Paper Kelompok 3
Paper Kelompok 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dan jumlah lemak yang besar, bila terus dikonsumsi akan berdampak buruk
terhadap kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam paper ini yaitu :
1. Bagaimana perdagangan internasional mempengaruhi kesehatan dunia?
2. Bagaimana pola dan dampak konsumsi kesehatan di luar negeri?
3. Bagaimana pola dan dampak perdagangan lintas batas dalam perawatan
kesehatan?
4. Bagaimana pola dan dampak kehadiran komersial di bidang kesehatan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam paper ini sebagaimana yang termuat dalam pokok
bahasan materi kelompok kami yaitu :
1. Untuk meringkas perdagangan internasional mempengaruhi kesehatan dunia
2. Untuk menggambarkan pola dan dampak konsumsi kesehatan di luar negeri
3. Untuk menggambarkan pola dan dampak perdagangan lintas batas dalam
perawatan kesehatan
4. Untuk menggambarkan pola dan dampak kehadiran komersial di bidang
kesehatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Meningkatnya mobilitas profesional kesehatan dari suatu negara ke suatu
negara lain
Meningkatanya mobilitas konsumen kesehatan (pasien) yang pergi ke luar
negeri untuk mendapatkan perawatan medis
Meningkatnya perusahaan asing dan perusahaan asuransi asing di dalam
negeri
Fenomena ini juga terjadi di Indonesia. Salah satu faktor pemicu globalisasi
kesehatan di Indonesia adalah dengan adanya AFTA 2010. AFTA merupakan
singkatan dari ASEAN Free Trade Area yang dibuat pada Konferensi Tingkat
Tinggi ASEAN ke IV di Singapura pada tahun 1992. Tujuan dibuatnya AFTA,
tentu saja baik adanya, bagaimana tidak, negara-negara di kawasan Asia Tenggara
telah bersepakat untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional Asia Tenggara
sekaligus menjadikan Asia Tenggara menjadi salah satu pihak yang berpengaruh
pada perdagangan dunia. AFTA pada kenyataannya tidak hanya mengedepankan
satu aspek saja, setidaknya ada lebih dari 12 sektor yang disentuh AFTA,
termasuk sektor kesehatan.
Kembali kita dihadapkan pada fakta, bahwa banyak masyarakat Indonesia
yang memilih berobat ke luar negeri. Sebut saja Singapura. Berdasarkan jurnal
penelitian internasional di Singapura, 20% pasien di rumah sakit Mount Elizabeth
di Singapura adalah orang Indonesia. Bahkan juga, banyaknya beredar brosur-
brosur General Medical Check Up berkonsep wisata yang ditawarkan salah satu
biro perjalanan ke Singapura. Belum lagi maraknya rumah sakit asing atau
praktek pelayanan kesehatan asing yang menjamur di negeri kita.
4
B. Pola dan Dampak Konsumsi Kesehatan di Luar Negeri
Pola konsumsi kesehatan dapat menimbulkan dampak dalam perdagangan
internasional (perdagangan nasional) baik secara positif maupun negatif. Dampak
positif dari pola konsumsi adalah memungkinkan kita untuk konsumsi yang lebih
luas. Dengan perdagangan internasional, kita dapat menikmati barang-barang
dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi di dalam negeri. Sedangkan dampak
negatif dari pola konsumsi yaitu adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru
konsumsi negara yang lebih maju mengakibatkan kekurangan tabungan
masyarakat sehingga masyarakat menjadi konsumtif.
Pembahasan dalam poin kedua ini, kami mengambil contoh pola konsumsi
makanan yang berdampak pada kesehatan di dua negara yaitu Jepang dan
Amerika.
Perilaku konsumsi/makan antara orang Jepang dengan orang Amerika dapat
terlihat sangat jelas perbedaannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari berbagai
sudut seperti jenis makanan yang dikonsumsi, produk makanan yang dikeluarkan
masing-masing negara, berat badan orang Jepang dan orang Amerika, penyakit-
penyakit yang banyak diderita, sampai dengan persentase penggunaan asuransi
kesehatan di masing-masing negara.
Jenis makanan yang banyak dikonsumsi orang Jepang adalah sayur-sayuran
dan daging ikan mentah. Orang Jepang umumnya tidak terlalu mementingkan rasa
dari berbagai macam bumbu campuran, tetapi mereka lebih mengutamakan
kesegaran dari makanan tersebut. Hal tersebut dikarenakan kebudayaan dan
tradisi Jepang yang mendorong untuk menghargai 'Kesegaran Yang Paling
Utama' (Leni, 2009). Lain halnya di Amerika yang banyak mengkonsumsi lemak,
khususnya lemak hewani seperti daging dan produk susu, sebab kebanyakan
warga Amerika memiliki peternakan sapi yang sangat luas.
Produk makanan Jepang terkenal dengan rasanya yang khas yang dibumbui
dengan aneka rempah. Produk makanan Jepang yang terkenal adalah sushi. Sushi
adalah makanan yang sebagian besar menggunakan bahan mentah namun
5
disajikan dalam keadaan segar. Selain sushi juga ada produk makanan khas lain
yaitu teppanyaki, shabu-shabu, tempura dan banyak lagi. Sedangkan produk
makanan Amerika yang terkenal adalah makanan cepat saji. Menu yang paling
digemari adalah ayam goreng cepat saji atau fried chicken dan juga burger yang
berisi daging sapi (Leni,2009).
Berat badan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Di atas telah diuraikan
jenis makanan yang dikonsumsi orang Jepang dan orang Amerika sangatlah
berbeda jauh, sehingga berat badan mereka pun berbeda jauh. Badan orang
Amerika jauh lebih berat daripada orang Jepang, sebab orang Amerika banyak
mengkonsumsi daging sehingga sangat banyak memiliki cadangan makanan
berupa lemak. Selain itu, postur tubuh orang Amerika lebih besar dibandingkan
orang Jepang.
Kebiasaan makan yang kurang sehat dan kurang berolahraga dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakit, antara lain kegemukan/obesitas,
jantung, kanker payudara, kanker usus, kanker prostate dan berbagai jenis
penyakit lainnya. Menurut data dari OECD (Organisation for Economic
Cooperation and Development), Jepang tercatat mempunyai tingkat obesitas
terendah kedua di dunia setelah Korea yaitu hanya 3%. Sedangkan Amerika
adalah negara yang mempunyai tingkat obesitas tertinggi di dunia sebesar 34%.
Di Amerika Serikat (AS), penanggulangan dan pengobatan terhadap gejala
obesitas ternyata sangat sulit dilakukan sehingga menjadi problem nasional.
Kadar kegagalannya sekitar 90-95 persen (Lydiarto,2009).
Negara yang banyak mengkonsumsi lemak, khususnya lemak hewani seperti
daging dan produk susu, memiliki kasus kanker payudara yang lebih tinggi. Di
Jepang, sebagai contoh, negara itu memiliki tradisi pola makan rendah lemak,
khususnya lemak hewani, dibandingkan dengan pola makan di negara barat;
sehingga Jepang memiliki angka kanker payudara yang lebih rendah. Di akhir
tahun 1940-an, kanker payudara sangat jarang ditemui di Jepang, itu karena
konsumsi lemak orang Jepang pada saat itu kurang dari 10 persen. Sebaliknya
6
pola makan orang Amerika yang terpusat pada produk hewani biasanya
mengandung 30 hingga 40 persen lemak tetapi mengandung kadar nutrisi yang
rendah. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah makanan berlemak
mendorong hormon yang meningkatkan kanker. Sebagai akibatnya, frekuensi
konsumsi daging yang sering dapat menjadi faktor penyebab kanker payudara,
kanker usus, dan kanker prostat. Kanker prostat adalah salah satu kanker utama di
antara pria di Amerika Serikat (Rahmadi, 2007).
Program asuransi kesehatan di Amerika sangatlah tinggi sebab warga
Amerika memiliki tingkat kesadaran atas keselamatan hidup mereka, di tambah
lagi dengan tingginya berbagai penyakit yang diderita warga Amerika akibat pola
konsumsi daging yang berlebih. Lain halnya di negara Jepang, walaupun
warganya beresiko rendah mengalami kematian akibat pola konsumsi, akan tetapi
program asuransi kesehatan diwajibkan. Siapa saja yang tinggal di Jepang untuk
waktu minimal satu tahun, maka wajib memiliki asuransi kesehatan (Ramli,
2008).
7
Banyak faktor yang membuat WNI kalangan menengah ke atas cenderung
memilih negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia sebagai tujuan nomor
satu dalam mendapatkan perawatan medis. Teknologi yang maju dan tenaga
medis yang dianggap lebih terpercaya menjadi satu faktor utama. Padahal untuk
mendapatkan perawatan di sana, setiap pasien paling tidak mengeluarkan biaya
sebesar S$10.000 hingga S$20.000 (bahkan lebih). Jika diakumulasikan setiap
tahunnya, pemasukan rumah sakit di Negeri Singa dari pasien WNI mencapai
Rp33-36 triliun.
8
Dalam paper ini, kehadiran komersil kesehatan yang akan kami bahas adalah
asuransi kesehatan komersial. Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang
meningkat akan pelayanan kesehatan berkualitas serta untuk memuaskan hasrat
mereka mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal, banyak masyarakat
membeli polis asuransi kesehatan komersial. Selain itu motif investasi merupakan
alasan mereka melakukan pembelian polis asuransi komersial karena polis
asuransi kesehatan komersil yang di jual biasanya di bundling dengan unitlink
atau investasi keuangan jangka panjang.
Dampak dari respon masyarakat ini adalah semakin banyak perusahaan
asuransi baru bermunculan baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan
asuransi asing yang mengadakan ekspansi ke Indonesia sebagai respon tingginya
kesadaran masyarakat dalam berasuransi.
Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, terjadi peningkatan kebutuhan
masyarakat pada asuransi komersial dan perkembangan industri asuransi bergerak
naik tiap tahunnya yang berarti bahwa masyarakat Indonesia sudah memiliki
kesadaran tinggi untuk membeli asuransi sebagai tindakan memindahkan resiko
pembiayaan akibat penyakit dari perorangan pada perusahaan asuransi. Salah satu
dampak yang timbul dari pertumbuhan tersebut adalah munculnya persaingan
yang ketat antara perusahaan asuransi yang satu dengan yang lain. Perusahaan
asuransi tidak lagi memiliki kemudahan dalam mengendalikan pasarnya dengan
datangnya kompetitor serupa.
Perkembangan industri asuransi kesehatan di Indonesia tentunya tidak lepas
dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam kehidupan manusia, dimana
dengan semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan manusia dalam usaha
untuk meningkatkan kemakmurannya maka bertambah besar usaha manusia
untuk mendayagunakan sumber-sumber yang ada serta usaha untuk
mengamankan diri atau keluarga mereka dari peristiwa-peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian atau menyebabkan gangguan dalam mencapai tujuan
hidup mereka.
9
Asuransi kesehatan komersial memiliki kelebihan dalam hal benefit value dan
keunikan produk yang lebih spesifik dibanding asuransi sosial sehingga kepuasan
peserta relatif tinggi. Pemberlakuan BPJS di tahun 2014 merupakan suatu hal
yang harus di antisipasi oleh perusahaan asuransi komersial, bentuk antisipasi
tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan menganalisis dengan cermat
terhadap karakteristik masyarakat yang saat ini sudah di jamin JPK namun tetap
memiliki asuransi komersial. Dengan menganalisis pola tersebut perusahaan
asuransi bisa melihat pola perilaku masyarakat dan menetapkan strategi penetapan
produk dan strategi pemasaran yang tepat sasaran.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdagangan internasional (perdagangan dunia) adalah perdagangan yang
dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan
(individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Bila dibandingkan
dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, maka perdagangan
internasional sangatlah rumit dan kompleks.
Dalam dunia kesehatan, perdagangan internasional memberikan dampak yang
sangat besar baik secara positif maupun negatif. Dampak positif misalnya adalah
dengan perdagangan internasional, kita dapat memiliki teknologi canggih seperti
yang digunakan negara-negara maju lainnya guna membantu tindakan kesehatan
medis dalam operasi bedah, radiologi, dan sarana penunjang
tindakan/pemeriksaan medis lainnya. Sedangkan dampak negatifnya ialah adanya
pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih maju.
B. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penulis, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi,
disarankan kepada pembaca untuk membaca literatur-literatur yang telah
dilampirkan pada daftar rujukan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Zeithaml, Valarie A., (et. Al), 2014, Servqual : A Multiple-Item Scale for Measuring
Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing, Spring.
12