Anda di halaman 1dari 14

HERPES ZOASTER

DEFINISI

• Penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoater


• Setelah seseorang menderita cacar air, virus varicella-zoster akan menetap dalam
kondisi dorman (tidak aktif atau laten) pada satu atau lebih ganglia (pusat saraf)
posterior
VARICELLA-ZOATER VIRUS

• Inang dari virus ini hanya terbatas pada manusia dan primata (simian). Stuktur
partikel virus (virion) varicella-zoster berukuran 120-300 nm.
• Genom virus ini berukuran 125 kb (kilo-basa) dan mengandung sedikitnya 69
daerah yang mengkodekan gen-gen tertentu
• Virion terdiri dari glikoprotein, kapsid, amplop (selubung) virus,
dan nukleokapsid yang melindungi bagian inti berisi DNA genom utas ganda
• Bagian nukleokapsid berbentuk ikosahedral, berdiameter 100-110 nm, dan terdiri
dari 162 protein yang disebut kapsomer
• Virus ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan menjadi tidak
berbahaya apabila bagian amplop (selubung) dari virus ini rusak
• Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan
EPIDEMOLOGI
• Herpes zoster ditularkan antarmanusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah transmisi
melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang yang
rentan. Risiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia
• Hal ini berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap
sebagai bagian dari proses penuaan
• Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang terkait
dalam imunitas melawan virus varicella-zoster pada usia tertentu
• Penderita imunosupresi, seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan
berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik
GEJALA
• Pada awal terinfeksi virus tersebut, pasien akan menderita rasa sakit seperti terbakar dan kulit
menjadi sensitif selama beberapa hari hingga satu minggu
• Penyebab terjadinya rasa sakit yang akut tersebut sulit dideteksi apabila ruam (bintil merah
pada kulit) belum muncul
• Ruam shingles mulai muncul dari lepuhan (blister) kecil di atas dasar kulit merah dengan
lepuhan lainnya terus muncul dalam 3-5 hari
• Lepuhan atau bintil merah akan timbul mengikuti saraf dari sumsum tulang belakang dan
membentuk pola seperti pita pada area kulit
• Penyebaran bintil-bintil tersebut menyerupai sinar (ray-like) yang disebut pola dermatomal.
Bintil akan muncul di seluruh atau hanya sebagian jalur saraf yang terkait.
• Biasanya, hanya satu saraf yang terlibat, namun di beberapa kasus bisa jadi lebih dari satu saraf
ikut terlibat.
• Bintil atau lepuh akan pecah dan berair, kemudian daerah sekitarnya akan mengeras dan mulai
sembuh. Gejala tersebut akan terjadi dalam selama 3-4 minggu. Pada sebagian kecil kasus,
ruam tidak muncul tetapi hanya ada rasa sakit
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Kultur virus
Cairan dari unilepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media virus
untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman cukup lama,
sampel dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus varicella-zoster akan memakan
waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai
100%.
2. Deteksi antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur sel. Sel
dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau jarum
kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang terkonjugasi
dengan pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.
3. Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA
4. PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam cairan tubuh,
contohnya cairan serebrospina
PENGOBATAN

• Pengobatan terhadap herpes zoster terdiri dari tiga hal utama yaitu pengobatan infeksi virus
akut, pengobatan rasa sakit akut yang berkaitan dengan penyakit tersebut, dan pencegahan
terhadap neuralgia pascaherpes
• Penggunaan agen antiviral dalam kurun waktu 72 jam setelah terbentuk ruam akan
mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit akibat ruam tersebut.
Apabila ruam telah pecah, maka penggunaan antiviral tidak efektif lagi
• Contoh beberapa antiviral yang biasa digunakan untuk perawatan herpes zoster
adalah Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir
• Untuk meringankan rasa sakit akibat herpes zoster, sering digunakan kortikosteroid oral (contoh
prednisone)
• Sedangkan untuk mengatasi neuralgia pascaherpes digunakan analgesik (Topic agents),
antidepresan trisiklik, dan antikonvulsan (antikejang)
1. Analgesik yang sering digunakan adalah krim (lotion) yang mengandung senyawa calamine,
kapsaisin, dan xylocain
2. Antidepresan trisiklik dapat aktif mengurangi sakit akibat neuralgia pascaherpes karena
menghambat penyerapan kembali neurotransmiter serotonin dan norepinefrin
Contoh antidepresan trisiklik yang digunakan untuk perawatan herpes zoster adalah
Amitriptyline, Nortriptyline, Nortriptyline, dan Nortriptyline
• Untuk mengontrol sakit neuropatik, digunakan antikonvulsan seperti Phenytoin, carbamazepine,
dan gabapentin
PENCEGAHAN
• Vaksin cacar air biasa sudah dapat mengurangi kekambuhan dan gejala Herpes Zoster, tetapi
pada tahun 2006, FDA (BPOMnya Amerika Serikat) telah menyetujui penggunaan Zostavax
untuk mencegah terjadinya lepuh
• Zostavax sebenarnya adalah konsentrat vaksin cacar air biasa dan lebih ditujukan kepada
manula yang kekebalannya telah menurun
• Zostavax berhasil mengurangi lepuh hingga 50 persen
REFERENSI

• ab (Inggris)Thomas T. Yoshikawa, Joseph G. Ouslander (2006). Infection management for geriatrics in


long-term care facilities. Informa Healthcare. ISBN 978-0-8493-9893-3.Page.278-279
• ^ a b c (Inggris)Suzanne C Smeltzer, Brenda G Bare, Janice L Hinkle, Kerry H Cheever (2009). Brunner and
Suddarth's textbook of medical-surgical nursing. Lippincott Williams & Wilkins. ISBN 978-0-7817-8589-
1.Page.1689
• ^ Bethany A. Weaver, DO, MPH (2009). "Herpes Zoster Overview: Natural History and Incidence". J Am
Osteopath Assoc. 109 (6): S2–S6.
• ^ dr. Salma. "Herpes Zoster: Penyakit Kelanjutan Cacar Air". Diakses tanggal March 23, 2014.
• ^ Harian Sehat. "Gejala Penyakit Herpes Zoster: Gejala Penyakit Herpes Zoster dan Herpes Simplex".
Diakses tanggal January 12, 2015.
• Shingles (Herpes Zoster), Melissa Conrad Stöppler, MD.
• ^ Observer extra: Herpes zoster, An internist’s guide to preventing, diagnosing and treating herpes zoster.
• ^ a b Management of Herpes Zoster (Shingles) and Postherpetic Neuralgia, SETH JOHN STANKUS, MICHAEL
DLUGOPOLSKI, DEBORAH PACKER.
• ^ a b JOHNW. GNANN JR, RICHARD J. WHITLEY (2002). "CLINICAL PRACTICE: HERPES ZOSTER". The New
England Journal of Medicine. 345 (5): 340-346.
• ab Herpes Zoster: Treatment & Medication, Richard S Krause. 17 Mei 2010.
• ^ Michael S. Simberkoff, Robert D. Arbeit, Gary R. Johnson, Michael N. Oxman, Kathy D. Boardman, Heather
M. Williams, Myron J. Levin, Kenneth E. Schmader, Lawrence D. Gelb, Susan Keay, Kathleen Neuzil, Richard N.
Greenberg, Marie R. Griffin, Larry E. Davis, Vicki A. Morrison, Paula W. (2010). "Safety of Herpes Zoster
Vaccine in the Shingles Prevention Study (A Randomized Trial)". Ann Intern Med. 152: 545–554.
• "Prevention of varicella: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices
(ACIP). Centers for Disease Control and Prevention". MMWR Recomm Rep. 45 (RR–11): 1–36. July
1996. PMID 8668119.
• ^ Marin M (June 2007). "Prevention of varicella: recommendations of the Advisory Committee on
Immunization Practices (ACIP)". MMWR Recomm Rep. 56 (RR–4): 1–40. PMID 17585291.
• ^ Gagliardi AM, Gomes Silva BN, Torloni MR, Soares BG (2012). Gagliardi, Anna MZ, ed. "Vaccines for
preventing herpes zoster in older adults". Cochrane Database Syst Rev. 10:
CD008858. doi:10.1002/14651858.CD008858.pub2. PMID 23076951.

Anda mungkin juga menyukai