Anda di halaman 1dari 71

PERANCANGAN DAN PENGGUNAAN PHOTODIODA SEBAGAI SENSOR

PENGHINDAR DINDING PADA ROBOT FORKLIFT

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

JOHANNES PANDIANGAN
042408008

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
ii

PERNYATAAN

PERANCANGAN DAN PENGGUNAAN PHOTODIODA SEBAGAI SENSOR


PENGHINDAR DINDING PADA ROBOT FORKLIFT

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 30 Juli 2007

JOHANNES PANDIANGAN
042408008

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
i

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN DAN PENGGUNAAN


PHOTODIODA SEBAGAI SENSOR PENGHINDAR
DINDING PADA ROBOT FORKLIFT
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : JOHANNES PANDIANGAN
Nomor Induk Mahasiswa : 042408008
Program Studi : DIPLOMA III FISIKA INSTRUMENTASI
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di
Medan, 30 Juli 2007

Diketahui
Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing,
Ketua,

Dr. Marhaposan Situmorang Ahmad Hidayat S.T


NIP 130810 771 NIP 131918183

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang, dengan limpah kasih karunia-Nya tugas akhir ini berhasil diselesaikan dalam
waktu yang telah ditetapkan.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ahmad Hidayat S.T selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan panduan
dan berbagai macam masukan, serta penuh kepercayaan kepada penulis untuk
menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua
dan Sekretaris Departemen Dr. Marhaposan Situmorang, M.Sc. dan Dra. Justinon, M.Si.,
Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Fisika
FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU, dan rekan-rekan mahasiswa sekalian.
Teristimewa kepada kedua orang tua dan keluarga yang penulis cintai dan sayangi, yang
telah memberikan dukungan moral dan material kepada penulis. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa akan membalasnya.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
iv

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk merancang dan membuat sebuah prototipe robot forklift
(pengangkat barang), yang dapat menghindari dinding dengan photodioda sebagai sensor
pendeteksinya. Sistem ini menggunakan beberapa rangkaian elektronik dengan
Mikrokontroler AT89S52 sebagai otak pemrosesan dengan memakai bahasa
pemrograman assembly. Kajian ini nantinya diharapkan dapat digunakan untuk
membantu mempermudah aktivitas manusia seperti dalam hal pengangkatan alat-alat
berat yang sulit dikerjakan sendiri oleh manusia.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
v

DAFTAR ISI

Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
Daftar Tabel viii

Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Proyek 2
1.3 Identifikasi Masalah 2
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Sistematika Penulisan 3

Bab 2 Landasan Teori


2.1 Diagram Blok Rangkaian Robot Forklift 5
2.2 Arsitektur Mikrokontroler AT89S52 7
2.3 Konstruksi AT89S52 9
2.4 Perangkat Lunak 14
2.4.1 Bahasa Assembly MCS-51 14
2.4.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 19
2.4.3 Software Downloader 20
2.5 IC Op-Amp LM 358 20
2.6 Photodioda 25
2.7 Dioda Pemancar Cahaya Inframerah (LED Inframerah) 27
2.8 Transistor 30
2.9 Osilator Kristal 34

Bab 3 Perancangan Alat dan Program 36


3.1 Spesifikasi Alat (Robot) 36
3.2 Diagram Blok 36
3.3 Fungsi Tiap Blok 37
3.4 Rangkaian Catu Daya (PSA) 39
3.5 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 40
3.6 Perancangan Sensor Dinding dan Pengolah Data Sensor 41
3.7 Perancangan Driver Penggerak Motor DC (Jembatan H) 45
3.8 Perancangan Program 48

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
vi

Bab 4 Pengujian Rangkaian dan Analisa 54


4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya 54
4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 55
4.3 Pengujian Rangkaian Sensor Dinding 56
4.4 Pengujian Pengendali Pergerakan Motor (Motor Driver) 57

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 58

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Blok Rangkaian Robot Forklift 5


Gambar 2.2 IC Mikrokontroler AT89S52 13
Gambar 2.3 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE) 19
Gambar 2.4 ISP-Flash Programmer 3.a 20
Gambar 2.5 Simbol Rangkaian Penguat Operasional 21
Gambar 2.6 Penguat Pembalik (Inverting Amplifier) 23
Gambar 2.7 Konfigurasi Pin LM 358 24
Gambar 2.8 Gambar Photodioda dan Simbolnya 27
Gambar 2.9 Simbol dan Rangkaian Dasar Sebuah LED 28
Gambar 2.10 Simbol Transistor PNP 30
Gambar 2.11 Simbol Transistor NPN 30
Gambar 2.12 Transistor Sebagai Saklar 31
Gambar 2.13 Karakteristik Transistor Aktif 32
Gambar 2.14 Karakteristik Transistor Sebagai Saklar 33
Gambar 2.15 Lambang dan Rangkaian Ekivalen Osilator Kristal 35
Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian 37
Gambar 3.2 Rangkaian Catu Daya 39
Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 40
Gambar 3.4 Rangkaian Pemancar Inframerah 42
Gambar 3.5 Rangkaian Penerima Sinyal Photodioda 43
Gambar 3.6 Rangkaian Jembatan H 46
Gambar 3.7 Diagram Alir Program 49

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi Kaki-Kaki Pin Pada Port 3 11


Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Rangkaian Catu Daya 54
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Port 2.7 Mikrokontroler 56
Tabel 4.3 Pengujian Sensor Dinding 57
Tabel 4.4 Pengujian Putaran Motor DC 58

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan bantuan dari sesuatu yang

dapat bekerja secara cepat, teliti dan dapat bekerja secara terus-menerus tanpa mengenal

lelah, robot adalah jawaban dari keinginan tersebut. Robot ini diharapkan dapat

menggantikan pekerjaan manusia pada lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan

maupun keselamatan manusia tersebut dan dapat mengamati lingkungan lebih dari

kemampuan panca indra manusia.

Pada proyek ini dibangun sebuah AMR (Autonomous Mobile Robot) yang dapat

mengangkat barang dan berusaha untuk memindahkan barang tersebut ke tempat yang

sudah ditentukan. Robot ini memanfaatkan cahaya inframerah yang dipantulkan oleh

barang juga dinding sebagai sistem navigasinya (pedomannya). Robot akan menangkap

cahaya inframerah yang dipantulkan oleh barang dan dinding tersebut menggunakan

photodioda dengan mikrokontroler sebagai pusat kontrolnya.

Mikrokontroler adalah sistem komputer yang ringkas, sebab dapat menggantikan

fungsi komputer dalam pengendalian kerja dan disain yang jauh lebih ringkas dari pada

komputer. Dengan ukurannya yang kecil, mikrokontroler dapat digunakan pada peralatan

yang bersifat bergerak (mobile), seperti kendaraan dan peralatan jinjing (portable), atau

pada robot.

AT89S52 adalah chip mikrokontroler produksi Atmel Inc, merupakan keluarga

dari MCS-51 rancangan Intel. AT89S52 mempunyai fitur dasar yang cukup lengkap

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
2

untuk suatu pemrosesan input-output. Bahasa pemrograman yang digunakan AT89S52

hampir tidak berbeda jauh dengan instruksi set pada mikroprosesor Intel yang sudah

dipelajari pada perkuliahan, sehingga dalam penggunaannya tidaklah begitu sulit.

1.2 Tujuan Proyek

Yang menjadi tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Memanfaatkan mikrokontroler AT89S52 sebagai tempat pemrosesan data (otak)

dari sebuah sistem (robot).

2. Sebagai langkah awal untuk membuat sebuah sistem otomatisasi dalam dunia

industri sehingga meningkatkan efisiensi kerja.

3. Membuat sebuah sistem elektronik yang dapat membantu manusia untuk

memindahkan barang ke tempat tertentu secara otomatis.

4. Memanfaatkan inframerah dan photodioda sebagai sensor pada robot

1.3 Identifikasi Masalah

Yang menjadi permasalahan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah bagaimana

merancang suatu robot pengangkat barang yang dapat menghindari dinding dengan

photodioda sebagai sensornya dan dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S52

memakai bahasa pemograman assembly.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
3

1.4 Batasan Masalah

Pemancar yang digunakan pada sensor dinding adalah IRED (Infrared Emitting

Diodes) dan penerimanya adalah photodioda, sehingga dinding hanya dapat

terdeteksi dari jarak yang dekat (maksimal 30cm).

Robot hanya bisa mendeteksi dinding yang berada di depan, depan samping kiri

dan depan samping kanan, tidak dapat mendeteksi keberadaan dinding dibagian

belakang.

Robot hanya mengetahui keberadaan benda (benda yang sudah ditentukan) di

depannya, tetapi tidak mengetahui berapa jarak benda dari tempat robot berada.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman, maka penulis membuat

sistematika penulisan Tugas Akhir ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang masalah, maksud dan tujuan penulisan, identifikasi

masalah, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk

pembahasan dan cara kerja dari rangkaian, yang meliputi arsitektur dan

konstruksi mikrokontroler yang digunakan. Selain itu juga membahas

tentang jenis sensor yang digunakan.

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Meliputi tentang perancangan rangkaian dan program yang digunakan.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
4

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

Meliputi uraian tentang cara pengujian rangkaian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Mengenai kesimpulan yang didapat setelah merakit proyek ini dan saran

yang diberikan demi kesempurnaan dan pengembangan proyek ini pada

masa yang akan datang kearah yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Diagram Blok Rangkaian Robot Forklift

Gbr 2.1 Diagram Blok Rangkaian Robot Forklift

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
6

Gambar 2.1 merupakan diagram blok keseluruhan dari robot forklift. Pada robot

ini terdapat 5 buah sensor dinding, dimana sensor dinding yang berada di bagian paling

depan robot dihubungkan ke P2.3 dari mikrokontroler AT89S52, sensor dinding yang

berada di depan kiri dihubungkan ke P2.5 dari mikrokontroler AT89S52, sensor dinding

yang berada di depan kanan dihubungkan ke P2.6 dari mikrokontroler AT89S52,

sedangkan sensor dinding belakang kiri dihubungkan ke P3.4 dari mikrokontroler

AT89S52,dan sensor belakang kanan dihubungkan ke P3.3 dari mikrokontroler

AT89S52.

Adapun sensor barang kanan dihubungkan ke P1.6 dari mikrokontroler AT89S52,

sensor barang kiri dihubungkan ke P1.5 dari mikrokontroler AT89S52, dan sensor barang

bawah dihubungkan ke P1.7 dari mikrokontroler AT89S52.

Sedangkan komponen lain yang dihubungkan ke mikrokontroler sebagai input

antara lain seperti:

1. Sensor garis dihubungkan ke P3.5 dari mikrokontroler AT89S52

2. Limit switch bagian atas dihubungkan ke P3.7 dari mikrokontroler AT89S52

3. Limit switch bagian atas dihubungkan ke P3.6 dari mikrokontroler AT89S52

Untuk mengendalikan pergerakan motor stepper yang digunakan untuk

mengangkat barang, digunakan rangkaian driver motor stepper, dimana rangkaian ini

dapat memutar motor stepper searah atau berlawanan arah jarum jam bila diberi pulsa

1000,0100,0010,0001 atau 0001,0010,0100,1000 oleh mikrokontroler AT89S52. Dengan

demikian pergerakan motor stepper dapat dikendalikan melalui program. Rangkaian ini

dihubungkan ke P0.0,P0.1,P0.2,dan P0.3 dari mikrokontroler AT89S52.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
7

Untuk mengendalikan pergerakan motor yang berfungsi sebagai penggerak roda

dari robot, digunakan sebuah rangkaian driver penggerak motor DC yaitu jembatan H.

Jembatan H ini akan memutar motor DC searah atau berlawanan arah jarum jam bila

diberi pulsa 1 atau 0. Dengan demikian pergerakan motor dapat dikendalikan melalui

program. Pin pin jembatan H ini dihubungkan ke P0.4, P0.5, P0.6, dan P0.7 dari

mikrokontroler AT89S52. Teori yang akan dibahas disini meliputi perangkat keras dan

lunak yang mengarah kepada sensor penghindar tabrakan.

2.2. Arsitektur Mikrokontroler AT89S52

Mikrokontroler saat ini sudah dikenal dan digunakan secara luas pada dunia

industri. Banyak sekali penelitian atau tugas akhir mahasiswa yang menggunakan

berbagai versi mikrokontroler yang dapat dibeli dengan murah. Hal ini dikarenakan

produksi massal yang dilakukan oleh para produsen chip seperti Atmel, Maxim, dan

Microchip. Mikrokontroler saat ini merupakan chip utama pada hampir setiap peralatan

elektronika canggih. Robot-robot canggih pun sangat bergantung pada kemapuan

mikrokontroler dan kemapuan pembuat program mikrokontroler tersebut.

Mikrokontroler AT89S51/52 merupakan versi terbaru dibandingkan

mikrokontroler AT89C51 yang telah banyak digunakan saat ini. Mikrokontroler

AT89S52 merupakan mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 8 Kbyte Flash Programmable

dan Erasable Read Only Memory (PEROM), yaitu ROM yang dapat ditulis ulang atau

dihapus sebanyak 1000 kali. Mikrokontroler ini berteknologi memori High Density Non

Volatile kerapatan tinggi dari Atmel yang kompatibel dengan mikrokontroler standar

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
8

industri MCS-51 baik pin kaki IC maupun set intruksinya serta harganya yang cukup

murah. Oleh kaena itu, sangatlah tepat jika digunakan untuk berbagai keperluan.

Kita dapat menjumpai bermacam aplikasi dari mikrokontroler, seperti dalam

bidang pengukuran jarak jauh atau yang dikenal dengan sistem telemetri. Misalnya

pengukuran disuatu tempat yang membahayakan manusia, maka akan lebih nyaman jika

dipasang suatu sistem pengukuran yang bisa mengirimkan data lewat pemancar dan

diterima oleh stasiun pengamatan dari jarak yang cukup aman dari sumbernya. Sistem

pengukuran jarak jauh ini jelas membutuhkan suatu sistem akuisisi data sekaligus sistem

pengiriman data secara serial (melalui pemancar), yang semuanya itu bisa diperoleh dari

mikrokontroler yang digunakan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam program

aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka dan lain sebagainya), mikrokontroler

hanya bisa digunakan untuk suatu aplikasi tertentu saja. Perbedaan lainnya terletak pada

perbandingan RAM dan ROM. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya

besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar,

sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil.

Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya

program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang

ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan

sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang

bersangkutan.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
9

2.3 Konstruksi AT89S52

Mikrokontroler AT89S52 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan

1 kristal serta catu daya 5 Volt. Kapasitor 10 mikro-Farad dan resistor 10 Kilo Ohm

dipakai untuk membentuk rangkaian reset. Dengan adanya rangkaian reset ini AT89S52

otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi

maksimum 12 MHz dan kapasitor 30 piko-Farad dipakai untuk melengkapi rangkaian

oscilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.

Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan

catu daya. Sesuai dangan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan

progam ini dinamakan sebagai memori progam.

Random Access Memori (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya,

dipakai untuk menyimpan data pada saat progam bekerja. RAM yang dipakai untuk

menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan progam yang sudah baku

dan diproduksi secara masal, progam diisikan ke dalam ROM pada saat IC

mikrokontroler dicetak di pabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler

mengunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PEROM atau PROM. Dulu banyak dipakai UV-EPROM (Ultra Violet

Eraseable Progamble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada

flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
10

Jenis memori yang dipakai untuk Memori Program AT89S52 adalah Flash

PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat

bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S52 Flash PEROM Programmer.

Memori Data yang disediakan dalam chip AT89S52 sebesar 128 byte. Meskipun

hanya kecil saja, tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

Sarana Input/Ouput yang disediakan cukup banyak dan bervariasi. AT89S52

mempunyai 32 jalur Input/Output. Jalur Input/Output paralel dikenal sebagai Port 0

(P0.0..P0.7), Port 1 (P1.0..P1.7), Port 2 (P2.0..P2.7) dan Port 3 (P3.0.. P3.7).

Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S52 :

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan.

GND (Pin 20)

Ground.

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun

penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini

dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai

input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data, port ini akan mempunyai

internal pull up. Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada

saat verifikasi program.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
11

Port 2 (Pin 21 pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengaksememori

secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan isi dari P2

special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input

dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink

keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai

fungsi pinnya masing-masing.

Tabel 2.1 Fungsi Kaki-Kaki Pin Pada Port 3

Nama pin Fungsi

P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)

P3.1 (pin 11) TXD (Port output serial)

P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 eksternal)

P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 eksternal)

P3.4 (pin 14) T0 (input eksternal timer 0)

P3.5 (pin 15) T1 (input eksternal timer 1)

P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)

P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
12

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama

mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG) selama

memprogam Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan

menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi

high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal.

Dengan kata lain bila pin ini diberi logika tinggi (H), mikrokontroler akan melaksanakan

instruksi dari ROM / EPROM ketika isi program counter kurang dari 4096. Bila diberi

logika rendah (L) maka mikrokontroler akan melaksanakan seluruh instruksi dari memori

program luar. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal. Pin masukan ke rangkaian osilator internal. Sebuah osilator

kristal atau sumber osilator luar dapat digunakan.

XTAL2 (pin 18)

Pin keluaran ke rangkaian osilator internal (pin output). Pin ini dipakai bila menggunakan

osilator kristal.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
13

AT89S52
1 40
P1.0 VCC
2 39
P1.1 P0.0 (AD0)
3 38
P1.2 P0.1 (AD1)
4 37
P1.3 P0.2 (AD2)
5 36
P1.4 P0.3 (AD3)
6 35
P1.5 P0.4 (AD4)
7 34
P1.6 P0.5 (AD5)
8 33
P1.7 P0.6 (AD6)
9 32
RST P0.7 (AD7)
10 31
P3.0 (RXD)
11 30
P3.1 (TXD) EA/VPP
12 29
P3.2 (INTO) ALE/PROG
13 28
P3.3 (INT1) PSEN
14 P2.7 (A15) 27
P3.4 (TD)
15 P2.6 (A14) 26
P3.5 (T1)
16 P2.5 (A13) 25
P3.6 (WR)
17 P2.4 (A12) 24
P3.7 (RD)
18 23
XTAL2 P2.3 (A11)
19 22
XTAL1 P2.1 (A9)
20 21
GND P2.0 (A8)

Gambar 2.2 IC Mikrokontroler AT89S52

Spesifikasi penting AT89S52 antara lain:

Kompatibel dengan keluarga mikrokontroler MCS51 sebelumnya.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
14

8 Kbyte In-system Programmable (ISP) flash memori dengan kemampuan 1000

kali baca/tulis.

Tegangan kerja 4 5 V.

Bekerja dengan rentang 0 33 MHz.

256x8 bit RAM internal.

32 jalur I/O yang dapat deprogram.

Tiga buah 16 bit Timer/Counter.

Delapan sumber interrupt.

Saluran Full-Duplex serial UART.

Watchdog timer.

Dual data pointer.

Mode pemograman ISP yang fleksibel (Byte dan Page Mode).

2.4 Perangkat Lunak

2.4.1 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89C52 adalah

bahasa assembly untuk MCS-51. Angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa ini.

Dari 52 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10 instruksi. Instruksi instruksi

tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung:

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
15

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti: isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung:

MOV 20h,#80h

...........

............

MOV R0,20h

Perintah di atas berarti: isikan nilai yang terdapat pada alamat 20 Heksadesimal

ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

alamat.

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk mengurangi

nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil pengurangannya belum nol.

Contoh:

MOV R0,#80h

Loop: ...........

............

DJNZ R0,Loop

............

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan meneruskan

ke perintah pada baris berikutnya.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
16

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu.

Contoh:

.............

ACALL TUNDA

.............

TUNDA:

.................

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin

pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan.

Contoh:

ACALL TUNDA

.............

TUNDA:

.................

RET

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu.

Contoh:

Loop:

.................

..............

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
17

JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika high (1). Contoh:

Loop:

JB P1.0,Loop

.................

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika Low (0).

Contoh:

Loop:

JNB P1.0,Loop

.................

8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register dengan

suatu nilai tertentu.

Contoh:

Loop:

................

CJNE R0,#20h,Loop

................

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
18

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin Loop.

Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan instruksi

selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang dimaksud

dengan 1.

Contoh:

MOV R0,#20h R0 = 20h

................

DEC R0 R0 = R0 1

.............

10. Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

dimaksud dengan 1.

Contoh:

MOV R0,#20h R0 = 20h

................

INC R0 R0 = R0 + 1

.............

11. Dan lain sebagainya.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
19

2.4.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada

sebuah editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti di

bawah ini.

Gambar 2.3 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble (di-

compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika masih

ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan perintah atau

ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu sampai tidak ada

pesan kesalahan lagi.

Software 8051 IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke

dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroler.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
20

2.4.3 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroler

digunakan software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.

Tampilannya seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.4 ISP- Flash Programmer 3.a

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file

heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan hasil

kompilasi tersebut ke mikrokontroler.

2.5 IC OP-AMP LM 358

Penguat operasional adalah suatu rangkaian elektronika yang dikemas dalam

bentuk rangkaian terpadu (IC). Perangkat ini sering digunakan sebagai penguat sinyal-

sinyal, baik yang linier maupun yang nonlinier terutama dalam sistem-sistem pengaturan

dan pengendalian, instrumentasi, dan komputasi analog. Keuntungan dari pemakaian

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
21

penguat oprasional ini adalah karakteristiknya yang mendekati ideal sehingga dalam

merancang rangkaian yang menggunakan penguat ini lebih mudah dan juga karena

penguat ini bekerja pada tingkatan yang cukup dekat dengan karakteristik kerjanya yang

teoritis.

Dari sudut sinyal sebuah operasional mempunyai tiga terminal, yaitu dua terminal

masukan dan satu terminal keluaran. Gambar 2.5 menunjukkan simbol dari sebuah

penguat operasional. Terminal 1 dan 2 adalah terminal masukan dan terminal 3 adalah

terminal keluaran. Kebanyakan penguat operasional membutuhkan catu daya DC dengan

dua polaritas untuk dapat beroperasi. Terminal 4 disambungkan ke tegangan positif ( +V)

dan terminal 5 disambungkan ke tegangan negatif ( -V).

Gambar 2.5 Simbol rangkaian Penguat Operasional

Karakteristik utama sebuah penguat operasional yang ideal adalah:

1. Impedansi masukan yang tak terhingga

Penguat yang ideal diharapkan tidak menarik arus masukan, artinya tidak ada

arus yang masuk ke terminal 1 maupun 2 ( I1 = I2 = 0 ).

2. Impedansi keluaran sama dengan nol

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
22

Terminal 3 merupakan keluaran penguat opersional, idealnya diharapkan

bertindak sebagai terminal keluaran sebuah sumber-sumber tegangan ideal.

Tegangan antara terminal 3 dengan ground akan selalu sama dengan A (V2

V1) dimana A adalah faktor penguatan sebuah penguat operasional.

3. Penguatan loop terbuka tak terhingga

Apabila dioperasikan pada loop terbuka (tidak ada umpan balik dari keluaran

ke masukan), maka sebuah penguat operasional ideal mempunyai gain

(penguatan) yang besarnya tak terhingga.

Pada op-amp terdapat satu terminal keluaran, dan dua terminal masukan.

Terminal masukan yang diberi tanda (-) dinamakan terminal masukan pembalik

(inverting), sedangkan terminal masukan yang diberi (+) dinamakan terminal masukan

bukan pembalik (non inverting).

Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)

Penguat pembalik adalah rangkaian penguat dimana outputnya mempunyai perbedaan

fasa 1800 dengan sinyal input. Rangkaian penguat pembalik ini ditunjukkan pada

gambar di bawah ini. Pada rangkaian ini terminal masukan penguat tak membalik

(non inverting) ditanahkan, sedangkan tegangan keluaran dihubungkan dengan

terminal masukan pembaliknya.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
23

Gbr 2.6 Penguat Pembalik (Inverting Amplifier)

Arus yang melintasi R1 ( I1 ) terbagi dua yaitu arus yang melintasi Rf ( I2 ) dan arus

yang masuk ke op-amp sehingga dapat ditulis:

I1 = I2 + I3 ..........................................................................(1)

(V1Vs)/R1 = (Vs-Vo)/Rf + Vs/Rin..........................................................................(2)

Dengan mengasumsikan bahwa op-amp adalah ideal (dimana Zin = A = tak

terhingga), maka:

Vs = Vo/A = 0

Karena Vs = 0 sehingga persamaan (2) menjadi:

Vi/R1 = - Vo/Rf ..........................................................................(3)

Vo/Vi = - Rf /R1 ..........................................................................(4)

Vo = - (Rf/R1).Vi ..........................................................................(5)

LM-358 merupakan rangkaian terintegrasi yang memiliki dua penguat

operasional. Terdiri dari empat masukan, memiliki faktor penguatan yang besar dan

frekuensi internal yang berubah-ubah, yang mana didisain secara spesifik untuk

beroperasi dari sebuah power supplay melalui sebuah range tegangan.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
24

IC ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Frekuensi internal yang dapat diubah untuk penguatannya.

Penguatan tegangan yang besar (100 dB).

Memiliki besar range tegangan antara 3V 32V .

Arus bias input rendah (20 nA).

Arus offset input rendah (2 nA).

Tegangan offset input rendah (2 mV).

Tegangan output besar, berkisar 0 sampai (Vcc 1,5V)

Gbr 2.7 Konfigurasi pin LM 358

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
25

2.6 Photodioda

Photodioda merupakan piranti semikonduktor dengan struktur sambungan p-n yang

dirancang untuk beroperasi bila dibiaskan dalam keadaan terbalik, untuk mendeteksi

cahaya.

Ketika energi cahaya dengan panjang gelombang yang benar jatuh pada

sambungan photodioda, arus mengalir dalam sirkuit eksternal. Komponen ini kemudian

akan bekerja sebagai generator arus, yang arusnya sebanding dengan intensitas cahaya

itu. Cahaya diserap di daerah penyambungan atau daerah intrinsik menimbulkan

pasangan elektron-hole yang mengalami perubahan karakteristik elektris ketika energi

cahaya melepaskan pembawa muatan dalam bahan itu, sehingga menyebabkan

berubahnya konduktivitas. Hal inilah yang menyebabkan photodioda dapat menghasilkan

tegangan/arus listrik jika terkena cahaya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rumus di

bawah ini:

h.c
Eg = atau Eg = h.f


Dimana Eg = Energi foton

h = Potensial ionisasi (4,136.10-15 eV)

c = Kecepatan cahaya (3.108 m/s )

Panjang Gelombang Cahaya (m)

Photodioda digunakan dalam aplikasi aplikasi yang meliputi kartu bacaan,

kontrol cahaya ambient dan layar proyektor. Pada photodioda kita mengenal istilah

responsivitas yaitu kemampuan dari sebuah photodioda untuk menambah arus bias

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
26

mundur sebagai hasil dari sebuah penambahan pada cahaya. Reponsivitas dari

photodioda merupakan perbandingan dalam mA/mW pada panjang gelombang tertentu

photodioda honeywell SE3452 mempunyai perbandingan 0.5mA/mW. Jika cahaya yang

teradiasi pada cell 2 mV, dioda akan menghasilkan arus yang mengalir sebesar 1 mA (0,5

mA/mW x 2 mV). Respon tertinggi dari SE3452 sekitar 820nm .

Mode operasi.

Photodioda dapat dioperasikan dalam 2 mode yang berbeda:

1. Mode potovoltaik: seperti solar sel, penyerapan pada photodioda menghasilkan

tegangan yang dapat diukur. Bagaimanapun, tegangan yang dihasilkan dari energi

cahaya ini sedikit tidak linier, dan range perubahannya sangat kecil.

2. Mode potokonduktivitas: disini photodioda diaplikasikan sebagai tegangan

reverse (tegangan balik) dari sebuah dioda (yaitu tegangan pada arah tersebut

pada dioda tidak akan dihantarkan tanpa terkena cahaya) dan pengukuran

menghasilkan arus poto ( hal ini juga bagus untuk mengaplikasikan tegangan

mendekati nol). Ketergantungan arus poto pada kekuatan cahaya dapat sangat

linier .

Karakteristik bahan photodioda:

1. Silikon (Si) : arus lemah saat gelap, kecepatan tinggi, sensitivitas yang bagus

antara 400 nm sampai 1000 nm ( terbaik antara 800 sampai 900 nm).

2. Germanium (Ge): arus tinggi saat gelap, kecepatan lambat, sensitivitas baik

antara 600 nm sampai 1800 nm (terbaik 1400 sampai 1500 nm).

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
27

3. Indium Gallium Arsenida (InGaAs): mahal, arus kecil saat gelap, kecepatan tinggi

sensitivitas baik pada jarak 800 sampai 1700nm (terbaik antara 1300 sampai

1600nm).

Gambar Photodioda ditunjukkan pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Gambar Photodioda (kiri) dan Simbolnya (kanan)

2.7 Dioda Pemancar Cahaya Inframerah (LED inframerah)

LED adalah dioda yang menghasilkan cahaya saat diberi energi listrik. Dalam

bias maju sambungan p-n terdapat rekombinasi antara elektron bebas dan lubang (hole).

Energi ini tidak seluruhnya diubah kedalam bentuk energi cahaya atau photon tetapi

dalam bentuk panas sebagian.

Mengapa LED dapat memancarkan cahaya? Sebabnya adalah sebagai berikut:

Bila suatu dioda diberi prategangan maju, elaktron-elektron bebas akan bergabung

kembali dengan lubang-lubang disekitar persambungan. Ketika meluruh dari tingkat

energi lebih tinggi ketingkat energi lebih rendah, elektron-elektron bebas tersebut akan

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
28

mengeluarkan energinya dalam bentuk radiasi. Dalam dioda penyearah, hampir seluruh

energi ini diubah dalam bentuk panas, tetapi dalam LED sebagian dari selisih energi ini

dilepaskan sebagai radiasi cahaya.

Proses pemancaran cahaya akibat adanya energi listrik yang diberikan terhadap

suatu bahan disebut dengan sifat elektroluminesensi. Material lain misalnya Galium

Arsenida Pospat (GaAsP) atau Galium Pospat (GaP): photon energi cahaya dipancarkan

untuk menghasilkan cahaya tampak. Jenis lain dari LED digunakan untuk menghasilkan

energi tidak tampak seperti yang dipancarkan oleh pemancar laser atau inframerah.

VCC
5V

330

Gambar 2.9 Simbol dan rangkaian dasar sebuah LED

Pemancar inframerah adalah dioda solid state yang terbuat dari bahan Galium

Arsenida (GaAs) yang mampu memancarkan fluks cahaya ketika dioda ini dibias maju.

Bila diberi bias maju elektron dari daerah-n akan menutup lubang elektron yang ada

didaerah-p. Selama proses rekombinasi ini, energi dipancar keluar dari permukaan p dan

n dalam bentuk foton. Foton-foton yang dihasilkan ini ada yang diserap lagi dan ada yang

meninggalkan permukaan dalam betuk radiasi energi.Hubungan antara energi foton yang

dipancarkan dengan Eg LED ditunjukkan dengan persamaan berikut:

h.c
Eg = atau Eg = h.f

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
29

Dimana Eg = Energi foton

h = Potensial ionisasi (4,136.10-15 eV)

c = Kecepatan cahaya (3.108 m/s )

Panjang Gelombang Cahaya (m)

Dengan menggunakan unsur-unsur tersebut di atas, pabrik dapat membuat LED

yang memancarkan warna merah, kuning, dan infra merah (tak kelihatan). LED yang

menghasilkan pancaran yang kelihatan dapat berguna pada display peralatan, mesin

hitung, jam digital, dan lain-lain. LED infra merah dapat digunakan dalam sistem tanda

bahaya pencuri dan ruang lingkup lain yang membutuhkan pancaran yang tak kelihatan.

Keuntungan dari LED dibandingkan dengan lampu pijar yaitu umurnya yang lebih

panjang (lebih dari 20 tahun), teganganya randah (1 sampai 2 V) dan saklar nyala

matinya cepat (nano detik).

Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi antara 1011 Hz sampai 1014 Hz dan

mempunyai daerah panjang gelombang 10-14 cm sampai 10-1 cm. Gelombang inframerah

ini dihasilkan oleh elektron elektron dalam molekul yang bergetar karena benda

dipanaskan. Selain tidak dapat dilihat secara langsung, sinar inframerah juga dapat

menembus kabut dan awan tebal.

Dengan ciri cirinya yang spesifik tersebut, pesawat udara yang terbang tinggi

ataupun satelitsatelit dapat membuat photo permukaan bumi yang tidak diperoleh

dengan menggunakan cahaya inframerah.

Radiasi sonar inframerah dapat getaran getaran atom pada suatu molekul.

Getaran atom pada suatu molekul dapat memancarkan gelombang elektromagnetik. Pada

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
30

frekuensi frekuensi yang khas dalam inframerah sehingga spektroskopi. Infamerah

merupakan salah satu alat penting untuk mempelajari spektrum molekul.

Energi yang terkandung dalam radiasi sinar ini tampak sebagai energi panas,

termasuk cahaya yang kita terima dari matahari sejumlah besar mengandung radiasi ini.

2.8 Transistor

Transistor adalah suatu semikonduktor mono kristal dimana terjadi dua pertemuan

P-N. Dari pertemuan P-N tersebut dapat dibuat dua tipe transistor yaitu :

1. Transistor PNP

Dalam transistor ini disisipkan suatu lapisan N tipis antara dua lapis P.

Gambar 2.10 Simbol Transistor PNP

2. Transistor NPN

Dalam transistor ini disisipkan suatu lapisan P tipis antara dua lapis N.

Gambar 2.11 Simbol Transistor NPN

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
31

Transistor Sebagai Saklar.

Banyak kegunaan dari transistor, salah satunya adalah sebagai saklar. Jika transistor

digunakan sebagai saklar maka dalam hal ini transistor tersebut dioperasikan dalam

daerah jenuhnya (saturasi) dan daerah yang menyumbat (cut-off). Pada saat transistor

dalam keadaan jenuh maka resistansi antara kolektor dan emitor akan sangat kecil, maka

transistor ini akan berfungsi sebagai saklar yang tertutup (ON) sedangkan apabila

transistor dalam keadaan cut-off, maka resistansi antara kolektor dan emiter akan sangat

besar, maka transistor akan berfungsi sebagai saklar yang terbuka (OFF). Lebih lanjut

dapat kita lihat seperti pada gambar 2.12.

vcc V C C

R c

R b

Gambar 2.12 Transistor Sebagai Saklar

Pada saat transistor ON:

Arus IC = maximum

Tegangan VCE = 0

Tegangan pada R C = Tegangan sumber

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
32

Paa saat OFF:

Arus IC = 0

Tegangan VCE = Tegangan sumber

Tegangan pada RC = 0

Pada saat basis transistor mengalir arus, transistor dalam keadaan on, maka:

IB = Vi . VBE / RB.(6)

IC = VCE / RC(7)

Gambar 2.13 Karakteristik Transistor Aktif

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
33

Gambar 2.14 Karakteristik Transistor Sebagai Saklar

Parameter-parameter yang terdapat pada rangkaian transistor sebagai saklar antara lain:

Delay Time (td) yaitu waktu tunda antara sinyal masukan dengan keluaran saat

transistor konduksi.

Rise Time (tr), yaitu waktu yang dibutuhkan sinyal input untuk naik dari 10% ke

90% dari harga akhir saat transistor konduksi.

Fall Time (tf), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh transistor untuk turun dari 90%

ke 10% dari harga saat transistor off.

Storage Time (ts), yaitu waktu tunda antara sisi-sisi perubahan sinyal masukan

dan sinyal keluaran saat transistor off.

Turn On Time (t-On), yaitu waktu transistor untuk kondisi penuh.

Turn Off time (t-Off), yaitu waktu transistor untuk cut-off penuh.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
34

Transistor sebagai driver adalah transistor yang pada saat jenuh akan mengaktifkan

komponen atau rangkaian yang lain, dimana variasi arus kolektor penguatannya kecil

kalau dibandingkan dengan arus kolektor stasioner. Penguatan sinyal kecil ini dapat

diterapkan untuk berbagai rancangan sistim penguatan, penerima dan instrumen ukur.

2.9 Osilator Kristal

Kristal adalah komponen yang dibuat dari bahan alam yang menunjukan efek

piezoelektrik, sehingga sering disebut Kristal Piezoelektrik. Bahan utama kristal yang

dapat menimbulkan efek piezoelektrik adalah garam rachelle, tourmaline dan quarte.

Dalam sebuah kristal Piezoelektrik, biasanya quartz, mempunyai elektroda-

elektroda yang dilapiskan pada permukaan yang berhadapan, dan apabila diberikan suatu

potensial pada elektroda-elektrodanya maka gaya akan bekerja pada muatan-muatan yang

terikat dalam kristal. Apabila komponen ini dipasang dengan benar, maka dalam kristal

akan terjadi deformasi - deformasi sehingga terbentuk suatu sistim elektromekanik yang

akan bergetar bila dibandingkan dengan benar. Frekuensi resonansi dan nilai Q (resonansi

paralel)-nya tergantung pada dimensi kristal, orientasi permukaan pada sumbu-sumbu

kristal dan bagaimana komponen tersebut dipasang ( mounted ). Jangkauan frekuensinya

dari beberapa KHz sampai beberapa MHz dan jangkauan nilai Q (resonansi paralel)-nya

yang beberapa ribu sampai beberapa ratus ribu data diperoleh secara komersial.

Dengan nilai resonansi paralel yang sangat tinggi dan dari kenyataan bahwa

karakteristik Quartz sangat setabil terhadap waku dan temperatur, maka kristal akan

menghasilkan stabilitas frekuensi pada osilator osilator yang dibangun dengan

menggunakan kristal.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
35

Pada hakikatnya, frekuensi dari suatu osilator kristal hanya dittentukan oleh

kristalnya dan tidak oleh komponen lainnya. Lambang Osilator kristal dan ekivalen AC

(model listriknya) dapat dilihat pada gambar 2.13.

(a) (b)

Gambar 2.15 (a) Lambang Osilator Kristal,

(b) Rangkaian Ekivalen AC Osilator Kristal

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
BAB 3

PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

3.1. Spesifikasi Alat (Robot)

Source : 6 V / 700 mAh

Dimensi (cm) : 40 x 30 x 40

Weight : 3.5 kg

Forklift power : 0.5 kg

3.2 Diagram Blok

Dalam membuat suatu alat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana

cara merancang alat yang akan dibuat sesuai dasar teori. Sebelum merancang suatu sistim

atau rangkaian terlebih dahulu membuat blok diagramnya.

Diagram blok merupakan salah satu cara yang paling sederhana untuk

menjelaskan cara kerja dari suatu sistim dan memudahkan untuk melokalisir kesalahan

dari suatu sistim.

Dengan diagram blok kita dapat menganalisa cara kerja rangkaian dan merancang

hardware yang akan dibuat secara umum. Diagram merupakan pernyataan hubungan

yang berurutan dari suatu atau lebih komponen yang memiliki kesatuan kerja tersendiri,

dan setiap blok komponen mempengaruhi komponen yang lainnya.

Diagram blok memiliki arti yang khusus dengan memberikan keterangan

didalamnya. Untuk setiap blok dihubungkan dengan suatu garis yang menunjukan arah

kerja dari setiap blok yang bersangkutan.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
37

CATU DAYA

M
SENSOR I
DINDING DINDING DEPAN INTERFACE K
DEPAN R
O
K DRIVER MOTOR
O MOTOR KANAN
KANAN
N
T
R
SENSOR O
DINDING DINDING DEPAN INTERFACE L
KIRI E
R

A DRIVER MOTOR
T MOTOR KIRI
KIRI
8
9
SENSOR S
5
DINDING DINDING DEPAN INTERFACE
KANAN 2

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian

3.3 Fungsi Tiap Blok

Dinding

Merupakan media yang akan dihindari oleh robot.

Catu Daya

Catu daya pada sistim ini berfungsi untuk mensuplai tegangan keseluruh

perangkat sistim yang membutuhkan daya untuk bekerja. Sumber daya yang

digunakan pada blok ini adalah sebuah batterai Rechargeable 6 V / 700 mAh.

Sensor Dinding Depan Depan

Berfungsi untuk mendeteksi dinding pada bagian depan robot. Pada blok ini,

digunakan sebuah photo dioda pada tiap bagian sensornya dan LED infra merah

sebagai pemancarnya.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
38

Sensor Dinding Depan Kiri

Berfungsi untuk mendeteksi dinding pada bagian depan sebelah kiri. Komponen

yang digunakan sama seperti yang digunakan pada sensor dinding depan-depan.

Sensor Dinding Depan Kanan

Berfungsi untuk mendeteksi dinding pada bagian depan sebelah kanan.

Komponen yang digunakan sama seperti yang digunakan pada sensor dinding

depan-depan.

Interface

Interface disini berfungsi sebagai pengolah data masukan dari sensor dinding

yang kemudian diumpankan pada mikrokontroler. Disini digunakan IC LM 358

sebagai penguat data masukan dari photodioda

Mikrokontroler AT89S52

Mikrokontroler pada blok ini merupakan pusat proses untuk mengendalikan

semua perangkat pada robot. Pada blok ini mikrokontroler telah diprogram untuk

dapat membaca data dari sensor kemudian mengolah semua data tersebut dan

selanjutnya mengambil keputusan perangkat mana saja yang harus dikendalikan.

Driver Motor

Driver motor ini berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor kiri dan

kanan robot, sehingga robot dapat berjalan dengan baik. Pada blok ini digunakan

beberapa buah transistor untuk men-drive motor agar dapat berputar dan

mengubah polaritas tegangan motor sehingga dapat mengubah arah putaran

motor.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
39

Motor kanan

Motor ini berfungsi sebagai pemutar roda kanan dari robot. Motor yang

digunakan pada bagian ini adalah motor DC 6 V.

Motor Kiri

Motor ini berfungsi sebagai pemutar roda kiri robot. Motor yang digunakan

adalah sama seperti yang digunakan pada motor kanan yaitu motor DC 6 V.

3.4 Rangkaian Catu Daya (PSA)

Rangkaian catu daya ini berfungsi untuk mensuplay tegangan ke seluruh

rangkaian. Rangkaian ini terdiri dari sebuah baterei 6 volt yang di serikan dengan dua

buah dioda. Untuk menembus 1 buah dioda diperlukan tegangan sebesar 0,6 volt,

sehingga untuk menembus 2 buah dioda diperlukan tegangan sekitar 1,2 volt, sehingga

output dari rangkaian ini sekitar 4,8 volt sampai 5,0 volt. Kemudian dipasang sebuah

kapasitor untuk menyimpan arus, sehingga jika tiba-tiba mikrokontroler membutuhkan

arus besar, maka arus tersebut dapat disupplay oleh kapasitor ini. Rangkaian catu daya

ditunjukkan oleh gambar berikut ini :

6,2 Volt DC

5 Volt DC
6.2 V 2200uF

0 Volt

Gambar 3.2 Rangkaian Catu Daya

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
40

Pada rangkaian ini terdapat 2 buah keluaran, yaitu 5 volt dan 6 volt. Keluaran 5 volt

dibutuhkan oleh mikrokontroler, penguat sinyal dan rangkaian sensor, sedangkan 6 volt

dibutuhkan untuk rangkaian jembatan H ( pengendali motor ).

3.5 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.

Kompoen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S52. Pada IC inilah

semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang

dikehendaki. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

V CC 5V

A T 89S51
1 40
P 1.0 Vcc
2
P 1.1 39
3 P 0 . 0 (A D 0 )
P 1.2 38
4 P 0 . 1 (A D 1 )
P 1.3 37
V CC 5 V P 0 . 2 (A D 2 )
5
P 1.4 36
6 P 0 . 3 (A D 3 )
P 1.5 35
7 P 0 . 4 (A D 4 )
P 1.6 34
8 P 0 . 5 (A D 5 )
10uF P 1.7 33
P 0 . 6 (A D 6 )
9 32
R ST P 0 . 7 (A D 7 )

10 31
P 3 . 0 ( R XD ) E A /V P P
11 30
P 3 . 1 ( TXD ) A LE /P R O G
V CC 5 V 12 29
P 3 . 2 ( I N T0 ) PSEN
13
P 3 . 3 ( I N T1 ) 28
14 P 2 . 7 (A 1 5 )
P 3 . 4 ( T0 ) 27
15 P 2 . 6 (A 1 4 )
P 3 . 5 ( T1 ) 26
2SA 733 16 P 2 . 5 (A 1 3 )
P 3 .6 (W R ) 25
4 .7 k P 2 . 4 (A 1 2 )
17
P 3 .7 (R D ) 24
P 2 . 3 (A 1 1 )
X TA L 1 2 MHz 18 23
XTA L 2 P 2 . 2 (A 1 0 )
L ED1 19 22
1 2 XTA L 1 P 2 .1 (A 9)
20 21
GND P 2 .0 (A 8)
3 0 pF
30pF

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
41

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

mikrokontroler AT89S52 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19

dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan kapasitor 30 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroler AT89S52 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program.

Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan

me-reset mikrokontroler ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus

I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan

bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Pin 1 sampai 8 adalah port

1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3. Pin 17 yang

merupakan P3.7 dihubungkan dengan transistor dan sebuah LED. Ini dilakukan hanya

untuk menguji apakan rangkaian minimum mikrokontroller AT89S52 sudah bekerja atau

belum. Dengan memberikan program sederhana pada mikrokontroler tersebut, dapat

diketahui apakah rangkaian minimum tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika

LED yang terhubug ke Pin 17 sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka

rangkaian minimum tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground

dihubungkan dengan ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan

positif dihubungkan dengan + 5 volt dari power supplay.

3.6 Perancangan Sensor Dinding dan Pengolah Data Sensor

Untuk mendeteksi keberadaan dinding digunakan 3 buah sensor dinding. Ke-3

sensor dinding ini mempunyai rangkaian yang sama satu dengan yang lain, hanya

penempatan saja yang berbeda. Satu sensor berada didepan robot, satu sensor berada di

sudut kiri depan robot, dan yang satunya lagi berada di sudut kanan depan robot. Masing-

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
42

masing sensor dinding terdiri dari tiga buah pemancar inframerah yang akan diterima

oleh sebuah photodioda. Digunakan tida buah pemancar inframerah pada masing

masing sensor bertujuan agar jarak pemantulan semakin jauh, sehingga robot tidak

sampai menyentuh dinding. Dinding dirancang berwarna putih sehingga dapat

memantulkan sinar infrared tersebut.

Setiap pantulan yang diterima oleh photodioda akan diolah dan dijadikan data

digital, sehingga bila photodioda mendapatkan pantulan dari pemancar inframerah, maka

akan mengirimkan sinyal low ke mikrokontroler AT89S52. Dengan demikian

mikrokontroler akan dapat mendeteksi sensor yang mengirimkan sinyal low dan

mengambil tindakan untuk mengatur putaran roda ke kanan atau ke kiri. Rangkaian

pemancar inframerah tampak seperti gambar 3.4.

VCC
5V

100
100 100

Infra Merah Infra Merah

Gambar 3.4 Rangkaian Pemancar inframerah

Pada rangkaian di atas digunakan 3 buah LED inframerah yang diparalelkan,

dengan demikian maka intensitas yang dipancarkan oleh inframerah semakin kuat, karena

merupakan gabungan dari 3 buah LED inframerah. Resistor yang digunakan adalah 100

ohm sehingga arus yang mengalir pada masing-masing LED inframerah adalah sebesar:

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
43

V 5
i 0, 05 A atau 50 mA
R 100

Dengan besarnya arus yang mengalir ke LED inframerah, maka intensitas

pancaran inframerah akan semakin kuat, yang menyebabkan jarak pantulannya akan

semakin jauh.

Pantulan dari sinar inframerah akan diterima oleh potodioda, kemudian diolah

oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana jika photodioda

menerima pantulan sinar inframerah maka output dari rangkaian penerima ini akan

mengeluarkan logika low (0), namun jika photodioda tidak menerima pantulan sinar

inframerah, maka output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high (1).

Rangkaian ini menggunakan IC LM 358 sebagai penguat tegangan yang

dihasilkan photodioda. Satu buah IC ini memiliki dua penguat operasional (op-amp).

Pada rangkaian ini, kedua op-amp tersebut digunakan. Sehingga sinyal dari photodioda

mengalami dua kali penguatan.

Gambar 3.5 Rangkaian Penerima Sinyal Photodioda

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
44

Sesuai gambar 3.5, maka besar penguatan op-amp tergantung pada besarnya

tahanan variabel yang digunakan. Pada prakteknya, tahanan variabel tersebut ditrim pada

kisaran harga 50 KOhm, sehingga besar penguatan op-amp adalah:

50
A= = 5 kali
10

Pada robot ini, digunakan satu buah photodioda sebagai sensor dinding. Sebuah

photodioda memiliki nilai tahanan sekitar 15 s.d. 20 MOhm jika tidak terkena sinar

inframerah, dan memiliki nilai tahanan sekitar 80 s.d. 330 KOhm jika terkena sinar

inframerah, tergantung dari intensitas sinar inframerah yang diterimanya.

Dengan demikian, besar tegangan yang masuk ke op-amp adalah:

Saat terkena sinar inframerah:

47K
Vo = x 5V = 0,6 Volt
330K + 47K

Saat tidak terkena sinar inframerah:

47K
Vo = x 5V = 0,015 Volt
15000K + 47K

Tegangan tersebut diumpankan pada op-amp dengan faktor penguatan 5 kali,

sehingga tegangan keluarannya pada saat terkena sinar inframerah sekitar 3 Volt,

sedangkan saat tidak terkena sinar inframerah sekitar 0,07 Volt. Namun, tegangan ini

masih diumpankan lagi pada op-amp yang kedua. Dengan faktor penguatan yang yang

berbeda (dalam prakteknya sekitar 2 kali pengutan), didapat tegangan keluaran saat

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
45

terkena sinar inframerah sekitar 6 Volt dan saat tidak terkena inframerah sekitar 0,14

Volt. Tegangan inilah yang selanjutnya diumpankan ke basis transistor C945.

Transistor akan aktif ketika tegangan basisnya lebih besar dari 0,7 Volt. Maka,

ketika basisnya mendapat tegangan 3 Volt (saat photodioda terkena sinar inframerah),

transistor aktif. Aktifnya transistor ini akan menyebabkan mikrokontroler mendapatkan

logika low dan LED indikator akan mati. Hal sebaliknya akan berlaku ketika photodioda

tidak mendapatkan pantulan sinar inframerah.

3.7 Perancangan Driver Penggerak Motor DC (Jembatan H)

Untuk menghindari dinding, maka robot harus dapat mengendalikan perputaran

rodanya. Robot menggunakan 2 buah motor DC 6 Volt untuk menggerakkan rodanya,

dimana 1 motor digunakan untuk menggerakkan roda kanan dan yang lainnya untuk

menggerakkan roda kiri. Motor DC akan berputar searah/berlawanan arah dengan jarum

jam jika salah satu kutubnya diberi tegangan positif dan kutub yang lainnya diberi

tegangan negatif. Dan motor DC akan berputar kearah sebaliknya jika polaritasnya

dibalik. Dengan sifat yang demikian, maka dibutuhkan suatu rangkaian yang dapat

membalikkan polaritas yang diberikan ke motor DC tersebut, sehingga perputaran motor

DC dapat dikendalikan oleh rangkaian tersebut. Dan jika rangkaian tersebut dihubungkan

dengan mikrokontroler AT89S52, maka pergerakan motor dapat dikendalikan oleh

program.

Rangkaian untuk mengendalikan perputaran motor DC tersebut adalah sebuah

rangkaian yang dikenal dengan jembatan H (H Bridge). Jembatan H ini terdiri dari 4 buah

transistor, dimana 2 buah transistor bertipe NPN dan 2 buah transistor lagi bertipe PNP.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
46

Ke-4 transistor ini dirangkai sedemikian rupa sehingga dengan memberikan sinyal low

atau high pada rangkaian maka perputaran motor dapat diatur. Pemilihan transistor ini

disesuaikan dengan karakteristik arus masukannya ( IB ) dan nilai resistor.

Untuk perintah maju, maka robot akan memutar maju kedua motor, motor kanan

dan kiri. Untuk perintah mundur, maka robot akan memutar mundur kedua motor.

Sedangkan untuk memutar/berbelok kekanan, maka robot akan memutar maju motor

sebelah kiri dan memutar mundur motor sebelah kanan, sehingga dengan demikian maka

robot akan memutar/berbelok kearah kanan. Hal sebaliknya dilakukan jika robot berputar

ke sebelah kiri. Rangkaian jembatan H, ditunjukkan pada gambar 3.6.

Gambar 3.6. Rangkaian Jembatan H

Pada rangkaian di atas, jika P0.0 diset high yang berarti P0.0 mendapat tegangan

5 volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 (IB = 0,015A) yang disebelah kiri akan

aktif. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan mendapat

tegangan 0 volt dari ground. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri

atas diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
47

TIP 127 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini aktif (transistor

tipe PNP akan aktif jika tegangan pada basis lebih kecil dari 4,34 volt; IB = 0,006A).

Aktifnya transistor PNP TIP 127 ini akan mengakibatkan kolektornya terhubung ke

emitor sehingga kolektor mendapatkan tegangan 6 volt dari Vcc.

Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah

diumpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor TIP

122 mendapatkan tegangan 0 volt yang menyebabkan transistor ini tidak aktif (transistor

tipe NPN akan aktif jika tegangan pada basis lebih besar dari 0,7 volt; IB = 0,006A).

Karena transistor TIP 122 ini tidak aktif, maka kolektornya tidak terhubung ke emitor,

sehingga kolektor tidak mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.

Karena kolektor TIP 122 dihubungkan dengan kolektor TIP 127 yang

mendapatkan teganagan 5 volt dari Vcc, maka kolektor dari TIP 122 juga mendapatkan

tegangan yang sama. Hal ini menyebabkan kaki motor sebelah kiri mendapatkan

tegangan 5 volt (polaritas positif).

Agar motor dapat berputar ke satu arah maka kaki sebelah kanan motor harus

mendapatkan tegangan 0 volt (polaritas negatif). Hal ini diperoleh dengan memberikan

logika low (0) pada P0.1 mikrokontroler AT89S52.

Pada gambar rangkaian 3.6, jika P0.1 diset low yang berarti P0.1 mendapat

tegangan 0 volt, maka kedua transistor tipe NPN C945 yang disebelah kanan tidak akan

aktif. Hal ini akan membuat kolektor dari kedua transistor C945 itu akan mendapat

tegangan 5 volt dari Vcc. Kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kanan atas

diumpankan ke basis dari transistor tipe PNP TIP 127 sehingga basis dari transistor TIP

127 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini tidak aktif Karena

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
48

transistor PNP TIP 127 tidak aktif maka kolektornya tidak terhubung ke emitor sehingga

kolektor tidak mendapatkan tegangan 5 volt dari Vcc, tetapi mendapatkan tegangan yang

berasal dari transistor TIP 122 yang berada di bawahnya.

Sedangkan kolektor dari transistor C945 yang berada di sebelah kiri bawah

diumpankan ke basis dari transistor tipe NPN TIP 122 sehingga basis dari transistor TIP

122 mendapatkan tegangan 5 volt yang menyebabkan transistor ini menjadi aktif. Karena

transistor TIP 122 ini menjadi aktif, menyebabkan kolektornya terhubung ke emitor,

sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt dari ground.

Karena kolektor TIP 122 yang mendapatkan teganagan 0 volt dari ground

dihubungkan dengan kolektor TIP 127, maka kolektor dari TIP 127 juga mendapatkan

tegangan yang sama. Hal ini menyebabkan kaki motor sebelah kanan mendapatkan

tegangan 0 volt (polaritas negatif). Hal ini akan menyebabkan motor akan berputar ke

satu arah tertentu.

Sedangkan untuk memutar motor ke arah sebaliknya, maka logika yang diberikan ke P0.0

adalah low (0) dan logika yang diberikan ke P0.1 adalah high (1).

3.8 Perancangan Program

Dalam menjalankan misinya, robot forklift dilengkapi dengan sensor dinding agar

robot ini tidak bertabrakan dengan dinding. Diagram alir dari program yang akan dibuat

dapat dilihat pada gambar 3.7.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
49

START

Cek sensor
Tidak
dinding depan
kiri

Cek sensor Maju


Tidak
dinding depan
kanan
Ya
Cek sensor
dinding depan Tidak
depan dan
Ya kanan
Belok Kanan
Cek sensor
Tidak
dinding depan
depan dan kiri
Belok Kiri Ya

Belok Kiri Ya

Belok Kanan

Gambar 3.7 Diagram Alir dari Program

Pertama-tama robot akan melakukan pengecekan sensor dinding. Jika sensor

dinding sebelah depan kiri memberikan logika 0,maka robot akan rutin belok kanan dan

sebaliknya jika sensor depan kiri tidak memberikan logika 0, maka yang dilakukan

adalah pengecekan sensor depan kanan jika berlogika 0 maka robot akan rutin belok kiri.

Jika sensor depan depan dan sensor depan kanan yang berlogika 0 maka rutin yang

dikerjakannya adalah belok kiri, sedangkan sensor depan depan dan sensor depan kiri

yang memberikan logika 0 maka rutin yang dilakukannya adalah rutin belok kanan.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
50

Apabila tidak ada sensor yang aktif (dinding tidak terdeteksi), maka robot akan maju.

Demikian seterusnya.

Pergerakan robot diatur logika yang dihasilkan dari sensor dinding. Sensor

dinding akan memberikan informasi keberadaan dinding pada mikrokontroler.

Mikrokontroler akan mengirimkan perintah untuk mengarahkan robot untuk menghindari

dinding (halangan) yang ada.

Program yang dibuat adalah sebagai berikut:

utama:

mov a,p2

cjne a,#0ffh,e

acall maju

ret

e:

cjne a,#0bfh,f

acall bel2

sjmp utama

f:

cjne a,#0b7h,g

acall bel2

sjmp utama

g:

cjne a,#0dfh,h

acall bel1

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
51

sjmp utama

h:

cjne a,#0d7h,i

acall bel1

sjmp utama

i:

cjne a,#0f7h,utama

acall bel1

sjmp utama

tunda:

mov r7,#100

tnd:

mov r6,#255

djnz r6,$

djnz r7,tnd

ret

maju:

clr p0.0

setb p0.1

clr p0.3

setb p0.2

mov r7,#100

djnz r7,$

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
52

clr p0.4

clr p0.5

clr p0.6

clr p0.7

mov r7,#75

djnz r7,$

ret

bel1:

mov r6,#5

belka:

mov r5,#1

belok_kanan:

clr p0.0

setb p0.1

clr p0.2

setb p0.3

mov r7,#220

djnz r7,$

acall matibel

djnz r5,belok_kanan

djnz r6,belka

ret

bel2:

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
53

mov r6,#5

belki:

mov r5,#1

belok_kiri:

setb p0.0

clr p0.1

setb p0.2

clr p0.3

mov r7,#245

djnz r7,$

acall matibel

djnz r5,belok_kiri

djnz r6,belki

ret

matibel:

clr p0.0

clr p0.1

clr p0.2

clr p0.3

mov r7,#1

djnz r7,$

ret

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
BAB 4

PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya

Pengujian pada rangkaian catu daya ini dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran

dari rangkaian ini dengan menggunakan voltmeter. Dari hasil pengujian pada saat baterai

penuh, maka didapatkan tegangan keluaran pertama sebesar 6.2 volt dan tegangan

keluaran yang kedua sebesar 5.1 volt. Pada saat baterai lemah, maka didapatkan tegangan

keluaran pertama sebesar 5,3 volt dan tegangan keluaran yang kedua sebesar 4.5 volt.

Walaupun tegangan keluaran pertama tidak tepat 6 volt, dan tegangan keluaran kedua

tidak tepat 5 volt, robot tetap bekerja namun jalannya semakin lambat. Hal ini disebabkan

karena kurangnya tegangan yang dibutuhkan untuk memutar motor. Dengan demikian

rangkaian ini telah berjalan dengan baik.

Vo 1 Vo 2
(Volt) (Volt)
6,2 5,1
6,2 5,1
6,2 5,1
6,0 5,0
5,8 4,9
5,5 4,7
5,3 4,5

Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Rangkaian Catu Daya

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
55

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S52

Untuk mengetahui rangkaian mikrokontroler ini sudah bekerja dengan baik, maka

dilakukan pengujian. Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan program

sederhana pada mikrokontroler AT89S52. Programnya adalah sebagai berikut:

loop:

setb p2.7

acall tunda

clr p2.7

acall tunda

sjmp loop

tunda:

mov r7,#0ffh

tnd:

mov r6,#0ffh

djnz r6,$

djnz r7,tnd

ret

Program ini ditujukan untuk menghidupkan LED yang terhubung pada p2.7, dan

kemudian mematikannya kembali selama selang waktu tertentu secara terus menerus.

Perintah setb p2.7 akan menyebabkan p2.7 akan berlogika high, yang akan menyebabkan

transistor aktif. Aktifnya transistor akan memicu hidupnya LED. Perintah acall tunda

akan menyebabkan LED tersebut akan menyala selama selang waktu tertentu. Setelah itu,

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
56

dengan perintah clr p2.7, p2.7 akan berlogika low. Hal ini menyebabkan LED mati. LED

akan mati selama beberapa saat karena adanya pemanggilan waktu tunda kembali yang

ditandai dengan perintah acall tunda. Keadaan ini akan berulang ulang, sehingga LED

akan terlihat kelap kelip.

Jika program tersebut diisikan, kemudian nyala LED terlihat kelap kelip maka

rangkaian tersebut telah bekerja dengan baik.

p2.7 LED

1 Nyala

0 Mati

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Port 2.7 Mikrokontroler

4.3 Pengujian Rangkaian Sensor Dinding

Rangkaian ini dikatakan baik apabila ketika photodioda terkena pantulan

inframerah, LED indikator akan menyala dan tegangan keluarannya jika diukur adalah 0

V. Demikian sebaliknya, ketika photodioda tidak terkena pantulan inframerah, LED

tidak akan menyala, dan tegangan kelurannya jika diukur adalah 5 V.

Jangkauan sensor ini dapat diatur, sesuai dengan besarnya nilai hambatan yang

ingin diberikan (ditrimp). Pada rangkaian yang digunakan ini, sensor dapat mendeteksi

keberadaan dinding maksimal sejauh 30 cm di depan sensor.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
57

Dinding Logika Vout (volt)

Terdeteksi 0 0.05

Tidak Terdeteksi 1 4.8

Tabel 4.3 Pengujian Sensor Dinding

4.4 Pengujian Pengendali Pergerakan Motor (Motor driver)

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan input

rangkaian ini ke rangkaian mikrokontroler AT89S52 dan menghubungkan outputnya ke

motor DC.

Langkah selanjutnya adalah mengisikan pada mikrokontroler program sederhana

untuk memutar motor DC tersebut. Program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S52

untuk memutar motor ke satu arah tertentu adalah:

Setb P0.0

Clr P0.1

Perintah Setb P0.0 akan memberikan logika high ke P0.0 dan perintah Clr P0.1 akan

memberikan logika low ke P0.1. Untuk membuat motor berputar kearah sebaliknya

adalah,

Clr P0.0

Setb P0.1

Perintah Clr P0.0 akan memberikan logika low ke P0.0 dan perintah Setb P0.1 akan

memberikan logika high ke P0.1. Dengan demikian arah perputaran motor sudah dapat

dikendalikan oleh program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S52.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
58

Input Putaran (Motor)

1 0 Kanan

0 1 Kiri

Tabel 4.4. Pengujian Putaran Motor DC

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Photodioda sensitif terhadap cahaya, sehingga mudah terganggu dengan

adanya sinar matahari.

2. Makin banyak tambahan sinar infra merah, maka jarak pantulannya pada

dinding akan semakin jauh.

3. Data yang dikirimkan oleh sensor akan diolah oleh Mikrokontroler AT89S52

untuk mengambil keputusan pada sistem robot.

4. Robot bekerja secara otomatis untuk menemukan barang dan mengangkatnya

tanpa menabrak dinding. Hal ini disebabkan oleh adanya sensor pada robot

tersebut.

5.2 Saran

1. Robot pada proyek ini hanya menggukan media Inframerah sebagai pemberi

instruksinya, sehingga dalam pemberian instruksi hanya dapat dilakukan dari

jarak yang dekat, maka sebaiknya pemberian instruksi pada robot dilakukan

dari jarak jauh ataupun menggunakan radio frekuensi.

2. Motor penggerak dari robot ini hanya menggunakan motor DC biasa sehingga

pergerakan robot kurang sempurna, maka sebaiknya digunakan motor yang

lebih presisi dan daya yang lebih besar agar dapat memperbaiki keakuratan

robot dalam mengikuti track-nya.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
59

3. Sensor yang digunakan pada robot sebaiknya menggunakan komponen yang

lebih berkualitas agar dapat menghasilkan pembacaan yang optimal.

4. Disain robot sebaiknya dibuat dengan seimbang terhadap titik beratnya dan

dengan bentuk yang benar-benar tepat untuk mendukung penampilan dan

unjuk kerjanya.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
Daftar Pustaka

Agfianto, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi Kedua,


Penerbit: Gava Media, Yogyakarta, 2004
Andi, Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman Mikrokontroler AT89C51,
Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2003
Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit:
Salemba Teknika, Jakarta, 2003.
Widodo, S.Si, Mkom, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Penerbit: Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.

Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009
Johannes Pandiangan : Perancangan Dan Penggunaan Photodioda Sebagai Sensor Penghindar Dinding Pada Robot Forklift, 2007.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai