PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja penyebab terjadinya retardasi mental?
2. Apa saja factor resiko retardasi mental?
3. Bagaimana kemampuan social penderita retardasi mental?
4. Bagaimana kemampuan komunikasi penderita retardasi mental?
5. Bagaimana kemampuan intelektual penderita retardasi mental?
6. Bagaimana tingkah laku penderita retardasi mental?
7. Bagaimana kepribadian penderita retardasi mental?
8. Bagaimana penanganan masalah retardasi mental?
9. Terapi apa saja yang sudah dijalani oleh pasien?
10. Apa saja dampak dari retardasi mental?
2
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak
masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan
mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama pada retardasi mental ialah
intelegensi yang terbelakang atau keterbelakangan mental. Retardasi mental disebut juga
oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang
mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO)
Retardasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada
dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat
lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Retardasi mental adalah keadaan yang penting secara klinis maupun sosial. Keadaan
ini ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh gangguan yang bermakna
dalam intelegensi terukur dan perilaku penyesuaian diri (adaptatif). Retardasi mental juga
mencakup status sosial, hal ini lebih dapat menyebkan kecacatan daripada cacat khusus itu
sendiri. Karena batas-batas antara normalitas dan retardasi seringkali sulit digambarkan,
identifikasi pediatri, evaluasi dan perawatan anak dengan kesulitan kognitif serta keluarganya
memerlukan tingkat kecanggihan teknis maupun sensitivitas interpersonal yang besar.
Pada tahun 1992, Asosiasi Retardasi Mental Amerika merevisi definisi resminya
untuk memformulasikan peralihan paradigm dari memandang retardasi mental sebagai ciri
individu menjadi memandang sebagai ungkapan interaksi antara individu dengan fungsi
intelektual dan lingkungan terbatas. Akibatnya, kategori retardasi ringan, sedang, berat dan
sangat berat telah diganti dengan system klasifikasi yang menentukan 4 tingkat system
pendukung yang diperlukan untuk fungsi sehari-hari (yaitu, sebentar-sebentar, terbatas, luas
dan mudah menyebar). Ada 4 asumsi yang disajikan sebagai sangat penting terhadap
penerapan definisi baru yang tepat sebagi berikut : (1) penilaian yang benar, yang
mempertimbangkan keragaman budaya dan bahasa; (2) keterbatasan dalam kemampuan
menyesuaikan diri terjadi dalam konteks lingkungan masyarakat, khas pada umur sebayanya
dan menunjuk pada kebutuhan dukungan secara individual; (3) keterbatasan penyesuaian diri
3
bersama dengan kekuatan; dan (4) dengan dukungan yang tepat dan terus menerus, fungsi
kehidupan individu dengan retardasi mental biasanya akan membaik.(Nelson).
2.2 Etiologi
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas
sebabnya (simpleks). Keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor
sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam
kandungan atau anak-anak.
a. Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom autosomal adalah berhubungan dengan retardasi
mental, walaupun penyimpangan kromosom seks tidak selalu
berhubungan dengan retardasi mental (seperti sindrom Turner dengan
XO dan sindrom Klinifelter dengan variasi XXY, XXXY, dan XXYY).
Beberapa anak dengan sindrom Turner memiliki kecerdasan yang
normal sampai superior.
i. Sindrom Down
Sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya
kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan
retardasi mental serta anomali fisik yang beragam. Untuk seorang ibu
usia pertengahan (> 32 tahun), resiko memiliki anak dengan sindroma
Down adalah kira-kira 1 dalam 100 kelahiran. Retardasi mental adalah
ciri yang menumpang pada sindrom Down. Sebagian besar pasien
berada dalam kelompok retardasi sedang sampai berat., hanya sebagian
kecil yang memiliki IQ di atas 50. Diagnosis sindrom Down relative
mudah pada anak yang lebih besar tetapi seringkali sukar pada
neonates. Tanda yang paling penting pada neonates adalah hipotonia
umum, fisura palpebra yang oblik, kulit leher yang berlebihan,
tengkorak yang kecil dan datar, tulang pipi yang tinggi, dan lidah yang
menonjol. Dapat dilihat juga tangan tebal dan lebar, dengan garis
transversal tunggal pada telapak tangan, dan jari kelingking pendek
dan melengkung ke dalam.
4
Gambar 1. Karakteristik Sindroma Down
Sindrom Down. Sindrom Down pertama kal dijelaskan oleh dokter berkebangsaan Inggris,
Langdon Down pada tahun 1866 dan didasarkan pada karakteristik fisik yang disertai dengan
fungsi mental subnormal. Sejak saat itu, sindrom Down menjadi sindrom yang paling banyak
diteliti dan paling banyak dibicarakan dalam retardasi mental. Anak-anak dengan sindrom
awalnya dinamakan mongoloid karena karakteristik fisiknya mata yang sipit, lipatan
epikantus, dan hidung yang pesek.
Walaupun teori dan hipotesis semakin maju dalam 100 tahun terakhir, penyebab
Sindrom Down masih belum diketahui. Terdapat persetujuan tentang beberapa faktor
predisposisi dalam gangguan kromosomdiantaranya, bertambahnya usia ibu, kemungkinan
bertambahnya usia ayah, dan radiasi sinar-X. Masalah penyebab semakin dipersulit oleh
dikenalinya tiga tipe penyimpangan kromosom pada Sindrom Down:
1. Pasien dengan trisomi 21 (tiga kromosom 21), yang biasanya dua) mewakili sebagian
besar; memiliki 47 kromosom, dengan kromosom 21 tambahan. Karyotipe ibu adalah normal.
Suatu nondisjungsi selama meiosis, terjadi dengan alasan yang tidak diketahui, dianggap
bertanggung jawab untuk terjadinya gangguan.
2. Nondisjungsi yang terjadi setelah fertilisasi pada tiap pembelahan sel menyebabkan
mosaikisme, suatu kondisi dimana sel normal dan sel trisomik ditemukan pada berbagai
jaringan.
3. Pada translokasi terdapat fusi dua kromosom, paling sering pada 21 dan 15, yang
menyebabkan keseluruhan 46 kromosom, walaupun adanya kromosom 21 tambahan.
Gangguan ini, tidak seperti trisomi 21, biasanya diturunkan, dan kromosom yang translokasi
5
mungkin ditemukan pada orangtua dan sanak saudara yang tidak terkena. Pembawa (carrier)
asimtomatik tersebut hanya memiliki 45 kromosom.
Insidensi Sindrom Down di Amerika Serikat adalah kira-kira 1 pada setiap 700 kelahiran.
Dalam penjelasan aslinya, Down menyebutkan frekuensi adalah 10% di antara semua pasien
retardasi mental. Sekarang, kira-kira 10% pasien dengan Sindrom Down berada dalam
institusi untuk retardasi mental. Untuk seorang ibu usia pertengahan (lebih dari 32 tahun),
resiko memiliki anak dengan Sindrom Down dengan trisomi 21 adalah kira-kira 1 dalam 100
kelahiran, tetapi, jika terdapat translokasi, resiko kira-kira sepertiga. Fakta tersebut memiliki
kepentingan khusus dalam konselng genetik.
Retardasi mental adalah ciri yang menumpang pada Sindrom Down. Sebagian besar pasien
berada dalam kelompok retardasi sedang sampai berat, hanya sebagian kecil yang memiliki
I.Q. di atas 50. Perkembangan mentaltampaknya berkembang normal dari lahir sampai usia 6
bulan. Skor I.Q. secara bertahap menurun dari dekat normal pada usia 1 tahun sampai kira-
kira 30 pada usia yang lebih tua. Penurunan kecerdasan mungkin nyata atau terlihat. Mungkin
saja tesinfantil tidak mengungkapkan keseluruhan defek, yang mungkin menjadi
bermanifestasi jika digunakan tes yang canggih pada masa anak-anak awal. Menurut banyak
sumber, pasien dengan Sindrom Down adalah tenang, riang, dan bekerja sama, yang
mempermudah penyesuaian diri mereka di rumah. Gambaran tampaknya berubah pada masa
remaja yang mungkin mengalami berbagai kesulitan emosional, gangguan perilaku, dan
(jarang) gangguan psikotik.
Diagnosis Sindrom Down relatif mudah diperbuat pada anak yang lebih besar tetapi sering
kali sukar pada bayi neonatus. Tanda yang paling penting pada neonatus adalah hipotonia
umum, fisura palpebra yang oblik, kulit leher yang berlebihan, tengkorak yang kecil dan
datar, tulang pipi yang tinggi, dan tulang yang menonjol. Tangan adalah tebal dan lebar,
dengan garis transversal tunggal pada telapak tangan, dan jari kelingking adalah pendek dan
melengkung ke dalam. Refleks Moro adalah lemah atau tidak ada. Lebih dari 100 tanda atau
stigmata dijelaskan dalam Sindrom Down, tetapi jarang ditemukan semuanya pada satu
orang.
Harapan hidup dulu kira-kira 12 tahun. Dengan kemajuan antibiotika, sedikit pasien
muda menderita infeksi, tetapi banyak dari mereka yang hidup tidak lebih dari usia 40 tahun.
Orang dengan Sindrom Down cenderung menunjukkan pemburukan yang jelas dalam
bahasa, daya ingat, keterampilan merawat diri sendiri, dan memecahkan masalah pada usia
30 tahunan. Penelitian postmortem pada orang dengan Sindrom Down yang berusia lebih dari
40 tahun menunjukkan tingginya insidensi plak senilis dan kekacauan neurofibrilar, seperti
6
yang terlihat pada penyakit Alzheimer. Kekacauan neurofibrilar diketahui terjadi pada
berbagai penyakit degeneratif, sedangkan plak senilis paling sering ditemukan pada penyakit
Alzheimer dan Sindrom Down, yang mengesankan kedua gangguan memiliki patofisiologi
yang sama.
7
yang memberikan nama sindrom secara bertahap berubah dan
menghilang dengan bertambahnya usia.
8
biasanya sangat terganggu atau tidak ditemukan. Koordiansi anak adalah
buruk, dan mereka memiliki banyak kesulitan perceptual.
Gambar. Phenylketouria
c. Faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi dan
penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi
adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga
dapat menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan
herpes genital. Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat
mempengaruhi bayi melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik
dan retardasi mental yang parah. Anak-anak yang ibunya minum alkohol
selama kehamilan sering lahir dengan sindrom fetal dan merupakan kasus
paling nyata sebagai penyebab retardasi mental. Komplikasi kelahiran, seperti
kekurangan oksigen atau cedera kepala, infeksi otak, seperti encephalitis dan
meningitis, terkena racun, seperti cat yang mengandung timah sangat
berpotensi menyebabkan retardasi mental.
9
d. Faktor Perinatal
Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi premature dan bayi dengan
berat badan lahir rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan
neurologis dan intelektual yang bermanifestasi selama tahun-tahun
sekolahnya. Bayi yang menderita pendarahan intrakranial atau tanda-tanda
iskemia serebral terutama rentan terhadap kelainan kognitif. Derajat gangguan
perkembangan saraf biasanya berhubungan dengan beratnya perdarahan
intrakranial.
10
f. Faktor Lingkungan dan Sosiokultural
Suatu bentuk retardasi mental dipengaruhi oleh lingkungan dengan
sosioekonomi rendah. Faktor-faktor psikososial, seperti lingkungan rumah
atau sosial yang miskin, yaitu yang memberi stimulasi intelektual,
penelantaran atau kekerasan dari orang tua, dapat menjadi penyebab atau
memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental pada anak-anak.
Tidak ada penyebab biologis yang telah dikenali pada kasus tersebut.
Anak-anak dalam keluarga yag miskin dan kekurangan secara
sosiokultural adalah sasaran dari kondisi merugikan perkembangan dan secara
potensial patogenik. Lingkungan prenatal diganggu oleh perawatan medis
yang buruk dan gizi maternal yang buruk. Kehamilan remaja sering disertai
dengan penyulit obstetric, prematuritas, dan berat badan lahir rendah.
Perawatan medis setelah kelahiran buruk, malnutrisi, pemaparan dengan zat
toksin tertentu seperti timbale dan trauma fisik adalah serig terjadi.
Ketidakstabilan keluarga, sering pindah, dan pengasuh yang berganti-ganti
tetapi tidak adekuat sering terjadi. Selain itu, ibu dalam keluarga tersebut
sering berpendidikan rendah dan tidak siap memberikan stimulasi yang sesuai
bagi anak-anaknya.
Masalah lain yang tidak terpecahkan adalah pengaruh ganguan mental
parental yang parah. Gangguan tersebut dapat menganggu pengasuhan dan
stimulasi anak dan aspek lain dari lingkungan mereka, dengan demikian
menempatkan anak pada resiko perkembangan. Anak-anak dari orang tua
dengan gagguan mood dan skizofrenia diketahui berada dalam resiko
mengalami gangguan tersebut dan gangguan yang berhubungan. Penelitian
terakhrir menunjukkan tingginya prevalensi gangguan keterampialan motorik
dan gangguan perkembangan lainnya tetapi tidak selalu disertai retardasi
mental.
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:
1. Non organik
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
Faktor sosiokultural
Interaksi anak denga pengasuh yang tidak baik
Penelantaran anak
11
2. Organik
Faktor pra konsepsi
- Abnormalitas single gen (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurokutaneus, dll)
- Kelainan kromosom (x-linked, translokasi, fragile-x)
Faktor pranatal
- Gangguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromososm (trisomi, mozaik, dll)
Infeksi intrauterin, TIRCH, HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)
Disfungsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
- Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intrauterin
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat)
Ibu : diabetes melitus, fenilketonuria (PKU)
Toksemia gravidarum
Disfungsi plasenta
Ibu malnutrisi
Faktor perinatal
- Sangat prematur
- Asfiksia neonatorum
- Trauma lahir: perdarahan intrakranial
- Meningitis
- Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
Faktor postnatal
- Trauma berat pada kepala atau susunan saraf pusat
- Neurotoksin
- CVA (Cerebrovascular Accident)
- Anoksia, misalnya teggelam
- Metabolik
Gizi buruk
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid
12
Aminoasiduria, misalnya PKU
Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll
Polisakaridosis, misalnya sindrom hurler
Serebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali
- Infeksi
Meningitis, ensefalitis
Subakut, sklerosing panensefalitis
13
Akibat kelainan kromosom. Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau
dalam bentuknya. Hal ini mencakup jumlah terbesar dari penyebab genetic dan paling
sering adalah trisomi yang melibatkan kromosom tambahan, misalnya 47
dibandingkan keadaan normal sebesar 46. Kelainan kromosom seks, seperti sindroma
Klinefeker (XXY), sindroma Turner dan berbagai mosaic, dapat juga berkaitan
dengan retardasi mental.
Akibat prematuritas. Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan
dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram atau
dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain
seperti dalam sub kategori sebelum ini.
Akibat gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah
terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.
Akibat deprivasi psikososial. Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor faktor
biomedik maupun sosiobudaya.
Gangguan Prakonsepsi
Kelainan gen tunggal (misalnya: kesalahan metabolism bawaan, gangguan nuerokutan)
kelainan kromosom (misalnya: gangguan terkait-X, translokasi, X fragile)
Gangguan Embrio Awal
Gangguan kromosom (misalnya: trisomi, mosaics)
Infeksi (misalnya: sitomegalovirus, rubella, toksoplasmosis, virus imunodefisiensi manusia)
Teratogens (misalnya: alcohol, radiasi)
Disfungsi plasenta
Malformasi system saraf sentral congenital (idiopatik)
Gangguan Otak Janin
Infeksi (misalnya: virus imunodefisiensi manusia, toksoplasmosis, sitomegalovirus, herpes
simpleks)
Toksin (misalnya: alcohol, kokain, timah hitam, fenilketonuria pada ibu)
Insufisiensi plasenta/malnutrisi intrauteri
Kesukaran Perinatal
Prematuritas ekstrim
Jejas hipoksik-iskemik
Perdarahan intrakranium
Gangguan metabolic (misalnya: hipoglikemia, hiperbilirubinemia)
Infeksi (misalnya: herpes simpleks, meningitis bacteria)
Gangguan Otak Pascalahir
14
Infeksi (misalnya: ensefalitis, meningitis)
Trauma (misalnya: jejas kepala berat)
Asfiksia (misalnya: hamper tenggelam, apnea lama, tercekik)
Gangguan metabolisme (misalnya: hipoglikemia, hipernatremia)
Toksin (misalnya: timah hitam)
Perdarahan intrakranium
Malnutrisi
Gangguan Berdasarkan Pengalaman Pascalahir
Kemiskinan dan disorganisasi keluarga
Disfungsi interaksi penyedia-perawatan
Psikopatologi orangtua
Orangtua yang menyalahgunakan obat
Pengaruh-Pengaruh yang Belum Diketahui
2.3 Epidemiologi
15
sering ditemukan dari kasus retardasi mental. Sekitar 40% kasus retardasi mental derajat
berat disebabkan oleh kelainan pada kromosomnya, sedangkan frekuensi abnormalitas
kromosom pada kasus retardasi mental derajat ringan sekitar 10%. Kelainan kromosom yang
paling sering ditemukan pada penderita retardasi mental adalah trisomi, yang sering
melibatkan kromosom 13, 18, dan 217. Trisomi 21 merupakan penyebab utama retardasi
mental secara genetic dimana terjadi kelainan pada jumlah kromosom 21 dengan prevalensi
sekitar 1 : 700 bayi baru lahir. Trisomi ini sering juga dikaitkan dengan hubungan antara
umur ibu dengan saat terjadi pembuahan / kehamilan. 7,9,10 Sindrom Fragile-X merupakan
penyebab tersering retardasi mental yang diwariskan dengan insidensi sekitar 1: 1000-1400
pada laki-laki dan pada perempuan insidensinya 1:1000 adalah karier dan 1:2500-3000
adalah sindrom fragile-X.11 Kebanyakan kasus Sindrom Fragile-X disebabkan karena
pemanjangan lebih dari 200 copy pengulangan CGG. Sindrom Fragile-X dapat diwariskan
dari wanita yang mengalami premutasi pada gen FMR-1 (premutasi karier). Berdasarkan
studi yang terkini, retardasi mental yang disebabkan oleh kelainan genetika dapat terjadi
karena (i)abnormalitas struktur atau jumlah kromosom yang berakibat pada hilangnya
material gen, (ii) deregulasi pada ncetakan gen atau regio genom yang spesifik, (iii)
abnormalitas pada gen tunggal yang dibutuhkan pada perkembangan fungsi kognitif.4
Kelainan kromosom dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kelainan struktur dan kelainan
jumlah. Kelainan kromosom dapat timbul akibat kelainan pada proses pembelahan sel
(meiosis atau mitosis) yang dipengaruhi oleh umur ibu yang tua dan faktor resiko yang
lainnya. Mekanisme non-disjunction dan anafase lag dapat menyebabkan abnormalitas
jumlah kromosom, sedangkan fenomena break and join menghasilkan kelainan struktur
kromosom misalnya translokasi. Pemeriksaan sitogenetika adalah pemeriksaan yang
digunakan untuk mempelajari kromosom normal dan abnormal dengan mikroskop cahaya.
Pemeriksaan kromosom / sitogenetik merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan untuk
mendiagnosis retardasi mental yang disebabkan oleh kelainan pada kromosom. Pemeriksaan
ini dapat melihat keseluruhan material genom dengan resolusi sekitar >5-10 Mbp.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi penambahan atau hilangnya material kromosom dalam
jumlah yang besar dan
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan pada besarnya resolusi sehingga selainn pemeriksaan
sitogenetika, juga perlu dilakukan pemeriksaan molekuler seperti FISH / MLPA terhadap
penderita dengan retardasi mental.
16
2.4 Manifestasi Klinis
Riwayat alamiah retardasi mental sangat bervariasi dan tergantung pada tersedianya
pengalaman pendidikan dan terapiutik yang tepat, juga pada maturasi saraf dan adanya
kecacatan terkait. Meskipun banyak anak kecil yang bias mengalami periode plateau
sementara, yang mana selama masa tersebut kemajuan yang dapat diukur mungkin minimal,
kebanyakan individe dengan retardasi mental memperoleh kemampuan yang baru dan terus
belajar selama hidupnya. Kemampuan untuk merumuskan prognosis spesifik, kecuali untuk
anak yang menampakkan retardasi mental berat sampai sangat berat, adalah sangat terbatas,
terutama selam tahun-tahun prasekolah. Terus terang, anak dalam kisaran retardasi relatif
ringan yang mendapat pendidikan yang tepat dapat mencapai tingkat membaca kelas 4
sampai kelas 6, dan mungkin ia mampu berfungsi secara relative tak tergantung seperti
orang-orang dewasa pada umumnya. Individu dengan keterbatasan intelektual yang lebih
bermakna memerlukan tingkat pengawasan yang lebih besar, tergantung pada kisaran
kemampuan penyesuaian dirinya. Anak dengan riwayat yang menunjukkan kehilangan
kemampuan yang telah didapat sebelumnya merupakan subkelompok penting yang harus
diamati terhadap diagnosis gangguan neurologis yang progresif, bukannya statis. Pada kasus-
17
kasus demikian, penjelekan perkembangan jarang reversible, tetapi diagnosis yang tepat
adalah penting untuk konseling genetik dan memberikan dukungan bagi keluarga.
Tabel 2 Tanda-Tanda Fisik Atipik yang Dapat Dihubungkan dengan Bertambahnya Insiden
Retardasi Mental
Rambut Kepala
Keriting ganda Mikrokranium
Halus, mudah putus, cepat abu-abu atau putih Makrokranium
menyeluruh
Jarang atau tanpa rambut
Mata Tangan
Mikroftalmia Metacarpal ke 4 atau ke 5 pendek
Hipertelorisme Jari-jari tangan pendek, gemuk
Hipotelorisme Jari-jari tangan panjang, tipis, meruncing
Miring keatas dan keluar atau kebawah dan Ibu jari tangan lebar
keluar Klinodaktili
18
Lipatan epikantus sebelah dalam dan sebelah Kelaianan dermatoglifik (misalnya: triradius
luar distal)
Koloboma iris atau retina Garis kulit telapak tangan melintang
Bintik-bintik Brushfield Kelainan kuku
Pupil terletak eksentris
Nistagmus
Telinga Kaki
Pinna letak rendah Metatarsal ke 4 atau ke 5 pendek
Pembentukan heliks sederhana atau abnormal Jari kaki tumpang tindih
Jari kaki pendek, gemuk
Ibu jari kaki besar dan lebar
Garis kulit yang mengarah dari sudut jari
kaki pertama dan kedua terlihat dalam
Hidung Genitalia
Jembatan hidung rata Genitalia yang tidak jelas
Ukuran kecil Mikropenis
Lubang hidung menghadap keatas Testis besar
Wajah Kulit
Panjang filtrum bertambah Bintik-bintik caf-au-lait
Hipoplasia maksilla atau mandibula Nevus depigmentasi
Mulut Gigi
Bentuk bibir atas V terbalik Bukti adanya kelainan pembentukan email
(enamelogenesis)
Lengkungan palatum lebar atau tinggi
Kelainan odontogenesis
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang
yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
19
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang
terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan
tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
20
ringan
Berat 20-35 Bisa Bisa berbicara Bisa memelihara
mengucapkan atau belajar diri sendiri
beberapa kata berkomunikasi dibawah
Mampu Bisa pengawasan
mempelajari mempelajari Dapat melakukan
kemampuan kebiasaan beberapa
untuk menolong hidup sehat yg kemampuan
diri sendiri sederhana perlindungan diri
Tidak memiliki dalam lingkungan
kemampuan yg terkendali
ekspresif atau
hanya sedikit
Koordinasi otot
jelek
Sangat 19 atau Sangat Memiliki Memiliki
berat kurang terbelakang beberapa beberapa
Koordinasi koordinasi otot koordinasi otot &
ototnya sedikit Kemungkinan berbicara
sekali tidak dapat Bisa merawat diri
Mungkin berjalan atau tetapi sangat
memerlukan berbicara terbatas
perawatan khusus Memerlukan
perawatan khusus
2.5 Diagnosis
Laporan orangtua mengenai kemampuan perilaku khas anak dalam hubungannya
dengan prosedur skrining dalam ruang praktek merupakan sumber yang penting dan saling
melengkapi. Bagi anak kecil yang dilibatkan pada program diluar rumah (misalnya, penitipan
anak atau prasekolah), kesan penyedia perawatan atau guru juga sangat bermanfaat.
Kekuatiran yang timbul pada orangtua, penyedia perawatan bukan orangtua, atau guru, atau
dengan observasi langsung anak memerlukan pengamatan secara sistematik.bagaiman
21
luasnya penilaian perkembangan menyeluruh yang dapat dilakukan ditempat perawatan
primer, tergantung pada kepakaran dokter dan staf tempat prakteknya.
Kisaran pemeriksaan laboratorium harus dipikirkan pada evaluasi medis anak dengan
retardasi mental. Tabel 3 mencantumkan pemeriksaan-pemeriksaan penting laboratorium dan
indikasi-indikasi penggunaannya. Semakin bertambahnya pengertian terhadap frekuensi
sindroma X rapuh telah menolong beberapa klinisi untuk secara dini menunjukkan kariotip
rutin untuk menyingkirkan diagnosis ini dari semua anak yang menderita retardasi dengan
penyebab yang belum diketahui. Lagipula, kemajuan dalam teknologi analisis kromosom
telah mendorong beberapa pakar merekomendasikan penelitian ulang kariotip anak dengan
retardasi yang bermakna yang mempunyai tanda-tanda normal beberapa tahun sebelumnya.
22
dididentifikasi, retardasi tersebut dianggap sebagai akibat pengaruh congenital yang belum
diketahui terhadap perkembangan otak.
Tabel 3. Beberapa Indikasi untuk Penilaian Laboratorium pada Anak Kecil dengan Retardasi
Mental
23
Batang tubuh pendek Koreoatetois
Hepatosplenomegali
Kornea keruh
Gangguan pendengaran
Perawakan pendek
Sendi kaku
Bahan Pereduksi Urin Asam Lemak Rantai Amat Panjang
Katarak Tanda-tanda fenotipik atipik
Hepatomegali Hepatomegali
Kejang-kejang Kejang-kejang dan hipotonia awal
Kehilangan pendengaran
Degenerasi retina
Kalsifikasi tulang yang menyimpang
(aberans)
Ammonium Plasma Laktat dan Piruvat Darah Ditambah
Muntah episodic dan asidosis metabolik Pemeriksaan Mitokondria Tertentu
Asidosis metabolic
Kejang-kejang mioklonik
Kelemahan progresif
Ataksia
Degenerasi retina
Kista ginjal
Oftalmoplegia
Episode seperti stoke berulang
Asam Keton Urin Titer Virus untuk Infeksi Kongenital
Kejang-kejang Gangguan pendengaran sensorineural
Rambut pendek rapuh Hepatosplenomegali neonatus
Ruam petekhie neonatus
Korioretinitis
Mikroftalmia
Kalsifikasi intrakranium
Mikrosefali
Timah Hitam Darah Elektroensefalogram
24
Riwayat makan tanah Kecurigaan gangguan kejang-kejang
Anemia Gangguan bahasa reseptif berat
Seng Serum Tomografi Komputasi atau Foto
Akrodermatitis Resonansi Magnetik
Pembesaran kepala progresif
Sklerosis tuberose
Tembaga dan Seruplasmin Serum Kecurigaan radang otak besar
Gerakan tidak disengaja Kejang-kejang setempat
Sirosis Kecurigaan massa intrakranium
Cincin Kayser-Fleischer
2.7 Penanganan
Salah satu peran yang penting dan paling utama yang dilakukan dokter mencakup
sintesis awal dan penyajian temuan-temuan diagnostic kepada keluarga. Proses ini
melibatkan interaksi sensitive yang rinciannya sering diingat dan diceritakan kata demi
kataoleh para orang tua selama bertahun-tahun kemudian. Klinisi yang terambil memberikan
informasi lengkap dan akurat mengenai apa saja yang diketahui manyangkut sifat dan
kemungkinan penyebba kecacatan anak, mengidentifikasi daerah kemampuan relative dan
perilaku adaptif, memberikan dukungan emosional, bekerja sama dengan keluarga untuk
menentukan tujuan dan sasaran tertentu dan merumuskan strategi untuk manegemen lebih
lanjut, memberikan dukungan emosional, bekerja sama dengan keluarga untuk menentukan
tujuan dan sasaran tertentu dan merumuskan strategi untuk manegemen lebih lanjut,
memberikan cukup kesempatan pada orang tua untuk mengenali kebutuhan-kebutuhannya
25
sendiri terhadap informasi lebih lanjut, dan berespons secara jujur terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang tidak dapat dijawab. Bila ditangani dengan baik, wawancara awal yang
penuh informasi dapat memberikan dasar yang kuat untuk kerja-sama terus-menerus antara
orangtua dan para ahli.
26
BAB III
METODE PELAKSANAAN
27
3.6 Pengolahan data
Analisis deskriptif yaitu pengolahan data yang dilakukan dengan cara
membandingkan teori dan data di lapangan
28
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah proposal kami, semoga proposal ini menjadi bahan pertimbangan dan
perhatian dr. Rizal Ambiar, Sp. THT selaku pembimbing Tutorial 3 dalam mendukung
kegiatan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) yang kami laksanakan dalam rangka meningkatkan
Sumber Daya Manusia sekaligus untuk memenuhi tugas pada blok XVI ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ahuja AS, Thapar A, Owen MJ. Genetics of mental retardation. Indian J Med Sci 2005 Sep;
59(9): 407-417
Kaplan HI & Sadock BJ. 2010. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis,
Maramis, WF. 1980. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan 2. Airlangga University Press:
Surabaya
Acocella, dkk. (1996). Abnormal Psychology (7th ed). New York : Mc Graw Hill.
Behrman, dkk. (1999). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol. 1 (ed. 15). Jakarta : EGC
30
KUISIONER
Identitas
a. Nama :
b. Umur :
Kemampuan Motorik
Apakah anak sudah mampu menulis?
Sejak kapan anak mampu menulis?
Apakah anak aktif dalam bermain?
Apakah anak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari sendiri (makan,
mandi, berpakaian)?
Apakah anak termasuk orang yang hiperaktif (sering bergerak-gerak, tidak
bisa diam)?
Apakah anak memiliki kemampuan dibidang seni (menari) atau olahraga?
Kemampuan sosial
Apakah anak mudah bergaul dengan teman sebayanya?
Apakah anak suka bermain dengan teman-temannya?
Apakah anak sering mengganggu temannya (membuat temannya menangis)?
Apakah anak mudah bergaul dengan keluarga?
Apakah anak kenal dengan keluarga nya ( paman, bibi, sepupu)?
Apakah anak sering meminta/mencari perhatian dengan tidakan tertentu?
(manja)
Apakah anak tipe anak sering menangis tanpa sebab?
Apakah anak tipe anak yang penakut?
Apakah anak tipe anak yang pendiam?
31
Apakah anak tipe anak yang sensitive (mudah tersinggung)?
Apakah anak memiliki pobhia?
Kemampuan komunikasi
Apakah anak sudah bisa bicara?
Sejak kapan anak sudah bisa bicara?
Sejak kapan anak mampu merangkai kata-kata?
Bagaimana cara anak berbicara (terbata-bata, lancar, pelan, dsb)?
Apakah anak suka mengobrol/berbicara/bercerita dengan teman dan
keluarganya?
Apakah anak berbicara atau meminta kepada orang tuanya jika menginginkan
sesuatu?
Apakah anak mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga dimengerti oleh
orang lain?
Kemampuan Intelektual
Apakah anak sudah mampu membaca?
Sejak kapan anak mampu membaca?
Apakah anak aktif dalam belajar?
Apakah anak mampu mengingat pelajaran di sekolah?
Apakah anak pernah melakukan test IQ?
Jika iya, berapa hasil dari test IQ tersebut?
Bagaimana prestasi akademik dan non akademik anak?
Kepribadian
Apakah anak mudah beradaptasi dengan lingkungan atau situasi yang baru?
Apakah anak suka menyakiti diri sendiri?
Bagaimana respon anak saat berinteraksi dengan orang lain?
32
Riwayat kehamilan
Berapa usia saat ibu sedang mengandung?
Bagaimana keadaan gizi ibu saat hamil?
Apakah ibu pernah menderita suatu penyakit saat hamil, jika iya penyakit apa
yang pernah di derita ibu?
Apakah ibu pernah mengkonsumsi obat-obatan pada saat hamil?
Bagaimana keadaan emosional ibu saat hamil?
Riwayat Kelahiran
Berapa usia kandungan saat anak lahir?
Apakah anak lahir dengan spontan (tanpa alat bantu)?
Bagaimana keadaan anak saat lahir (langsung menangis?)
Berapa berat nya saat lahir?
Berapa panjang badan anak saat lahir?
Penyakit apa saja yang pernah di derita anak sejak lahir?
Riwayat Keluarga
Apakah ibu dan ayah masih mempunyai hubungan keluarga dekat?
Apakah ada keluarga ibu yang pernah mengalami keterbelakangan mental?
Adakah keluarga ayah yang pernah mengalami keterbelakangan mental?
Berapa saudara yang adik punyai?
Bagaimana keadaan saudara-saudara adik?
Bagaimana peran orang tua dalam menghadapi masalah adik?
Bagaimana penerimaan lingkungan sekitar anak?
Riwayat pengobatan
Apakah anak pernah di konsultasikan ke dokter?
Pada umur berapa anak dikonsultasikan ke dokter?
Apakah sudah diterapi/berobat?
Terapi/obat apa saja yang sudah diberikan?
Bagaimana keadaan pasien setelah dilakukan terapi/diberi obat?
33
34