102014191
Dengan ini menyatakan bahwa karya skripsi yang saya buat dengan judul “UJI
DETEKSI PEMBENTUKAN BIOFILM DARI ENTEROCOCCUS FAECALIS HASIL
ISOLAT KLINIK KATETER URIN MENGGUNAKAN METODE CONGO RED AGAR
DAN TISSUE CULTURE PLATE” adalah :
1. Dibuat dan diselesaikan sendiri, menggunakan hasil kuliah, tinjauan lapangan dan
buku-buku serta jurnal acuan yang tertera di dalam referensi pada karya tugas akhir
saya.
2. Bukan merupakan duplikasi karya tulis yang sudah dipublikasikan atau yang pernah
dipakai untuk mendapatkan gelar sarjana di universitas lain, kecuali pada bagian-
bagian sumber informasi dicantumkan dengan cara referensi yang semestinya.
3. Bukan merupakan karya terjemahan dari kumpulan buku atau jurnal acuan yang
tertera di dalam referensi pada karya tugas akhir saya.
Jika terbukti saya tidak memenuhi apa yang telah dinyatakan di atas, maka karya
tugas akhir ini batal
Materai
(Mohamad Yanuar)
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Oleh :
NIM : 102014191
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam ujian
komprehensif guna mencapai gelar Sarjana Strata Satu pada Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana – Jakarta.
Menyetujui :
NIM : 102014191
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “UJI DETEKSI
PEMBENTUKAN BIOFILM DARI ENTEROCOCCUS FAECALIS HASIL ISOLAT
KLINIK KATETER URIN MENGGUNAKAN METODE CONGO RED AGAR DAN
TISSUE CULTURE PLATE” ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai
gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, tugas ini tidak
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
Akhir kata, saya berharap Tuhan yang Maha Esa berkenan membalas semua kebaikan
kalian. Semoga skripsi ini juga dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
NIM : 102014191
Fakultas : Kedokteran
Dibuat di : Jakarta
Yang menyatakan
ABSTRAK
102014191
ABSTRACT
Mohamad Yanuar
102014191
The National Healthcare Safety Network reported that from 2006-2008, the
genus Enterococcal was the second most common Catheter Associated Urinary Tract
Infections (CAUTI) prior to Eschericia coli. It has an important role of biofilm in the
CAUTI pathogenesis. There are several methods to detect biofilm production for
example Tissue Culture Plate (TCP), Tube method (TM), and Congo Red Agar method
(CRA). The goal of this study was to find the effective method to detect biofilm from E.
faecalis. A total of thirteen E. faecalis bacterial isolates from catheter culture were
tested by the TCP method and CRA for detection the biofilm formation. We obtained
61.5% and 46.2% of bacteria E. faecalis which were able to produce biofilm by TCP
method and CRA. The sensitivity and specificity of the CRA compared with TCP method
were 25% and 20%. The CRA method was rapid and simple to do but the sensitivity and
specificity were too low, probably due to subjective paralax reading of the results.
Key Words : Enterococcus faecalis, Urine Catheter, Biofilm, Congo Red Agar,
Tissue Culture Plate.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS AKHIR.................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI............................ vi
ABSTRAK......................................................................................................... vii
ABSTRACT....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK.................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
1.3Tujuan Penelitian............................................................................................ 3
1.4Manfaat Penelitian......................................................................................... 3
2.6.3.Hidrodinamik......................................................................... 11
2.6.4.Karakteristik Media Cairan.................................................... 11
2.6.5.Keadaan Permukaan Sel Bakteri............................................ 11
2.7Biofilm Enterococcus faecalis dan Kateter Urin................................ 12
2.8Deteksi dari Perlekatan Bakterial dan Biofilm................................... 12
2.9Deteksi Biofilm dengan Tissue Culture Plate (TCP) dan Congo
Red Agar (CRA)................................................................................ 13
2.10Kerangka Teori….............................................................................. 16
2.11Kerangka Konsep.............................................................................. 16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tabel 2x2 hasil pemeriksaan uji diagnostik yang diteliti
dengan baku emas.................................................................. 14
Tabel 3.1. Formula untuk Mengklasifikasikan Pembentuk
Biofilm pada Tissue Culture Plate.......................................... 23
Tabel 4.1. Interpretasi dari Warna Koloni Bakteri E. faecalis
pada Congo Red Agar...........................................................25
Tabel 4.2. Interpretasi Tiga Belas Isolat E. faecalis Berdasarkan
OD dari ELISAplate reader hasil Tissue Culture Plate......... 27
Tabel 4.3. Interpretasi Hasil dari Tiga Belas Isolat Bakteri
E. faecalis pada Uji Pembentukan Biofilm
dengan CRA danTissue Culture Plate..................................... 28
Tabel 4.4. Tabel Hasil Uji Diagnostik dari hasil Metode
CRA dengan metode TCP...................................................... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Enterococci merupakan salah satu dari flora normal intestinal manusia dan
hewan, namun mikroba ini juga penyebab penting infeksi nosokomial yang
menginfeksi berbagai bagian tubuh dan dapat menyebabkan bakteremia. Dilaporkan
oleh 152 rumah sakit di Amerika Serikat, bakteri ini berperan dalam infeksi
nosokomial seperti infeksi peredaran darah ditemukan sebanyak 11%, dan sebagai
bakteri patogen terbanyak pada infeksi lokasi bedah ditemukan sebanyak 17%.1
Selama dua dekade, angka kejadian infeksi nosokomial yang disebabkan bakteri
Enterococcus sp meningkat. Hal ini dapat disebabkan penggunaan antibiotik yang
berlebih, serta adanya faktor biofilm yang mendukung proses terjadinya pertukaran
faktor determinan resisten antibiotik.2
Salah satu peranan dari biofilm adalah kemampuan resistensi bakteri dalam
struktur biofilm meningkat sampai 1000 kali lebih resisten terhadap antibiotik
daripada sel planktonik disebabkan beberapa mekanisme.3 Bakteri Enterococci
faecalis memiliki kemampuan untuk mengekspresikan protein pada permukaan yang
memungkinkan kolonisasi dan pembentukan biofilm pada host itu sendiri.4
Hasil produksi biofilm bakteri Enterococcus juga bervariasi pada banyak negara,
seperti di United Kingdom (UK), dari 109 enterococcus hasil isolasi kateter
pembuluh darah, semua hasil E. faecalis dan setengah hasil E. faecium
menghasilkan biofilm.8 Studi lain di Polandia menyimpulkan, 59% hasil isolasi E.
faecalis dari saluran kemih dapat membentuk biofilm. 9 Pada penelitian di Pakistan,
didapatkan 75% produksi biofilm adalah uropatogen dari saluran kemih. Biofilm
tersebut kebanyakan dideteksi dari bakteri S. aureus (75%), E. faecalis (75%), dan
E. coli (40%).10 Sedangkan di Jepang, semua 352 sampel E. faecalis dari infeksi
saluran kemih dapat membentuk biofilm yang bersifat lemah, medium, atau kuat.11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Enterococcus faecalis Secara Umum
infeksi intra abdomen dan panggul. Bakteri ini berasal dari flora usus pasien,
dari sini bakteri dapat menyebar dan menyebabkan ISK.14
mikroba hanya sekitar 2-5%, dikelilingi oleh EPS yang bisa mencapai hingga
2% dari total matriks. Zat lain yang sering ditemukan dalam matriks biofilm
meliputi polisakarida, DNA, RNA, protein dan enzim yang mencapai tingkat
sekitar 2% secara total.22
2.5.4. Pili
2.5.5. Polisakarida
2.6.3. Hidrodinamik
Seperti pH, suhu, jumlah zat gizi, kation dan adanya antimikroba
akan mempengaruhi perlekatan.11 Pada metode CRA terhadap bakteri E.
faecalis, penambahan suplementasi glukosa 1% pada medium tryptic soy
broth (TSB) akan meningkatkan pembentukan biofilm daripada TSB
tanpa glukosa. Studi lain juga menyebutkan, mutan E. faecalis
mengandung 1% maltosa dapat membentuk biofilm 4% lebih tinggi dari
E. faecalis yang mengandung 1% glukosa. Pengamatan ini menunjukkan
bahwa ketersediaan gula yang berbeda dalam lingkungan pertumbuhan
dapat secara drastis mengubah produksi biofilm di E. faecalis, tetap
harus ditetapkan jika proses ini terkait dengan represi katabolit atau
ketersediaan total sumber karbon yang dapat difermentasi.8,27
biofilm, terutama pada infeksi terkait penggunaan kateter urin yang berakibat
terbatasnya pilihan terapeutik.2,24
Gunardi menyebutkan, biofilm terdiri dari matrik (85% dari volume) dan
kumpulan sel-sel bakteri (15% dari volume) dimana Extracelullar Polymeric
Substances (EPS) sebagai material matriks yang utama. EPS bervariasi secara
fisik dan kimia, tapi terutama terdiri dari polisakarida. 21 Pada metode TCP
Pada metode Congo red, keberadaan gula yang tinggi sangat dibutuhkan
untuk memproduksi biofilm. Bakteri akan memfermentasikan gula yang
bercampur dengan pewarna Congo red, dan akan memproduksi EPS yang terdiri
dari polisakarida. Polisakarida inilah yang akan membentuk warna hitam yang
mengindikasikan terbentuknya biofilm.22,30,31,33
2.9. Deteksi Biofilm dengan Tissue Culture Plate (TCP) dan Congo Red
Agar (CRA)
Dalam uji diagnostik pada uji deteksi biofilm menggunakan TCP dan
CRA. Sensitivitas dibutuhkan untuk melihat kemampuan alat diagnosis (CRA)
untuk mendeteksi suatu biofilm. Sensitivitas adalah proporsi subyek yang
membentuk biofilm dengan hasil metode TCP (positif benar) dibandingkan
seluruh subyek yang positif dengan kedua metode TCP dan CRA (positif benar +
negatif semu), pada tabel 2.1, sensitivitas = a : (a+c).34 Spesifisitas sendiri
dibutuhkan untuk melihat kemampuan alat diagnostik untuk menentukan bahwa
subyek tidak membentuk biofilm. Spesifisitas merupakan proporsi subyek tidak
membentuk biofilm dengan hasil metode TCP (negatif benar) dibandingkan
dengan seluruh subyek yang tidak sakit (negatif benar + positif semu), pada
tabel 2.1, spesifisitas = d : (b+d).34
Gambar 2.2. Warna Koloni pada Metode CRA. (a) Koloni Merah, non-
Pembentuk Biofilm ; (b) Koloni Hitam, Pembentuk Biofilm.18
Bakteri E.
Bakteri E. faecalis faecalis
2.10. Hasil Isolasi
Kerangka Teori pembentuk
Kateter Urin biofilm
Metode Tissue
Metode Congo Red Culture Plate
Agar Isolat Bakteri Enterococcus
faecalis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian observasional, untuk mengetahui kemampuan
pembentukan biofilm dari tiga belas bakteri Enterococcus faecalis hasil
isolat kateter urin periode Agustus 2016- November 2016 di rumah sakit
swasta Tangerang.
Bab IV
4. Hasil Penelitian
Pada metode CRA yang dilakukan pada penelitian ini, hasil dibaca berdasarkan
kategori Niveditha et al.18, hasil positif di interpretasikan oleh koloni berwarna
hitam. Sedangkan hasil negatif di interpretasikan oleh koloni berwarna merah.
Pembacaan hasil CRA harus 1x24 jam, karena jika lebih dari 24 jam tidak spesifik
untuk hasil warna yang didapat. Pada tabel 4.1 menunjukkan hasil dari uji deteksi
biofilm menggunakan metode CRA hasil 13 isolat bakter E. faecalis.
1 Kontrol (-)
Hasilnya, sebanyak 6 (46,2%) isolat bakteri E. faecalis dari hasil kultur kateter
urin membentuk biofilm pada CRA, sedangkan yang tidak membentuk biofilm
sebanyak 7 isolat (53,8%). Analisis dari koloni menghambat klasifikasi dari hasil
metode CRA ini dikarenakan variasi warna dari koloni. (Gambar 4.2).
Gambar 4.2. Warna Koloni Bakteri E. faecalis. (a),(b),(c) ; Warna Koloni Merah,
Koloni non-Penghasil Biofilm; (d), (e), (f) ; Warna Koloni Hitam, Koloni
Penghasil Biofilm.
Sebagai kontrol negatif digunakan LBB steril, dan hasil positif akan
dijelaskan sebagai berikut. Nilai absorbansi 595nm dari uji TCP ini cukup untuk
menentukan rata-rata dan standar deviasi untuk setiap strain atau spesies, dan
dengan demikian memberikan ukuran tingkat pembentukan biofilm.
Berdasarkan semua strain bakteri yang diuji diklasifikasikan ke dalam satu dari
empat kategori yang mungkin: non-biofilm, lemah, sedang dan kuat dalam
membentuk biofilm. Interpretasi dari pembentuk biofilm pada TCP dilakukan
menurut kriteria dari Ibrišimović et al.39 Interpretasi dari 13 isolat bakteri bisa
dilihat pada tabel 4.2.
Dari tiga belas isolat bakteri E. faecalis yang terkumpul dari hasil kultur
kateter urin membentuk biofilm pada metode TCP sebanyak 5 (38,5%) strain E.
faecalis menunjukkan sebagai non-biofilm, 6 (46,2%) strain menunjukkan
sebagai penghasil biofilm yang bersifat lemah, dan 2 (15,3%) sebagai penghasil
biofilm yang bersifat sedang. Pada penelitian ini, tidak didapatkan pembentuk
biofilm yang kuat dikarenakan nilai OD tidak melebihi empat kali ODc sesuai
dengan kriteria dari Ibrišimović et al.39 Hasil dari penelitian ini dijabarkan dalam
tabel 4.3.
Kontrol (-)
= Lemah
27
= Sedang
Kontrol (+)
= Kuat
E. coli (ATCC 35218) (+) 1,932
Tabel 4.3. Interpretasi Hasil dari Tiga Belas Isolat Bakteri E. faecalis pada Uji
Pembentukan Biofilm dengan CRA dan Tissue Culture Plate.
4.3. Perbandingan dan Pembahasan Hasil CRA dan Tissue Culture Plate
Dari kedua hasil ini, bisa memberikan kemungkinan hasil positif benar,
positif semu, negatif semu, dan negatif benar. Dalam penyajian hasil penelitian
diagnostik, keempat kemungkinan tersebut disusun dalam tabel 2x2. Bila hasil
positif benar disebut sel a, hasil positif semu sel b, hasil negatif semu sel c, dan
hasil negatif benar sel d, maka hasil pengamatan dapat disusun dalam tabel 2x2
seperti pada tabel 4.4.34
Metode TCP
TCP (+) TCP (-) Jumlah
Metode CRA (+) 2 (a) 4 (b) 6
CRA (-) 6 (c) 1 (d) 7
CRA
Jumlah 8 5 13
Tabel 4.4. Tabel Hasil Uji Diagnostik dari hasil Metode CRA dengan metode TCP
Dari tabel ini bisa didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas yaitu
sebagai berikut;
Gambar 4.3. Perbedaan Warna Koloni Merah (C229) dengan Warna Koloni
Hitam ( ).
Pada tabel 4.3. terdapat hasil interpretasi kedua metode uji deteksi
pembentukan biofilm. Pada hasil ini terdapat sepuluh ketidaksesuaian hasil
pembentukan biofilm dari tiga belas isolat E. faecalis. Permasalahan ini dibagi
menjadi dua bagian, yaitu ;
1. Terdapat empat hasil positif pada CRA, sedangkan pada TCP didapat
hasil negatif. Banyak faktor untuk membuat struktur biofilm melekat pada
suatu permukaan, salah satunya adalah lingkungan fisik dan kima letak
biofilm terbentuk memiliki dampak yang sangat besar terhadap pembentukan
biofilm, bahkan dengan satu strain. Pantanella et al.43 menyebutkan,
beberapa faktor seperti kondisi pertumbuhan biofilm, konsentrasi zat terlarut
dan pelarut merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi lepas atau
tidaknya sel bakteri dari tempat perlekatannya. Kesalahan pembacaan hasil
CRA yang bersifat subjektif juga dapat menyebabkan permasalahan ini.
2. Terdapat enam hasil negatif pada CRA, sedangkan pada TCP didapat
hasil positif. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biofilm, untuk
bakteri E. faecalis memiliki ekstraselular matriks yang terdiri dari
polisakarida, DNA, dan protein. CRA merupakan metode yang dapat
mendeteksi karakteristik polisakarida dari pembentukan biofilm E. faecalis,
namun terdapat faktor pembacaan hasil bersifat kualitatif yang menjadi
kekurangan yang sangat bermakna dari metode ini.
Metode CRA merupakan metode yang mudah, cepat, dan murah untuk
dilakukan. Metode ini merupakan metode agar based dan tidak membutuhkan
Kekurangan TCP sendiri ada pada cara kerja, yang dimana masih sedikit
literatur yang membahas mengenai detil dari langkah-langkah metode TCP.
Pada penelitian yang penulis lakukan, terdapat satu masalah yang penulis dapati,
yaitu pada tahap pencucian.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
CRA merupakan metode yang murah, cepat, dan mudah untuk dilakukan.
Adanya kesulitan pembacaan hasil yang bersifat subjektif membuat CRA memiliki
kekurangan yang bermakna dan berakibat pada pembacaan hasil. Dari hasil uji
diagnostik didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas dari metode CRA sebesar 25%
dan 20%, sehingga metode CRA tidak sesuai untuk uji deteksi biofilm pada bakteri E.
faecalis hasil isolat kateter urin
5.2. Saran
Keterbatasan dari penelitian ini merupakan jumlah sampel yang kecil sehingga
diperlukan sampel bakteri yang lebih besar untuk melakukan uji deteksi pembentukan
biofilm dengan metode CRA sehingga mendapat nilai sensitivitas dan spesifisitas yang
lebih tepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Richards MJ, Edwards JR, Culver DH, Gaynes RP. Nosocomial Infections in
Combined Medical-Surgical Intensive Care Units in the United States. Infect
Control &Hospital Epidemiol. 2000;21(8):510–515. doi:10.1086/501795
3. Soto SM, Soto SM. Importance of Biofilms in Urinary Tract Infections: New
10. Baqai R, Aziz M, Rasool G. Urinary tract infection in diabetic patients and
Biofilm formation of Uropathogens. 2008:7-9.
13. Kaiser TDL, Pereira EM, dos Santos KRN, Maciel ELN, Schuenck RP, Nunes
APF. Modification of the Congo red agar method to detect biofilm production by
Staphylococcus epidermidis. Diagn Microbiol Infect Dis. 2013;75(3):235-239.
doi:10.1016/j.diagmicrobio.2012.11.014
15. Ludwig W, Schleifer K-H, Whitman WB. Enterococcaceae fam. nov. In: Bergey’s
Manual of Systematics of Archaea and Bacteria. American Cancer Society;
2015:1-2. doi:10.1002/9781118960608.fbm00125
21. Gunardi WD. Peranan Biofilm dalam Kaitannya dengan Penyakit Infeksi. J
Kedokt Meditek. 2014;15 No. 39a(6).
22. Jass J, Surman S, Walker J. Medical Biofilms: Detection, Provention and Control.
23. Parsek MR, Singh PK. Bacterial Biofilms: An Emerging Link to Disease
Pathogenesis. Annu Rev Microbiol. 2003;57(1):677-701.
doi:10.1146/annurev.micro.57.030502.090720
24. Dunny GM, Hancock LE, Shankar N. Enterococcal Biofilm Structure and Role in
Colonization and Disease. Enterococci From Commensals to Lead Causes Drug
Resist Infect. 2014:1-17. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24649508.
25. Mohamed JA, Huang W, Nallapareddy SR. Influence of isolate origin and
presence of various genes on biofilm formation by Enterococcus faecalis. FEMS
Microbiol Lett. 2014;353(2):151-156. doi:10.1111/1574-6968.12418
27. Kafil HS, Mobarez AM. Assessment of biofilm formation by enterococci isolates
from urinary tract infections with different virulence profiles. J King Saud Univ -
Sci. 2015;27(4):312-317. doi:10.1016/j.jksus.2014.12.007
28. Ong CLY, Ulett GC, Mabbett AN, et al. Identification of type 3 fimbriae in
uropathogenic Escherichia coli reveals a role in biofilm formation. J Bacteriol.
2008;190(3):1054-1063. doi:10.1128/JB.01523-07
30. Christensen GD, Simpson WA, Younger JJ, et al. Adherence of Coagulase-
Negative Staphylococci to Plastic Tissue Culture Plates : a Quantitative Model
for the Adherence of Staphylococci to Medical Devices. 1985;22(6):996-1006.
31. Freeman DJ, Falkiner FR, Keane CT. New method for detecting slime production
by coagulase negative staphylococci. J Clin Pathol. 1989;42(8):872-874.
doi:10.1136/jcp.42.8.872
41. Christensen GD, Simpson WA, Bisno AL, Beachley EH. Adherence of slim-
producing strains of staphylococcus epidermidis to smooth surfaces. Infect
Immun. 1982;37(1):318-326.
Lampiran
Interpretasi CRA
CRA Steril
OD>2ODc
Sedang 0,924 - 1,848
OD < 4ODc
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0.4 0.4 0.4 0.5 0.4 0.0 0.0 0.5 0.7 1.0 0.6 1.1 C13
C013 22 56 53 98 93 95 81 64 71 69 00 98 3
1.2 1.5 1.2 1.4 1.1 0.0 0.0 0.4 0.4 0.4 0.7 1.6 C14
C014 73 33 04 21 07 43 76 37 81 81 49 52 8
0.6 0.8 0.8 0.6 0.6 0.0 0.0 0.3 0.4 0.3 0.5 1.8 C17
C023B 82 07 30 16 92 85 86 79 66 70 36 91 3
0.6 0.7 0.9 1.1 1.1 0.0 0.0 0.3 0.3 0.3 0.3 1.0 C19
C065 53 90 42 31 67 88 85 26 01 42 02 42 0
0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.0 0.0 0.4 0.5 0.5 0.6 1.3 C22
C066 91 33 81 65 50 84 89 53 22 71 50 22 9
0.7 0.5 0.4 0.4 0.5 0.0 0.1 0.6 0.7 0.6 0.5 0.7 C25
C132A 04 44 96 62 65 94 09 66 59 08 74 44 4B
0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.0 0.0 0.9 0.9 0.8 0.2 0.5 C27
blank 53 44 80 76 66 82 86 85 27 75 97 77 3
Kontrol 0.3 0.6 0.4 0.8 0.8 0.0 0.0 1.0 0.9 0.9 1.1 0.9 blan
(-) 31 39 62 07 07 81 99 19 66 06 16 17 k