Asuhan keperawatan
Pada klien dengan GangguanSistem Penglihatan
(Retinoblastoma)
Di Ruang Mata RS Dr. Soetomo Surabaya
Disusun Oleh :
SUBHAN
NIM 010030170 B
A. Pengertian
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut atau batang) atau sel glia yang bersifat ganas (Ilyas S. dkk, 1981)
B. Insiden
1. Kelainan ini umumnya bersifat kongenital
walaupun dapat pula dijumpai pada usia yang lebih lanjut (40 tahun)
2. Diturunkan secara dominan autosom (bila
menegani kedua mata), dan bersifat mutasi somatik (bila mengenai satu
mata)
3. Ditemukan 1 diantara 30.000 kelahiran
4. Perbandingan laki-laki dan perempuan
insidennya sama
5. Tidak terdapat predileksi ras
C. Patofisiologi
Secara histopatologik retinoblastoma terdiri atas sel-sel kecil berbentuk
bulat dengan nukleus besar yang hiperkromatik dan sitoplasma yang sedikit.
Gambaran mitosis mungkin lebih banyak ataupun sedikit. Kadang-kadang
ditemukan daerah nekrosis dan deposit kalsium. Gambaran khas mata
retinoblastoma adalah adanya rosette yaitu gambaran yang terdiri atas susunan sel
kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan nukleus yang terletak di daerah basal
(Ilyas S. dkk, 1981).
Diagram patofisiologi retinoblastoma.
Neuroretina
Faktor predisposisi :
umumnya bersifat kongenital
walaupun dapat pula
dijumpai pada usia yang
lebih lanjut (40 tahun)
dominan autosom
Mitosis pada daerah nekrosis dan deposit kalsium
mutasi somatik
Gejala Subyektif : Data Obyektif :
1. Leukokoria massa yang menonjol di dalam badan
2. strabismus kaca
3. glaukoma neovaskularisasi di permukaan tumor.
4. mata sering merah atau
adanya mikroneurisma atau
penglihatan yang menurun pada
teleangiektasi.
Retinoblastoma
(Sel kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan nukleus yang terletak
didaerah basal)
Penatalaksanaan :
1. Penyinaran supervoltage (membunnuh sisa-sisa
tumor)
2. Penyinaran yang dikombinasikan dengan
kemoterapi
3. Koagulasi ringan
4. Kemoterapi (metastase ke jaringan tubuh
lainnya)
5. Pembedahan (enukleasi ialah bedah
pengangkatan bola mata). Setalh bola mata dikeluarkan, otot
mata dijahit pada bola plastik yang dimasukkan dalam rongga
mata, dan alat penyesuai sementara dimasukkan untuk
mempertahankan bentuk alami rongga mata. Antara 2 dan 6
minggu setelah operasi, prostesisi mata daapt dibuat untuk klien
untuk dipasang. Eksentrasi orbita ( eksistensi ke jaringan
orbita) dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan
periost).
Preoperasi :: Postoperasi :
1. Ansietas 1. Perubahan persepsi sensori (melihat
2. Takut 2. Resiko cedera
3. Perubahan gambaran tubuh
4. Nyeri pada mata
5. Perubahan interaksi sosial
6. Berduka
8. Pengobatan
a. Penyinaran supervoltage
b. Penyinaran yang dikombinasikan dengan kemoterapi
c. Koagulasi ringan
d. Kemoterapi
e. Pembedahan.
9. Komplikasi
Adanya metaatase ke :
a. Lamina kribosa, saraf optik yang infiltrasi ke vaginal scheat sampai ke
subarachnoid dan intrakranial menjadi tumor otak.
b. Jaringan koroid (metastase melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh)
c. Pembuluh emisari/tumor menjalar ke posterior orbita.
10. Prognosa
a. Tumor ditemukan dalam keadaan dini, unilateral dan
diaobati secepat mungkin, 90% hidup.
b. Buruk, jika menjlar ke saraf optik dan sistemik.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN (RETINOBLASTOMA)
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Kelainan ini umumnya bersifat kongenital walaupun dapat pula dijumpai
pada usia yang lebih lanjut (40 tahun). Diturunkan secara dominan autosom
(bila menegani kedua mata), dan bersifat mutasi somatik (bila mengenai
satu mata)
B. Keluhan Utama
Massa/tumor pada mata
C. Riwayat Penyakit :
1. Riwayat penyakit sekarang
P : Adanya massa pada mata kanan/kiri
Q : Massa bertambah besar
R : Pada kedua mata/ satu sisi
S : kondisi tersebut berdampak mata merah, cekot-cekot, mata juling dan
penglihatan menurun
T : dirasakan sejak anak/kelainan sejak lahir
2. Riwayat penyakit masa lalu
-
3. Riwayat keluarga
adanya penyakit keturunan (Autosal Dominan)
D. Dampak psikososial
Klien kuatir dengan keadaan penyakitnya, sehingga mengganggu penampilan
dirnya yang berdampak pada perubahan interaksi karena merasa rendah diri
(konsep diri).
E. Pemeriksaan fisik
Status lokalis
1. Glukoma, strabismus dan leukokorea
2. Tampak adanya suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca
3. Massa tumor dapat menonjol di atas retina ke dalam badan kaca pada
retinoblastoma tipe endofitik atau terletak di bawah retina terdorong ke
dalam badan kaca seperti pada tipe eksofitik.
4. Masa tumor tampak sebagai lesi yang menonjol berbentuk bulat, berwarna
merah jambu, dapat ditemukan satu atau banyak pada satu mata atau
kedua mata.
5. Sering terdapat neovaskularisasi di permukaan tumor.
6. Mungkin juga ditemukan adanya mikroneurisma atau teleangiektasi.
7. Pada pemeriksaan funduskopi pada lesi ini tidak ditemukan tanda
peradangan seperti edema retina, kekeruhan badan kaca dan lain-lain.
F. Diagnosa keperawatan
a. Preoperasi
1. Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari
neoplasma yang berasal dari neuroretina.
2. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
3. Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya
hidup
4. Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik
yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang
aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-
obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
5. Takut berhubungan dengan pemcedahan yang akan dijalani
b. Post operasi
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak
pembedahan
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan
kerentanan sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
3. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan mata
5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan
6. Perubahan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan citra
tubuh danb perubahan penglihatan.
II. PERENCANAAN
Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma yang
berasal dari neuroretina.
Tujuan : Klien dapat mengerti tentang penyakitnya dan dapat menggunakan
kekuatan panca indera keenam.
Kriteria :
- Klien mengerti dan mau menerima keberadaan penyakitnya.
- Klien dapat melakukan aktivitas yang diperlukan sehari-hari baik aktif maupun
pasif
- Klien mau berkerja sama dalam mengendalikan kondisi penyakitnya baik medis dan
perawatan
Rencana Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
Orientasikan klien pada lingkungannya Orientasi dapat memberikan ingatan
atau memori pad aotak sehingga bisa
membawa perasaanbpada tempatnya.
Berikan penjelasan tentang penyakitnya Pengetahuan dan pengalaman akan
menambah wawasan dan fungsi kerja
sama dalam tindakan.
Hindari pergerakan yang mendadak, Mencegah bertamabh parahnya lapisan
meng- saraf retina yang terlepas .
hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin,
muntah
Ajarkan klien dan stimulasi klien dalam Panca indera ke enam merupakan
menggunakan panca indera ke enam kepekaan dalam menggunakan feeling
dalam berbuat dan bertindak.
Jelaskan beberapa alternatif tindkan untuk Pem,bedahan, kemoterapi, merupakan
mengatasi masalah yang berhubungan salah satu dari beberapa tindakan
dengan penyakitnya seperti pembedahan.
Kemoterapi dan lainnya.
Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
Tujuan :
Konsep diri klien mengarah ke positif (adaftif)
Kriteria :
1. Konsep diri yang diekspresikan klien nonverbal dan
verbal yang konstruktif
2. Reaksi terhadap perubahan gaya hidup ke arah positif
3. Klien mau menerima keadaannya dan pasrah
INTERVENSI RASIONAL
Dorong klien untuk mengungkapkan Interaksi yang mencobat meningkatkan
perasaannya konsep diri dimulai dengan mengkaji
tentang apa yang dirasakan klien tentang
penyakit dan pembedahan.
Bantu klien untuk mengidentifikasi Hal ini membantu klien untuk mengubah
tingkat mekanisme koping yang dimiliki fokus dari perubahan penampila ke
semua aspek yang positif yang
menunjang konsep diri.
Berikan support sistem (keluarga, teman Mempertahankan kotrak sosial kekuatan
dekat dan lainlain) moral klien dalam mengahdapi
masalahnya.
Ajarkan klien untuk beradaptasi terhadap Meminimalkan perubahan yang ada ke
perubahan penampilannya. arah konstruktif.
c. Post operasi
Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
- lokasi nyeri minimal
- keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi klien dlam membantu Pengetahuan yang mendalam tentang
menghilangkan rasa nyerinya nyeri dan kefektifan tindakan
penghilangan nyeri.
Berikan informasi tentang penyebab dan Informasi mengurangi ansietas yang
cara mengatasinya berhubungan dengan sesuatu yang
diperkirakan.
Tindakan penghilangan rasa nyeri Tindakan ini memungkinkan klien
noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, untuk mendapatkan rasa kontrol
balutan (24-48 jam), distraksi dan terhadap nyeri.
relaksasi.
Terapi analgetik Terapi farmakologi diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.
ii. Kognitif
Klien dapat berhitung, mengerti ucapan lawan bicara. Kooperatif
dengan petugas kesehatan. Mengerti bahwa dirinya akan dioperasi
diambil matanya yang rusak.
i. Pola reprodoksi Seksual
Testis sudah turun tidak ada pemosis
6. Reviev of sistem
a. Sistem Pernafasan
RR, 24 kali/menit, simetris, Vesikuler +/+, Wheasing dan ronchi -/-
Pemeriksaan rontgen kesan normal.
b. Sistem perdarahan
Perfusi hangat, merah, jantung S1, S2 tunggal normal
c. Sistem persyarafan
Kesadaran 456, VOD -/-, VOS -/-
d. Sistem perkemihan
Bak spontan.
e. Sistem pencernaan
Abdomen supel, flat, H/L tak teraba, bising usus normal.
f. Sistem muskoloskletal
odema -/-, kekuatan otot +5/+5, RF +/+, RP -/-
-/- +5/+5
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
15 januari 2002
Darah lengkap dan
kimia darah :
Hb 12,3 gr%
LED 35 mm/jam
Leukosit 7,9 x 109 /dl
Diff count -/-/2/70/28/-
Trombosit 432 x 109 /L
Sakar darah puasa 74 mg/dl
Kreatinin serum 0,4 mg/dl
BUN 10 mg/dl
Bilirubin direct 0,44
Bilirubin indirect 0,11
ALT/SGOT 25
ALT/SGPT 10
Fosfat alkali 93
Protein total 7,2
Albumin 3,8
Urinalisis :
Leukosit -
Protein 25 mg/dl
Bilirubin 1 mg/dl
Erytrosit -
b. Rontgen
Foto thoraks Ap (dbN)
8. Penatalaksanaan
a. Persiapan operasi
- puasa 6-8 jam praoperasi rencana operasi I di GBPT
- beri obat pencahar
- tenangkan anak dan keluarga berpartisipasi
b. Persiapan mental
- support sistem
9. Analisa data
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
21- Preoperasi :
02- Data Subyektif : Situasi kritis pre Ansietas
2002 - Keluarga dan klien mengatakan operatif dan Ringan
jam kapan berangkat operasi lingkungan yang baru
07.00 - Keluarga mengatakan belum pernah
WIB mengalami operasi atau pengalaman lain Kurang pengetahuan
yang berhubungan dengan operasi dan informasi tentang
- Keluarga mengatakan anak ini operasi , orientasi
adalah anak pertamanya. lingkungan
- Keluarga mengatakan bahwa akan
dilakukan operasi mata dan mendpat Mekanisme koping
infomrasi diambil matanya. kurang adekuat
- Keluarga bertanya apakah
operasinya akan lama, dimana saya kan Perasaan cemas dan
menunggu nakanya. takut
Data Obyektif :
- Rencana operasi adalah enukleasi
dengan tumor okul sinestra DD
retinoblastoma
- Keluarga nampak memperhatikan
setiap ada pembicaraan tentang anaknya
dan tindakan persipan operasi (termasuk
pakaian operasi).
- Keluarga nampak gelisah/tidak
tenang, sedikit berkeringat
10.00 Post operasi ; Situasi kritis pasca Kecemasan
WIB Data Subyektif ; operatif dan
- Keluarga mengatakan bagaimana lingkungan yang baru
hasil dari operasinya (mata yang telah
diangkat) Kurang pengetahuan
- Kenapa operasi hanya dikerjakan dan informasi tentang
pada mata kiri dan yang kanan dibiarkan operasi , orientasi
- Apa yang perlu dilakukan setelah lingkungan dan
operasi nantinya. prosesur pemeriksaan
- Bagaimana dengan mata anak saya laborat PA
bila diganti dengan yang lainnya seperti
mata boneka
- Apakah anak saya sadarnya masih Mekanisme koping
lama ? kurang adekuat
Data Obyektif ;
- Klien sedang berada di Recaovery Perasaan cemas
Room
- Kesadaran samnolen
- Penilian pemulihan paska anestesi Enukleasi
general pasca enukleasi dengan Nyeri
menggunakan kriteria alderet (6) Jaringan saraf
- Jaringan mata yang diangkap di dipotong/pembuluh
periksakan ke PA darah putus
Data Subyektif :
- Ketika anak terbangun dari sadrnya Diskontinuitas jaringan
langsung menangis, tetapi bisa didiamkan
Data Obyektif : Zat kimia bradikinin,
- Pasca operasi enukleasi histamin, serotonin
- Perdarahan dan sekresi mata pada Ekskresi
verban/rembesan (-)
- Anak dalam keadaan tidur Dilatasi/melebih nilai
- Nadi 116 x/mnt, RR 24 kali/menit, ambang
o
suhu 37 C
- Posisi kepala dengan satu bantal Nyeri
miring kanan, tapi kadang miring kiri
Paska Enukleasi
(Dx. b.ii) S
- Keluarga mengatakan jarang mennagis
- Keluarga mengatakan anaknya tidak mengeluh sakit
- Minum obat teratur
O
Klien tidur pada posisi mata yang kanan
Duduk bila makan dan minum
A.
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan
S
Keluarga mengatakan selama di ruangan tidak panas
Anaknya tidakmengeluh sakit
O
*Dx. B. - tanda radang/infeksi (-)
Iii) - suhu 36,7oC
- Nadi 100 x/mnt
- Drainase (-), perdarahan (-), odema (-)
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan
I
Melaksanakan tindakan no 1,2,3,4 dan 5)
E
Tanda-tanda infeksi (-)
Keluarga kooperatif dalam menjaga kebersihan luka.
(Dx. b.2) S
- Keluarga mengatakan jarang mennagis
- Keluarga mengatakan anaknya tidak mengeluh sakit
- Minum obat teratur
O
Klien tidur pada posisi mata yang kanan
Duduk bila makan dan minum
Bermain dengan mobil, telepon dan atau piano.
A.
Masalah teratasi
S
Keluarga mengatakan selama di ruangan tidak panas
Anaknya tidakmengeluh sakit
O
- tanda radang/infeksi (-)
*Dx. B. 3 - suhu 36,5oC
- Nadi 108 x/mnt
- Drainase (-), perdarahan (-), odema (-)
A
Masalah