102008301
e-mail : haseo_pkk89@Yahoo.com
BAB I
Pendahuluan
PEMBAHASAN
A. Anamnesis
Pada kasus ini, yang khas ditanyakan secara alloanamnesis adalah seperti berikut:
B. Pemeriksaan Fisik
< 7 = koma
C. Pemeriksaan Penunjang
i) Pemeriksaan radiologi
Perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardia, sinus bradikardia,
elektromekanik. 4
iii) Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan menunjukan seberapa berat
syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan CT scan bila perlu dilakukan jika
dicurigai adanya perubahan jantung dan perdarahan cerebral.5
iv) Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat
o Pengambilan dan pengumpulan bahan
Ditemukannya jenis racun pada darah, feses, urin atau dalam organ
tubuh merupakan bukti yang memastikan bahwa telah terjadi
keracunan.Racun bisa ditemukan dalam lambung, usus halus, dan kadang-
kadang pada hati, limpa dan ginjal. Pada keracunan organofosfat bahan
pemeriksaan toksikologi dapat diambil dari :
Darah
Jaringan hati
Jaringan otak
Limpa
Paru-paru
Lemak badan
D. Diagnosis Kerja
Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri
secara sengaja. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak
dicegah dapat mengarah kepada kematian. Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan
hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas permintaannya.1
Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan hidup sendiri, yang dilakukan oleh
individu itu sendiri. Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh tangan orang
lain. Misal : bila si korban meminta seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama
dengan ia telah menghabisi nyawanya sendiri. Dimana, Menghilangkan nyawa,
menghabisi hidup atau membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita atau tangan
suruhan, adalah perbuatan-perbuatan yang termasuk dengan bunuh diri. Singkat kata,
Bunuh diri adalah tindakan menghilangkan nyawa sendiri dengan menggunakan
segala macam cara.1
Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh
diri.
Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh
diri.
a. Tak langsung
i. Merokok
ii. Mengebut
iii. Berjudi
iv. Tindakan kriminal
v. Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi
vi. Penyalahgunaan zat
vii. Perilaku yang menyimpang secara sosial
viii. Perilaku yang menimbulkan stress
ix. Gangguan makan
x. Ketidakpatuhan pada tindakan medik
b. Langsung
i. Keputusasaan
ii. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
iii. Alam perasaan depresi
iv. Agitasi dan gelisah
v. Insomnia yang menetap
vi. Penurunan berat badan
vii. berbicara lamban, keletihan,
viii. menarik diri dari lingkungan
F. Faktor Resiko
2. Faktor kepribadian
Salah satu faktor yang turut menentukan apakah seseorang itu punya potensi
untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah faktor kepribadian. Para ahli
mengenai soal bunuh diri telah menggolongkan orang yang cenderung untuk
bunuh diri sebagai orang yang tidak puas dan belum mandiri, yang terus-
menerus meminta, mengeluh, dan mengatur, yang tidak luwes dan kurang
mampu menyesuaikan diri. Mereka adalah orang yang memerlukan kepastian
mengenai harga dirinya, yang akhirnya menganggap dirinya selalu akan
menerima penolakan, dan yang berkepribadian kekanak-kanakan, yang
berharap orang lain membuat keputusan dan melaksanakannya untuknya
(Doman Lum).
Robert Firestone dalam buku Suicide and the Inner Voice menulis bahwa
mereka yang mempunyai kecenderungan kuat untuk bunuh diri, banyak yang
lingkungan terkecilnya tidak memberi rasa aman, lingkungan keluarganya
menolak dan tidak hangat, sehingga anak yang dibesarkan di dalamnya
merasakan kebingungan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
Pengaruh dari latar belakang kehidupan di masa lampau ini disebut faktor
predisposesi (faktor bawaan). Dengan memahami konteks yang demikian,
dapatlah kita katakan bahwa akar masalah dari perilaku bunuh diri sebenarnya
bukanlah seperti masalah-masalah yang telah disebutkan di atas (ekonomi,
putus cinta, penderitaan, dan sebagainya). Sebab masalah-masalah tersebut
hanyalah faktor pencetus/pemicu (faktor precipitasi). Penyebab utamanya
adalah faktor predisposisi. Menurut Widyarto Adi Ps, seorang psikolog,
seseorang akan jadi melakukan tindakan bunuh diri kalau faktor kedua, pemicu
(trigger)-nya, memungkinkan. Tidak mungkin ada tindakan bunuh diri yang
muncul tiba-tiba, tanpa ada faktor predisposisi sama sekali. Akumulasi
persoalan fase sebelumnya akan terpicu oleh suatu peristiwa tertentu.6
3. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mendorong bunuh diri adalah kurangnya dukungan
sosial dari masyarakat sekitar, kehilangan pekerjaan, kemiskinan, huru-hara
yang menyebabkan trauma psikologis, dan konflik berat yang memaksa
masyarakat mengungsi. Psikologis seseorang sangat menentukan dalam
persepsi akan bunuh diri sebagai jalan akhir/keluar. Dan psikologis seseorang
tersebut juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor tertentu juga.
4. Faktor ekonomi
Masalah ekonomi merupakan masalah utama yang bisa menjadi faktor
seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Ekonomi sangat berpengaruh dalam
pemikiran dan kelakuan seseorang. Menurut riset, sebagian besar alasan
seseorang ingin mengakhiri hidupnya/ bunuh diri adalah karena masalah
keuangan/ekonomi. Mereka berangggapan bahwa dengan mengakhiri hidup,
mereka tidak harus menghadapi kepahitan akan masalah ekonomi. Contohnya,
ada seorang ibu yang membakar dirinya beserta anaknya karena tidak memiliki
uang untuk makan. Berdasarkan contoh tersebut, para pelaku ini biasanya lebih
memikirkan menghindari permasalahan duniawi dan mengakhir hidup.
G. Penatalaksanaan
Keracunan organofosfat:
Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5
% kec. 15- 20 tts/menit ,nafas buatan, oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari
obat-obatan depresan saluran nafas, kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari
pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organofhosfat akan meracuni lewat mlut
penolong. Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan
alat bag valve mask.4
Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
Katarsis,( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus
halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada
penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4
jam setelah keracunan.
Anti dotum
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi pada tempat penumpukan.
atropinisasi ( muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris dan psikosis).
H. Pencegahan
Pasien:
1. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri, dan jenis perilaku bunuh
diri yang dialami pasien.
2. Menjelaskan cara merawat pasien resiko bunuh diri
3. Melatih keluarga cara merawat pasien dengan resiko bunuh diri
4. Mendiskusikan sumber rujukan yang ada yang bias dijangkau keluarga
5. Pengawasan ahli keluarga terhadap pasien juga harus diperhatikan.
I.Prognosis
PENUTUP
kematian baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanda dan gejala awal merupakan
peringatan yang paling memungkinkan keluarga,teman orang yang ingin bunuh diri untuk
1) Harold I. Kaplan dan Benjamin J. Sadock. Alih bahasa: Willie Japaries. Buku saku
Psikiatri Klinik.. In: I Made Wiguna S, editor. Bab 17: Bunuh diri, kekerasan dan kedaruratan
psikiatri yang lain. Edisi ketiga. Jakarta. Penerbit Binarupa Aksara. 2003. P. 245- 247
2) Jonathan Gleadle. Alih Bahasa: Annisa Rahmalia. At a glance Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik. In: Amalia Safitri, editor. Bab 53: Upaya bunuh diri. Jakarta. Penerbit Erlangga
Medical Series. 2005. P. 100-101.
3) David Rubenstein, David Wayne dan John Bradley. Alih bahasa: Annisa Rahmalia. Lecture
notes, Kedokteran Klinis. In: Amalia Safitri, editor. Bab 8: Neurologi, Skala Koma Glasgow.
Edisi keenam. Jakarta. Penerbit Erlangga. 2005. P. 104
4) David A. Tomb. Alih bahasa: Martina Wiwie S. Nasrun. Buku saku Psikiatri. In: Tiara
Mahatmi, editor. Bab 7: Perilaku bunuh diri dan menyerang. Edisi keenam. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran. 2004. P. 84- 90.
5) EB. Surbakti. Gangguan kebahagiaan anda dan solusinya. Bunuh diri dan pencegahan.
Edisi pertama. Jakarta. Penerbit PT Elex Media Komputindo. 2010. P. 200- 210.
6) Subiyakto Sudarmo. Pestisida. Insektisida. Edisi ke-9. Jakarta. Penerbit KANISIUS. 2007.
P. 35, 37.
7) Panut Djojosumarto. Pestisida dan aplikasinya. Gejala keracunan pestisida. Edisi pertama.
Jakarta. Penerbit Agromedia Pustaka. 2008. P. 314- 317.
9) I. Made Bakta dan I. Ketut Suastika. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.
Penanganan keracunan akut. Edisi pertama. Jakarta. Penerbit buku Kedokteran ECG. 2000. P.
194-196.