Anda di halaman 1dari 11

BAHARI Jogja Vol.VII No.

11/2007 Juli 2007

PENGGOLONGAN UNSUR PENDAPATAN DAN BIAYA PELABUHAN SEBAGAI DASAR


PENENTUAN KEUANGAN PELABUHAN DI INDONESIA

Cahya Purnomo
Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY)

ABSTRAK

Pelabuhan adalah suatu perusahaan sebagaimana perusahaan yang lain, dapat dimiliki dan dioperasikan
oleh pemerintah, swasta , pengusaha lokal atau sekelompok warganegara. Pelabuhan dapat hidup dan beroperasi
dalam melaksanakan fungsinya dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, baik sumber-sumber tersebut
milik sendiri atau milik fihak lain. Sumber-sumber itu antara lain : tanah, bangunan, dermaga, peralatan, tenagakerja ,
bahan-bahan, serta dana.
Dilihat dari kepemilikannya pelabuhan dapat digolongkan menjadi pelabuhan milik negara dan pelabuhan
milik swasta. Pelabuhan milik negara bentuknya adalah PT (persero) Pelabuhan Indonesia, disingkat PT(persero)
Pelindo. Diseluruh Indonesia dibagi menjadi empat wilayah pelabuhan. PT (persero) Pelindo I berpusat di Medan,
PT (persero) Pelindo II berpusat di Jakarta, PT (persero) Pelindo III berpusat di Surabaya dan PT (persero)
Pelindo IV berpusat di Makassar. Pelabuhan milik perusahaan-perusahaan swasta ini disebut Pelabuhan khusus.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang keuangan pelabuhan terutamna PT (persero) Pelindo, sebab untuk pelabuhan
khusus penggunaannya tidak dikomersialkan.
Untuk melaksanakan fungsinya, salah satunya adalah fungsi keuangan, pelabuhan dituntut untuk dapat
melaksanakan secara sehat, akuntabel, dapat berkembang serta mencapai tujuan. Keuangan pelabuhan yang
tercermin dari laporan keuangan tahunan berupa :neraca dan rugi laba akan mudah disusun dan dipahami kalau
dalam proses awal tarnsaksi keuangannya dilaksakan dengan tertib, akurat dan konsisten . Di sinilah pentingnya
manajemen keuangan pelabuhan

PENDAHULUAN
Good Corporate Governance (GCG) merupakan proses pengelolaan perusahaan dalam suatu
negara dengan melibatkan berbagai pihak /stake holder serta menggunakan sumberdaya dengan cara
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keaddilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Dua alasan
pentingnya isu GCG adalah :
1. Perubahan lingkungan yang amat cepat yang berdampak pada peta kompetisi pasar global.
2. Semakin banyak dan komleknya pihak-pihak yang berkepenting- an dengan perusahaan
Kondisi tersebut akan menimbulkan turbulensi , stres, resiko ketidakpastian bagi perusahaan . Hal ini
menuntut respon perusahaan terhadap ancaman dan peluang dalam merancang dan menggunakan
strategi serta sistim pengendalian yang prima untuk mempertahankan sustainability-nya ( Rusdin, Drs,
Msi, 2002 )
Ada beberapa laporan yang menyangkut suatu pelabuhan. Beberapa di antaranya bersifat analisis
dan memberikan gambaran mengenai situasi tertentu. Misalnya laporan tentang rincian piutang, utang,
persediaan dan aktiva tetap, laporan sumber dan penggunaan dana /kas . Sementara yang lain
menunjukkan gambaran secara umum, keadaan pelabuhan secara keseluruhan. Di samping itu ada
laporan yang disusun untuk memenuhi ketentuan hukum atau anggaran dasar. . Laporan keuangan yang
klasik adalah neraca dan rugi laba
Hal-ihwal yang yang dilakukan oleh pelabuhan tidak berbeda dengan perusahaan lain pada
umumnya, yaitu menggunakan sumber-sumber ekonomi yang ada agar fungsi dapat berjalan. Sumber-
sumber ekonomi yang dapat digunakan meliputi : aktiva lancar, aktiva tetap, hutang lancar, hutang jangka
panjang serta modal baik saham maupun laba ditahan.
Manajemen keuangan secara sederhana dapat diartikan bagaimana merencanakan dana
perusahaan, melakukan pengelolaan, agar lebih berdaya guna serta mengendalikannya supaya terarah
pada tujuan optimalisasi sumber dana perusahaan.
Manajemen keuangan pelabuhan dapat diartikan sebagai upaya menghimpun dana yang
berasal dari usaha pelayanan jasa dan usaha-usaha lain yang digunakan untuk kebutuhan kelangsungan
hidup pelabuhan, yaitu membiayai kebutuhan operasional, pemeliharaan fasilitas dan sebagainya,
dengan tujuan akhir memperoleh keuntungan dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan jasa
pelabuhanan (Tim Penyusun Manajemen Pelabuhan, 2000 )
Manajer keuangan dituntut untuk dapat menghimpun dana baik secara internal yang berasal
dari pelayanan jasa pelabuhan maupun secara eksternal yaitu dana yang berasal dari pinjaman dalam /
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

luar negeri. Dana yang dihimpun tersebut penggunaannnya harus terkendali, pengeluaran-pengeluaran
sesuai rencana dan ketentuan yang dibakukan. Manajer keuangan pelabuhan yang baik adalah dapat
mengoptimalkan sumber dana yang dapat dihimpun pelabuhan dan dapat mengalokasikannya secara
tepat sasaran sesuai kaidah kaidah keuangan.
Sejalan dengan pertumbuhan pelabuhan, jarak antara fungsi yang satu dengan fungsi lainnya
dan antara manajer yang satu dengan manajer lainnya menjadi semakin renggang. Rentang kendali
manajemen, yaitu jarak antara manajer dengan bawahan juga semakin lebar. Celah-celah itu harus
dijembatani melalui koordinasi dan komunikasi yang baik. Dengan koordinasi antar bagian maka
disusunlah pedoman pembelanjaan, yang tercermin dalam rencana kerja dan anggaran tahunan.
Pencatatan dan laporan terjadinya transaksi keuangan dikerjakan dengan tertib, akurat, konsisten. Analisa
terhadap laporan keuangan disajikan dengan informatif sebagai bahan pengambilan keputusan pimpinan
dalam menentukan kebijakan ke depan.

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN PELABUHAN


Kompleknya pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (pelabuhan) yang
kesemuanya memerlukan informasi dan pelayanan pelabuhan yang prima. Jika pelayanan pelabuhan
prima maka bagi eksportir-importir akan lebih lancar dalam mengurus barangnya, menyelesaikan
tagihan biaya asuransi, biaya angkutan laut, klaim dan lain-lian berkenaan dengan pengiriman barang
ekspor-impor (Amir, MS, 2000 ).
Selanjutnya kalau pelayana jasa kepelabuhanan lancar maka manajemen dapat memilih
alternatif terbaik yang bisa menaikkan pendapatan atau menurunkan biaya (Adolph Matz, Milton F. Usry,
1992)

1. Kepentingan Internal Pelabuhan


Penganalisaan atau penilaian terhadap posisi atau keadaan keuangan dan perkembangan suatu
pelabuhan dapat dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI), di mana mereka bebas untuk melihat
data akuntansi secara terperinci dan asli.
Manajer keuangan dikatakan berhasil jika ia dapat mengkaji tugas-tugas yang harus
dilaksanakan, mencari data dari sumber yang relevan dan menggunakannya sebagai dasar untuk
melakukan tindakan yang efektif dan dilakukan secepatnya, yang kemungkinan besar dapat
membantu pelabuhan dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Misalnya melayani
bongkar muat kapal sedemikian rupa sehingga dapat memuaskan semua pihak yang berkepentingan
baik dari segi waktu maupun biaya. Informasi yang diterima dari sistim keuangan harus dapat
digunakan untuk membantu melaksanakan tugasnya dengan efektif.
Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mendorong
pelabuhan untuk berkembang lebih besar dan seterusnya perkembangan pelabuhan juga akan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Perkembangan pelabuhan ini tak pelak akan menuntut
perbaikan dan penambahan fasilitas agar konsumen tetap dapat menggunakannya dengan puas. Ini
tak terlepas dari perencanaan penggunaan dana pelabuhan.
Kontribusi dari fungsi keuangan dapat menunjang ke arah terciptanya suasana kerja yang
memuaskan di lingkungan pelabuhan. Jika tidak disertai dengan pemahaman tentang bagaimana
cara kerja angka-angka yang disajikan dalam laporan itu diolah, maka seorang manajer tidak akan
dapat memanfaatkan secara maksimal informasi itu.. Sebaliknya jika dapat memahami cara kerja
sistim keuangan akan memungkinkan bagi seorang manajer untuk dapat menentukan apakah data
yang diterimanya relevan dengan kebutuhannya Oleh karena itu dengan memahami konsep dasar dari
fungsi keuangan, para manajer akan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan
tugas yang berkaitan dengan masalah pengambilan keputusan. Ruang lingkup kebijakan keuangan PT
(persero) Pelabuhan Indonesia meliputi pengaturan pencatatan operasi pelabuhan dan
pertanggungjawaban keuangan yang terdiri dari seluruh pos-pos neraca, yaitu aktiva, kewajiban dan
modal, serta pos-pos laporan rugi laba, yaitu penghasilan dan biaya.
2. Kepentingan Eksternal Pelabuhan
Selain itu juga harus dinilai oleh fihak luar, yaitu oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Suatu laporan keuangan yang telah dinilai (diaudit) oleh BPKP lebih penting,
karena laporan tersebut telah dicocokkan dengan catatan-catatan akuntansi terhadap manajemen
pelabuhan. BPKP setelah setelah mengadakan penelitian dengan standar dan prosedur pemeriksaan
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

yang lazim, akan memberikan pendapatnya tentang kewajaran laporan keuangan itu, bahwa laporan
telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim dan telah diterapkan secara konsisiten

UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN PELABUHAN


Laporan keuangan umumnya terdiri atas neraca dan laporan rugilaba. Laporan keuangan yang
dihasilkan akuntansi keuangan dimaksudkan untuk mempertanggungjawabkan hasil pengelolaan dana
oleh manajemen. Kegiatan akuntansi keuangan lebih dititikberatkan pada tujuan penyajian informasi
keuangan kepada fihak luar pelabuhan. Manajemen hanya memperoleh informasi biaya total untuk
menyerahkan pelayanan jasa kepelabuhanan. Unsur-unsur laporan keuangan itu adalah :
1. Neraca Pelabuhan
Neraca pelabuhan memberikan gambaran tentang keadaan pelabuhan pada periode akuntansi
tertentu. Keadaan pelabuhan dimaksud adalah tentang penanaman sumber-sumber dalam berbagai
bentuk aktiva, hutang, cadangan, modal. Aktiva digolongkan menurut likuiditasnya, menjadi aktiva
lancar dan aktiva tetap. Hutang digolongkan menurut jatuh temponya, menjadi hutang lancar dan
hutang jangka panjang. Sedangkan modal digolongkan menurut kekelannya, menjadi modal saham
dan cadangan/ laba ditahan.
Pelabuhan juga seperti perusahaan lainnya, memperoleh aktiva fisik dengan membelinya, misal
forklif, truk, atau membangun sendiri misalnya dermaga baru. Pembayaran aktiva ini dapat dilakukan
dengan kas / cek atau dengan utang. Pada beberapa pelabuhan saat didirika mungkin menerima
warisan dari fihak lain sehingga tidak memerlukan pengeluaran. Misalnya bekas pangkalan Angkatan
Laut lengkap dengan bangunan dan dermaganya. Namun pemilik semula telah mengeluarkan
pengorbanan sumber-sumber.
Selanjutnya aktiva disajikan berdasar likuiditasnya, yaitu tingkat kecepatan pencairan aktiva itu
menjadi uang dalam kegiatan yang normal. Untuk kepentingan penafsiran maka aktiva dibagi menjadi
aktva lancar , yaitu aktiva yang diperoleh dan kemudian digunakan dalam jangka paling lama 1
tahun. Termasuk golongan aktiva ini adalah : uang kas, tagihan kepada pengguna jasa pelabuhan,
bahan-bahan, dan sumber jangka pendek lainnya. Kemudian aktiva tetap, yaitu aktiva yang dimiliki
untuk jangka panjang, terdiri atas prasarana dan sarana pelabuhan, forklift, gantry crane, truk,
bangunan dan lainnya..
Berikutnya adalah utang pelabuhan. Sumber yang digunakan untuk operasi pelabuhan sebagian telah
dibayar dengan kas, sebagian masih ditangguhkan pembayannya kepada pemasok dan rekanan.
Termasuk juga pinjaman yang diterima dari kreditur, pinjaman dari bank untuk kepentingan
pemenuhan finansiil.. Utang digolongkan berdasar jatuh temponya. Pertama utang jangka pendek,
yaitu utang / kewajiban pelabuhan yang harus ditunaikan dalam waktu paling lama 1 tahun.
Termasuk dalam golongan ini misalnya utang pajak, utang kepada pemasok bahan, utang kepada
pegawai pelabuhan dan utang jangka pendek lainnya. Kedua adalah utang jangka panjang, yaitu
utang yang bisa diselesaikan lebih dari 1 tahun. Misalnya utang obligasi dan utang jangka panjang
lainnya.
Unsur terakhir yaitu modal / ekuitas. Modal bisa berasal dari setoran modal pemerintah dan dari
swasta. Untuk PT (Persero) Pelindo, karena termasuk badan usaha milik negara maka modalnya
adalah milik pemerintah. Selain itu, yang termasuk dalam golongan modal adalah laba operasi
pelabuhan yang tidak diambil, namun ditanamkan kembali ke pelabuhan sehingga menambah
besarnya modal, disebut retained earning.
2. Rugi laba Pelabuhan
Laporan rugilaba disusun secara sistimatis agar memberi gambaran mengenai hasil usaha
pelabuhan dalam periode 1 tahun. Laporan rugilaba ini berisi unsur penghasilan dan beban pelabuhan
sesuai dengan fungsi pelabuhan sebagai penyedia jasa kepelabuhanan, artinya produk yang dijual
adalah jasa / pelayanan. Dalam laporan ini juga dibenarkan memasukkan pendapatan dan biaya di
luar usaha pokok pelabuhan. Laporan rugi laba pelabuhan disusun dalam bentuk staffel. Penghasilan
yang diterima pelabuhan berasal dari nota penjualan/ tagihan setelah jasa kepelabuhan telah
ditunaikan kepada pelanggan. Nota tagihan berdasar tarip yang telah ditentukan oleh masing-
masing pelabuhan. Sedangkan beban pelabuhan adalah beban / biaya yang harus dikeluarkan dalam
rangka memperoleh hasil tersebut. Termasuk dalam biaya adalah biaya personil, biaya administrasi,
biaya pemeliharaan alat, biaya pengerukan pelabuhan dan biaya lainnya.
Cara lain dalam memperoleh sumber untuk pelabuhan adalah melalui subsidi pemerintah.
Dana dari subsidi ini dimaksudkan untuk menjamain kelancaran operasi pelabuhan. Misalnya dalam
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

rangka menunjang kebijakan pemerintah, beberapa jenis barang tertentu yang melewati pelabuhan
dikenai tarif yang lebih rendah daripada tarip yang normalnya. Oleh karena itu diperlukan subsidi
sebagai kompensasi atas pendapatan pelabuhan yang hilang. Akan tetapi jika subsidi berlangsung
tanpa batas waktu dan diberikan setiap tahun untuk menutup defisit kas yang timbul dari berbagai
usaha dan kegiatan pelabuhan, maka hal ini merupakan subsidi yang salah arah dan tidak
menimbulkan daya saing pelabuhan dalam penyelenggaraan pelayanannya. Jika dalam operasinya
pelabuhan menderita kerugian yang seharusnya ditempuh adalah dengan pengawasan pengeluaran-
pengeluaran secara ketat.

PERINCIAN PENDAPATAN PELABUHAN


Pendapatan dimaksudkan sebagai hasil pelayanan jasa yang telah diberikan, baik yang telah
maupun yang belum terbit tagihannya. Titik beratnya adalah terjadinya transaksi pelayanan jasa pada
suatu periode. Dengan demikian antara produksi yang dihasilkan atas pelayanan jasa harus sama dengan
pendapatan hasil perhitungan produksinya.
Pendapatan merupakan sumber dalam pembiayaan kegiatan pelabuhan, maka pengendalian
pendapatan sangat diperlukan agar tidak terjadi kebocoran yang dapat merugikan pelabuhan.
Pendapatan dapat diperoleh dari operasional pelabuhan maupun non operasional ( pendapatan di luar
usaha pokok pelabuhan ), misalnya dari hasil bunga bank, selisih kurs, laba penjualan aset dan
sebagainya.

Komponen pendapatan dapat digolongkan sebagai berikut :


1. Pendapatan Pelayanan Kapal.
Pendapatan ini berasal dari pendapatan yang diperoleh dari penyediaan fasilitas atau penyediaan
jasa kapal, sejak kapal berlabuh, pemanduan, tunda, sampai penambatan di dermaga serta pengisian
air ke kapal.
Dari kegiatan di atas maka pendapatan dirinci menjadi :
a. Pendapatan Labuh
b. Pendapatan Pemanduan
c. Pendapatan Penundaan
d. Pendapatan Tambatan
e. Pendapatan Air Bersih
2. Pendapatan Pelayanan Barang
Pendapatan ini berasal dari pendapatan yang diperoleh dari penyediaan fasilitas bongkar muat
barang, sejak dari lambung kapal, melewati dermaga, masuk gudang atau lapangan penumpukan.
Pendapatan Pelayanan Barang dirinci menjadi :
a. Pendapatan Dermaga
b. Penndapatan Gudang Penumpukan
c. Pendapatan Lapangan Penumpukan
3. Pendapatan Pelayanan Terminal Konvensional
Pelabuhan yang menyelenggarakan pelayanan bongkar muat barang umumnya mendirikan
semacam anak perusahaan bongkar muat (PBM). Kegiatan pelayanan bongkar muat ini
menghasilkan pendapatan, sejak barang diturunkan dari kapal ke dermaga (stevedoring),
memindahkan barang dari dermaga ke gudang atau lapangan penumpukan (cargodoring), sampai
penyerahan barang ke pemilik (delivery). Atau sebaliknya penerimaan barang dari pemilik (receiving),
kemudian cargodoring lalu memuat ke kapal (stevedoring). Di samping itu kadang-kadang ada
kegiatan pemindahan barang dari gudang atau lapangan penumpukan ke tempat penumpukan yang
ditunjuk (overbrengen). Juga ada kalanya menyewakan alat-alat kerja serta kegiatan-kegiatan
bongkar lainnya.
4. Pendapatan Pelayanan Terminal Peti Kemas
Pendapatan ini diperoleh dari adanya pelayanan Usaha Terminal Peti Kemas (UTPK). Kegiatan
bongkar muat peti kemas di lokasi yang telah ditetapkan sebagai UTPK umumnya dilakukan
langsung oleh PT (persero) Pelindo melalui anak perusahaan bongkar muat peti kemas. Pada
beberapa pelabuhan, UTPK semacam ini hanya melayani kegiatan ekspor-impor saja, sedangkan
kegiatan antar pulau dilaksanakan pada terminal konvensional yang dilayani oleh PBM milik
pelabuhan maupun milik swasta
5. Pendapatan Pengusahaan Tanah, Bangunan dan Listrik (TBL)
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

Pendapatan ini diperoleh dari hasil kegiatan pemanfaatan tanah dan bangunan dalam suatu
kontark yang disepakati, serta persewaan penerangan listrik untuk kegiatan bongkar muat barang,
baik di dermaga , di gudang maupun di lapangan penumpukan. Misalnya salah satu gudang di
Pelabuhan Tanjungperak Surabaya disewa oleh suatu perusahaan bongkar muat (PBM) selama 1
tahun. Kemudian selama waktu sewa tersebut PBM melaksanakan kegiatan bongkar muat. Dalam
kegiatannya PBM menggunakan lapangan penumpukan, jika sampai malam harus menggunakan
penerangan listrik pelabuhan.. Penggunaan fasilitas-fasilitas pelabuhan tersebut berarti adanya
pendapatan bagi pelabuhan. Pendapatan ini dirinci menjadi :
a. Pendapatan Tanah
b. Pendapatan Bangunan
c. Pendapatan Listrik
6. Pendapatan Pelabuhan Khusus.
Karena pelabuhan khusus tidak dikomersialkan maka pendapatan dari pelabuhan ini hanya dari
pemanduan dan penundaan kapal karena menggunakan kapal pandu dan kapal tunda milik PT
(Persero), di mana sudah dimasukkan ke dalam pendapatan pelayanan kapal
7. Pendapatan Kerjasama Operasi (KSO)
Pendapatan ini doperoleh dari adanya pengembangan usaha berupa kerjasama usaha , baik
berupa kerjasama operasi (KSO), kontark manajemen (KM), kerjasama bagi hasil, built operate
transfer (BOT) dan sebagainya, yang umumnya harus mendapatkan persetujuan Menteri
Perhubungan maupun Menteri Keuangan. Kerjasama bagi hasil akibat suatu konsesi seperti
retribusi tunda swasta , bagi hasil kegiatan bongfkar muat yang dilakukan pihak ke tiga dimasukkan
dalam pendapatan ini.
Perinciannya adalah :
a. Pendapatan Retribusi Tunda Swasta
b. Pendapatan Bagi Hasil Bongkar Muat
c. Pendapatan Kerjasama Operasi
d. Pendapatan Kontrak Manajemen
e. Pendapatan Built Operate Transfer
8. Pendapatan Rupa-Rupa
Pendapatan ini diperoleh dari kegiatan rupa-rupa selain kegiatan pokok pelabuhan, yaitu :
penjualan pas masuk pelabuhan, imbalan jasa terhadap alat-alat bongkar muat swasta yang
beroperasi di daerah kerja pelabuhan, pemberian jasa konstruksi serta usaha-usaha lain.
9. Pendapatan di Luar Usaha
Pendapatan ini diperoleh dari kegiatan di luar usaha penyediaan fasilitas pelabuhan , terdiri atas
:
a. Laba Selisih Kas
b. Laba Selisih Persediaan Bahan
c. Laba Selisih Kurs
d. Laba Penjaualan Surat Berharga
e. Laba Penjualan Aktiva Tetap
f. Pendapatan Denda
g. Pendapatan Giro
h. Pendapatan Bunga Deposito
i. Pendapatan Deviden
j. Pendapatan Biaya Obligasi, dsb.

PERINCIAN BIAYA PELABUHAN


Biaya pelabuhan adalah beban pelabuhan yang harus dikeluarkan yang berhubungan dengan proses
operasi pelabuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kriteria biaya pelabuhan adalah :
dikeluarkan dalam usaha untuk menghasilkan pendapatan pelabuhan pada periode berjalan, tidak dapat
dimanfaatkan pada periode akuntansi berikutnya, tidak mungkin dihindari / relevan untuk dikeluarkan
Pembagian fungsi yang baik di departemen biaya akan dapat mempermudah analisis biaya dan
penyusunan laporan. Fungsi-fungsi ini harus dikoordinasikan dengan fungsi akuntansi lainnya seperti
akuntansi umum, yang amat erat hubungannya dengan akuntansi biaya (Adolph Matz, Milton F. Usry,
1992).
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

1. Penggolongan Biaya Berdasarkan Jenis Kegiatan


Biaya yang terjadi dikelompokkan sesuai fungsi biaya yang bersangkutan dalam hubungannya
dengan aktivitas pelabuhan secara keseluruhan. Biaya ini terdiri atas :
a. Biaya Operasi Langsung (BOL),
b. Biaya Operasi Tidak Langsung (BOTL),
c. Biaya Penunjang Operasi (BPO)
d. Biaya Pengelolaan Kantor Pusat (BPKP)
2. Penggolongan Biaya Berdasarkan Pusat Pelayanan / Pusat Biaya
Biaya yang terjadi dikelompokkan menurut terjadinya biaya sesuai dengan tingkat dan jenis
kegiatan pelayanan jasa. Pusat pelayanan adalah tempat-tempat di mana terjadi pendapatan dan
biaya. Sedangkan pusat biaya adalah tempat-tempat di mana terjadi biaya saja .
3. Penggolongan Biaya Berdasarkan Sub Pusat Pelayanan / Sub Pusat Biaya
Sub Pusat Pelayanan merupakan rincian dari Pusat Pelayanan/Pusat Biaya, di mana pada
tempat-tampat ini terjadi pendapatan dan atau biaya yang lebih rendah tingkatnya. Pembagian
struktur biaya tersebut dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa biaya pelabuhan mempunyai
struktur tertentu dalam kaitannya dengan tingkat jenis kegiatan yang dilaksanakan, makin rendah
suatu strata biaya makin terinci macam dan jenis biaya tersebut. (Tim Penyusun Manajemen
Pelabuhanan, 200 ).

Secara lengkap Struktur Biaya Pelabuhan adalah sebagai berikut :


JENIS PUSAT SUB PUSAT PELAYANAN/
KEGIATAN PELAYANAN/ SUB PUSAT BIAYA
PUSAT BIAYA
1 2 3
1.Operasi Pelayanan Kapal a. Labuh
Langsung b. Tambat
c. Dermaga
d. Pemanduan
e. Penundaan
f. Air Kapal
g. Telepon Kapal
Pelayanan Barang a. Dermaga
b. Gudang
Pengusahaan a. Kran Darat :
Alat-alat Pengusahaan Kran Darat
Sewa Kran Darat
b. Kran Apung :
Pengusahaan Kran Apung
Sewa Kran Apung
c. Forklift :
Pengusahaan Forklift
Sewa Forklift
d. Head Truck:
Pengusahaan H. Truck
Sewa Head Truck
e. Chassis:
Pengusahaan Chassis
Sewa Chassis
f. Tongkang:
Pengs. Tongkang
Sewa Tongkang
g. Tug Boat:
Pengs. Boat
Sewa Boat
h. Towing Tracktor:
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

Pengush. T. Tracktor
Sewa Towing Tracktor
i. Timbangan :
Pengusahaan & Sewa
Pelayanan a. Per Paket :
Bongkar Muat Stv/Carg/Rec/Delivery
Stevedoring/Cargodoring
Stv/Rec/Delivery
Carg/Rec/Delivery
Truck Lossing
Conveyor
Pipa
Peti Kemas
b. Per Mata Rantai :
Stevedoring
Cargodoring
Stv/Rec/Delivery
Receiving / Delivery
Overbrengen
c. Lain-lain :
Bagi Hasil
Peng. Alat Mekanik
Peng. Alat Non Mekanik

Pelayanan a. Operasi Kapal


Terminal Captive Cargo
Peti Kemas Transhipment
Shifting
Uncontainerized
Over High
Buka Tutuo Palka
b. Operasi Lapangan :
Lift on / Lift off
Relokasi
Haulage / Trucking
Gerakan Ekstra
Reefer Container
Penumpukan Container
Pengusahaan Lapangan
Pembatalan Muatan
c. Operasi CFS :
Stuffing
Stripping
Receiving
Pengusahaan a. Tanah
Tanah, Gedung, Tanah Daratan
Air, dan Listrik Tanah Perairan
b. Bangunan
Bangunan
Ruangan
c. Pengusahaan Air Minum
d. Pengusahaan Listrik

Pengusahaan a. Pemanduan
Pelabuhan b. Penundaan
Khusus dan
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

Dermaga Khusus
Pelayanan RS / a. Klinik Umum
Unit Kesehatan b. Klinik Spesialis
c. Klinik Gigi
d. Klinik Rontgent
e. Laboratorium
f. Farmasi
g. Rawat Inap
h. Ambulan
i. Lainnya

Rupa a. Pengusahaan telpon/fax


Rupa Usaha b. Pengusahaan Pas Pelabuhan
c. Retribusi
d. Bengkel
e. Balai Diklat
f. Jasa Konstruksi
g. Jasa Konsultan
h. Persetujuan Mendirikan Bang
i. Rugi/Laba Anak Perusahaan
j. Mobil PMK
k. Lainnya
2.Kegiatan Usaha Bongkar a. Manajer/Asisten Manajer
Operasi Muat b. Dinas Operasi
Tdk. Langs. c. Dinas Penyediaan. Peralatan
d. Dinas TU dan Keuangan
Usaha Terminal a. Manajer UTPK
Peti Kemas b. Dinas Operasi Kapal & Lap
c. Dinas Peny. Peralat. Bengkel
d. Dinas TU dan Keuangan
Div. Komersiil / a. Manajer/Asisten Manajer
Divisi Usaha & b. Dinas Pengkajian Pemas dan
Teknik Promosi
c. Dinas Pusat Pelayanan Adm. Jasa
/ Usaha
d. Dinas Aneka Usaha
Divisi Pelayanan a. Manajer/asisten Manajer
Kapal dan Barang b. Dinas Pelay. Pemanduan
c. Dinas Penyiapan Armada Pandu
d. Dinas Pelayaran Terminal
Konvensional
e. Dinas Pelayanan PMK dan
Rupa-Rupa
3.Kegiatan Divisi Teknik a. Manajer/Asisten Manajer
Penunjang b. Dinas Pekerjaan Sipil
Operasi c. Dinas Peralatan dan Instalasi
d. Dinas Perencanaan dan
Administrasi Teknik
Divisi Keuangan a. Manajer/Asisten Manajer
b. Dinas Akuntansi Umum
c. Dinas Akuntansi Biaya
d. Dinas Perbendaharaan
e. Dinas TUK
f. Sub Bag Tata Usaha
g. Sub Bag Hukum dan Humas
h. Sub Bag Kesehatan
i. Sub Bag Statistik
General Manajer a. General Manajer / Manajer
/Manajer Cabang Cabang
Urusan Umum b. Manajer/Asisten Manajer Urusan
dan Data Datin & Umum
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

Informasi c. Sub Urus. Data & Laporan


d. Sub Urus. Sistim Informasi &
Perangkat Elektronik / Komp
e. Sub urusan Personalia
f. Sub Urusan Hukum & Humas
g. Sub Urusan Keamanan
Rumah Sakit / a. Kepala Rumah Sakit
Unit Kesehatan b. Bag, Pelayanan Medik
c. Bag. Penunjang Medik
d. Bag, Umum & Keuangan
4.Kegiatan Kantor Pusat a. Direksi & Staf Direksi
Pengelolaan b. Dekom, Sekretaris & Staf Dewan
Kantor Pusat Komisaris
(BPKP) c. Satuan Pengawasan Intern
d. Bagian Perencanaan &
Pengembangan
e. Bagian Humas
f. Subdit Pemasaran
g. Subdit Aneka Usaha
h. Subdit Pelayanan Jasa
i. Subdit Fasilitas
j. Subdit Peralatan
k. Subdit Perbendaharaan
l. Subdit Akunt. Keuangan
m. Subdit Akunt. Manajemen
n. Subdit Umum
o. Subdit Pembinaan SDM
p. Subdit Hukum & Hub. Inter.
q. Badan PUKK
(Sumber :Tim Penyusun Manajemen Pelabuhanan , 2000)

4. Penggolongan Biaya Berdasarkan Jenisnya


Di samping pengelompokan biaya ke dalam struktur seperti di atas, untuk pengungkapan dan
analisis biaya diperlukan rincian pengelompokan biaya menurut jenisnya (bedakan dengan
pengglongan berdasarkan jenis kegiatan pada penggolongan point 1). Selengkapnya penggolongan
ini sebagai berikut :
a. Biaya Pegawai
Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dibarkan kepada pegawai, baik yang
bersifat rutin seperti gaji, tunjangan-tunjangan, ataupun yang bersifat insidentil seperti lembur
dan sebagainya
b. Biaya Bahan
Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dikeluarkan pelabuhan untuk
pengadaan bahan, seperti BBM, bahan makanan, air, listrik,telepon, obat-obatan, bahan medis
c. Biaya Pemeliharaan
Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dikeluarkan pelabuhan untuk
memelihara aset / alat produksi agar selalu sisp operasi. Misalnya biaya perbaikan gantry crane,
biaya perbaikan kapal pandu / kapal tunda
d. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah biaya non kas sehubungan pemakain alat produksi dan operasi
pelabuhan. Misalnya biaya penyusutan gantry crane, biaya penyusutan kapal pandu /kapal tunda.
Biaya ini dibebankan kepada haraga jasa.

e. Biaya Sewa
Biaya sewa adalah biaya yang dikeluarkan pelabuhan sehubungan dengan sewa penggunaan alat
yang bukan milik pelabuhan, misalnya biaya sewa trailer, biaya sewa kapal pandu / kapal tunda
f. Biaya Administarsi Kantor
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dikeluarkan pelabuhan untuk
penyelenggaraan administrasi dan keperluan kantor antara lain : biaya cetak, fotocopy, kertas,
surat kawat, surat kabar, jamuan rapat, bunga bank, dsb.
g. Biaya Penugasan
Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dikeluarkan pelabuhan yang tidak
ada kaitannya dengan pengelolaan perusahaan dalam pelayanan jasa kepelabuhanan, akan tetapi
didasarkan pada perintah dari instansi pemerintah yang terkait dengan PT (Persero) Pelindo
misalnya : biaya pemeliharaan jalur, biaya penunjang departemen teknis.
Biaya penugasan ini tidak tercakup dalam Struktur Biaya Pelabuhan Cabang (BOL, BOTL, BPO)
tetapi seluruhnya ditampung dalam Biaya Pengelolaan Kantor Pusat (BPKP). Biaya penugasan
tidak turut diperhitungkan dalam perhitungan biaya satuan pelayanan jasa pelabuhan karena
biaya-biaya tersebut tidak ada kaitannya dengan operasi pelayanan jasa pelabuhan.
h. Biaya Umum
Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dikeluarkan pelabuhan untuk
pengelolaan perusahaan yang tidak dapat dikelompokkan dalam jenis-jenis biaya butir a. sampai
dengan butir f. Contoh biaya umum : biaya perjalanan dinas, biaya penyisihan piutang tak
tertagih, biaya keamanan pelabuhan, biaya promosi, biaya pajak, biaya olahraga dan kesenian, ,
biaya pakaian dinas, biaya bantuan sosial dsb. (Tim Penyusun Manajemen Pelabuhanan , 2000).

Catatan :
Biaya di luar usaha tidak perlu dirinci lagi menurut jenis biaya atau dengan kata lain jumlah dari
jenis-jenis biaya di atas dikelompokkan ke dalam BOL, BOTL, BPO, BPKP.
Disadari bahwa penyajian biaya secara total tidak memberikan informasi yang cukup bagi
pemakai laporan. Dengan cara mengidentifikasikan setiap biaya pelayanan jasa pelabuhan sesuai
dengan fungsi dari masing-masing biaya menurut jenis kegiatan, pusat biaya/pelayanan, sub
pusat biaya/pelayanan akan diperoleh informasi biaya yang lebih berguna. Untuk dapat
mengidentifikasikan biaya dengan tepat diperlukan penjelasan yang rinci mengenai jenis
kegiatan, pusat biaya/pelayanan dari biaya biaya yang termasuk dalam setiap kelompok jenis
biaya.
Pengidentikasi biaya prosesnya dimulai dengan mengklasifikasikan suatu biaya sesuai kelompok
jenis biaya , kemudian menghubungkan biaya tersebut dengan jenis kegiatan, pusat biaya /
pelayanan dan akhirnya sub pusat biaya / pelayanan.

IDENTIFIKASI JENIS KEGIATAN, PUSAT BIAYA/ PELAYANAN, SUB PUSAT BIAYA /


SUB PUSAT PELAYANAN
Ditinjau dari seluruh aktifitas pelabuhan , maka kegiatan dapat dibagi ke dalam 3 jenis kegiatan utama,
yaitu :
1. Kegiatan Operasi
2. Kegiatan Penunjang Operasi
3. Kegiatan Pengelolaan

Kegiatan Operasi adalah kegiatan pelabuhan yang menangani pelaksanaan pelayanan jasa (Divisi
Operasional).
Kegiatan Operasi dibedakan menjadi :
a. Kegiatan Operasi Langsung
Kegiatan Operasi Langsung adalah kegiatan operasional di lapangan yang diselenggarakan oleh
suatu pelabuhan dalam rangka menjalankan fungsinya yang berhubungan langsung dengan
penyediaan fasilitas / sarana untuk kelancaran arus kapal dan barang. Biaya yang berhubungan
dengan kegiatan operasi langsung disebut Biaya Operasi Langsung ( BOL).
b. Kegiatan Operasi Tidak Langsung
Kegiatan Operasi Tidak Langsung adalah kegiatan Divisi / Dinas Operasional yang secara
tidak langsung terkait dengan operasi pelabuhan , yaitu meliputi kegiatan perencanaan dan
pengendalian pelayanan jasa. Biaya yang berhubungan dengan kegiatan operasi tidak langsung
disebut Biaya OperasiTidak Langsung (BOTL).
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007

Kegiatan Penunjang Operasi adalah kegiatan pelabuhan yang diselenggarakan untuk menunjang
kelancaran pelayanan jasa di cabang-cabang pelabuhan.
Kegiatan ini meliputi :
a. Kegiatan Perbaikan dan Pemeliharaan (Divisi Teknik)
b. Kegiatan Keuangan (Divisi Keuangan)
c. Kegiatan Administrasi Umum (Bagian Umum)

Biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan penunjang operasi disebut Biaya Penunjang Operasi (BPO).

Kegiatan Pengelolaan adalah kegiatan yang diselenggarakan kantor pusat untuk pengelolaan pelabuhan
secara keseluruhan. Biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan disebut Biaya Pengelolaan
Ketiga jenis kegiatan utama tersebut dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam pusat-pusat biaya / pelayanan
. Pusat biaya / pelayanan dapat diuraikan lagi menjadi sub pusat biaya / sub pusat pelayanan yang
merupakan tempat terendah dari terjadinya biaya atau pendapatan..

Kegiatan di luar operasi / usaha adalah kegiatan pelabuhan yang tidak termasuk dalam kegiatn
operasi maupun penunjang operasi . Biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan di luar operasi / usaha
disebut Biaya Di luar Usaha (BDU). Tidak diselenggarakan pusat-pusat biaya / pelayanan dalam
kegiatan di luar usaha.

KESIMPULAN
1. Bahwa sesuai tuntutan perkembangan dunia kepelabuhanan dan kepuasan pengguna jasa
kepelabuhanan, maka departementalisasi pelabuhan semakin komplek. Koordinasi antar departemen
yang berubungan dengan transaksi keuangan menjadi sangat penting.
2. Tujuan laporan keuangan pelabuhan pertama untuk internal pelabuhan itu sendiri agar pelabuhan
bisa hidup dan berkembang melalui pelayanan jasa kepelabuhanan, kedua untuk keperluan eksternal
pelabuhan sebagai bentuk akuntabilitas publik.
3. Bahwa pendapatan dan biaya pelabuhan di golongkan berdasarkan jenis kegiatan yang dilaksanakan,
pada jenis kegiatan tertentu mengahsilkan pendapatan dan sekaligus menanggung beban biaya yang
harus dikeluarkan.
4. Selanjutnya pendapatan dan biaya digolongkan menjadi pusat-pusat pelayanan yang menghasilkan
pendapatan dan pusat-pusat biaya yang menjadi pos-pos beban pengeluaran pelabuhan.
5. Terakhir pusat-pusat pelayanan dan pusat-pusat biaya pelabuhan dirinci menjadi sub-sub pusat
pelayanan dan sub sub pusat biaya.
6. Semakin rinci penggolongan suatu pendapatan atau suatu biaya pelabuhan, maka akan memberi
informasi transaksi keuangan pelabuhan yang semakin jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Adolph Matz, Milton F. Usry, 1992, Akuntansi Biaya, Erlangga, Jakarta.


Amir, MS, 2000, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Penerbit PPM, Jakarta
Marwan Asri S, Drs, MBA, 1087, Dasar-Dasr Ilmu Pembelanjaan, BPFE, Yigyakarta.
Mulyadi, 1993, Akuntansi Biaya, Bag Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.
Suad Husnan Drs, MBA, 1982, Alat-Alat Pengendalian dan Analisa Keuangan, Liberty,
Yogyakarta.
Tim Penyusun Manajemen Kpelabuhanan, 2000, Pelabuhan Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai