PENDAHULUAN
1
pembelajaran matematika memiliki peran penting yang akan dijadikan
sebagai cerminan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan
sebelumnya agar nantinya perencanaan maupun proses pembelajaran dapat
dijalankan lebih baik lagi demi mencapai tujuan intruksional pendidikan.
Sebagai calon pendidik, tentunya harus dapat membuat suatu alat
evaluasi. Alat evaluasi dapat dibuat dalam bentuk tes yang diuji cobakan dan
akhirnya hasil tes uji coba tersebut diolah atau dianalisis. Evaluasi tes
bertujuan untuk mengetahui kualitas butir tes, agar berkualitas baik, sebelum
digunakan butir-butir tes dianalisis terlebih dahulu . Menurut Arikunto
(2008), sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur
harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki validitas, reliabilitas,
okjektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. Soal sebagai alat ukur hasil belajar
siswa hendaknya sesuai dengan standar tersebut. Namun, dalam kenyataannya
sedikit dari guru yang melakukan analisis awal untuk mengetahui kualitas
soal ujian/tes. Padahal, soal ujian merupakan instrumen bagi seorang guru
untuk mengetahui hasil belajar siswanya. Jika hasil belajar siswa rendah
maka seorang guru harus mampu menganalisis bagian mana dari rencana
pembelajarannya yang masih memerlukan perbaikan, termasuk instrumen
penilaian. Analisis soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi atau
tidaknya suatu soal. Analisis soal dilakukan melalui dua cara, yaitu
analisis kualitatif (validitas logis) dan analisis kuantitatif (validitas empiris).
Analisis kualitatif dapat dilakukan sebelum soal diujikan sedangkan
analisis kuantitatif dilakukan sesudah soal diujikan pada sampel yang
representative. Analisis kuantitatif adalah penelaahan butir soal
berdasarkan pada karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh
secara empiris. Karakteristik internal yang dimaksud meliputi parameter
soal, tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas butir dan reliabilitas.
Dalam makalah ini penulis memfokuskan untuk membahas mengenai
analisis kuantitatif yaitu daya pembeda, indeks kesukaran dan efektifitas
option.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun permasalahan yang diangkat
dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari daya pembeda?
2. Bagaimanakah cara menentukan nilai dari daya peembeda?
3. Apakah pengertian dari indeks kesukaran?
4. Bagaimanakah cara menentukan nilai dari indeks kesukaran?
5. Apakah pengertian dari efektivitas option?
6. Bagaimanakah kriteria option yang efektif ?
1.3 Tujuaan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari daya pembeda
2. Untuk mengetahui cara menentukan nilai dari daya pembeda
3. Untuk mengetahui pengertian dari indeks kesukaran
4. Untuk mengetahui cara menentukan nilai dari indeks kesukaran
5. Untuk mengetahui pengertian dari efektivitas option
6. Untuk mengetahui kriteria option yang efektif
1.4 Mamfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1) Bagi Penulis
Manfaat yang diperoleh penulis dari adanya makalah ini berupa
manfaat akademis yakni penulis dapat meningkatkan kemampuan
pengumpulan informasi kemudian merumuskannya dalam bentuk
makalah yang selanjutnya makalah ini dapat dijadikan sebagai materi
penunjang atau referensi untuk menambah wawasan mengenai mata kuliah
evaluasi proses dan hasil belajar khususnya materi daya
pembeda,indeks kesukaran dan efektivitas option.
2) Bagi Pembaca
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan memiliki
pengetahuan lebih mengenai analisis butir soal khususnya tentang
3
daya pembeda, indeks kesukaran dan efektivitas option yang sangat
berguna dalam evaluasi pembelajaran khususnya bagi pembaca yang
menekuni profesi kependidikan. Selain itu, makalah ini juga dapat
dijadikan referensi untuk makalah lainnya yang sejenis.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menganalisis daya pembeda butir soal merupakan salah satu hal yang
dilakukan terkait dengan analisis butir soal. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai daya pembeda soal yang meliputi pengertian daya pembeda,
menentukan daya pembeda butir soal pilihan ganda dan menentukan daya
pembeda butir soal uraian.
Ada butir soal yang memiliki ciri-ciri dapat dijawab dengan betul oleh
kebanyakan responden berkemampuan tinggi, atau tidak dapat dijawab
dengan betul oleh kebanyakan responden dengan kemampuan rendah. Butir
soal yang seperti itu memiliki daya untuk membedakan responden
berdasarkan kemampuan mereka. Dan butir soal yang seperti itu memiliki
parameter yang disebut dengan daya pembeda. Seperti yang telah dijelaskan
daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah.
Suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara tiga
kelompok siswa dalam suatu kelas yaitu siswa yang pandai, rata-rata, dan
yang berkemampuan rendah, sehingga hasil evaluasinya baik semua atau
sebaliknya, juga tidak sebagian besar baik atau sebaliknya sebagian besar
buruk, tetapi haruslah berdistribusi normal. Ada siswa yang mewakili
mendapatkan nilai baik dan siswa yang mewakili mendapatkan nilai buruk
meskipun sedikit, namun bagian terbesar, siswa berada pada nilai yang
cukup. Idealnya adalah seperti gambar di bawah ini.
5
Banyak testee Banyak testee Banyak testee
yang yang yang
mendaoat nilai mendaoat nilai mendaoat nilai
baik cukup kurang
6
dasarnya dihitung atas dasar pembagian testee ke dalam dua kelompok yaitu
kelompok atas (the higher group) dan kelompok bawah (the lower group).
Kelompok atas (the higher group) adalah kelompok testee yang tergolong
memiliki kemampuan tinggi sedangkan kelompok bawah (the lower group)
yaitu kelompok testee yang tergolong memiliki kemampuan rendah.
Adapun cara untuk menentukan dua kelompok tersebut biasanya
dengan cara bervariasi, misalnya dengan mengambil 20% dari testee yang
termasuk dalam kelompok atas dan 20% lainnya diambil dari testee yang
termasuk dalam kelompok bawah; dapat juga menggunakan median
sehingga pembagian menjadi dua kelompok terdiri atas 50% testee
kelompok atas dan 50% testee kelompok bawah, dapat juga menggunakan
angka presentase lainnya. Namun pada umumnya para pakar di bidang
evaluasi pendidikan lebih banyak menggunakan presentase sebesar 27% dari
testee dalam kelompok atas dan 27% lainnya diambil dari testee kelompok
bawah telah menunjukkan kesensitifannya atau dengan kata lain cukup dapat
diandalkan.
Besar indeks diskriminasi suatu item akan berkisar antara -1,00 sampai
dengan 1,00. Indeks diskriminasi makin mendekati 1,00 berarti daya
pembeda soal tersebut makin baik, sebaliknya jika makin mendekati 0,00
berarti daya pembeda soal tersebut makin buruk/tidak memiliki daya
pembeda dan tidak ada perbedaan jawaban benar antara siswa yang
tergolong kelompok atas dan bawah. Indeks diskriminasi suatu item
sebesar 1,00 berarti ada perbedaan yang sempurna dari jawaban benar
antara siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah. Dengan kata
lain, seluruh siswa yang tergolong kelompok atas menjawab benar
suatu item tertentu dan siswa kelompok bawah menjawab salah terhadap
item tersebut. Sebaliknya, apabila seluruh siswa yang tergolong kelompok
bawah menjawab benar terhadap suatu item tertentu dan kelompok
siswa yang tergolong kelompok atas menjawab salah terhadap item
tersebut maka indeks diskriminasinya sebesar -1,00. Hal ini
mengakibatkan siswa yang berkemampuan rendah mendapat nilai baik
sedangkan siswa yang pandai mendapatkan nilai jelek. Berarti butir
7
soal tersebut tidak bisa membedakan kemampuan siswa. Berdasarkan
pada hal tersebut, berikut ini diberikan tabel yang merupakan acuan untuk
nilai indeks diskriminasi yang pada umumnya digunakan untuk menentukan
suatu butir soal memiliki daya pembeda yang baik atau tidak.
Besarnya Nilai Indeks Klasifikasi Interpelasi
Diskriminasi (DP)
8
2.1.2 Daya Pembeda Butir Soal Pilihan Ganda
Metode (1)
= = (Arikunto, 2005: 213)
dengan,
9
yang dijawab betul diberi bobot 1 sedangkan untuk setiap butir item yang
dijawab salah diberi bobot 0.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
2. B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
3. C 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9
4. D 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8
5. E 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 8
6. F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
7. G 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
8. H 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4
9. I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
10. J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
Jumlah 10 8 8 5 6 5 6 4 4 6 3 2 67
Pada tabel tersebut skor total untuk setiap siswa telah diurutkan dari
skor tertinggi ke skor terendah.
10
Langkah pertama : karena terdiri dari 10 subjek, maka data ini termasuk
ke dalam kelompok kecil. Oleh karena itu, untuk menentukan kelompok
atas dan kelompok bawah, masing-masing 50% dari populasi yaitu 5 subjek
untuk kelompok atas dan 5 subjek untuk kelompok bawah, maka
keadaannya adalah sebagai berikut:
A 10 F 7
B 9 G 5
C 9 H 4
D 8 I 4
E 8 J 3
JA = 5 JB = 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) (1) 0 0 10 Atas
B (1) (1) (1) (1) (1) 0 (1) (1) (1) (1) 0 0 9 Atas
11
C (1) (1) (1) (1) (1) 0 (1) (1) 0 0 (1) (1) 9 Atas
F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7 Bawah
G 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5 Bawah
H 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4 Bawah
I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4 Bawah
J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 Bawah
Jumlah 10 8 8 5 6 5 6 4 4 6 3 2 67
Jumlah
100 64 64 25 36 25 36 16 16 36 9 4 431
Kuadrat
Langkah ketiga, mencari atau menghitung BA, BB, PA, PB dan DP untuk 12
butir di atas. Untuk mencari DP digunakan rumus =
Butir JA
Soal
12
2 5 3 5 5 1,00 0,60 0,40 Good
6 2 3 5 5 0,40 0,60 - -
0,20
Bertitik tolak dari hasil di atas sebanyak 9 butir soal dari 12 butir soal yang
ada telah memiliki daya pembeda yang memadai, sedangkan 3 soal belum
memiliki daya pembeda seperti yang diharapkan.
= (Sudijono, 1996: 390-391)
2()()
Dengan,
13
() : angka indeks korelasi phi, dalam hal ini dianggap sebagai indeks
diskriminasi item
Dalam menentukan nilai Phi harus diperhatikan bahwa nilai = dan
= , kemudian kita juga harus menentukan nilai p dan q. Analisis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
2. B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
3. C 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9
4. D 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8
5. E 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 8
6. F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
7. G 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
8. H 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4
9. I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
10. J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
14
Jumlah 10 8 8 5 6 5 6 4 4 6 3 2 67
5 5 5 4 5 2 4 4 3 4 2 1
5 3 3 1 1 3 2 0 1 2 1 1
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
1,0 1,0 1,0 0,8 1,0 0,4 0,8 0,8 0,6 0,8 0,4 0,2
1,0 0,6 0,6 0,2 0,2 0,6 0,4 0,0 0,2 0,4 0,2 0,2
1,0 0,8 0,8 0,5 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,6 0,3 0,2
0,0 0,2 0,2 0,5 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 0,4 0,7 0,8
Nomor Intrepretasi
Soal
15
9 0,6 0,2 0,4 0,6 0,41 Good
Dengan,
: rata-rata skor taste ynag menjawab banar pada butir soal yang
bersangkutan
16
: rata-rata skor total untuk semua testee
a. = (
)
Keterangan
17
b. =
Berikut ini merupakan contoh menentukan daya pembeda butir soal uraian.
Nomor Siswa
Siswa 1 2 3 4
Kelas A 25 25 22 15
atas
B 25 23 19 10
C 25 20 23 10
D 25 19 20 8
E 25 21 19 5
Kelas F 25 15 15 0
bawah
G 25 14 16 5
H 25 16 14 7
I 25 20 12 4
J 25 20 13 0
L 125 85 70 16
18
H+L 250 183 173 64
Berdasarkan data pada tabel di atas akan dicari indeks diskriminasi (daya
beda) butir soal.
a. Dengan menggunakan rumus = (
)
=
( )
48 16
=
5(15 0)
= 0.42
=
46 16
= 5 5
15
=0.42
19
2.2 Indeks Kesukaran
Menjadi seorang pengajar dalam mengukur tingkat keberhasilan siswa
didiknya dalam memahami suatu pelajaran hendaknya dapat diukur dengan
menggunakan indeks kesukaran (IK).
2.2.1 Pengertian Indeks Kesukaran
Suatu tes tidak boleh terlalu mudah dan juga tidak boleh terlalu
sukar. Hal yang bukan merupakan item yang baik seperti kasus: (1) Sebuah
item yang terlalu mudah sehingga dapat dijawab dengan benar oleh semua
siswa (2) Sebuah item yang terlalu sukar sehingga tidak dapat dijawab oleh
semua siswa. Jadi item yang baik adalah item yang mempunyai derajat
kesukaran tertentu. Hal ini disebabkan karena dengan melihat parameter butir
ini, akan diketahui seberapa baiknya kualitas suatu butir soal.
Angka indek kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00. Arti angka indek kesukaran:
20
item yang terlalu sukar, sebab di sini seluruh tester tidak dapat menjawab
item dengan betul (yang dapat menjawab dengan betul =0)
b. Indeks kesukaran paling tinggi adalah 1,00 (P = 1,00) mengandung makna
bahwa butir item yang bersangkutan adalah termasuk dalam katagori item
yang terlalu mudah, sebab di sini seluruh tester dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan (yang dapat menjawab dengan butir =
100%= 100= 1,00)
Subjek penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus:
=
Keterangan:
= Indeks kesukaran
= Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk menyusun suatu naskah ujian sebaiknya digunakan butir soal yang
mempunyai tingkat kesukaran berimbang, yaitu: soal berkategori sukar
sebanyak 25%, kategori sedang 50% dan kategori mudah 25% sesuai
dengan tabel berikut.
21
Tingkat Kesukaran Nilai P
22
2.2.2 Adapun Kegunaan Indeks Kesukaran
a. Kegunaan bagi guru sebagai berikut:
Sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan
memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka
Memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau
mencurigai terhadap butir soal yang bisa.
b. Kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah:
Pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang
Tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada
kurikulum sekolah
Memberi masukan kepada siswa
Tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias
Merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.
Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap
informasi ini adalah seperti berikut.
23
Bila suatu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap
informasi ini adalah seperti berikut.
24
Kemungkinan Jawaban Tidak
Jenis Kelompok
A B* C D Menjawab
Kelompok Atas 20 6 4 2 0
Kelompok Bawah 4 21 5 1 1
25
b. Jika menggunakan kelompok atas dan kelompok bawah
yang masing-masing 27%, karena JSA = JSB = 27% dari
jumlah subjek dalam populasi, rumus tersebut di atas dapat
diubah menjadi
JB A JBB
i. Jika IK = 1,00 maka 1,00 atau
2 JS A
JBA JBB 2 JS A
JB A JBB
ii. Jika IK = 0,00 maka 0,00 atau
2 JS A
JB A JBB 0,00
26
Dalam tes tersebut dikeluarkan 10 butir item yang dijawab betul diberi
bobot 1 sedangkan untuk setiap butir item yang dijawab salah diberi
bobot 0. Tentukan indeks kesukarannya!
Nomor Soal
No. Subjek Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
2. B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
3. C 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9
4. D 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8
5. E 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 8
6. F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
7. G 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
8. H 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 4
9. I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
10. J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
Jumlah 10 8 8 5 6 6 5 4 4 6 3 2 67
Hasil Tes Matematika Tipe Objektif
Langkah kedua : Karena terdiri dari 10 subjek, maka data ini
termasuk ke dalam kelompok kecil. Oleh karena itu, untuk
menentukan kelompok atas dan kelompok bawah, masing-masing
50% dari populasi yaitu 5 subjek untuk kelompok atas dan 5 subjek
untuk kelompok bawah, seprerti yang telah dijelaskan pada tabel 8
dibawah ini
Nomor Soal
Subjek Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kel. A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
Atas B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
27
C 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9
D 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8
E 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 8
F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
G 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
Kel.
H 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
Bawah
I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
JBA 5 5 5 4 5 2 4 4 3 4 2 1
JBB 5 3 3 1 1 4 1 0 1 2 1 1
Untuk butir soal ini tampak bahwa semua siswa kelompok atas dan
kelompok bawah bisa menjawabnya dengan benar dan termasuk
kategori item soal yang sangat mudah.
4 1
IK No.7 0,50 ( sedang )
10
Untuk butir soal ini tampak bahwa dari 10 orang peserta tes, hanya
dua orang yang dapat menjawab dengan benar dan termasuk
kategori item soal yang sangat mudah (tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah)
28
B. Tes Uraian
Analisis tingkat kesukaran soal uraian dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut.
+ ( )
=
( )
(Candiasa,2010)
Dimana;
(Kusaeri,2010)
Mean adalah jumlah skor testee pada suatu item soal jumlah peserta
tes/testee
Contoh soal:
No Nomor Soal
Total
Testee 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
29
1 3 3 3 4 4 5 5 2 1 0 31
2 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 47
3 3 3 5 2 2 2 2 5 4 1 27
4 1 1 3 0 0 0 2 3 4 5 17
5 3 3 1 3 4 5 3 4 2 0 30
6 4 4 3 2 2 3 3 3 1 2 28
7 3 3 4 1 2 2 2 4 5 3 27
8 5 5 2 5 5 4 4 4 4 3 44
9 4 4 5 4 4 4 2 2 2 5 35
10 3 3 4 4 4 5 5 2 1 0 31
Skor-skor butir tes essai
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 47
8 5 5 2 5 5 4 4 4 4 3 44
Kel.
9 4 4 5 4 4 4 2 2 2 5 35
Atas
1 3 3 3 4 4 5 5 2 1 0 31
10 3 3 4 4 4 5 5 2 1 0 31
5 3 3 1 3 4 5 3 4 2 0 30
6 4 4 3 2 2 3 3 3 1 2 28
Kel.
3 3 3 5 2 2 2 2 5 4 1 27
Bawah
7 3 3 4 1 2 2 2 4 5 3 27
4 1 1 3 0 0 0 2 3 4 5 17
Kelompok Atas dan Kelompok Bawah
31
Dengan menggunakan rumus diatas, sehingga didapatkan indeks
kesukaran tes uraian sebagai berikut:
20 16 10 0 36
IK 0,72
10(5 0) 50
Jadi kesimpulannya, butir soal nomor 1 menunjukkan bahwa butir
tes tersebut memiliki indeks kesukaran dengan kategori mudah.
32
2.3 Efektifitas Option
2.3.1 Pengertian Efektifitas Option
Option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir
soal/tes tipe objektif bentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk dipilih
oleh peserta tes, sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Tes objektif sering
juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya
antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Option yang merupakan
jawaban benar disebut option kunci (key option), sedangkan option lainnya
disebut option pengecoh (distractor option). Tes objektif sangat cocok untuk
menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi,
seperti mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip. Tes
objektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat. Setelah memahami
pengertian efektifitas option diharapkan dapat :
33
2.3.2 Kriteria Efektifitas Option
1
JPA +JPB 0,25 (JSA + JSB)
2(n 1)
dengan:
34
JPA = jumlah pemilih kelompok atas,
n = banyak option,
Soal No X Option
Omit
Kelompok a b c d E
Atas 8 6 2 2 0 1
Bawah 3 3 2 10 0 3
Sebaran Pemilih pada Suatu Butir Soal
35
kelompok bawah. Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok
bawah adalah 2+10 = 12, sedangkan nilai :
1
0,25 (JSA + JSB)
2(n 1)
1
= 0,25 40
24
=1,25 dan 5% dari jumlah peserta = 2 orang.
Dapat disimpulkan 12 > 1,25 dan 12 > 2 (efektif)
2. Untuk option (b) sebagai pengecoh tidak efektif, sebab jumlah
pemilih kelompok atas lebih banyak dari jumlah pemilih
kelompok bawah. Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, syarat
lainnya tidak perlu diperiksa.
3. Untuk option (c) dan (e) juga tidak efektif karena jumlah
pemilih kelompok atas dan kelompok bawah sama.
83
100% = 0,275
40
36
BAB III
PENUTUP
3. 1 Simpulan
Dari rumusan masalah dan pembahasan pada bab II, dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Daya pembeda menyatakan seberapa jauh kemampuan suatu soal
untuk membedakan siswa-siswa yang termasuk kelompok pandai
(upper group) dengan siswa-siswa yang termasuk kelompok kurang
(lower group). Daya pembeda (discriminatory power) item dapat
diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka indeks
diskriminasi item. Besar indeks diskriminasi suatu item akan berkisar
antara -1,00 sampai dengan 1,00.
2. Indeks kesukaran (IK) yang sering disebut tingkat kesukaran
merupakan salah satu parameter butir soal yang sangat berguna dalam
penganalisian suatu tes. Parameter butir ini berguna untuk mengukur
seberapa baik kualitas suatu butir soal. Angka indek kesukaran item
itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.
3. Option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir
soal/tes tipe objektif bentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk
dipilih oleh peserta tes, sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Tes
objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item)
karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau
0. Option yang merupakan jawaban benar disebut option kunci (key
option), sedangkan option lainnya disebut option pengecoh (distractor
option).
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut.
1. Melalui pemaparan dalam makalah ini diharapkan bagi seorang
pendidik hendaknya mampu membuat soal yang memiliki indeks
kesukaran yang baik yakni tidak terlalu sukar ataupun terlalu mudah
bagi siswa.
37
2. Pendidik hendaknya memperhatikan kembali keefektifan dari
option/ pilihan jawaban baik dari segi pembuatan option kunci maupun
distraktor.
3. Pendidik hendaknya dapat membuat soal yang nantinya dapat
digunakan sesuai dengan tujuan dari dibuatnya alat evaluasi
tersebut yakni membedakan siswa yang sudah memahami materi dan
siswa yang belum memahami materi.
4. Dalam pemberian nilai harus memperhatikan aturan-aturan yang
berlaku, sehingga hasil dari tes tersebut benar-benar mencerminkan
kondisi siswa.
38
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion. 1997. Penilaian Hasil Belajar. Pusat
Antar Universitas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen
Pendidikan Dan kebudayaan.
Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 1, No. 2, Juli 2012 Pengukuran Daya
Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Tes
Dali, S Naga. 1992. Pengantar Teori Sekor Pada Pengukuran Pendidikan.
Gunadarma: Jakarta.
39
Kusaeri, Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
40