Anda di halaman 1dari 23

Sejarah Singkat PUIL

Sejarah Singkat

Peraturan Instalasi listrik ditulis pada tahun 1924-1937 pada zaman Belanda dangan nama
Algemene Voolschriften voor elechische sterkstroom instalaties (AVE).

Tahun 1956 diterjemahkan kebahasa Indonesia menjadi Peraturan Umum Instalasi Listrik
(PUIL-64) oleh Yayasan Dana Normalisasi Indonesia yang selesai tahun 1964.

Pada tahun 1977 PUIL-64 direvisi menjadi PUIL-77.

Sepuluh tahun kemudian direvisi lagi menjadi PUIL-87 dan diterbitkan sebagai SNI No : 225-
1987.

Pada tahun 2000, Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-87) diubah menjadi Persyaratan
Umum Instalasi Listrik. Disingkat PUIL-2000 yang berorientasi untuk instalasi tegangan rendah
dan menengah di dalam bangunan, serta memuat sistem pengaman bagi keselamatam manusia
secara teliti.

Maksud dan Tujuan PUIL-2000

Agar pengusahaan instalasi listrik dapat terselenggara baik bagi keselamatan isinya dari kebakaran akibat
listrik dan perlindungan lingkungan.

Ruang Lingkup

Untuk Perencanaan, Pemasangan, Pemeriksaan dan pengujian, pelayanan,pemeliharaan,maupun


pengawasan instalasi listrik tegangan arus bolak-balik sampai dengan 1000 volt dan tegangan arus searah
sampai dengan 1500 volt terdiri dari 9 bab.
Motor Listrik

Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya, memutar impeller pompa, fan atau blower,
menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dan lain sebagainya. Motor listrik digunakan juga di rumah
(mixer, bor listrik, fan atau kipas angin) dan di industri. Motor listrik dalam dunia industri seringkali
disebut dengan istilah kuda kerja nya industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan
sekitar 70% beban listrik total di industri.

Prinsip Kerja Motor Listrik

Prinsip kerja motor listrik pada dasarnya sama untuk semua jenis motor secara umum :
Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya
ika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop, maka kedua sisi
loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang
berlawanan.
Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torque untuk memutar kumparan.
Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga putaran yang
lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut
kumparan medan.
Dalam memahami sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang dimaksud dengan beban motor listrik.
Beban mengacu kepada keluaran tenaga putar/ torque sesuai dengan kecepatan yang diperlukan. Beban
umumnya dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok (BEE India, 2004) :
Beban torque konstan adalah beban dimana permintaan keluaran energinya bervariasi dengan
kecepatan operasinya namun torque nya tidak bervariasi. Contoh beban dengan torque konstan
adalah conveyors, rotary kilns, dan pompa displacement konstan.
Beban dengan variabel torque adalah beban dengan torque yang bervariasi dengan kecepatan
operasi. Contoh beban dengan variabel torque adalah pompa sentrifugal dan fan (torque
bervariasi sebagai kwadrat kecepatan).
Beban dengan energi konstan adalah beban dengan permintaan torque yang berubah dan
berbanding terbalik dengan kecepatan. Contoh untuk beban dengan daya konstan adalah
peralatan-peralatan mesin.
Prinsip kerja motor listrik dapat dijelaskan dengan lebih jelas melalui gambar berikut :
Prinsip kerja motor listrik

Jenis Jenis Motor Listrik

Pada dasarnya motor listrik terbagi menjadi 2 jenis yaitu motor listrik DC dan motor listrik AC. Kemudian
dari jenis tersebut digolongkan menjadi beberapa klasifikasi lagi sesuai dengan karakteristiknya.

Jenis Jenis Motor Listrik

Dari gambar diatas terlihat jelas pengelompokan jenis-jenis motor listrik.


MOTOR DC

Motor DC adalah jenis motor listrik yang bekerja menggunakan sumber tegangan DC. Motor DC atau
motor arus searah sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung dan tidak langsung/direct-
unidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang
tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas.

Komponen Utama Motor DC

Gambar diatas memperlihatkan sebuah motor DC yang memiliki tiga komponen utama :
1. Kutub Medan Magnet

Secara sederhada digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran pada
motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan kumparan motor DC yang menggerakan
bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara
dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke
selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet.
Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan.
2. Kumparan Motor DC

Bila arus masuk menuju kumparan motor DC, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. kumparan
motor DC yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk
kasus motor DC yang kecil, kumparan motor DC berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh
kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik
untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan kumparan motor DC.
3. Commutator Motor DC

Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus
listrik dalam kumparan motor DC. Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara kumparan
motor DC dan sumber daya.
Kelebihan Motor DC

Keuntungan utama motor DC adalah dalam hal pengendalian kecepatan motor DC tersebut, yang tidak
mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor ini dapat dikendalikan dengan mengatur :
Tegangan kumparan motor DC meningkatkan tegangan kumparan motor DC akan
meningkatkan kecepatan
Arus medan menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan.

Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada umumnya dibatasi untuk
beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan daya rendah hingga sedang seperti peralatan
mesin dan rolling mills, sebab sering terjadi masalah dengan perubahan arah arus listrik mekanis pada
ukuran yang lebih besar. Juga, motor tersebut dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan
tidak berbahaya sebab resiko percikan api pada sikatnya.

Motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC. Hubungan antara kecepatan, flux medan dan tegangan
kumparan motor DC ditunjukkan dalam persamaan berikut :

Gaya elektromagnetik : E=KN

Torque : T = K Ia

Dimana:
E =gaya elektromagnetik yang dikembangkan pada terminal kumparan motor DC (volt)
= flux medan yang berbanding lurus dengan arus medan
N = kecepatan dalam RPM (putaran per menit)
T = torque electromagnetic
Ia = arus kumparan motor DC
K = konstanta persamaan

Jenis-Jenis Motor DC
1. Motor DC Sumber Daya Terpisah/ Separately Excited

Jika arus medan dipasok dari sumber terpisah maka disebut motor DC sumber daya terpisah / separately
excited.
2. Motor DC Sumber Daya Sendiri/ Self Excited: Motor Shunt

Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara paralel dengan gulungan
kumparan motor DC (A) seperti diperlihatkan dalam gambar dibawah. Oleh karena itu total arus dalam
jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus kumparan motor DC.
Karakteristik Motor DC Shunt

Berikut tentang kecepatan motor shunt (E.T.E., 1997):


Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada beban (hingga torque tertentu setelah
kecepatannya berkurang, lihat Gambar diatas dan oleh karena itu cocok untuk penggunaan
komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.
Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan seri dengan
kumparan motor DC (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus medan
(kecepatan bertambah).

3. Motor DC Daya Sendiri: Motor Seri

Dalam motor seri, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara seri dengan gulungan kumparan
motor DC (A) seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah. Oleh karena itu, arus medan sama dengan
arus kumparan motor DC. Berikut tentang kecepatan motor seri (Rodwell International Corporation, 1997;
L.M. Photonics Ltd, 2002) :
Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM
Harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor akan mempercepat
tanpa terkendali.

Motor-motor seri cocok untuk penggunaan yang memerlukan torque penyalaan awal yang tinggi, seperti
derek dan alat pengangkat hoist seperti pada gambar berikut.
Karakteristik Motor DC Seri
4. Motor DC Kompon/Gabungan

Motor Kompon DC merupakan gabungan motor seri dan shunt. Pada motor kompon, gulungan medan
(medan shunt) dihubungkan secara paralel dan seri dengan gulungan kumparan motor DC (A) seperti
yang ditunjukkan dalam gambar dibawah. Sehingga, motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang
bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase penggabungan (yakni persentase gulungan
medan yang dihubungkan secara seri), makin tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani
oleh motor ini. Contoh, penggabungan 40-50% menjadikan motor ini cocok untuk alat pengangkat hoist
dan derek, sedangkan motor kompon yang standar (12%) tidak cocok (myElectrical, 2005).

Karakteristik Motor DC Kompon

GENERATOR LISTRIK

Pengertian Generator Listrik adalah sebuah mesin yang dapat mengubah energi gerak (mekanik)
menjadi energi listrik (elektrik).

Sumber Energi Gerak Generator


Energi yang menggerakkan generator sendiri sumbernya bermacam macam. Padapembangkit listrik
tenaga angin misalnya generator bergerak karena adanya kincir yang berputar karena angin.
Demikian pula pada pembangkit pembangkit listrik tenaga air yang memanfaatkan energi gerak dari
air. Sedang pada pembangkit listrik gerak dari generator didapatkan dari proses pembakaran bahan
bakar diesel.

Prinsip Kerja / Cara Kerja Generator Listrik

Generator bekerja berdasarkan hukum faraday yakni apabila suatu penghantar diputarkan didalam
sebuah medan magnet sehingga memotong garis garis gaya magnet maka pada ujung penghantar
tersebut akan timbulkan ggl (garis gaya listrik) yang mempunyai satuan volt.

Jenis jenis generator :

1. Jenis generator berdasarkan letak kutubnya dibagi menjadi :

a. generator kutub dalam : generator kutub dalam mempunyai medan magnet yang terletak pada
bagian yang berputar (rotor).

b. generator kutub luar : generator kutub luar mempunyai medan magnet yang terletak pada
bagian yang diam (stator)

2. Jenis generator berdasarkan putaran medan dibagi menjadi :

a. generator sinkron

b. generator asinkron

3. Jenis generator berdasarkan jenis arus yang dibangkitkan

a. generator arus searah (DC)

b. generator arus bolak balik (AC)

4. Jenis generator dilihat dari fasanya

a. generator satu fasa


b. generator tiga fasa
5. Jenis generator berdasarkan bentuk rotornya :
a. generator rotor kutub menonjol biasa digunakan pada generator dengan rpm rendah seperti
PLTA dan PLTD

b. generator rotor kutub rata (silindris) biasa digunakan pada pembangkit listrik / generator
dengan putaran rpm tinggi seperti PLTG dan PLTU
Manfaat / Fungsi Generator

Generator berfungsi untuk menghasilkan listrik dengan cara mengubah gerak menjadi energi listrik
sehingga bisa digunakan untuk berbagai keperluan.

Koneksi Star dan Delta Pada


Motor Induksi 3 Phasa
pengaplikasian koneksi star dan delta pada motor induksi 3 phasa.

Motor induksi 3 phasa adalah salah satu jenis motor induksi yang paling umum digunakan
untuk keperluan industri. Motor jenis ini menjadi pilihan karena memiliki konstruksi yang
sederhana, murah, dan perawatannya yang mudah. Dari namanya saja tentu kita mengetahui
bahwa motor induksi 3 phasa menggunakan sumber tegangan AC 3 phasa 380 volt. Untuk
menghubungkan motor induksi 3 phasa kita perlu mengetahui dulu pin untuk koneksi yang ada
pada terminal motor induksi 3 phasa yang terdiri dari U1, V1, W1, U2, V2,W2, dan GND seperti
di bawah ini :

koneksi pada terminal motor induksi 3 phasa


Pemasangan Pin terminal pada motor induksi 3 phasa tersusun seperti gambar di atas, U1 V1
W1 dan W2 U2 V2. Mengapa tidak disusun berurutan dari U1 V1 W1 dan U2 V2 W2? Itu
hanyalah untuk memudahkan saja. Susunan tersebut sudah menjadi standard dan dipasang
demikian untuk memudahkan pengkoneksian motor 3 phasa pada koneksi star atau delta.

Untuk menghubungkan motor induksi 3 phasa ke sumber tegangan 3 phasa menggunakan 2


model koneksi yaitu koneksi star dan delta. Penggunaan koneksi star atau delta di sesuaikan
dengan kebutuhan kita, karena terdapat perbedaan tegangan (V) dan arus (I) di antara ke 2
model koneksi tersebut. Tegangan dan arus tiap motor induksi 3 phasa berbeda beda
tergantung spesifikasi dan pabrikannya. Spesifikasi detail motor induksi 3 phasa seperti
tegangan input star (Y), tegangan input delta(), daya (KVA), horse power (HP),Frekuensi (Hz),
cos (), dan kecepatan (RPM) bisa dilihat pada name plate yang terdapat pada body motor
tersebut. Name plate tersebut menunjukkan keterangan motor seperti di bawah ini :

name plate motor induksi 3 phasa

Pada name plate tersebut terdapat 2 perbedaan arus dan tegangan pada kondisi star ataupun
delta. Perbedaan arus dan tegangan star dan delta seperti berikut ini :

Untuk memutar motor induksi 3 phasa menggunakan koneksi star, membutuhkan


tegangan yang sangat besar tetapi arusnya kecil. Hal inilah mengapa koneksi star
digunakan untuk memancing putaran motor dengan tarikan arus yang besar,
kemudian selang beberapa detik diganti ke koneksi delta. Hal tersebut diaplikasikan
pada rangkaian starting motor menggunakan rangkaian star dan delta.
Untuk memutar motor induksi 3 phasa meggunakan koneksi delta, membutuhkan
tegangan yang kecil tetapi dengan arus yang relatif besar. Koneksi delta adalah
model koneksi default pada setiap motor, hal itu diterapkan pada rangkaian DOL
(direct on line). Tetapi untuk motor induksi 3 phasa dengan ukuran besar tidak bisa
langsung dihubungkan ke sumber tegangan, maka digunakan koneksi starting motor
star dan delta untuk memancing putaran motor pada kecepatan tertentu selang
beberapa detik, setelah itu koneksi ditukar ke delta.Koneksi star dan delta
menggunakan 3 kontaktor dan timer. Untuk menghubungkan motor induksi 3 phasa
menggunakan koneksi star, bisa dilihat pada gambar berikut ini :

Pada koneksi star dihubungkan seperti berikut :


o W2 U2 V2 dihubungkan paralel
o U1 L1
o V1 L2
o W1- L3
I line = I phasa (arus pada koneksi star = arus pada phasa )
VL = 3 x Vp ( tegangan pada koneski star = hasil kali 3 dengan tegangan phasa)
misalkan Ip = 24.8 ; maka IL = Ip ; IL = 24,8 A
misalkan Vp = 380 ; maka VL = 3 x Vp ; VL = 3 x 380 = 658,17 volt

Untuk menghubungkan motor induksi 3 phasa menggunakan koneksi delta, bisa dilihat pada
gambar berikut ini :
Pada koneksi delta dihubungkan seperti berikut :
o L1 U1 dan U1 W2
o L2 V1 dan V1 U2
o L3 W1 dan W1 V2
VL = Vp ( tegangan koneksi delta = tegangan phasa )
IL = 3 x Ip ( arus koneksi delta adalah hasil kali 3 dengan arus phasa)
misalkan Vp = 380 volt; maka VL = Vp , VL = 380 volt
mislakan Ip = 24.8 A ; maka IL = 3 x 24.8 = 42,95 A

Desain proteksi motor (tenaga) listrik

A. Pengertian
Beberapa istilah pada instalasi listrik yang seyogyanya kita pahami dahulu misalnya seperti
berikut:

IN Arus nominal atau kapasitas arus adalah arus kerja alat listrik atau komponen atau mesin
listrik sehingga yang akan dapat berkerja normal tanpa mengalami gangguan atau efek apapun.

Arus lebih, adalah arus yang melebihi arus nominal sehingga dapat menyebabkan gangguan
kerja pada alat, komponen atau mesin listrik, yang disebabkan oleh adanya:
Beban lebih (over load),
Hubung singkat (Short Circuit)

B. Data motor listrik


Motor listrik yang akan kita pasang pada jaringan listrik PLN atau sumber pasokan lain harus kita
pahami dahulu data yang dapat dibaca pada nameplate motor. Untuk keperluan disain instalasi
yang penting untuk dicatat minimal adalah: tegangan, arus, daya, sambungan dan IP.

Gambar1: Nameplate motor

Spesifikasi motor dari data nameplate:

Tegangan : 400 V / 690 V

Arus listrik : 29 / 17 A

Daya P : 15 kW

Sambungan : / Y

Indek Proteksi : 54

Dalam memasang instalasi listrik kita terlebih dahulu membuat gambar. Gambar harus
menggunakan simbol yang berstandar dan konsistensi harus selalu dijaga. Ada beberapa
macam gambar yang seyogyanya dipersiapkan dalam persiapan memasang motor listrik.

Gambar 2: Single line power diagram

Pertama kita harus merancang dahulu (minimal) gambar diagram tunggal daya seperti gambar
2. Rangkaian dasar untuk instalasi motor sederhana sesuai dengan nameplate (spesifikasi data)
motor diatas maka kita dapat membuat desain :

1. Pengaman jaringan
2. Kapasitas kontaktor
3. Jenis dan penampang kabel
4. Pengaman motor
5. Sambungan kumparan motor.
Untuk menyelesaikan desain tersebut kita harus tetap melihat PUIL 2000, katalog produk serta
aturan lain yang berlaku.

C. Rancangan komponen
Untuk menentukan jenis komponen dan rating current sesuai dengan beban yang terpasang
maka kita harus mengacu PUIL 2000, Tabel 5-5-2 halaman 183. Sehingga kita dapat
menghitung nilai proteksi yang akan kita pasang berdasarkan data motor, maka kita dapat
tentukan:

1) Pengaman jaringan, kita memilih pengaman jaringan dengan MCB atau NFB. Nilai
pengaman dapat diperoleh dengan hitungan:
Gambar 3: MCB 3 fase
Nilai minimum = 1,25 x IN motor, dimana IN = 29 A.
= 2,5 x 29 A = 36,25 A (minimal 40 A)

Nilai maksimum = 2,5 x 29 A


= 72,5 A (maksimal 63 A)

Dari katalog produk (MG) kita baca data MCB 3 fase antara 40A; 50A dan 63A. Kita (dalam kasus
ini) dapat menentukan nilai maksimal MCB 63 A, jika diyakini beban yang akan diberikan
memang besar.
Jadi pengaman jaringan kita pasang MCB, IN = 63 A.

2) Kontaktor, pada dasarnya kapasitas kontaktor yang dipasang harus mampu dilewati
sebesar arus beban maksimum.

Gambar 4: Kontaktor magnet

dalam hal ini rating current kontaktor minimal sama dengan IN pengaman diatasnya (MCB) yaitu
63 A, atau minimal sama dengan daya motornya yaitu P = 15 kW. Jadi kontaktor minimal 15 kW.
Kontaktor mempunyai konstruksi tuas-tuas NO dan NC. Kontak yang dibuat dari bahan perak
sangat sensitif terhadap adanya busur api dan batas temperature yang diijinkan (fungsi arus
listrik).
3) Jenis dan penampang kabel, untuk menentukan jenis kabel kita harus mempertimbangkan
kabel tersebut akan dipasang dilingkungan seperti apa, ditanam, diudara atau didalam pipa.

Gambar 5: NYA 25 mm2


Selain itu kabel yang kita pakai harus mempunyai kemampuan hantara arua (KHA) minimal
sama dengan kapasitas pengamannya. Dalah hal ini KHA kabel minimal dipilih yang mempunyai
kapasitas > 63 A.
Kita tentukan, kabel menggunakan NYA dipasang didalam pipa, maka kita lihat PUIL
2000, Tabel 7-3-1 diperoleh penampang 25 mm2dengan KHA = 83 A. Jadi kabel yang dipasang
adalah NYA 25 mm2.

Dalam menghitung kebutuhan besar kabel dalam istilah luas penampang kabel perlu dibedakan
menjadi dua jenis , yaitu:

a. Perhitungan luas penampang kabel untuk fasa tunggal, dan


b. Perhitungan luas penampang kabel untuk tiga fasa.
Rumus Untuk Menghitung Kebutuhan Luas Penampang Kabel Satu Fasa :
I = P / (E x Cos Phi)
Sebelum menentukan luas penampang kabel, perlu di hitung KHA-nya lebih dahulu, KHA adalah
Kemampuan Hantar Arus.
KHA = 125% x I nominal

Contoh pertanyaan:
Suatu instalasi listrik rumah tangga atau industri memiliki kapasitas 900Watt, cos phi sebesar
0,8, tegangan yang dipakai adalah 220Volt. Tentukan besarnya kemampuan hantar arus (KHA)
untk menentukan kabel yang dipakai?

Jawaban:
I = P / (V x cos phi)
I = 900 / (220 x 0,8)
I = 900 / 176
I = 5,114
Hasil KHA adalah = 125% x 5,114 A = 6,3925 A = 6,39A
Kemudian cari pada tabel diatas kemampuan kabel yang mampu mengantarkan arus sebesar
6,39 Ampere. tapi anda juga bisa browsing dengan pencarian tabel kemampuan penampang
kabel .

Rumus Untuk Menghitung Kebutuhan Luas Penampang Kabel Tiga Fasa :


I = P / (3 x E x Cos Phi
Dimana:
I = Arus beban listrik dalam satuan Ampere
P = Beban yang dibutuhkan dalam Watt
E = Tegangan antar fasa dalam Volt
Cos Phi = Faktor Daya
Contoh pertanyaan:
Suatu instalasi listrik industri (asumsi industri untuk pemakaian 3 phase) memiliki kapasitas
20.000 Watt, cos phi sebesar 0,8, tegangan antar phase yang dipakai adalah 415Volt. Tentukan
besarnya kemampuan hantar arus (KHA) untk menentukan kabel yang dipakai?
3 = 1,73

Jawaban:
I = P / (3 x E x Cos Phi)
I = 20.000 / (3 x 415 x 0,8)
I = 20.000 / (1,73 x 332)
I = 20.000 / 574,36
I = 34,83 Ampere

Hasil KHA adalah = 125% x 34,83 A = 43,53 Ampere


Cari dalam tabel kemampuan kabel dengan satuan mm2 seperti soal pertama, yang mampu
dilalui arus sebesar 43,53 Ampere

Dalam menyesuaikan atau menentukan luas penampang kabel (besar kabel ) yang dibutuhkan
perlu perhitungan teoritis dulu seperti diatas yang kemudian di sesuaikan dengan luas
penampang atau besar kabel yang telah tersedia di pasaran.
Namun dalam hal ini lebih baik memilih besaran kabel lebih besar yang tersedia dilapangan,
sebagai contoh dalam perhitungan teoritis dibutuhkan luas penampang kabel 2mm2, maka
perlu pembelian kabel dengan diameter 2,5mm yang tersedia dipasaran.

4) Pengaman motor, pengaman motor dalam teknik kelistrikan dikenal dengan


sebutan Thermal Overload Relay (TOR).
Gambar 6: TOR
Peralatan listrik ini bekerja dengan menggunakan operasi bimetal. Dalam kondisi beban normal
arus listrik yang mengalir pada nikelin yang dililitkan pada bimetal untuk memanaskan belum
cukup dapat menyebabkan pemutusan arus. Tetapi saat arus beban melebihi arus nominal
semakin lama bimetal akan bengkok dan akan menyentuh tuas kontak kontrol akibatnya arus
ke beban akan putus, motor berhenti. Karena fungsi utama TOR dipakai untuk mengamankan
motor tepatnya kumparan motor, maka harus dipilih TOR yang dapat di set arusnya sebesar
arus nominal motor 29 A. Menurut katalog produk CLE, type NR2 Thermal Overload
Relay, Ith= 28- 36 A. Arus thermal ini dapat diatur (di-setting) dengan memutar obeng minus ke
angka 29 A atau mendekati angka 29.
Jika ternyata terjadi trip, setting current dapat dikoreksi akurasinya (disesuaikan).

5) Sambungan kumparan motor, sambungan kumparan motor harus sesuai antara spesifikasi
motor dengan tegangan sumber listrik yang tersedia. Jika tegangan PLN yang diberikan 3 x 380
Volt dan data nameplate motor tertluis / Y, tegangan 400/ 690 V maka arti data ini bila
disesuaikan dengan pasokan listriknya adalah:
Kapasitas tegangan kumparan fase 400 V;
Sehingga yang cocok dengan pasokan PLN 380V, kumparanya disambung (delta).
Kumparan dapat disambung Y, tetapi operasi dalam waktu singkat (dalam hitungan detik)
atau hanya cocok untuk Starting yang kemudian dikenal dengan pengasutan Bintang-
Segitiga.

Catatan: Jika beban motor kapasitasnya melebihi 4 kW maka untuk menghindari Starting
Current (arus awal) yang tinggi motor tersebut harus dioperasikan menggunakan sistem Y ke
(bintang- segitiga).
Gambar 7: Diagram sambungan kumparan dan Y

Gambar 8 : Terminal motor 3 fase sambungan bintang

Gambar 9: Terminal motor 3 fase sambungan segitiga

Dengan contoh rancangan disain instalasi beban motor tersebut kita dapat mengembangkan
rancangan secara global dengan memperhitungkan faktor keserempakan, arus hubung
singkat ( Ik ), selektivitas, rangkaian kontrol serta tipe pemutus sirkit. Sehingga bila
digambarkan secara keseluruhan dimulai dari Main Distribution Panel (panel Utama) hingga
pada titik beban dapat dilihat seperti gambar 10.
Gambar 10: Instalasi tenaga sederhana

Anda mungkin juga menyukai