Anda di halaman 1dari 15

DISASTER PLAN BENCANA TANAH LONGSOR DI

KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR,


PROVINSI JAWA BARAT

Disusun oleh:
David Sethia Perdana
030.11.064

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERIODE 03 APRIL 2017 10 JUNI 2017

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
BAB 1
PROFIL DAERAH

1.1 Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama Resmi : Kabupaten Bogor


Ibukota : Cibinong
Provinsi : JAWA BARAT
Koordinat : 618' LS - 647'10'' LS dan
10623'45'' BT - 10713'30'' BT
Batas Wilayah : Utara: Kota Depok dan DKI Jakarta
Selatan: Kabupaten Sukabumi
Barat: Kabupaten Lebak
Timur: Kabupaten Purwakarta
Tengah: Kota Bogor
Luas Wilayah : 298.838,31 Ha
Jumlah : 4.070.630 Jiwa
Penduduk
Wilayah : Kecamatan: 40, Kelurahan: 16, Desa: 410
Administrasi
Website : http://www.bogorkab.go.id/

(Permendagri No.66 Tahun 2011)

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas 298.838,31 Ha. Secara geografis


terletak di antara 6o18'0" 6o47'10" Lintang Selatan (LS) dan 106o23'45"
107o13'30" Bujur Timur (BT). Batas-batas wilayah Kabupaten Bogor adalah
sebagai berikut :
Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang
Selatan, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi;
Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Lebak;
Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Purwakarta;
Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten
Cianjur.
Bagian Tengah: berbatasan dengan Kota Bogor.
Gambar 1. Peta Wilayah Kota dan Kabupaten Bogor

1.1.1 Kondisi morfologis


Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari
dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian
selatan, dataran rendah sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15 100 meter di
atas permukaan laut (dpl), merupakan kategori ekologi hilir. Dataran
bergelombang sekitar 43,62% berada pada ketinggian 100 500 meter dpl,
merupakan kategori ekologi tengah. Sekitar 19,53% daerah pegunungan berada
pada ketinggian 500 - 1.000 meter dpl, merupakan kategori ekologi hulu. Daerah
penggunungan tinggi sekitar 8,43% berada pada ketinggian 1.000 2.000 meter
dpl, merupakan kategori ekologi hulu dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000
2.500 meter dpl, merupakan kategori hulu.(1)
Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran
tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh
hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu
tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya
meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relative rawan
terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi.
Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak
peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol, Aluvial, Regosol,
Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah
longsor.

Tabel 1. Tabel tinggi wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) menurut


Kecmaatan di Kabupaten Bogor, 2015

Kecamatan Ibukota Kecamatan Ketinggian (mdpl)


1 Nanggung Parakan Muncang 270
2 Leuwiliang Leuwimekar 238
3 Leuwisadeng Leuwisadeng 229
4 Pamijahan Gunungsari 581
5 Cibungbulang Cimanggu 2 350
6 Ciampea Bojongrangkas 188
7 Tenjolaya Tapos 1 661
8 Dramaga Dramaga 192
9 Ciomas Pagelaran 222
10 Tamansari Tamansari 532
11 Cijeruk Cipelang 587
12 Cigombong Cigombong 578
13 Caringin Cimande Hilir 455
14 Ciawi Bendungan 518
15 Cisarua Leuwimalang 789
16 Megamendung Sukamaju 708
17 Sukaraja Cimandala 176
18 Babakan Madang Babakan Madang 224
19 Sukamakmur Sukamakmur 434
20 Cariu Cariu 107
21 Tanjungsari Tanjungsari 178
22 Jonggol Jonggol 110
23 Cileungsi Cileungsi 107
24 Klapanunggal Kembang Kuning 230
25 Gunungputri Wanaherang 109
26 Citeureup Puspanegara 136
27 Cibinong Cirimekar 139
28 Bojonggede Bojonggede 156
29 Tajurhalang Tajurhalang 162
30 Kemang Kemang 175
31 Rancabungur Rancabungur 165
32 Parung Parung 127
33 Ciseeng Cibentang 125
34 Gunungsindur Gunungsindur 106
35 Rumpin Rumpin 86
36 Cigudeg Cigudeg 369
37 Sukajaya Sukajaya 422
38 Jasinga Pamagersari 107
39 Tenjo Singabraja 95
40 Parungpanjang Parungpanjang 51

1.1.2 Kondisi klimatologis dan meteorologis


Secara klimatalogi, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah
di bagian Selatan dan iklim tropis basah di bagian Utara, dengan rata -rata curah
tahunan 2.500 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian
kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-rata di
wilayah Kabupaten Bogor adalah 20 - 30C, dengan suhu rata-rata tahunan
sebesar 25. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan
rata -rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata-rata sebesar 146,2
mm/bulan.
Tabel 2. Rata-rata tekanan udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari
menurut bulan di Kabupaten Bogor, 2015

Bulan Tekanan Kecepatan Penyinaran


Udara (mb) Angin Matahari (%)
(Knot)
Januari/January 991,2 3,9 31
Februari/February 991,1 3,7 32
Maret/March 991,3 4,3 42
April/April 990,2 4,1 43
Mei/May 991,1 4,0 64
Juni/June 990,9 3,9 67
Juli/July 991,6 5,0 70
Agustus/August 991,7 4,9 70
September/September 991,9 5,0 66
Oktober/October 992,2 4,5 65
November/November 990,4 4,2 53
Desember/December 991,1 4,3 40

Tabel 3. Rata-rata suhu dan kelembaban udara


menurut bulan di Kabupaten Bogor, 2015

Bulan Suhu Udara (oC) Kelembaban Udara (%)


Maks Min Rata-rata Maks Min Rata-rata
Januari 30,2 22,8 25,2 94 73 87
Februari 29,8 22,0 25,0 96 75 85
Maret 31,4 22,3 25,6 94 67 85
April 31,7 22,9 25,8 95 68 86
Mei 32,5 22,3 26,3 95 59 82
Juni 32,6 22,1 26,2 93 57 77
Juli 33,0 21,6 26,1 91 49 74
Agustus 33,1 21,8 26,2 91 50 75
September 34,0 21,2 25,4 87 45 68
Oktober 34,1 22,0 26,8 89 47 73
November 32,8 23,3 25,7 91 60 80
Desember 31,5 22,9 26,1 93 67 85

1.1.3 Kondisi Hidrologis


Sedangkan secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 8 buah
Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3)
DAS Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) Sub DAS Kali Bekasi; (6) Sub DAS
Cipamingkis; dan (7) DAS Cibeet. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi
pemerintah, 900 jaringan irigasi pedesaan, 95 situ dan 96 mata air.
1.1.4 Kondisi Geologis
Dilihat dari kondisi geologisnya, secara umum Kota Bogor ditutupi oleh batuan
vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu
Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpbb) dan Gunung Salak
(berupa alluvium/kal dan kipas alluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak
dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan
umumnya berupa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil
pelapukan endapan yang sangat baik untuk vegetasi. Dari struktur geologi
tersebut, Kota Bogor memiliki jenis aliran Andesit seluas 2.719,61 Ha, Kipas
Aluvial seluas 3.249,98 Ha, Endapan 1.372,68 Ha. Tufaan 3.395,17 Ha dan Lanau
Breksi Tufan dan Capili seluas 1.112, 56 Ha.(BPS, 2005)
1.1.5 Kondisi Administratif
Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang di
dalamnya meliputi 417 desa dan 17 kelurahan (434 desa/kelurahan), yang
tercakup dalam 3.882 RW dan 15.561 RT. Pada tahun 2012 telah dibentuk 4
(empat) desa baru, yaitu Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung, Desa Urug
dan Desa Jayaraharja Kecamatan Sukajaya serta Desa Mekarjaya Kecamatan
Rumpin.
1.1.6 Kondisi Demografis
Secara umum, kondisi demografis Kabupaten Bogor dapat digambarkan bahwa
penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik (BPS)
pada tahun 2013 berjumlah 5.111.769 jiwa (angka sementara), yang terdiri dari
penduduk laki-laki 2.616.873 jiwa dan penduduk perempuan 2.494.807 jiwa.
Jumlah penduduk tersebut hasil proyeksi penduduk dengan asumsi laju
pertumbuhan penduduk sebesar 2,44 persen dibanding tahun 2012. Angka ini
merupakan laju pertumbuhan penduduk proyeksi selama kurun waktu 1 tahun
(hasil proyeksi dari tahun 2012).
Penduduk Kabupaten Bogor bertambah dari waktu ke waktu, kecuali pada tahun
2000 ada penurunan penduduk. Penurunan penduduk hasil SP1990 ke SP2000
dikarenakan adanya wilayah Kabupaten Bogor yang masuk ke wilayah Kota
Bogor di Tahun 1995 berdasarkan PP No. 02/1995 dan pemekaran wilayah
Kabupaten Bogor menjadi Kota Depok di tahun 1999 berdasarkan UU RI No.
15/1999.
Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2014 menempati posisi pertama
se-Jawa Barat dengan kontribusi 11,58 persen dari total penduduk provinsi Jawa
Barat (46.029.668 jiwa). Jumlah penduduk Kabupaten Bogor kondisi Juni tahun
2014 adalah 5.331.149 jiwa, yang terdiri dari 2.728.374 laki-laki dan 2.602.775
perempuan.

Tabel 4. Jumlah penduduk kabupaten Bogor menurut Kecamatan


Tahun 2014 2017

Kecamatan Jumlah Penduduk (ribu)


2010 2014 2015 2016 2017
1 Nanggung 84.015 86.646 86,962 87,207 87,220
2 Leuwiliang 113.28 119.489 120,599 121,597 122,352
3 Leuwisadeng 70.847 73.705 74,130 74,504 74,687
4 Pamijahan 133.871 139.719 140,651 141,443 141,923
5 Cibungbulang 125.177 131.284 132,312 133,222 133,845
6 Ciampea 147.13 156.07 157,736 159,258 160,487
7 Tenjolaya 54.887 57.776 58,278 58,739 59,066
8 Dramaga 100.679 107.515 108,837 110,068 111,119
9 Ciomas 149.167 168.04 172,347 176,599 180,823
10 Tamansari 91.985 100.087 101,785 103,409 104,912
11 Cijeruk 78.634 84.633 85,837 86,982 87,989
12 Cigombong 88.309 97.693 99,755 101,757 103,690
13 Caringin 114.229 121.787 123,233 124,584 125,712
14 Ciawi 102.994 112.041 113,935 115,749 117,427
15 Cisarua 112.655 120.457 121,978 123,397 124,614
16 Megamendung 96.887 103.868 105,252 106,544 107,668
17 Sukaraja 173.245 192.82 197,168 201,435 205,599
18 Babakan Madang 103.049 115.981 118,926 121,831 124,719
19 Sukamakmur 74.578 78.106 78,689 79,210 79,547
20 Cariu 46.186 46.474 46,367 46,216 45,921
21 Tanjungsari 50.014 51.537 51,716 51,844 51,842
22 Jonggol 122.697 135.853 138,746 141,569 144,291
23 Cileungsi 246.369 302.522 316,873 331,605 347,414
24 Klapanunggal 95.025 110.204 113,834 117,470 121,218
25 Gunungputri 309.918 388.766 409,312 430,592 453,696
26 Citeureup 198.38 218.685 223,091 227,375 231,492
27 Cibinong 326.519 384.087 398,109 412,256 427,014
28 Bojonggede 236.486 291.904 306,156 320,800 336,547
29 Tajurhalang 97.255 112.381 115,983 119,583 123,272
30 Kemang 92.401 103.852 106,448 109,013 111,554
31 Rancabungur 50.052 52.906 53,420 53,891 54,260
32 Parung 112.529 130.309 134,554 138,807 143,174
33 Ciseeng 98.227 108.05 110,178 112,237 114,199
34 Gunungsindur 102.998 117.682 123,686 127,699 131,838
35 Rumpin 129.15 136.768 138,167 139,452 140,465
36 Cigudeg 117.278 123.319 124,368 125,305 125,977
37 Sukajaya 55.671 57.429 57,640 57,805 57,824
38 Jasinga 93.078 95.982 96,335 96,595 96,613
39 Tenjo 66.077 69.884 70,570 71,211 71,698
40 Parungpanjang 110.004 122.838 125,705 128,530 131,301
Bogor 4.771.932 5.331.149 5,459,668 5,587,390 5,715,009

1.2 Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor


Wilayah Kecamatan Leuwiliang memiliki luas 9.143,39 Ha. Batas-batas
administrative wilayah Kecamatan Leuwiliang adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara: Kecamatan Leuwisadeng;
Sebelah Barat: Kecamatan Nanggung;
Sebelah Timur: Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan;
Sebelah Selatan: Provinsi Banten

Gambar 2. Peta Wilayah Kecamatan Leuwilliang, Kabupaten Bogor


BAB 2
ANALISIS RISIKO

2.1 Hazard
2.1.1 Hazard morfologis
Salah satu hazard morfologi pada daerah Leuwiliang, Kabupaten Bogor
adalah sifat batuan yang relatif lolos air di mana kemampuannya meresapkan air
hujan tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan
tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah
penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka
terhadap erosi. Oleh karena itu, beberapa wilayah rawan terhadap tanah longsor.
2.1.2 Hazard klimatologis
Hazard klimatologis pada wilayah Leuwiliang, Kabupaten Bogor adalah
curah hujan yang tinggi. Rata -rata curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten
Bogor yakni 2.500 5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan
sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.

2.2 Vulnerability
Kerentanan (vulnerability) adalah keadaan, sifat atau perilaku manusia yang
menyebabkan ketidakmampuan untuk menghadapi bahaya atau ancaman.
Kerentanan di daerah rawan longsor di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor
diantaranya adalah :
a. Kerentanan Fisik : ditinjau dari struktur fisik desa-desa di kecamatan
Leuwiliang, bangunan sudah terbentuk dari batu bata dan semen, namun
pondasi bangunan berada di tanah yang relatif tidak stabil. Hal tersebut
meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap bencana tanah longsor
b. Kerentanan Ekonomi : tingkat pendapatan yang rendah, investasi lokal yang
masih rendah
c. Kerentanan Sosial : banyaknya penduduk lokal, tingkat pengetahuan
masyarakat yang masih rendah, belum ada desa siaga aktif
2.3 Capacity
Secara umum kapasitas atau kemampuan masyarakat untuk tanggap dan
dapat mengatasi bencana dapat dikategorikan kurang. Tingkat pendidikan menjadi
salah satu faktor penyebabnya. Banyaknya penduduk lokal, tingkat pengetahuan
masyarakat yang masih rendah banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui
pentingnya hutan untuk menjaga stabilitas tanah, masyarakat cenderung sering
membabat hutan untuk membuka lahan pertanian. Meskipun musim hujan
berlangsung setiap tahun, masyarakat cenderung tidak menunjukkan adanya
perkembangan mengenai siaga bencana tanah longsor.

2.4 Analisis risiko


Dari ketiga hal tersebut diatas, bencana tanah longsor merupakan bencana
yang relatif sering terjadi, kemungkinan terjadinya adalah satu kali per tahun yaitu
saat musim hujan, dan bencana ini bukan merupakan bencana rutin terjadi. Tanah
longsor yang terjadi di wilayah yang tidak luas. Dampak yang biasanya terjadi
pada bencana tanah longsor di antaranya adalah:
1. Dampak Sosial : masyarakat yang terkena bencana tanah longsor biasanya
berjumlah cukup sedikit, pada bencana yang terakir tercatat, tidak ada korban
jiwa, namun kerusakan yang terjadi cukup banyak, yaitu beberapa rumah
warga rusak parah.
2. Dampak Lingkungan : dampak yang terjadi diantaranya adalah rusaknya lahan
pertanian warga serta rusaknya rumah rumah warga. Selain itu, tanah longsor
yang terjadi menyebabkan akses jalan menuju desa tersebut terputus.
3. Dampak Ekonomi : Putusnya akses jalan menyebabkan lalu lintas
perdagangan terganggu, dan akibat rendahnya tingkat ekonomi masyarakat,
kerusakan rumah karena longsor tidak segera diperbaiki karena tidak mampu.
4. Dampak Kesehatan : dampak tanah longsor dapat menyebabkan putusnya
akses kesehatan masyarakat. Mengingat lokasi Puskesmas cukup jauh dan
karena akses terputus, masyarakat tidak bisa mendatangi puskesmas dan
begitu juga petugas kesehatan kesulitan mencapai daerah bencana.
Secara spesifik, penyakit yang mungkin timbul saat bencana tanah longsor
adalah penyakit yang berkaitan dengan sanitasi. Karena warga kehilangan sumber
air bersih, dan juga jamban di rumah mereka. Penyakit infeksi yang mungkin
muncul penyakit seperti diare, DBD, namun pada kejadian terakhir, penyakit
tersebut tidak tercatat adanya peningkatan jumlah penderita. Namun bisa juga
memunculkan penyakit non-infeksi seperti trauma (kecelakaan) pada lokasi yang
terkena, yang dapat menimbulkan risiko dislokasi atau bahkan fraktur.
BAB 3
MANAJEMEN BENCANA

3.1 Program pra-bencana tanah longsor


Persiapan sebelum terjadinya bencana merupakan sebuah tahapan yang
sangat penting karena disinilah saatnya meningkatkan kapasitas masyarakat di
sebelum terjadi bencana. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
persiapan menghadapi tanah longsor di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
1. Identifikasi jumlah KK dan jiwa di Kabupaten Bogor.
2. Pelatihan rutin tenaga kesehatan dan sukarelawan tentang kesiapsiagaan
manajemen bencana tanah longsor.
3. Penyuluhan kepada warga mengenai kewaspadaan terhadap datangnya
bencana tanah longsor, serta mengenali tanda-tanda akan datangnya tanah
longsor serta apa yang harus dilakukan ketika bencana tersebut datang
4. Mempermudah warga untuk mengetahui pusat informasi bencana dan
membuat media komunikasi efektif, cepat, tanggap antara warga dan seluruh
tenaga kesehatan serta pusat bantuan bencana
5. Memberi tahu warga agar segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari
pihak yang berwenang atas penyebaran informasi tentang tanah longsor.
6. Menjaring sukarelawan bencana
7. Perencanaan jumlah tenaga kesehatan yang dikerahkan saat bencana tanah
longsor terjadi dan pembagian kerjanya
8. Sweeping kondisi bangunan yang berada di kawasan rawan longsor.
9. Memasang papan peringatan terjadi potensi bencana tanah longsor yang
bertuliskan AWAS RAWAN LONGSOR!!!
10. Penyiapan logistik medis dan non medis untuk bencana
3.2 Program saat terjadi bencana tanah longsor
Prinsip pada tahapan selama bencana memerlukan kejelasan, ketepatan, dan
keakuratan informasi mengenai dampak bencana seperti angka kematian, angka
kesakitan, kecelakaan bahkan upaya untuk penjinakan. Berikut beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk persiapan saat terjadi tanah longsor di Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
1. Menyebarkan informasi melalu media efektif yang sudah ditentukan antara
warga dan tim yang terkait sesegera mungkin;
2. Bersama warga menuju tempat evakuasi yaitu tempat yang jauh lebih stabil
dan tidak rawan longsor;
3. Mensortir korban bersama tim yang telah ditentukan beserta sukarelawan lain
dibidang kesehatan untuk membagi korban berdasarkan prioritas yang
membutuhkan pertolongan serta mengevakuasi korban;
4. Membangun posko pengobatan darurat, sebaiknya dilakukan di rumah ketua
RW atau RT atau mushalla/masjid atau lokasi yang berdekatan dengan
fasilitas kesehatan terdekat.
5. Mencatat dan melaporkan data korban dan logistik yang kurang, dengan
membuat papan pengumuman berisi identitas korban yang ditemukan di setiap
papan posko bencana.
Logistik yang feasible untuk dipersiapkan di lapangan ketika terjadi longsor
a. Ambulance : 1 buah h. Tabung Oksigen : 20 buah
b. Mobil truk : 5 buah i. APD penolong : 50 buah
c. Ekskavator : 2 buah j. Obat-obatan : 100 paket
d. Kartu triase : 50 unit k. Walkie Talkie : 20 buah
e. Long Spine board : 5 buah l. Sound system : 3 unit
f. Tandu : 10 buah m. Alat pembersih : Milik warga
g. Collar Neck : 20 buah
3.3 Program pasca-bencana tanah longsor
Prinsip pada tahapan pascabencana adalah tahapan rehabilitasi. Waktu yang
diperlukan pada tahapan ini sangat tergantung dari tahapan sebelumnya (tanggap
darurat) pada tahapan selama bencana. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan
pasca bencana tanah longsor di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
1. Memastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi longsor susulan
2. Tetap melakukan pencarian terhadap korban yang belum ditemukan
3. Mengidentifikasi dampak dari bencana tanah longsor seperti:
a. Kerusakan pada berbagai bentuk infrastruktur termasuk akses jalan
menuju desa rawan longsor.
b. Pencemaran air bersih.
c. Korban jiwa dan ancaman kemanusiaan.
d. Mewabahnya penyakit-penyakit.
4. Menyediakan air bersih, terutama air minum ataupun air untuk membuat
makanan. Penyediaan makanan yang cukup, serta membagi rata seluruh
bantuan sandang dan pangan dari donatur.
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6. Rehabilitasi
a. Program pemulihan lingkungan pascalongsor, bila membutuhkan alat
berat segera berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum.
b. Program bersama masyarakat untuk membersihkan serta membangun
kembali wilayah yang rusak terkena longsor.
c. Berkoordinasi dengan Dinas Perhutanan dan Dinas Pertanian setempat
untuk mengisolir lereng-lereng gunung yang kemudian akan direhabilitasi
dan dikembalikan kembali kepada fungsi hutan semula.

Anda mungkin juga menyukai