Anda di halaman 1dari 9

IMUNISASI

1. Jenis Imunisasi

- BCG

Berisi suspensi M.Bovis hidup yang sudah dilemahkan. Imunisasi ini tidak
mencegah infeksi Tuberkulosis (TB) tetapi mengurangi risiko terjadinya TB
berat seperti meningitis TB dan TB milier.

- Hepatitis B

Tersedia vaksin kombinasi HepB dan DTP yang berdasarkan hasil


penelitian Biofarma dapat memberikan respon antibodi lebih baik daripada
diberikan secara terpisah.

- Polio

Polio bisa menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan dan susah


bernafas. Vaksin polio digolongkan menjadi dua jenis, yaitu IPV
(inactivated polio vaccine) yang berisi virus polio yang sudah dimatikan.
Vaksin ini diberikan dalam bentuk suntikan dan OPV (oral polio vaccine),
yang mengandung virus hidup yang sudah dilemahkan.

- DPT

Terdapat jenis vaksin DtaP (pertusis aselular) atau yang pada orang
awam dianggap sebagai vaksin DTP yang tidak menimbulkan demam.
Meskipun reaksi paska imunisasi DtaP baik lokal maupun sistemik lebih
rendah dibanding DTP biasa, namun vaksin tersebut masih dapat
menimbulkan reaksi demam dan pembengkakan seperti jenis vaksin lain.

- Campak

Jika menjangkit anak-anak terutama anak dibawah lima tahun, campak


bisa berefek fatal.

- HIB

Tersedia vaksin kombinasi DTP dan HIB dengan daya imunogenitas yang
tetap tinggi tanpa mempengaruhi respon imun satu sama lainnya.

- PCV

Bayi yang berisiko tinggi mengalami kolonisasi pneumokokus, yaitu bayi


dengan infeksi saluran napas atas, menjadi perokok pasif, bayi yang tidak
mendapatkan ASI, dan bayi yang tinggal di negara 4 musim (pada musim
dingin).

- ROTAVIRUS

Di Indonesia, diare menjadi 28% penyebab kematian pada balita. Tersedia


vaksin monovalen (Rotarix) dan pentavalen (Rotareq).

- INFLUENZA

Rekomendasi IDAI, imunisasi influenza diberikan pada:

- Anak sehat yang berusia 6 bulan 2 tahun.

- Anak dengan penyakit jantung kronik, asma, diabetes, penyakit ginjal


kronis dan HIV.

- Anak yang tinggal di tempat seperti asrama, panti asuhan, atau


pesantren.

- Orang yang bisa menularkan virus flu pada orang yang berisiko tinggi,
seperti pengasuh anak dan petugas kesehatan.

- VARISELA

Tidak boleh diberikan pada anak yang sedang demam tinggi, hitung
limfosit yang rendah, alergi terhadap neomisin, dan adanya defisiensi
imun seluler.

- MMR

Imunisasi MMR tetap diberikan meskipun anak memiliki riwayat infeksi


campak, gondongan, maupun rubela. Tidak ada efek imunisasi yang
terjadi pada anak yang sebelumnya telah mendapat imunitas terhadap
salah satu atau lebih dari ketiga penyakit ini. Imunisasi ini juga tidak
berhubungan dengan autisme.

- TIFOID
Tifoid atau yang lebih dikenal dengan thypus adalah penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Bakteri ini sering ditemukan di
air dan lingkungan tempat tinggal yang tidak dijaga kebersihannya.

- HEP A

Hepatitis A adalah penyakit peradangan pada liver (hati) yang tidak jarang
pula menjangkit anak-anak.

- HPV

Jadwal pemberian imunisasi HPV tergantung dari jenis vaksin yang akan
digunakan. Imunisasi ini dapat diberikan pada pasien sejak usia 10 tahun.
Jika menggunakan vaksin HPV bivalen, diberikan 3 dosis. Dosis kedua
dilakukan sebulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga dilakukan 5
bulan kemudian. Sedangkan vaksin HPV tetravalen, juga diberikan 3
dosis, namun dosis kedua diberikan 2 bulan setelah dosis pertama, dan
dosis ketiga diberikan 4 bulan kemudian.

Sebelum memberikan vaksinasi, dokter disarankan untuk memberikan


penjelasan lebih dulu mengenai vaksinasi tersebut, di antaranya
mengenai bahaya penyakit, manfaat imunisasi, serta reaksi yang mungkin
dapat timbul setelah imunisasi.

Bagi orang tua, sebaiknya memberitahukan kepada dokter hal-hal yang


terkaitan kontraindikasi yang mungkin pernah terjadi sebelum imunisasi
diberikan, misalnya riwayat penyakit anak, alergi terhadap neomisin,
riwayat imunisasi sebelumnya, dan terapi yang sedang dilakukan. Hal ini
berguna untuk mengantisipasi reaksi tubuh anak usai imunisasi.

Sumber: www.MeetDoctor.com

Review oleh dr. Vinny Yoanna, Sp.A

PJenis Vaksin Umur Pemberian Vaksinasi


-Jadwal imunisasi di Indonesia[sunting]

Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Periode 2004 (revisi September 2003):

Umur pemberian imunisasi

Bulan Tahun
Vaksin

Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12

Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)

BCG

Hepatitis B 1 2 3

Polio 0 1 2 3 4 5

6 dT
DTP 1 2 3 4 5 atau
TT

Campak 1 2

Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (non PPI, dianjurkan)

Hib 1 2 3 4

MMR 1 2
Ulangan, tiap 3
Tifoid
tahun

diberikan 2x,
Hepatitis A interval 6-12
bulan

Varisela

Keterangan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI, periode 2004:

Umur Vaksin Keterangan

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah


Saat Hepatitis
lahir B-1 lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila
status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam
setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan
dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg
ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka
masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi
berumur 7 hari.

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama.


Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan
saat bayi dipulangkan (untuk menghindari
transmisivirus vaksin kepada bayi lain)

1 Hepatitis Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan


bulan B-2
HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
bulan
diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan
uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberkulin negatif.
2 DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,
bulan
dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1
diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2


bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1.

Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara


bulan
terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan


dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan


bulan
dengan Hib-3 (PRP-T).

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur


6 bulan tidak perlu diberikan.

Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan


B-3
respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3
minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 Campak- Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2


bulan 1
merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6
tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur
15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18 MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan
bulan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur
12 bulan.

Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-


OMP).

18 DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah


bulan
DTP-3.

Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

2 Hepatitis Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2


tahun A
tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3 Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan
tahun
untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
tahun
Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.

6 MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak


tahun.
yang belum mendapatkan MMR-1.
10 dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau
tahun
TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama
25 tahun.

Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

Keterangan:

Imunisasi BCG: Ditujukan untuk memberikan kekebalan bayi terhadap


bakteri tuberkolosis (TBC)

Imunisasi DPT: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadapat penyakit


Dipteri, Pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
Imunisasi Polio: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadap penyakit polio
(kelumpuhan)

Imunisasi Hib: Mencegah bayi terkena infeksi Haemophils influenza tipe b


yang dapat menyebabkan penyakit meningitis, infeksi tenggorokan dan
pnemonia. Imunisasi Hib ini sangat mahal, maka belum di wajibkan.

Imunisasi Pneumokokus: melindung bayi dari bakteri penyebab infeksi


pada telinga. Selain itu bakteri ini bisa menimbulkan permasalah serius
seperti meningits dan infeksi pada darah (bakteremia)

Sumber : Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi


http://bidanku.com/index.php?/jadwal-pemberian-imunisasi-
bayi#ixzz2ftW8qyHY

Follow us: @bidanku on Twitter | bidanku on Facebookenulis: Stephanie


Firdaus

Arti Definisi/Pengertian Imunisasi, Tujuan, Manfaat, Cara dan Jenis


Imunisasi Pada Manusia

Submitted by godam64 on Sun, 30/11/2008 - 08:37

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit


dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem


kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga
rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup
hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan
lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan dan hidup anak.

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk


mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti
hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar
air, tbc, dan lain sebagainya.

Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi


pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan
imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit
penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna
membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah
maupun yang kuat.

Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan


melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada
seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit
masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan
penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa
terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan
penyakit yang mencoba menyerang.

Anda mungkin juga menyukai