ABDOMEN
Dokter Pembimbing : dr. Gunadi Petrus, Sp. B, KBD
Trauma tembus
trauma abdomen dgn penetrasi ke dlm rongga peritoneum.
Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda
tajam atau luka tembak.
Epidemiologi
12,5%
7,4%
Anatomi
1.Luar
Abdomen
depan
Pinggang
Punggung
2. Dalam
Rongga Peritoneum
Parietale
Visceral
Rongga Pelvis
• Rongga retroperitoneum
Klasifikasi
Mekanisme
1. Trauma Tumpul : Tanpa penetrasi
2. Trauma Tembus : Dengan penetrasi
Kekuatan Kompresi
→Robek dan timbulnya hematoma subkapsular dari organ
visera yang padat. Juga menyebabkan perubahan bentuk
pada organ berongga & menyebabkan peningkatan tekanan
intraluminal sementara sehingga dapat menimbulkan robekan
Kekuatan Deselerasi
→ Peregangan & Memotong secara liner → ruptur dari
struktur penyokong
TRAUMA HEPAR
Berdasarkan mekanisme traumanya, trauma hepar
terbagi menjadi :
trauma tajam
trauma tumpul
Mekanisme yang menimbulkan kerusakan hepar pada
trauma tumpul : efek kompresi dan deselerasi.
(2) laserasi,
(devitalized liver)
Drainase yang adekuat dari lapangan operasi
Perawatan Pasca Bedah
Penderita dirawat di ICU atau ruang perawatan akut
berfungsi
Follow-up
Bila cedera hepar cukup signifikan dan dilakukan non
Ct-scan
KLASIFIKASI TRAUMA DUODENUM
Grade Deskripsi cedera
I Hematoma melibatkan satu segmen duodenum
Laserasi laserasi sebagian ketebalan dinding, ≠perforasi
II Hematoma melibatkan lebih dari satu segmen duodenum
Laserasi laserasi < 50% sirkumferensi
III Laserasi laserasi 50 sampai 75% sirkumferensi D2
50 sampai 100% sirkumferensi segmen D1,D3,D4
IV Laserasi laserasi >75% sirkumferensi D2
Melibatkan ampulla vater atau distal saluran
empedu
V Laserasi laserasi luas dari duodenumpankreatico
Vaskular devaskularisasi duodenum
NO DERAJAT Determinant keparahan Cedera Duodenum
RINGAN
BERAT
1
Agent Luka Tusuk Tumpul / Peluru
2
Ukuran < 75% Diameter >75% Diameter
3 Lokasi Duodenum Pars III, IV Pars I, II
4
Waktu cedera-Operasi < 24 Jam > 24 Jam
5
Cedera Penyerta Tidak ada Ada (Pankreas, CBD, dll)
6 Prognosis Mortalitas 0% 6%
Morbiditas 6% 14 %
Terapi
Grade I & II tanpa pembedahan; pengobatan
konservatif & drainase.
penanganan konservatif slm 3 minggu dgn aspirasi NGT
secara kontinyu dan nutrisi parenteral total.
Bila tanda obstruksi tidak mereda, evaluasi dengan
pemeriksaan kontras saluran cerna bagian atas dgn
interval 5-7 hari.