DI SUSUN OLEH:
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah sebuah negara dengan aktifitas gempa bumi tektonik yang
tinggi. Dari segi geologi lokasi Indonesia terletak pada 4 lempeng tektonik utama
yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Filipina.
Saat ini, semakin sempitnya lahan di kota-kota besar mengharuskan pola
pembangunan gedung secara vertikal. Pembangunan gedung secara vertikal sangat
rentan terhadap bahaya beban lateral seperti angin dan gempa bumi.
Untuk mengatasi masalah tersebut beberapa elemen dari gedung harus
dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya-gaya lateral (beban
angin dan gempa bumi) yang terjadi. Elemen utama gedung yang harus
direncanakan terhadap pengaruh beban gempa antara lain balok, kolom, dan shear
wall.
Inovasi dalam perencanaan struktur terus menerus dikembangkan dalam
mendesain bangunan tingkat tinggi dengan tujuan dapat menahan beban lateral.
Pembangunan gedung bertingkat tinggi dapat dilakukan jika teknik-teknik
perencanaan pembangunan yang digunakan dapat memaksimalkan kapasitas dari
bahan-bahan struktur tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak
sistem desain dan metode perencanaan yang terus dikembangkan dalam dunia
teknik sipil dan dapat digunakan untuk merencanakan bangunan tingkat tinggi,
salah satunya adalah penerapan dan penggunaan sistem outrigger pada bangunan
tingkat tinggi.
Outrigger adalah komponen dinding yang berfungsi sebagai balok setinggi
satu lantai. Penggunaan outrigger dapat mengurangi momen yang terjadi pada
dinding geser beserta kolom dinding geser. Hal ini mengakibatkan dimensi shear
wall dapat direduksi. Penggunaan outrigger juga dapat menambah kekakuan
struktur gedung. Penambahan kekakuan tersebut dapat mengurangi drift
maksimum struktur dan periode bangunan.
2
Tidak semua tipe ketinggian gedung dapat dikatakan efektif jika
menggunakan outrigger. Variasi tinggi bangunan juga akan menentukan
efektifitas penggunaan sistem outrigger. Pada tiap gedung dengan variasi jumlah
lantai yang berbeda, juga akan berbeda beda penggunaan sistem penahan beban
lateral yang efektif.
Dalam mendesain sebuah penampang dan sambungan outrigger pada
bangunan bertingkat, pertimbangan kekakuan yang menjamin keamanan sudah
pasti harus terpenuhi, tetapi untuk memenuhinya terkadang terhambat karena
adanya keterbatasan dana.
Sistem perkuatan dengan menggunakan outrigger merupakan suatu hal yang
masih jarang dikaji di Indonesia. Untuk itu penulis sangat tertarik pada sistem
outrigger karena merupakan ilmu dalam dunia konstruksi yang harus
dikembangkan dan diterapkan pada bangunan sekarang ini. Di Indonesia sendiri
konsep ini masih sangat jarang diterapkan karena masih kurangnya pemahaman
pada outrigger, padahal sistem ini sangat efektif diterapkan terlebih lagi Indonesia
berada di kawasan yang sering terjadi gempa besar.
Dalam pembahasan tugas akhir ini akan dianalisa desain penampang dan
sambungan outrigger pada bangunan gedung 40 lantai berdasarkan SNI
1726:2012 dan SNI 7860:2015.
1. Berapa dimensi profil kolom baja beton komposit CFT dan outrigger yang
dapat dapat digunakan dalam perencanaan gedung dengan SRPMK dan SCBF
yang dapat menahan beban lateral gempa?
2. Berapa dimensi dan tipikal konfigurasi sambungan balok-kolom, outrigger,
yang digunakan dalam perencanaan ini?
3. Bagaimana perilaku bangunan yang terpasang sistem core wall dan outrigger
pada sisi searah bangunan saat terjadi gempa?
4. Berapakah besar simpangan antar lantai (story drift), kekakuan antar lantai
yang terpasang sistem core wall dan outrigger pada masing-masing
pemodelan?
3
5. Berapakah gaya geser maksimum yang terpasang sistem core wall dan
outrigger pada masing-masing pemodelan saat terjadi gempa?
6. Dimana penempatan outrigger yang paling efektif diantara keempat
pemodelan terhadap struktur bangunan gedung baja dan beton komposit?
4
1.4 Tujuan Penelitian
Dari tugas akhir ini penulis ingin mendapatkan beberapa tujuan akhir,
diantaranya:
1. Untuk mendapatkan profil efektif kolom baja beton komposit CFT dan
outrigger yang memenuhi persyaratan SRPMK dan SCBF gedung tahan
gempa.
2. Untuk mendapatkan dimensi dan tipikal konfigurasi sambungan balok-kolom,
outrigger yang memenuhi syarat dalam perencanaan pemodelan.
3. Untuk mengetahui nilai perioda dari setiap model struktur bangunan gedung
yang mengalami gaya lateral.
4. Untuk mengetahui besar simpangan antar lantai (story drift), kekakuan antar
lantai yang terpasang sistem core wall dan outrigger pada masing-masing
pemodelan.
5. Untuk mengetahui gaya geser maksimum yang terpasang sistem core wall
dan outrigger pada masing-masing pemodelan saat terjadi gempa?
6. Menunjukkan dan membandingkan nilai persentase dari penggunaan
outrigger, terhadap posisi pemasangan dan sambungan yang efektif pada
pemodelan bangunan tersebut sehingga didapat persentase pengurangan story
drift secara lateral akibat dari beban gempa.
5
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran dalam pemecah masalah yang berkaitan dengan bangunan tingkat
tinggi yang berada di zona gempa tinggi.
BAB 1 PENDAHULUAN
Menguraikan hal-hal umum mengenai tugas akhir seperti latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, sistematika
pembahasan.
Pada Bab 2 ini berisikan teori-teori, konsep, dan rumus sesuai dengan acuan judul
tugas akhir ini.
Berisi kesimpulan sesuai dengan analisis terhadap penelitian dan beberapa saran
untuk pengembangan lebih lanjut yang lebih baik di masa yang akan datang.
6
Gambar 1.1. Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir
7
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. and Moon, K., Structural Developments in Tall Buildings: Current Trends
and Future Prospects, Invited Review Paper, Architectrual Science Review,
Vol. 50, No. 3, pp. 205-223, 2007.
Andi, D. (2010) Perancanaan Struktur Gedung Apartemen Permata Berlian Jakarta.
Laporan Tugas Akhir. Program Studi Teknik Sipil. Jakarta. UI.
Badan Standarisasi Nasional (2013) Sambungan Terprakualifikasi untuk Rangka
Momen Khusus dan Menengah Baja pada Aplikasi Seismik SNI 7972:2013,
Bandung: Badan Standarisasi Nasional.
Dewobroto, W. (2016) Struktur Baja Perilaku, Analisis & Desain AISC 2010
Edisi Ke-2. Tangerang: Universitas Pelita Harapan.
Departemen Pekerjaan Umum (1987) Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk
Rumah dan Gedung, Jakarta. Yayasan Badan Penerbit PU.