Anda di halaman 1dari 17

PENGUAT INVERTING

A. TUJUAN
1. Dapat membuat rangkaian penguat inverting dengan benar
2. Mengetahui cara kerja penguat inverting
3. Dapat menggambar sinyal output dari penguat inverting

B. DASAR TEORI
Rangkaian penguat dengan inverting maksudnya adalah inverting
(terminal negative) diberi sinyal input, sedangkan non-inverting (terminal
positive) dihubungkan dengan ground seperti yang terdapat pada gambar dibawah
ini :

Keterangan :
Vin : Tegangan input
R1 : Tahanan input
Rf : Tahanan feedback
I1 : Arus input
AMP : Amplifier
Vf : Tegangan diferensial
Vo : Tegangan output
Berarti dari persamaan tadi, dapat dijabarkan menjadi :

= Sebab I1 = If atau

Karena A = maka;

Jadi jelas persamaan di atas bahwa penguatannya ditentukan oleh besarnya


tahanan R1 dan Rf, namun untuk parameter penguat operasional tahanan feedback
tetap tidak ada pengaruhnya sebab tidak ada arus mengalir melalui terminal
negatif tersebut melainkan terus menerus.

Maka itu :
I1 = If (Arus input)
Z1 = R1 (Impedansi input)
Sehingga penguat operasional dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan
berdasarkan pilihan Rin dan Rf.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Multimeter metrowatt 1 buah
2. Osiloskop 1 buah
3. Pascal 1 buah
4. Function Generator 1 buah
5. Resistor : 1 K 2 buah
2,2 K 1 buah
3,3 K 1 buah
4,7 K 1 buah
5,6 K 1 buah
6. Protoboard 1 buah
7. Jumper 1 set
8. Kabel penghubung 1 buah

Seperti sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa penguat operasional mempunyai


penguat tak terhingga, sehingga berlaku rumus :

A = Vo : Vs atau ;

Vs = menjadi ;

Vs = = 0 (nol)

Jadi jelas pada penguat operasional, tegangan diferensialnya adalah nol (Vs = 0)
dan juga Is = 0. Selain itu juga, karena tidak ada selisih antara terminal negative
(-) dan terminal positif (+) sehingga mengakibatkan nilai Vs = 0. Dilihat dari
gambar 2.1, karena Vs = 0 maka tegangan input (Vin) memberikan arus pada R
dan Rf yang sama besarnya yaitu I1 dan If, oleh karena itu berlaku rumus-rumus
hukum ohm, bahwa :

I1 =

Dimana :
I1 : arus input penguat operasional (A)
V1 : tegangan input penguat operasional (V)
R1 : tahanan input (impedansi input) dalam ohm ()

Karena tahanan feedback (Rf) sejajar dengan AMP, maka tegangan output (Vo)
sama dengan tegangan yang terdapat pada Rf, yaitu :
-Vo = If.Rf

I=

Dimana :
Vo : Tegangan output (V)
I1 : Arus feedback (A)
Rf : Tahanan feedback ()

D. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN

E. LANGKAH PERCOBAAN

1. Buat rangkaian percobaan pada gambar 2.2.


2. Set Vcc = 15 V, Vee = -15 V, Rin = 1K, dengan Rf = 2K2, 3K3,
4K7, 5K6 dan Vin = 2V, 3V, 4V, dan 5V. Catat hasilnya pada tabel 1
dan gambar pada kertas grafik.
3. Ganti penguat dengan input AC yang langsung diberikan pada R1 input.
4. Ulangi langkah 2.
5. Catat hasilnya pada tabel 2 dan gambarkan outputnya pada kertas grafik.
6. Untuk gambar 2.3 input sinyal AC diberikan V1 = 1 Vpp dan V2 = 1 Vpp.
7. Ganti harga resistor R2 = 2K2, 4K7, 5K6.
8. Tahanan Rf dan R1 = 1K.
9. Catat pada tabel 3 dan gambar output pada kertas grafik.

F. KESELAMATAN KERJA

1. Sebelum melakukan praktik, pastikan semua alat yang digunakan dalam


keadaan baik dan benar.
2. Sebelum memasukkan tegangan input kedalam rangkaian, kebenaran
rangkaian harus sesuai dengan yang kita butuhkan, jangan melebihi batas
yang dibutuhkan.
3. Pada saat mengukur dan memasukkan tegangan sumber pada pascal harus
sesuai dengan yang kita butuhkan.
4. Pergunakan semua alat-alat yang ada pada laboratorium pengolahan sinyal
dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan fungsinya.
5. Apabila praktik telah selesai, matikan semua alat yang telah digunakan dan
pastikan semuanya kembali seperti semula.

G. DATA PERCOBAAN
Tabel 1 Input Sinyal DC

Resistor () Tegangan (V) V/Div AV


Rf R1 Vin Vo

2K2 1K 1 -2,2 1 -2,2


3K3 1K 1 -3,6 1 -3,6
4K7 1K 1 -5 2 -5
5K6 1K 1 -6 2 -6
2K2 1K 2 -4,2 2 -2,1
3K3 1K 2 -7 2 -3,5
4K7 1K 2 -10 5 -5
5K6 1K 2 -12 5 -6
2K2 1K 3 -7 2 -2,3
3K3 1K 3 -10 5 -3,3
4K7 1K 3 -14 5 -4,6
5K6 1K 3 -14,5 5 -4,8
2K2 1K 4 -9 5 -2,25
3K3 1K 4 -13 5 -3,25
4K7 1K 4 -13,5 5 -3,375
5K6 1K 4 -14 5 -3,5
2K2 1K 5 -11 5 -2,2
3K3 1K 5 -13 5 -2,6
4K7 1K 5 -13,5 5 -2,7
5K6 1K 5 -13,5 5 -2,7

Tabel 2 input sinyal AC

Resistor () Tegangan (V) V/Div AV


Rf R1 Vin Vo

2K2 1K 1 2 1 2
3K3 1K 1 2,6 1 2,6
4K7 1K 1 4 1 4
5K6 1K 1 4,4 1 4,4
2K2 1K 2 3,4 1 1,7
3K3 1K 2 5,2 1 2,6
4K7 1K 2 7,2 2 3,6
5K6 1K 2 8,8 2 4,4
2K2 1K 3 4 1 1,3
3K3 1K 3 6 1 2
4K7 1K 3 8,4 2 2,8
5K6 1K 3 9,2 2 3,06
2K2 1K 4 5,6 1 1,4
3K3 1K 4 8 2 2
4K7 1K 4 12 2 3
5K6 1K 4 14 5 3,5
2K2 1K 5 8 2 1,6
3K3 1K 5 12 5 2,4
4K7 1K 5 18 5 3,6
5K6 1K 5 20 5 4
Tabel 3 Input Sinyal AC dengan Dua Input

Tegangan Tegangan
Resistor () Input Output
(V)/(Vpp) (V) V/Div
Rf R1 R2 V1 V2 V0

1K 1K 2K2 1 1 0,8 0,5


1K 1K 4K7 1 1 0,8 0,5
1K 1K 5K6 1 1 0,6 0,5
1K 1K 2K2 1 2 1 0,5
1K 1K 4K7 1 2 0,9 0,5
1K 1K 5K6 1 2 0,8 0,5
1K 1K 2K2 1 3 1 1
1K 1K 4K7 1 3 0,8 1
1K 1K 5K6 1 3 0,8 1
H. TUGAS

Dari data hasil percobaan tersebut buat/gambarkan bentuk sinyal input dan
sinyal output dalam kertas grafik dan bandingkan data hasil pengukuran tersebut
dengan data pehitungan secara teoritis dan buat analisis data, lalu tarik kesimpulan
apa yang anda dapat simpulkan dari kedua data tersebut.
I. PERHITUNGAN SECARA TEORI

Tabel 1 Input Sinyal DC


1. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin
= - 1.(2,2/1) = -2,2/1
= -2,2 V = - 2,2

2. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 1.(3,3/1) = -3,3/1
= -3,3 V = -3,3

3. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 1.(4,7/1) = -4,7/1
= -4,7 V = -4,7

4. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -1.(5,6/1) = -5,6/1
= -5,6 V = -5,6

5. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -2.(2,2/1) = -4,6/2
= -4,6 = -2,3

6. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -2.(3,3/1) = -6,6/2
= -6,6 = -3,3

7. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -2.(4,7/1) = -9,2/2
=-9,2 V = -4,6
8. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin
= - 2.(5,6/1) = -11,2/2
= -11,2 V = -5,6

9. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 3.(2,2/1) = -6,6/3
= -6,6 V = -2,2

10. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 3.(3,3/1) = -9,9/3
= -9,9 V = -3,3

11. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 3.(4,7/1) = -14,1/3
= -14,1 V = -4,7

12. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 3.(5,6/1) = -16,8/3
= -16,8 V = -5,6

13. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 4.(2,2/1) = -8,8/4
= -8,8 V = -2,2

14. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 4.(3,3/1) = -13,2/4
= -13,2 V = -3,3

15. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -4.(4,7/1) = -18,8/4
= -18,8 V = -4,7
16. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin
= -4.(5,6/1) = -22,4/4
= -22,4 V = -5,6

17. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 5.(2,2/1) = -11/5
= -11 V = -2,2

18. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 5.(3,3/1) = -16,5/5
= -16,5 V = -3,3

19. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 5.(4,7/1) = -23,5/5
= -23,5 V = -4,7

20. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 5.(5,6/1) = -28/5
= -28 V = -5,6

Tabel 2 Input Sinyal AC


1. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin
= - 1.(2,2/1) = -2,2/1
= -2,2 V = - 2,2

2. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 1.(3,3/1) = -3,3/1
= -3,3 V = -3,3
3. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin
= - 1.(4,7/1) = -4,7/1
= -4,7 V = -4,7

4. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -1.(5,6/1) = -5,6/1
= -5,6 V = -5,6

5. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -2.(2,2/1) = -4,6/2
= -4,6 = -2,3

6. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -2.(3,3/1) = -6,6/2
= -6,6 = -3,3

7. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -2.(4,7/1) = -9,2/2
=-9,2 V = -4,6

8. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 2.(5,6/1) = -11,2/2
= -11,2 V = -5,6

9. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 3.(2,2/1) = -6,6/3
= -6,6 V = -2,2

10. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 3.(3,3/1) = -9,9/3
= -9,9 V = -3,3
11. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin
= - 3.(4,7/1) = -14,1/3
= -14,1 V = -4,7

12. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 3.(5,6/1) = -16,8/3
= -16,8 V = -5,6

13. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 4.(2,2/1) = -8,8/4
= -8,8 V = -2,2

14. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 4.(3,3/1) = -13,2/4
= -13,2 V = -3,3

15. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= -4.(4,7/1) = -18,8/4
= -18,8 V = -4,7
16. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin
= -4.(5,6/1) = -22,4/4
= -22,4 V = -5,6

17. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 5.(2,2/1) = -11/5
= -11 V = -2,2

18. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 5.(3,3/1) = -16,5/5
= -16,5 V = -3,3
19. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin
= - 5.(4,7/1) = -23,5/5
= -23,5 V = -4,7

20. Vout = - Vin.(Rf/R1) AV = Vo/Vin


= - 5.(5,6/1) = -28/5
= -28 V = -5,6
J. ANALISA DATA

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan yang berjudul


Penguat Inverting maka beberapa analisa dari kami bahwa pada penguat inverting
ini berbeda dengan praktikum pada minggu sebelumnya yang berjudul penguat
non inverting. Inverting disini adalah dimaksudkan sebagai pembalik atau dengan
nama lain inverting yaitu apabila (terminal negative) diberi sinyal input,
sedangkan non-inverting (terminal positive) dihubungkan dengan ground seperti
terlihat pada gambar di dasar teori. Rangkaian penguat ini menghasilkan output
yang berlawanan dengan input masukan pada rangkaian yaitu bernilai negative
seperti pada praktikum input sinyal DC yang menggunakan IC operasional
amplifier/IC OP AMP 741. Untuk praktikum kali ini alat yang kita butuhkan
adalah Pascal; Resistor 1K ,2K2, 3K3, 4K7, dan 5K6; Osiloskop; Probe; Function
generator; dan Kabel banana. Untuk percobaan tabel pertama ini kita
menggunakan gambar rangkaian percobaan gambar 2.2, dengan satu masukan
pada rangkaian ini kita menggunakan R1 dan Rf sebagai faktor pengubah nilai
keluaran yang dihasilkan. Dengan mengubah nilai Rf maka nilai tegangan
keluaran pun akan berbeda setiap perubahan Rf oleh karena Rumus Vout = Vin.
[Rf/R1]. Rumus ini didapatkan dari penurunan rumus Vo/V1 = Rf/R1. Untuk Rf
dan R1 berurutan 2K2 dan 1K nilai Vin = 1volt dihasilkan tegangan keluaran yang
bernilai -2,2 volt. Dan untuk hasil keluaran selanjutnya mengikuti rumus diatas
dan sesuai pada nilai Rf, R1, dan Vin pada tabel masing-masing. Data pengukuran
pada tabel pertama ini menghasilkan keluaran yang bernilai negatif. Sebagian
besar data praktikum yang dihasilkan sama dengan teori perhitungan namun
terdapat sedikit perbedaan berkisar antara 0 sampai 0,5 V, hal ini dikarenakan
pengukuran pada osiloskop mempunyai tingkat keakuratan yang sedikit berbeda
dengan teori namun masih masuk dalam batas toleransi. Untuk nilai pada teori
yang menghasilkan keluaran paling tinggi yaitu 28 V pada nilai resistor Rf dan R1
masing-masing 5K6 dan 1K serta inputnya 5 V berbeda sangat jauh dengan hasil
praktikum yang hanya menghasilkan output keluaran yang bernilai -13,5 V. Hal
ini diperkirakan bahwa input pada pascal dan pada IC OP AMP yang kisaran
tertingginya adalah +15 V dan -15 V sehingga nilai keluarannya tidak melebihi
kisaran tersebut.
Untuk percobaan tabel kedua kita menggunakan gambar rangkaian
percobaan gambar 2.2, dengan satu masukan, sama seperti percobaan yang
pertama namun hanya berbeda pada masukan yang memerlukan bantuan Function
generator sebagai sumber sinyal AC.
Untuk percobaan tabel ketiga kita menggunakan gambar rangkaian
percobaan gambar 2.3, dengan dua masukan. Dengan kata lain kita menggunakan
2 Function generator. Pada praktikum ini kita menggunakan 3 buah Resistor yang
nilainya 1K, 2K2, 3K3, 4K7, dan 5K6 sesuai pada tabel. Sehingga nilai keluaran
pada tampilan Osiloskop menghasilkan 2 gambar yang bernilai sefasa. Untuk
praktikum ini nilai dari kedua gelombang relatif sama hanya terdapat perbedaan
yang relatif kecil berkisar antara 0 0,6 V. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat
pada gambar dari tugas H diatas.
K. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah kami lakukan kami dapat
menyimpulkan bahwa pada percobaan pertama dan kedua yang menggunakan
tabel rangkaian 2.2 dengan satu masukan didapatkan nilai yang relatif sama
dengan perhitungan secara teori, namun terdapat sedikit perbedaan yang masih
dalam batas toleransi pada percobaan dan perhitungan teori. Hal ini diakibatkan
karena beberapa faktor. Yang pertama adalah faktor keakuratan Osiloskop, kedua
faktor penglihatan seseorang yang berbeda sehingga mempengaruhi dalam
pengambilan nilai pada tampilan Osiloskop, ketiga faktor nilai Pascal yang hanya
berkisar pada +15 V dan 15 V sehingga nilai pada percobaan tidak melebihi
batas kisaran tersebut. Oleh karena itu nilai paling tinggi pada teori perhitungan
berbeda cukup jauh dengan hasil percobaan tertinggi pada percobaan ini
Untuk percobaan ketiga yang menggunakan tabel rangkaian 2.3 dengan
dua masukan akan didapatkan dua gambar gelombang yang bernilai satu fasa serta
didapatkan nilai yang relatif sama pada gambar gelombang pertama dan kedua.
Untuk itu pada ketiga percobaan tabel 2.2 dan 2.3 ini yang berjudul
penguat inverting menggunakan IC OP AMP 741 ini dapat disimpulkan bahwa
penguat inverting disini dapat diartikan nilai dari keluaran yang dihasilkan
terbalik dengan masukannya. Dengan kata lain apabila masukannya bernilai
positif (+) maka nilai keluaranya akan bernilai negatif (-).

Anda mungkin juga menyukai