Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT DENGAN HIPLOGIKEMIA DIRUANG IGD


RSUD BAGAS WARAS KLATEN

DISUSUN OLEH :

FREDERIKUS SAVERIUS N
MARIA YASINTA MOI
ROSADALIMA BABO
WINDA SITI JULIANI
ROVA LEODRI P

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA 2017
LAPORAN PENDAHULAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
HIPOGLIKEMIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Menurut Tandra (2007), hipoglikemia adalah kadar glukosa darah
yang terlalu rendah sampai dibawah 60 mg/dl. Keadaan ini bisa menjadi
gawat darurat dan memerlukan pertolongan segera.
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa
darah <60 mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia
merupakan kadar glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl
(McNaughton,2011)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik
dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan
gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
(Nabyl, 2009).

2. Klasifikasi
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala Triad Whipple. Triad Whipple
meliputi:
1) Keluhan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala
otonom seperti berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
2) Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L). Gejala
neuroglikopenik seperti bingung, mengantuk, sulit berbicara,
inkoordinasi, perilaku berbeda, gangguan visual, parestesi, mual
sakit kepala.
3) Hilangnya dengan cepat keluhan sesudah kelainan biokimia
dikoreksi.
Hipoglikemia juga dapat dibedakan menjadi:
1) True hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu <
60 mg/dl
2) Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu
< 30 mg/dl
3) Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya
naik, kemudian diberi obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda
hipoglikemia namun kadar glukosa darah normal.
4) Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam
sesudah makan. Biasanya merupakan tanda prediabetik atau terjadi
pada anggota keluarga yang terkena diabetes melitus.

3. Etiologi
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat
yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya,
terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum
disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar
gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin
suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah
sendiri.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum
makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan
yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa
darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka
dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar
glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja
secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda
meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun
pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat
dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik
kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan
penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu
ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung
beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum
glukosa yang baru menggantikannya.
i. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah.
Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi
terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi
dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa
baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia
lagi.

4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
a. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar,
lapar, cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.
b. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan
sikap perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang,
penurunan terhadap stimulus bahaya
5. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu
hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.
Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan
sistem saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola
bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011)
hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan
otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma
sampai kematian.

6. Patofisiologi
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin
relative ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis
yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis
dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada
penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II.
Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada
untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf
pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk
otak. Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya
menyimpan cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah
yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat
tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan
glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi
penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplai
glukosa ke otak dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplai
oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah
(Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL.
Penurunan konsentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh,
yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan
turunnya konsentrasi glukosa darah, peningkatan konsentrasi glucagon
dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa
darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala- gejala neurologic
(autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di
bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan
mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan
mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007).
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system
hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta
penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan
utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi
glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal,
hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini,
glucagon yang diproduksi oleh sel pankreas berperan penting
sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia. Selanjutnya
epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan juga berperan
meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.
Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi pada
kejadian hipoglikemia akut. Glukagon hanya bekerja dalam hati.
Glukagon mulamula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian
glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan
ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi
penurunan perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga
merangsang lipolisis di jaringan lemak serta proteolisis di otot yang
biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral dingin, klien
pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena
rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke
jaringan menurun sehingga masalah keperawatan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dapat muncul (Carpenito, 2007).
7. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada
keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati
dengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung
glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam
Setyohadi (2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat
diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 - 2 sendok makan).
Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain
(Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan
darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi
50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa,
sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk
hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan
secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas
profesional, glucagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau
intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih.
Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan
yang dapat dilakukan secara darurat.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan
bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada
obstruksi, lakukan :
o Chin lift/ Jaw thrust
o Suction
o Guedel Airway
o Instubasi Trakea
2) Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
o Beri oksigen
o Posisikan semi Flower
3) Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
o Cek capillary refill
o Pemberian infus
o Auskultasi adanya suara nafas tambahan
o Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
o Cek Frekuensi Pernafasan
o Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
o Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4) Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar,
hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula
tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler,
esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera
berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.
b. Pengkajian Sekunder
Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai
keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
b. Riwayat :
o ANC
o Perinatal
o Post natal
o Imunisasi
o Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
o Pemakaian parenteral nutrition
o Sepsis
o Enteral feeding
o Pemakaian Corticosteroid therapi
o Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
o Kanker
c. Pengkajian head to too
a) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi, hipertensi, aritmia,
e) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
f) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
g) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
h) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
2. Diagnosa keperawatan

3. Rencana Keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC


Eko, Wahyu. 2012. Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia. diakses
tanggal 23 Oktober 2017. Jam 19.30. http://www.kpindo.com/artikel
Hans, Tandra. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta : Gramedia
Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental
Practice. Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute
Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai