosial remaja perlu di pahami oleh para guru maupun orang-
orang yang bertugas mendidik remaja, karena perkembangan social sangat penting untuk
mengembangkan kepribadian dan prestasi belajar remaja, juga agar remaja tidak terjerumus
ke dalam lingkungan social yang menyimpang.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Tujuan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pekembangan sosial remaja.
3. untuk mengetahui karakteristik perkembangan sosial remaja.
4. untuk mengetahui fator-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial.
5. memahami pengaruh teman sebaya dan keluarga terhadap perkembangan sosial.
6. memahami pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku.
7. mengetahui, memahami, serta dapat mengimplikasikan pengembangan hubungan sosial
remaja dalam penyelenggaran pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa,
sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya
yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir.
Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini
membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Remaja pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa.
Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan
pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja
telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan
norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Dengan demikian, remaja mulai
memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok
dewasa, dan kelompok orang tua.
1. Kematangan
Untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap
fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Karena pendidikan merupakan
proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di
dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Penanaman norma
perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik bukan saja dikenalkan
kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa
(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
e. Kapasitas Mental, Emosi Dan Intelegensi.
Kemapuan berfikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memcahkan
masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat berpengaruh sekali terhadap
perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya anak yang berkemampuan intelektual tinggi
akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik,dan pengendalian emosi secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
2.4 Pengaruh Teman Sebaya dan Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial Remaja
1. Teman Sebaya
Ketika seorang anak beranjak menjadi remaja, maka terjadi perubahan aspek sosialnya. Yang
awalnya bersifat egosentris akan berubah menjadi sociable. Begitu mereka memasuki usia
remaja, kebutuhan fisiologis dan kasih sayang orang tua akan dikesampingkan dan digantikan
oleh kebutuhan akan kehadiran teman-teman sebayanya. Dengan kehadiran teman-teman
sebayanya, remaja merasa dihargai, di-orang-kan serta merasa dapat diterima oleh
lingkungannya. Perasaan-perasaan tersebut dapat membantu remaja untuk lebih percaya diri,
lebih menghargai dirinya serta mampu untuk memiliki citra diri yang positif. Sehingga
teman sebaya memiliki fungsi bagi perkembangan kepribadian si remaja.Adabeberapa aspek
kepribadian yang dapat dikembangkan melalui kehadiran teman sebaya, yaitu :
1. Aspek Fisik.dengan kehadiran teman sebaya, remaja dapat mengembangkan keterampilan-
keterampilan fisiknya, seperti kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-sama menyukai
aktifitas fisik. Misalnya kelompok sepak bola, karate, dll.
2. Aspek Intelektual.Di sini remaja berkelompok dengan minat yang sama, seperti ajang diskusi
atau kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan intelektualnya.
3. Aspek Emosi. Remaja membuat kelompok untuk saling menyalurkan emosinya, misalnya
nonton bareng-bareng, nyanyi bareng-bareng (bikin band) atau kegiatan lainnya yang bisa
menyalurkan emosi mereka.
4. Aspek Sosial. Dengan kelompok, remaja merasa memiliki teman senasib, se ide,
seperjuangan sehingga melalui kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa dihargai
oleh lingkungannya.
5. Aspek Moral. Remaja berkelompok untuk mengembangkan kemampuannya di bidang
keagamaan.
Dampak kehadiran teman sebaya juga tidak selamanya meberi pengaruh yang positif bagi
perkembangan remaja. Bila orang tua kurang memberikan pengetahuan yang baik bagi
remaja, maka akibatnya bisa menimbulkan hal-hal yang negatif. Yang perlu diperhatikan agar
remaja tidak menyimpang dari aturan aturan dalam bersosialisasi yaitu :
1. Peran Disiplin. Remaja harus mampu mengatur waktu. Kapan belajar, kapan bermain dengan
teman sebaya dan kapan membantu orang tua.
2. Peran Kontrol Orang Tua. Orang tua tetap harus dapat mengontrol remaja dalam
berhubungan dengan teman-teman sebayanya.
3. Hindari lingkungan yang dapat membawa remaja ke arah pergaulan yang negatif.
4. Pandai-pandai dalam memilih bentuk kegiatan yang akan dimasuki.
5. Pilihlah teman yang memberi dampak/pengaruh yang positif terhadap kita.
6. Memiliki aturan-aturan yang jelas sebagai bekal pada saat bersosialisasi dengan teman-teman
remaja yang lain.
Penyesuaian diri yang dilandasi dengan sifat ego menyebabkan remaja merasa bahwa dirinya
ampuh atau hebat sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam
aktifitas yang sering kali dipikirkan atau direncanakan. Aktifitas yang dilakukan umumnya
aktifitas yang tergolong membahayakan. Namun melalui banyak pengalaman yang
didapatnya,maka sifat ego semakin brkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh egosentris
sudah sedemikian kecilnya,sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain
tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman (1989) mengemukakan tiga
jenis pola asuh orang tua, yaitu:
1. Pola asuh bina kasih (induction), adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik
anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap perilaku
dan keputusan yang diambil bagi anaknya.
2. Pola asuh unjuk kuasa (power assertion), adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan senantiasa memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi oleh anak
meskipun sebenarnya anak tidak dapat menerimanya.
3. Pola asuh lepas kasih (love withdrawal), adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mendidik anaknya dengan cara menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak
menjalankan apa yang dikehendaki orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau melaksanakan
apa yang dikehendaki orang tuanya maka cinta kasihnya itu dikembalikan seperti sediakala.
Untuk dapat membantu perkembangan kepribadian peserta didik secara maksimal, ada 5
kompetensi yang seharusnya dipenuhi oleh seorang guru, yaitu:
1. Rekomendasi
Masa remaja merupakan masa dimana individu mencari identitas atau jati dirinya, dalam fase
ini remaja mengalami kesulitan dalam menjalani perkembangan sosialnya, agar remaja tidak
terjerumus kedalam lingkungan sosial yang menyimpang, oleh sebab itu peran guru dan
orang tua menjadi sangat penting dalam membantu remaja mengatasi hambatan-
hambatannya dalam kehidupan sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psychologymania.com/2012/06/pengertian-perkembangan-sosial.html
http://zeithmind.blogspot.com/2010/11/pengaruh-teman-sebaya-bagi-perkembangan.html
http://zeithmind.blogspot.com/2010/11/pengaruh-teman-sebaya-bagi-perkembangan.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
formal maupun pendidikan non-formal, pada jenjang pendidikan dan jenis
pendidikan tertentu.
Sedangkan perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan
orang lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak
dapat dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan
emosional.
Remaja adalah makhluk social, sebagai makhluk social ia membutuhkan orang lain untuk
dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya,
pendapat dan sikap remaja dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar
sesame maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan social
diharapkan remaja dapat memahami proses dalam sosialisasi.
B. Ruang Lingkup
Dari penjelasan dan pemaparan diatas, adapun ruang lingkup makalah ini adalah :
1. Pengertian dari Perkembangan Sosial Remaja
2. Ciri ciri Perkembangan Sosial Remaja
3. Faktor faktor yang mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja
4. Usaha usaha guru untuk mengembangkan Sosial Remaja
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan social adalah berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia
sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup manusia.
Perhatian remaja mulai tertuju pada pergaulan di dalam masyarakat dan mereka
membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang kompleks. Pergaulan remaja
banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok terutama kelompok sebaya.
Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri
berpengaruh terhadap tingkah laku, seperti remaja keras, remaja yang mengisolasi diri,
remaja yang bersifat egois dan sebagainya.
Dari lahir sampai tua perkembangan dibagi dalam empat periode yaitu periode anak,
periode remaja, periode dewasa dan periode tua dimana masing-masing periode tidak berdiri
sendiri secara terpisah melainkan saling berkaitan. Periode yang mendahului merupakan
dasar bagi periode berikutnya dan masing-masing periode memiliki karakteristik sendiri-
sendiri.
B. Saran
Upaya pelaksanaan pengembangan materi Perkembangan Peserta Didik telah
diupayakan dengan sebaik mungkin bagi para pembaca, namun dari sekian uraian yang
disajikan. Tentunya penulis menyadari sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari
kesalahan dan kekilafan serta keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu demi terwujudnya
kesempurnaan makalah ini, yang lebih baik dari sebelumnya, diharapkan kepada pembaca
untuk memberikan partisipasi baik itu kritikan, saran,serta pendapat yang membangun,
sehingga menjadi makalah yang lebih baik lagi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.______. 2010.
Perkembangan Hubungan Sosial Remaja. (Online).
(http://princemienu.blogspot.com/2010/01/makalahtentangperkembanganhubungan.html).___
____. 2007.
Eka Izzaty, Rita. Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Sosial Anak. (Online). (http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-
anak/)._______. 2010.
Perkembangan Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-
pengertian-hubungan-sosial.html
Prof. Dr. H. Djaal. Psikologi Pendidikan
Drs. Zulkifli L. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya
BAB I
PENDAHULUAN
Anak usia SD masih memasuki tahap perkembangan yang sangat pesat. Berbagai otot
dan tulang mengalami penguatan sehingga anak cenderung aktif dalam melakukan kegiatan
fisik seperti bergerak, berlari, dan tidak pernah diam ditempat. Secara kognitif, pemikiran
anak SD sedang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Pada usia dasar (6-12 tahun) anak
sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan
menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah daya pikir anak masih bersifat imajinatif,
berangan-angan atau berkhayal, sedangkan pada usia SD daya pikir anak sudah berkembang
kearah berpikir konkret dan rasional. Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak,
maka sekolah dalam hal ini guru, seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapat tentang materi pelajaran
yang dibacanya atau dijelaskan oleh guru.
Menurut Syamsu Yusuf (2004) masa usia Sekolah Mengah bertepatan dengan masa
remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat
khasnya dan perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang
dewasa.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas ini yaitu untuk menambah wawasan tentang karakteristik pada
masa anak-anak hinggan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Anak Usia SD
Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian
yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan
dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan
atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget mengidentifikasikan tahapan
perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun,
(b) tahap operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun,
(d) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit,
pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta
perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek
kongkrit, dan mampu melakukan konservasi.
Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di
lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di
dalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah
dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3)
menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh
ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4)
pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan
sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat
mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,
biasanya untuk bermain bersama-sama.
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk
dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa
dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-
hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.
Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk proaktif dan mendapatkan pengalaman
langsung baik secara individual maupun dalam kelompok.
Adapun karakteristik yang terdapat pada anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah
sebagaiberikut :
a. Anak SD Senang Bermain
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD sebaiknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya
mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran
hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan
pelajaran yang mengandung unsure permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya
dan Keterampilan (SBK).
b. Anak SD Senang Bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjamjam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan
tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk
duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
c. Anak SD Senang Bekerja dan Berkelompok
Anak senang bekerja dalam kelompok maksudnya sebagai seorang manusia,
anak-anak juga mempunyai insting sebagai makhluk social yang bersosialisasi dengan orang
lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelomppok tertentu
untuk bermain. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi aturan aturan
kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan,
belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat
(sportif), mempelajarai olah raga, belajar keadilan dan
demokrasi. Hal ini dapat membawa implikasi buat kita sebagai calon guru agar
menetapkan metode atau model belajar kelompok agar anak mendapatkan pelajaran
seperti yang telah disebutkan di atas, guru dapat membuat suatu kelompok kecil
misalnya 3-4 anak agar lebih mudah mengkoordinir karena terdapat banyak perbedaan
pendapat dan sifat dari anak-anak tersebut dan mengurangi pertengkaran antar anak dalam
satu kelompok. Kemudian anak tersebut diberikan tugas untuk mengerjakannya bersama,
disini anak harus bertukar pendapat anak menjadi lebih menghargai pendapat orang lain juga.
d. Senang Merasakan atau Melakukan Secara Lengsung
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional
konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep konsep baru
dengan konsep-konsep lama. Jadi dalam pemahaman anak SD semua materi atau
pengetahuan yang diperoleh harus dibuktikan dan dilaksanakan sendiri agar mereka bisa
paham dengan konsep awal yang diberikan. Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk
konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral,
dan sebagainya. Dengan demikian kita sebagai calon guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angina, dengan cara membawa
anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan
sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.
e. Anak Cengeng
Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin diperhatikan
dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus selalu dibimbing. Di
sini sebagai calon guru SD maka kita harus membuat metode pembelajaran tutorial atau
metode bimbingan agar kita dapat selalu membmbing dan mengarahkan anak, membentuk
mental anak agar tidak cengeng.
f. Sulit Memahami Isi Pembicaraan Orang Lain
Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang diberikan guru,
disini guru harus dapat membuat atau menggunakan metode yang tepat misalnya dengan cara
metode ekperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan menemukan
sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan ceramah yang dimana guru Cuma
berbicara didepan membuat anak malah tidak pmemahami isi dari apa yang dibicarakan oleh
gurunya.
g. Senang Diperhatikan
Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian teman atau
gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara
dilakukan agar orang memperhatikannya. Di sini peran guru untuk mengarahkan
perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak yang ingin
diperhikan akan berusaha menjawab atau bertantya dengan guru agar anak lain beserta guru
memperhatikannya.
h. Senang Meniru
Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat
dan dia temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang
yang ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh
acara televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smack
down yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang
melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat temannya
terluka.
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan kematangan dalam hubungan atau
interaksi sosial. Perkembangan sosial juga bisa diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.
Perkembangan sosial pada anak usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan
hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group),
sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat
kepada diri sendiri (ogosentris) kepada sikap bekerja sama (kooperatif) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mulai berminat terhadap kegiatan- kegiatan
teman sebaya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok
dan merasa tidak senang apabila tidak diterima oleh kelompoknya
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang
membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman sekolah_, maupun tugas
yang membutuhkan pikiran.
Tugas-tugas kelompok ini haruslah memberikan kesempatan kepada setiiap peserta
didik atau siswa untuk menunjukkan prestasinya. Dengan bekerja kelompok, siswa dapat
belajar tentang bagaimana cara ia bersosialisasi, bekerja sama, saling menghormati,
bertenggang rasa dan bertanggung jawab.
d. Perkembangan Bahasa
Setiap manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa
tangis bahsa mencakup segala bentuk komunikasi baik yang diutarakan dalam bentuk lisan,
tulisan, bahsa isyarat, bahsa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Bahsa adalah
segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan persaan sorang disimbolisasikan agar dapat
menyamaikan arti kepada orang lain. Oleh karena itu perkembangan bahasa dimulai dengan
tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terdiri atas 2
periode besar yaitu periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan (1-5 linguistik). Periode linguistik
terbagi terbagi dalam 3 fase besar yaitu :
a) Fase Satu Kata Atau Holofase
Pada fase ini anak menggunakan satu kata untuk menyatakan pikiran ang kompleks,
baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya perbedaan yang jelas. Misalkan kata
duduk, bagi anak berarti saya mau duduk, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti
mama sedang duduk.
b) Fase Lebih Dari Satu Kata
Fase dua kata muncul pada anak erusia sekita 18 bulan. Fase ini anak sudah dapat
membuat dua kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat etrsebut kadang-kadang
terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan
tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti
oleh empat kata dan seterusnya. Orang melakukan tanya jawab dengan anak secara
sederhana.
c) Fase Ketiga Fase Diferensiasi
Eriode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima
tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dlam
berbicara anak bukan hanya menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak
mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesui dengan jenisnya, terutama dalam
pemakaian kata benda dan kata kerja.
e. Perkembangan Sosial
Terdapat kaitan yang erat antara keteramilan bergul dengan masa bahagia pada waktu
akanak-kanak. Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan
lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai
aktivitas sosial merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai
kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu yang akan datang atau meningkat
dewasa. Oleh karena itu prilaku dan kebiasaan orang tua harus merupakan contoh atau model
maupun teladan yang selalu ditiru dan dibanggakan oleh anaknya. Hl tersebut dilakukan oleh
anak semenjak ia diusia balita yang suka meniru apa saja yang ia lihat dari tindak tanduk
orang tua, cara bergaul orang tua, cara berbicara dan berinteraksinya, di lingkungan sekita,
cara orang tua menghadapi teman, tamu dan sebagainya, slalu mendapat perhatian anak
kemudian menirunya.
2.6 Factor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia SMP dan SMA
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh
keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh
keluarga.
2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga
mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam
berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial Ekonoi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial
anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental Emosidan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali
terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan
berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya
seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.
Factor Lain Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia SMP dan SMA
1. Faktor Teman Sebaya
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk
mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya, sekalipun dalam
kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya
kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam suasana bermain.
Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai pemimpin, atau yang
menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap-sikap menguasai anak-anak lain, akan
besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau pola-pola kepribadian. Konflik-konflik
terjadi pada anak bilamana norma-norma pribadi sangat berlainan dengan norma-norma yang
ada di lingkungan teman-teman. Di satu pihak ia ingin mempertahankan pola-pola tingkah
laku yang diperoleh di rumah, sedangkan di pihak lain lingkungan menuntutsi anak untuk
memperlihatkan pola yang lain, yang bertentangan dengan pola yang sudah ada, atau
sebaliknya.
2. Keragaman Budaya
Bagi perkembangan anak didik keragaman budaya sangat besar pengaruhnya bagi
mental dan moral mereka. Ini terbukti dengan sikap dan prilaku anak didik selalu dipengaruhi
oleh budaya-budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada masa-masa
perkembangan, seorang anak didik sangat mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya yang
berkembanga di masyarakat, baik budaya yang membawa ke arah prilaku yang positif
maupun budaya yang akan membawa ke arah prilaku yang negatif.
3. Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau mempengaruhi prilaku
masyarakat melalui proses-proses. Media massa juga sangat besar pengaruhnya bagi
perkembangan seseorang, dengan adanya media massa, seorang anak dapat mengalami masa
pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat. Media massa dapat merubah prilaku
seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang sangat berpengaruh adalah
media massamassa saat ini berkembang semakin canggih. Semakin canggih suatu media
massa maka akan semakin terasa dampaknya bagi kehidupan kita. elektronik antara lain
televisi. Televisi sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam
perkembangan melalui acara yang disiarkannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya, karkteristik yang terdapat pada anak usia Sekolah Dasar (SD) sangat
berbeda dengan karakteristik yang terdapat pada anak usia Sekolah Menengah Pertama
(SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA).
Menurut Syamsu Yusuf (2004) masa usia Sekolah Mengah bertepatan dengan masa
remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat
khasnya dan perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang
dewasa.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, saya dan semua pembaca dapat memahami
tentang karakteristik yang terdapat pada anak usia SD, SMA dan SMA, serta factor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhannya.dan saya berharap pembaca dapat menyerap atupun
mengambil nilai positif yang ada dalam makalah ini.
2.3 Makna Perkembangan Sosial Anak
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan
tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat
itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak
mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling
membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia
menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat
kompleks.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka
semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan
orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan
mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial
merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.