Anda di halaman 1dari 4

[tutup]

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Twitter, Instagram dan IRC


connect
#wikipedia-id

Korupsi di Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi
artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi
merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh
penelitian perbandingan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi paling
rendah. Keadaan ini bisa menyebabkan pemberantasan korupsi di Indonesia semakin
ditingkatkan oleh pihak yang berwenang.

Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia.


Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang
melihat peringkat

dalam perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari
banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia. Sebenarnya pihak yang berwenang, seperti
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) telah berusaha melakukan kerja maksimal. Tetapi
antara kerja yang harus digarap jauh lebih banyak dibandingkan dengan tenaga dan waktu
yang dimiliki KPK.

Daftar isi
1 Pemberantasan korupsi di Indonesia
o 1.1 Orde Lama
2 Orde Baru
3 Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971
o 3.1 Reformasi
4 Pustaka

Pemberantasan korupsi di Indonesia


Pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi dalam 3 periode, yaitu pada masa Orde
Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.

Orde Lama

Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960

Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang
dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani
menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa
kegagalan pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali
Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal ditangkap oleh Polisi
Militer. Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku memberikan satu setengah juta rupiah kepada
Ruslan Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam kasus
tersebut mantan Menteri Penerangan kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet sebelumnya),
Syamsudin Sutan Makmur, dan Direktur Percetakan Negara, Pieter de Queljoe berhasil
ditangkap.

Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar justru kemudian dipenjara tahun 1961 karena dianggap
sebagai lawan politik Sukarno.

Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dan asing di Indonesia tahun 1958 dipandang


sebagai titik awal berkembangnya korupsi di Indonesia. Upaya Jenderal AH Nasution
mencegah kekacauan dengan menempatkan perusahaan-perusahaan hasil nasionalisasi di
bawah Penguasa Darurat Militer justru melahirkan korupsi di tubuh TNI.

Jenderal Nasution sempat memimpin tim pemberantasan korupsi pada masa ini, namun
kurang berhasil.

Pertamina adalah suatu organisasi yang merupakan lahan korupsi paling subur.

Kolonel Soeharto, panglima Diponegoro saat itu, yang diduga terlibat dalam kasus korupsi
gula, diperiksa oleh Mayjen Suprapto, S Parman, MT Haryono, dan Sutoyo dari Markas
Besar Angkatan Darat. Sebagai hasilnya, jabatan panglima Diponegoro diganti oleh Letkol
Pranoto, Kepala Staffnya. Proses hukum Suharto saat itu dihentikan oleh Mayjen Gatot
Subroto, yang kemudian mengirim Suharto ke Seskoad di Bandung. Kasus ini membuat DI
Panjaitan menolak pencalonan Suharto menjadi ketua Senat Seskoad.

Orde Baru
Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971
Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.

Reformasi

Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001

Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi:

1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi)

2. Komisi Pemberantasan Korupsi

3. Kepolisian
4. Kejaksaan

5. BPKP

6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW)

Pustaka
(Indonesia) Mochtar Lubis, Manusia Indonesia: (sebuah pertanggungjawaban),
Yayasan Obor Indonesia (2001), ISBN 9794613460 ISBN 978-979-461-346-7

Kategori:

Korupsi di Indonesia

Menu navigasi
Buat akun baru
Masuk log

Halaman
Pembicaraan

Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu

Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Bagikan

Facebook
Google+
Twitter

Cetak/ekspor

Buat buku
Unduh versi PDF
Versi cetak

Perkakas

Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Item di Wikidata
Kutip halaman ini

Bahasa lain

English

Sunting interwiki

Halaman ini terakhir diubah pada 4 Agustus 2015, pukul 08.15.


Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangkalan
Pengembang
Tampilan seluler

Anda mungkin juga menyukai