Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS HUBUNGAN GEOMETRIK JALAN RAYA


DENGAN TINGKAT KECELAKAAN
(Studi Kasus Ruas Jalan )

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas


Dan Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

DI SUSUN OLEH:

JEFRI RAHMAD FADHIL GULTOM


1407210077

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara dengan aktifitas gempa bumi tektonik yang
tinggi. Dari segi geologi lokasi Indonesia terletak pada 4 lempeng tektonik utama
yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Filipina.
Saat ini, semakin sempitnya lahan di kota-kota besar mengharuskan pola
pembangunan gedung secara vertikal. Pembangunan gedung secara vertikal sangat
rentan terhadap bahaya beban lateral seperti angin dan gempa bumi.
Untuk mengatasi masalah tersebut beberapa elemen dari gedung harus
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya-gaya lateral (beban
angin dan gempa bumi) yang terjadi. Elemen utama gedung yang harus
direncanakan terhadap pengaruh beban gempa antara lain balok, kolom, dan shear
wall.
Inovasi dalam perencanaan struktur terus menerus dikembangkan dalam
mendesain bangunan tingkat tinggi dengan tujuan dapat menahan beban lateral.
Pembangunan gedung bertingkat tinggi dapat dilakukan jika teknik-teknik
perencanaan pembangunan yang digunakan dapat memaksimalkan kapasitas dari
bahan-bahan struktur tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak
sistem desain dan metode perencanaan yang terus dikembangkan dalam dunia
teknik sipil dan dapat digunakan untuk merencanakan bangunan tingkat tinggi,
salah satunya adalah penerapan dan penggunaan sistem outrigger pada bangunan
tingkat tinggi.
Outrigger adalah komponen dinding yang berfungsi sebagai balok setinggi
satu lantai. Penggunaan outrigger dapat mengurangi momen yang terjadi pada
dinding geser beserta kolom dinding geser. Hal ini mengakibatkan dimensi shear
wall dapat direduksi. Penggunaan outrigger juga dapat menambah kekakuan
struktur gedung. Penambahan kekakuan tersebut dapat mengurangi drift
maksimum struktur dan periode bangunan.

2
Tidak semua tipe ketinggian gedung dapat dikatakan efektif jika
menggunakan outrigger. Variasi tinggi bangunan juga akan menentukan
efektifitas penggunaan sistem outrigger. Pada tiap gedung dengan variasi jumlah
lantai yang berbeda, juga akan berbeda beda penggunaan sistem penahan beban
lateral yang efektif.
Dalam mendesain sebuah penampang dan sambungan outrigger pada
bangunan bertingkat, pertimbangan kekakuan yang menjamin keamanan sudah
pasti harus terpenuhi, tetapi untuk memenuhinya terkadang terhambat karena
adanya keterbatasan dana.
Sistem perkuatan dengan menggunakan outrigger merupakan suatu hal yang
masih jarang dikaji di Indonesia. Untuk itu penulis sangat tertarik pada sistem
outrigger karena merupakan ilmu dalam dunia konstruksi yang harus
dikembangkan dan diterapkan pada bangunan sekarang ini. Di Indonesia sendiri
konsep ini masih sangat jarang diterapkan karena masih kurangnya pemahaman
pada outrigger, padahal sistem ini sangat efektif diterapkan terlebih lagi Indonesia
berada di kawasan yang sering terjadi gempa besar.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembahasan tugas akhir ini akan dianalisa desain penampang dan
sambungan outrigger pada bangunan gedung 40 lantai berdasarkan SNI
1726:2012 dan SNI 7860:2015.
1. Berapa dimensi profil kolom baja beton komposit CFT dan outrigger yang
dapat dapat digunakan dalam perencanaan gedung dengan SRPMK dan SCBF
yang dapat menahan beban lateral gempa?
2. Berapa dimensi dan tipikal konfigurasi sambungan balok-kolom, outrigger,
yang digunakan dalam perencanaan ini?
3. Bagaimana perilaku bangunan yang terpasang sistem core wall dan outrigger
pada sisi searah bangunan saat terjadi gempa?
4. Berapakah besar simpangan antar lantai (story drift), kekakuan antar lantai
yang terpasang sistem core wall dan outrigger pada masing-masing
pemodelan?

3
5. Berapakah gaya geser maksimum yang terpasang sistem core wall dan
outrigger pada masing-masing pemodelan saat terjadi gempa?
6. Dimana penempatan outrigger yang paling efektif diantara keempat
pemodelan terhadap struktur bangunan gedung baja dan beton komposit?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada:


1. Bangunan tingkat tinggi yang dianalisis adalah bangunan dari material
komposit yang permodelannya dalam bentuk 3 dimensi dengan menggunakan
struktur rangka baja dan beton komposit dan mengacu pada SNI 1729:2015.
2. Penampang dan sambungan outrigger yang digunakan adalah dari baja
dimana dimensi tiap profil elemen struktur dari perhitungan yang memenuhi
stress check dan mengacu pada SNI 1729:2015.
3. Menganalisa tentang ketentuan seismik untuk struktur baja bangunan gedung
dan mengacu pada SNI 7860:2015.
4. Bresing (pengaku) yang digunakan pada sistem outrigger adalah bresing tipe
eccen back dan eccen forward yang digabung menjadi tipe X.
5. Untuk core yang menopang sistem outrigger menggunakan core wall .
6. Tinggi perlantai untuk lantai 1 adalah 4 m dan lantai seterusnya 3,5 m yang
menjadikan tinggi bangunan secara keseluruhan menjadi 140,5 m. Dengan
bangunan yang berukuran 56 m x 42 m yang berada di tengah Kota Bengkulu
dengan masa waktu penggunaan 50 tahun.
7. Penampang dan sambungan outrigger yang akan dimodelkan dalam 4 bentuk
permodelan sesuai letaknya pada tiap lantai yang ditinjau.
8. Penelitian tidak memperhitungkan beban angin dan struktur bawah.
9. Penelitian mengabaikan kondisi void pada semua lantai pada saat pemodelan.
10. Analisis struktur gedung terhadap beban gempa menggunakan analisis respon
spektrum.
11. Struktur dianalisa secara linier elastis menggunakan program ETABS v.16.
12. Bangunan direncanakan di Provinsi Bengkulu dengan wilayah KDS D pada
tanah sedang dan mengacu pada SNI 1726:2012.

4
1.4 Tujuan Penelitian

Dari tugas akhir ini penulis ingin mendapatkan beberapa tujuan akhir,
diantaranya:
1. Untuk mendapatkan profil efektif kolom baja beton komposit CFT dan
outrigger yang memenuhi persyaratan SRPMK dan SCBF gedung tahan
gempa.
2. Untuk mendapatkan dimensi dan tipikal konfigurasi sambungan balok-kolom,
outrigger yang memenuhi syarat dalam perencanaan pemodelan.
3. Untuk mengetahui nilai perioda dari setiap model struktur bangunan gedung
yang mengalami gaya lateral.
4. Untuk mengetahui besar simpangan antar lantai (story drift), kekakuan antar
lantai yang terpasang sistem core wall dan outrigger pada masing-masing
pemodelan.
5. Untuk mengetahui gaya geser maksimum yang terpasang sistem core wall
dan outrigger pada masing-masing pemodelan saat terjadi gempa?
6. Menunjukkan dan membandingkan nilai persentase dari penggunaan
outrigger, terhadap posisi pemasangan dan sambungan yang efektif pada
pemodelan bangunan tersebut sehingga didapat persentase pengurangan story
drift secara lateral akibat dari beban gempa.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis


Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini memberikan manfaat terhadap ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang teknik sipil.
2. Memberikan pemahaman tentang desain penampang kolom baja beton
kompsit tipe CFT dan sambungan outrigger.
3. Mengetahui letak efektif dari pemasangan dan sambungan outrigger pada
bangunan beton setinggi 40 lantai.

5
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran dalam pemecah masalah yang berkaitan dengan bangunan tingkat
tinggi yang berada di zona gempa tinggi.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Menguraikan hal-hal umum mengenai tugas akhir seperti latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, sistematika
pembahasan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab 2 ini berisikan teori-teori, konsep, dan rumus sesuai dengan acuan judul
tugas akhir ini.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Menjelaskan rencana atau prosedur yang dilakukan penulis untuk memperoleh


jawaban yang sesuai dengan kasus permasalahan.

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

Menguraikan hasil pembahasan analisis desain dan kinerja struktur.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan sesuai dengan analisis terhadap penelitian dan beberapa saran
untuk pengembangan lebih lanjut yang lebih baik di masa yang akan datang.

6
Gambar 1.1. Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir

7
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. and Moon, K., Structural Developments in Tall Buildings: Current Trends
and Future Prospects, Invited Review Paper, Architectrual Science Review,
Vol. 50, No. 3, pp. 205-223, 2007.
Andi, D. (2010) Perancanaan Struktur Gedung Apartemen Permata Berlian Jakarta.
Laporan Tugas Akhir. Program Studi Teknik Sipil. Jakarta. UI.
Badan Standarisasi Nasional (2013) Sambungan Terprakualifikasi untuk Rangka
Momen Khusus dan Menengah Baja pada Aplikasi Seismik SNI 7972:2013,
Bandung: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Indonesia (2015) Spesifikasi Untuk Bangunan Baja Struktural


SNI 03-1729-2015, Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Badan Standarisasi Nasional (2012) Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726-2012, Jakarta,
Departemen Pekerjaan Umum.

Badan Standarisasi Nasional (2015) Ketentuan Seismik Untuk Struktur Baja


Bangunan Gedung SNI 7860-2015, Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum.

Budiono, B. dan Supriatna, L. (2011) Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan


Gempa Dengan Menggunakan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012.
Bandung. ITB.

Dewobroto, W. (2016) Struktur Baja Perilaku, Analisis & Desain AISC 2010
Edisi Ke-2. Tangerang: Universitas Pelita Harapan.
Departemen Pekerjaan Umum (1987) Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk
Rumah dan Gedung, Jakarta. Yayasan Badan Penerbit PU.

Gazali, M. dan Iranata, D. (2012) Studu Perbandingan Perilaku Bangunan


Menggunakan SRPM, SRBK, Dan SRBK Menggunakan Outrigger Terhadap
Variasi Tinggi Gedung. Surabaya. Program Studi Teknik Sipil, ITS.

Pawirodikromo, W. (2012) Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan.


Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia
Standar Nasional Indonesia. 2013, Beban Minimum Untuk Perencanaan
Bangunan Gedung Dan Struktur Lain SNI 1727-2013. Jakarta. Departemen
Pekerjaan Umum.

Anda mungkin juga menyukai