Anda di halaman 1dari 5

Bagaimana proses konfergensi di Indonesia

Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang
memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan telah
disesuaikan untuk digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini
dikarenakan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masing-masing negara
tersebut. Adanya tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi akuntansi di
setiap negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi Internasional yang lebih dikenal
dengan IFRS (International Financial Reporting Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan
proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.

International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan pedoman penyusunan


laporaan keuangan yang diterima secara global. Standar Akuntansi Internasional (International
Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar
Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).Sejarah terbentuknya pun cukup
panjang dari terbentuknya IASC/ IAFC, IASB, hingga menjadi IFRS seperti sekarang ini. Jika
sebuah negara menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan
keuangan yang berlaku secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang
laporan keuangan perusahaan di negara tersebut berasal. Indonesia pun akan mengadopsi IFRS
secara penuh pada 2012 nanti, seperti yang dilansir IAI pada peringatan HUT nya yang ke 51.

Dengan mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi penuh
IFRS diharapkan memberikan manfaat :
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK yang dikenal
secara internasional
2. Meningkatkan arus investasi global
3. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan efisiensi penyusunan
laporan keuangan

Pengadopsian IFRS juga berlaku di Indonesia. Pengadopsian ini berlaku secara penuh
pada tahun 2012 seperti yang dilansir oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) . Dengan mengadopsi
IFRS, perusahaan-perusahaan di Indonesia diharapka dapat meningkatkan daya informasi dari
laporan keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah
Indonesia sebagai anggota G20 forum.

Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M


Kurniawan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus,
yaitu:
1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
2. Mengurangi biaya SAK.
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan transparansi keuangan.
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Indonesia sendiri memiliki tiga pilar standar akuntansi, yaitu Standar Akuntansi
Indonesia, SAK-ETAP, dan Standar Akuntansi Syariah. IFRS hanya diadopsi untuk standar
akuntansi keuangan. IFRS memiliki karakteristik, diantaranya:
IFRS menggunakan Principles Base sehingga lebih menekankan pada intepreatasi dan
aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.
Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi
akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
Membutuhkan proffesional judgment pada penerapan standar akuntansi.
Menggunakan fair value dalam penilaian
Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak

Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia
melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi
laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah
dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca
atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang
strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa
melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara -negara maju. Sedangkan
pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh
negara negara berkembang seperti Indonesia.

Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:


1. Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan
infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK
berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif.

Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of Accountant) yang


harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), salah satunya adalah dengan
menggunakan IFRS sebagai accounting standard. Konvergensi IFRS adalah salah satu
kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum.
Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November 2008,
prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan adalah:
1. Strengthening Transparency and Accountability
2. Enhancing Sound Regulation
3. Promoting Integrity in Financial Markets
4. Reinforcing International Cooperation
5. Reforming International Financial Institutions
Di indoesia PSAK akan dikonvergensi secara penuh ke dalam IFRS melalui tiga tahapan,
yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir, dan tahap implementasi. Roadmap konvergensi IFRS
dapat dilihat sebagai berikut :
Tahap adopsi dilakukan pada periode 2008-2011 meliputi aktivitas adopsi seluruh IFRS ke
PSAK, persiapan infrastruktur, evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Untuk perkembangan
konvergensi IFRS selama tahun 2009-2010 adalah sebagai berikut :
Jumlah PSAK yang telah disahkan dari Juni 2009Juni 2010 berjumlah 15 buah, semuanya
berlaku 2011 kecuali PSAK 10 berlaku 2012 namun penerapan dini diijinkan
Bila asumsi ED PSAK 3 dan ED ISAK 17 disahkah dalam waktu dekat, maka jumlah PSAK
yang akan berlaku efektif 2012 adalah 15 buah dan ISAK 7 buah.
Jumlah PSAK yang belum disahkan dan akan berlaku 2012 sampai dengan Juni 2010 dan
ISAK adalah 5 buah
Jumlah PSAK yang masih Non Comparable dengan IFRS adalah 8 buah
Jumlah PSAK yang telah dicabut dgn PPSAK dan pencabutan berlaku sejak 2010 adalah 9
PSAK dan 1 Interpretasi . Beberapa PSAK juga telah dicabut dgn bersamaan dgn berlakunya
PSAK baru sehingga total PSAK yang dicabut adalah 16 PSAK.
PSAK disahkan 23 Desember 2009
1. PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAK 2 (revisi 2009): Laporan Arus Kas
3. PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri
4. PSAK 5 (revisi 2009): Segmen Operasi
5. PSAK 12 (revisi 2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
6. PSAK 15 (revisi 2009): Investasi Pada Entitas Asosiasi
7. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
8. PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset
9. PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
10. PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan
Interpretasi disahkan 23 Desember 2009:
1. ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
2. ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa
3. ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan
4. ISAK 11: Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik
5. ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer
PSAK disahkan sepanjang 2009 yang berlaku efektif tahun 2010:
1. PPSAK 1: Pencabutan PSAK 32: Akuntansi Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi Pendapatan Jasa
Telekomunikasi, dan PSAK 37: Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol
2. PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK 43: Akuntansi Anjak Piutang
3. PPSAK 3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang bermasalah
4. PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31 (revisi 2000): Akuntansi Perbankan, PSAK 42: Akuntansi
Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana
5. PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06: Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK No. 55 (1999)
tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak dalam Mata Uang Asing
PSAK yang disahkan 19 Februari 2010:
1. PSAK 19 (2010): Aset tidak berwujud
2. PSAK 14 (2010): Biaya Situs Web
3. PSAK 23 (2010): Pendapatan
4. PSAK 7 (2010): Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Berelasi
5. PSAK 22 (2010): Kombinasi Bisnis (disahkan 3 Maret 2010)
6. PSAK 10 (2010): Transaksi Mata Uang Asing (disahkan 23 Maret 2010
7. ISAK 13 (2010): Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
Exposure Draft Public Hearing 27 April 2010
1. ED PSAK 24 (2010): Imbalan Kerja
2. ED PSAK 18 (2010): Program Manfaat Purnakarya
3. ED ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa (IFRIC 12)
4. ED ISAK 15: Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya.
5. ED PSAK 3: Laporan Keuangan Interim
6. ED ISAK 17: Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai
Exposure Draft PSAK Public Hearing 14 Juli 2010
1. ED PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan
2. ED PSAK 50 (R 2010): Instrumen Keuangan: Penyajian
3. ED PSAK 8 (R 2010): Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
4. ED PSAK 53 (R 2010): Pembayaran Berbasis Saham
Exposure Draft PSAK Public Hearing 30 Agustus 2010
1. ED PSAK 46 (Revisi 2010) Pajak Pendapatan
2. ED PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah Dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
3. ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
4. ED ISAK 18: Bantuan Pemerintah-Tidak Ada Relasi Specifik dengan Aktivitas Operasi
5. ED ISAK 20: Pajak Penghasilan-Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang
Sahamnya.

Salah satu peluang Indonesia dengan mengadopsi IFRS adalah menarik investasi global.
Investasi merupakan elemen yang penting dalam kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Dalam
era globalisasi, investasi antar negara menjadi sangat mungkin dilakukan. Hal ini merupakan
peluang bagi perusahaan-perusahaan Indonesia.

Proses keputusan investasi merupakan proses pengambilan keputusan yang


berkesinambungan. Proses tersebut terdiri dari empat tahap keputusan yang berjalan terus
menerus hingga tercapai keputusan investasi yang terbaik.
1. tahap penentuan tujuan investasi yang disesuaikan dengan masing-masing investor.
2. tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi. Tahap ini terdiri atas
pendistribusian dana yang dimiliki.
3. tahap pemilihan strategi portofolio, antara strategi aktif (peramalan dan pencarian kombinasi
portofolio yang baik) dan pasif (mengikuti pasar).
4. tahap pemilihan aset yang dimaksudkan dalam portofolio. Kelima, tahap pengukuran dan
evaluasi kinerja portofolio.
Tahapan yang dilalui oleh calon investor dalam melakukan investasinya tentunya
dilakukan dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan karena dari laporan keuangan
tersebut seluruh kegiatan perusahaan dan prospek perusahaan tersebut dapat terlihat.
Namun, kualitas laporan keuangan tentunya sangat dipengaruhi oleh standar akuntansi
yang digunakan dalam menyusun laporan tersebut. Standar akuntansi yang berkualitas terdiri
dari prinsip-prinsip komprehensif yang netral, konsisten, sebanding, relevan, dan dapat
diandalkan yang berguna bagi investor, kreditor dan pihak lain untuk membuat keputusan alokasi
modal (SEC, 2000, dalam Roberts, et al. 2005). Untuk menghadapi investor dari berbagai
negara, sebuah perusahaan akan mendapat keuntungan jika menggunakan standar yang
digunakan secara umum dan diterima secara global, yaitu IFRS.
Pengadopsian penuh IFRS di Indonesia akan berimbas pada peningkatan transparansi dan
akuntabilitas dunia bisnis. Dengan keterbukaan informasi yang lebih baik, Indonesia dapat
meningkatkan kepercayaan pasar internasional sehingga meningkatkan jumlah investor.
Namun adopsi ini harus didukung dengan kesiapan berbagai profesi penunjang seperti
notaris, aktuaris, penilai, dan akuntan publik. Dengan bantuan seluruh stakeholders, industri
Indonesia dapat berdiri sejajar dengan dunia internasional.
Adopsi penuh terhadap IFRS memiliki setidaknya dua pengaruh terhadap keputusan
investasi calon investor. Pertama, dengan menggunakan IFRS maka laporan keuangan akan lebih
mudah diinterpretasikan karena menggunakan bahasa yang secara global
digunakan. Kedua, IFRS dapat meningkatkan kepercayaan calon investor karena laporan
keuangan disusun dengan menggunakan standar internasional.

Anda mungkin juga menyukai