Anda di halaman 1dari 3

The Perceptions Of Pre-Service And In-Service Teachers Regarding A Project-Based

STEM Approach To Teaching Science

Persepsi Guru Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Pendekatan STEM Berbasis


Proyek Untuk Mengajar Sains
Nyet Moi Siew, Nazir Amir dan Chin Lu Chong (2015)

I. Latar Belakang
Sistem pendidikan Malaysia saat ini sedang mengalami transformasi, salah
satu rencananya yaitu menciptakan generasi yang bisa berpikir kreatif, inovatif dan
kritis. Sebagai bagian dari upaya reformasi, Departemen Malaysia Pendidikan (MOE)
telah menciptakan inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dan
siswa dalam mata pelajaran Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika (STEM) dan
menciptakan pengalaman belajar yang akan mempersiapkan siswa untuk berkarir di
bidang STEM.
Untuk menarik lebih banyak siswa dalam berkarir di bidang STEM, siswa
harus diberikan pengalaman belajar yang bermakna , memotivasi dan yang
berhubungan dengan konteks mereka sendiri. Untuk tujuan ini, pendidik ilmu harus
mampu menawarkan pengalaman belajar yang melibatkan para siswa dalam realistis,
masalah, bekerja dengan orang lain, dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan
kreativitas dalam mencari solusi untuk masalah di dunia nyata. Namun, guru mungkin
menghadapi tantangan yang signifikan untuk mendorong minat pada mata pelajaran
STEM. Salah satu tantangan terbesar bagi ilmu pendidikan dasar dan menengah
Malaysia adalah memilih model yang cocok untuk mengajar STEM di kelas.
II. Variabel Penelitian
Bebas : Pendekatan STEM Berbasis Proyek
Terikat : Persepsi Guru
III. Metodologi Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran
yaitu menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk menjawab pertanyaan
penelitian dan bagaimana guru bisa mempraktekkan apa yang mereka pelajari di
bengkel. Dua hari akhir pekan dialokasikan untuk lokakarya. Desain lokakarya
delapan jam yang sama setiap hari. Padahari pertama (Sabtu), 25 guru sains yang
terlibat, mereka terdiri dari lima laki-laki dan 20 perempuan berusia antara 20 dan 23,
dan tidak memiliki pengalaman mengajar dengan pjbl sebelumnya di sekolah-sekolah.
Pada hari kedua (Minggu), 21 guru yang terlibat, mereka terdiri enam laki-laki dan
15 perempuan berusia antara 32 dan 40, dan memiliki 8 sampai 14 tahun pengalaman
mengajar dengan pjbl di sekolah dasar. Delapan puluh satu persen dari guru sains
tidak memiliki pengalaman sebelumnya dengan PjBL, sedangkan 19% kadang-
kadang memasukkan pendekatan pengajaran berbasis proyek dalam mengajar.
Instrumen penelitian ini menggunakan formulir survei (data kuantitatif) dan
wawancara (data kualitatif). Untuk data kuantitatif, perbedaan persentase skor antara
pra-survey dan pasca-survei dihitung sebagai ukuran perubahan persepsi peserta.
Untuk data kualitatif tertulis dan lisan, para peneliti menggunakan metode penafsiran.
IV. Hasil Penelitian
Hasil temuan survei sebelum lokakarya dilakukan menunjukkan bahwa hanya
15% dari peserta memiliki beberapa ide tentang STEM, sedangkan 85% belum pernah
mendengar tentang pendekatan STEM untuk mengajar sains. Analisis survei menemukan
bahwa persepsi guru pre-service sedikit berbeda dari guru in-service tentang pendekatan
STEM-PjBL. Respon survei guru pre-service berdasarkan pengetahuan yang mereka
dapatkan dari pelatihan, teori, dan pengalaman masa lalu, mengukapkan bahwa tidak ada
pengalaman pembelajaran STEM-PjBL di dalam kelas. Untuk guru in-service, dengan
pengalaman kelas yang lebih, ternyata ada menggunakan pendekatan STEM-PjBL dalam
pelajaran sains. Selain itu, persentase sedikit lebih rendah (52% -56%) dari in-service
dan guru pre-service setuju dengan pandangan bahwa semua topik ilmu dapat diajarkan
melalui pendekatan pengajaran berbasis proyek.
Temuan survei menunjukkan peningkatan yang substansial dalam kategori
'Sangat Setuju' setelah guru berpartisipasi dalam lokakarya. Dibandingkan dengan guru
pre-service, guru in-service sebenarnya memiliki kesepakatan yang lebih besar pada
kemudahan melaksanakan STEM-PjBL dalam pelajaran mereka dan sedikit lebih
percaya diri dalam melaksanakan proyek-proyek dalam pelajaran ilmu mereka.
Hasil penelitian tentang pendekatan STEM-PjBL juga dikumpulkan dari
wawancara dan pertanyaan terbuka dalam survey pasca melakukan lokakarya untuk
mendukung respon survei.
Dua puluh delapan peserta merasa bahwa belajar ilmu melalui merancang dan
membuat mainan berbasis ilmu pengetahuan telah menawarkan lingkungan belajar yang
menyenangkan, menarik, aktif, menyenangkan dan menarik. Peserta mengungkapkan
pandangan bahwa pendekatan STEM-PjBL difokuskan dan tidak membosankan.
Setelah satu hari dari keterlibatan dengan lokakarya STEM-PjBL, peserta
percaya bahwa STEM-PjBL mampu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar ilmu
pengetahuan dan juga memotivasi guru untuk memperkuat dan meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran mereka
Tiga peserta mengungkapkan pandangan bahwa lokakarya mendorong mereka
untuk menemukan solusi mereka sendiri untuk merancang dan membuat proyek. Mereka
menyadari STEM-PjBL memberikan siswa dengan kesempatan untuk bekerja pada
mereka sendiri dengan bimbingan instruktur.
Singkatnya, semua 46 guru sains yang terlibat dalam lokakarya memiliki
pandangan positif terhadap penerapan pendekatan STEM-PjBL, dan persepsi mereka
positif berubah setelah workshop.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan lokakarya telah
membantu guru sains untuk meningkatkan kesadaran mereka dalam memperluas
wawasan dan membangun persepsi positif terhadap penggunaan pendekatan STEM-
PjBL untuk mengajar sains dan membantu memotivasi siswa untuk belajar dan berkarir
di bidang STEM.

Anda mungkin juga menyukai