Cahya Purnomo
Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta (AMY)
ABSTRAK
Pelabuhan adalah suatu perusahaan sebagaimana perusahaan yang lain, dapat dimiliki dan dioperasikan
oleh pemerintah, swasta , pengusaha lokal atau sekelompok warganegara. Pelabuhan dapat hidup dan beroperasi
dalam melaksanakan fungsinya dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, baik sumber-sumber tersebut
milik sendiri atau milik fihak lain. Sumber-sumber itu antara lain : tanah, bangunan, dermaga, peralatan, tenagakerja ,
bahan-bahan, serta dana.
Dilihat dari kepemilikannya pelabuhan dapat digolongkan menjadi pelabuhan milik negara dan pelabuhan
milik swasta. Pelabuhan milik negara bentuknya adalah PT (persero) Pelabuhan Indonesia, disingkat PT(persero)
Pelindo. Diseluruh Indonesia dibagi menjadi empat wilayah pelabuhan. PT (persero) Pelindo I berpusat di Medan,
PT (persero) Pelindo II berpusat di Jakarta, PT (persero) Pelindo III berpusat di Surabaya dan PT (persero)
Pelindo IV berpusat di Makassar. Pelabuhan milik perusahaan-perusahaan swasta ini disebut Pelabuhan khusus.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang keuangan pelabuhan terutamna PT (persero) Pelindo, sebab untuk pelabuhan
khusus penggunaannya tidak dikomersialkan.
Untuk melaksanakan fungsinya, salah satunya adalah fungsi keuangan, pelabuhan dituntut untuk dapat
melaksanakan secara sehat, akuntabel, dapat berkembang serta mencapai tujuan. Keuangan pelabuhan yang
tercermin dari laporan keuangan tahunan berupa :neraca dan rugi laba akan mudah disusun dan dipahami kalau
dalam proses awal tarnsaksi keuangannya dilaksakan dengan tertib, akurat dan konsisten . Di sinilah pentingnya
manajemen keuangan pelabuhan
PENDAHULUAN
Good Corporate Governance (GCG) merupakan proses pengelolaan perusahaan dalam suatu
negara dengan melibatkan berbagai pihak /stake holder serta menggunakan sumberdaya dengan cara
yang sesuai dengan prinsip-prinsip keaddilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Dua alasan
pentingnya isu GCG adalah :
1. Perubahan lingkungan yang amat cepat yang berdampak pada peta kompetisi pasar global.
2. Semakin banyak dan komleknya pihak-pihak yang berkepenting- an dengan perusahaan
Kondisi tersebut akan menimbulkan turbulensi , stres, resiko ketidakpastian bagi perusahaan . Hal ini
menuntut respon perusahaan terhadap ancaman dan peluang dalam merancang dan menggunakan
strategi serta sistim pengendalian yang prima untuk mempertahankan sustainability-nya ( Rusdin, Drs,
Msi, 2002 )
Ada beberapa laporan yang menyangkut suatu pelabuhan. Beberapa di antaranya bersifat analisis
dan memberikan gambaran mengenai situasi tertentu. Misalnya laporan tentang rincian piutang, utang,
persediaan dan aktiva tetap, laporan sumber dan penggunaan dana /kas . Sementara yang lain
menunjukkan gambaran secara umum, keadaan pelabuhan secara keseluruhan. Di samping itu ada
laporan yang disusun untuk memenuhi ketentuan hukum atau anggaran dasar. . Laporan keuangan yang
klasik adalah neraca dan rugi laba
Hal-ihwal yang yang dilakukan oleh pelabuhan tidak berbeda dengan perusahaan lain pada
umumnya, yaitu menggunakan sumber-sumber ekonomi yang ada agar fungsi dapat berjalan. Sumber-
sumber ekonomi yang dapat digunakan meliputi : aktiva lancar, aktiva tetap, hutang lancar, hutang jangka
panjang serta modal baik saham maupun laba ditahan.
Manajemen keuangan secara sederhana dapat diartikan bagaimana merencanakan dana
perusahaan, melakukan pengelolaan, agar lebih berdaya guna serta mengendalikannya supaya terarah
pada tujuan optimalisasi sumber dana perusahaan.
Manajemen keuangan pelabuhan dapat diartikan sebagai upaya menghimpun dana yang
berasal dari usaha pelayanan jasa dan usaha-usaha lain yang digunakan untuk kebutuhan kelangsungan
hidup pelabuhan, yaitu membiayai kebutuhan operasional, pemeliharaan fasilitas dan sebagainya,
dengan tujuan akhir memperoleh keuntungan dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan jasa
pelabuhanan (Tim Penyusun Manajemen Pelabuhan, 2000 )
Manajer keuangan dituntut untuk dapat menghimpun dana baik secara internal yang berasal
dari pelayanan jasa pelabuhan maupun secara eksternal yaitu dana yang berasal dari pinjaman dalam /
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007
luar negeri. Dana yang dihimpun tersebut penggunaannnya harus terkendali, pengeluaran-pengeluaran
sesuai rencana dan ketentuan yang dibakukan. Manajer keuangan pelabuhan yang baik adalah dapat
mengoptimalkan sumber dana yang dapat dihimpun pelabuhan dan dapat mengalokasikannya secara
tepat sasaran sesuai kaidah kaidah keuangan.
Sejalan dengan pertumbuhan pelabuhan, jarak antara fungsi yang satu dengan fungsi lainnya
dan antara manajer yang satu dengan manajer lainnya menjadi semakin renggang. Rentang kendali
manajemen, yaitu jarak antara manajer dengan bawahan juga semakin lebar. Celah-celah itu harus
dijembatani melalui koordinasi dan komunikasi yang baik. Dengan koordinasi antar bagian maka
disusunlah pedoman pembelanjaan, yang tercermin dalam rencana kerja dan anggaran tahunan.
Pencatatan dan laporan terjadinya transaksi keuangan dikerjakan dengan tertib, akurat, konsisten. Analisa
terhadap laporan keuangan disajikan dengan informatif sebagai bahan pengambilan keputusan pimpinan
dalam menentukan kebijakan ke depan.
yang lazim, akan memberikan pendapatnya tentang kewajaran laporan keuangan itu, bahwa laporan
telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim dan telah diterapkan secara konsisiten
rangka menunjang kebijakan pemerintah, beberapa jenis barang tertentu yang melewati pelabuhan
dikenai tarif yang lebih rendah daripada tarip yang normalnya. Oleh karena itu diperlukan subsidi
sebagai kompensasi atas pendapatan pelabuhan yang hilang. Akan tetapi jika subsidi berlangsung
tanpa batas waktu dan diberikan setiap tahun untuk menutup defisit kas yang timbul dari berbagai
usaha dan kegiatan pelabuhan, maka hal ini merupakan subsidi yang salah arah dan tidak
menimbulkan daya saing pelabuhan dalam penyelenggaraan pelayanannya. Jika dalam operasinya
pelabuhan menderita kerugian yang seharusnya ditempuh adalah dengan pengawasan pengeluaran-
pengeluaran secara ketat.
Pendapatan ini diperoleh dari hasil kegiatan pemanfaatan tanah dan bangunan dalam suatu
kontark yang disepakati, serta persewaan penerangan listrik untuk kegiatan bongkar muat barang,
baik di dermaga , di gudang maupun di lapangan penumpukan. Misalnya salah satu gudang di
Pelabuhan Tanjungperak Surabaya disewa oleh suatu perusahaan bongkar muat (PBM) selama 1
tahun. Kemudian selama waktu sewa tersebut PBM melaksanakan kegiatan bongkar muat. Dalam
kegiatannya PBM menggunakan lapangan penumpukan, jika sampai malam harus menggunakan
penerangan listrik pelabuhan.. Penggunaan fasilitas-fasilitas pelabuhan tersebut berarti adanya
pendapatan bagi pelabuhan. Pendapatan ini dirinci menjadi :
a. Pendapatan Tanah
b. Pendapatan Bangunan
c. Pendapatan Listrik
6. Pendapatan Pelabuhan Khusus.
Karena pelabuhan khusus tidak dikomersialkan maka pendapatan dari pelabuhan ini hanya dari
pemanduan dan penundaan kapal karena menggunakan kapal pandu dan kapal tunda milik PT
(Persero), di mana sudah dimasukkan ke dalam pendapatan pelayanan kapal
7. Pendapatan Kerjasama Operasi (KSO)
Pendapatan ini doperoleh dari adanya pengembangan usaha berupa kerjasama usaha , baik
berupa kerjasama operasi (KSO), kontark manajemen (KM), kerjasama bagi hasil, built operate
transfer (BOT) dan sebagainya, yang umumnya harus mendapatkan persetujuan Menteri
Perhubungan maupun Menteri Keuangan. Kerjasama bagi hasil akibat suatu konsesi seperti
retribusi tunda swasta , bagi hasil kegiatan bongfkar muat yang dilakukan pihak ke tiga dimasukkan
dalam pendapatan ini.
Perinciannya adalah :
a. Pendapatan Retribusi Tunda Swasta
b. Pendapatan Bagi Hasil Bongkar Muat
c. Pendapatan Kerjasama Operasi
d. Pendapatan Kontrak Manajemen
e. Pendapatan Built Operate Transfer
8. Pendapatan Rupa-Rupa
Pendapatan ini diperoleh dari kegiatan rupa-rupa selain kegiatan pokok pelabuhan, yaitu :
penjualan pas masuk pelabuhan, imbalan jasa terhadap alat-alat bongkar muat swasta yang
beroperasi di daerah kerja pelabuhan, pemberian jasa konstruksi serta usaha-usaha lain.
9. Pendapatan di Luar Usaha
Pendapatan ini diperoleh dari kegiatan di luar usaha penyediaan fasilitas pelabuhan , terdiri atas
:
a. Laba Selisih Kas
b. Laba Selisih Persediaan Bahan
c. Laba Selisih Kurs
d. Laba Penjaualan Surat Berharga
e. Laba Penjualan Aktiva Tetap
f. Pendapatan Denda
g. Pendapatan Giro
h. Pendapatan Bunga Deposito
i. Pendapatan Deviden
j. Pendapatan Biaya Obligasi, dsb.
Pengush. T. Tracktor
Sewa Towing Tracktor
i. Timbangan :
Pengusahaan & Sewa
Pelayanan a. Per Paket :
Bongkar Muat Stv/Carg/Rec/Delivery
Stevedoring/Cargodoring
Stv/Rec/Delivery
Carg/Rec/Delivery
Truck Lossing
Conveyor
Pipa
Peti Kemas
b. Per Mata Rantai :
Stevedoring
Cargodoring
Stv/Rec/Delivery
Receiving / Delivery
Overbrengen
c. Lain-lain :
Bagi Hasil
Peng. Alat Mekanik
Peng. Alat Non Mekanik
Pengusahaan a. Pemanduan
Pelabuhan b. Penundaan
Khusus dan
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007
Dermaga Khusus
Pelayanan RS / a. Klinik Umum
Unit Kesehatan b. Klinik Spesialis
c. Klinik Gigi
d. Klinik Rontgent
e. Laboratorium
f. Farmasi
g. Rawat Inap
h. Ambulan
i. Lainnya
e. Biaya Sewa
Biaya sewa adalah biaya yang dikeluarkan pelabuhan sehubungan dengan sewa penggunaan alat
yang bukan milik pelabuhan, misalnya biaya sewa trailer, biaya sewa kapal pandu / kapal tunda
f. Biaya Administarsi Kantor
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007
Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dikeluarkan pelabuhan untuk
penyelenggaraan administrasi dan keperluan kantor antara lain : biaya cetak, fotocopy, kertas,
surat kawat, surat kabar, jamuan rapat, bunga bank, dsb.
g. Biaya Penugasan
Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dikeluarkan pelabuhan yang tidak
ada kaitannya dengan pengelolaan perusahaan dalam pelayanan jasa kepelabuhanan, akan tetapi
didasarkan pada perintah dari instansi pemerintah yang terkait dengan PT (Persero) Pelindo
misalnya : biaya pemeliharaan jalur, biaya penunjang departemen teknis.
Biaya penugasan ini tidak tercakup dalam Struktur Biaya Pelabuhan Cabang (BOL, BOTL, BPO)
tetapi seluruhnya ditampung dalam Biaya Pengelolaan Kantor Pusat (BPKP). Biaya penugasan
tidak turut diperhitungkan dalam perhitungan biaya satuan pelayanan jasa pelabuhan karena
biaya-biaya tersebut tidak ada kaitannya dengan operasi pelayanan jasa pelabuhan.
h. Biaya Umum
Ternasuk ke dalam kelompok ini adalah semua biaya yang dikeluarkan pelabuhan untuk
pengelolaan perusahaan yang tidak dapat dikelompokkan dalam jenis-jenis biaya butir a. sampai
dengan butir f. Contoh biaya umum : biaya perjalanan dinas, biaya penyisihan piutang tak
tertagih, biaya keamanan pelabuhan, biaya promosi, biaya pajak, biaya olahraga dan kesenian, ,
biaya pakaian dinas, biaya bantuan sosial dsb. (Tim Penyusun Manajemen Pelabuhanan , 2000).
Catatan :
Biaya di luar usaha tidak perlu dirinci lagi menurut jenis biaya atau dengan kata lain jumlah dari
jenis-jenis biaya di atas dikelompokkan ke dalam BOL, BOTL, BPO, BPKP.
Disadari bahwa penyajian biaya secara total tidak memberikan informasi yang cukup bagi
pemakai laporan. Dengan cara mengidentifikasikan setiap biaya pelayanan jasa pelabuhan sesuai
dengan fungsi dari masing-masing biaya menurut jenis kegiatan, pusat biaya/pelayanan, sub
pusat biaya/pelayanan akan diperoleh informasi biaya yang lebih berguna. Untuk dapat
mengidentifikasikan biaya dengan tepat diperlukan penjelasan yang rinci mengenai jenis
kegiatan, pusat biaya/pelayanan dari biaya biaya yang termasuk dalam setiap kelompok jenis
biaya.
Pengidentikasi biaya prosesnya dimulai dengan mengklasifikasikan suatu biaya sesuai kelompok
jenis biaya , kemudian menghubungkan biaya tersebut dengan jenis kegiatan, pusat biaya /
pelayanan dan akhirnya sub pusat biaya / pelayanan.
Kegiatan Operasi adalah kegiatan pelabuhan yang menangani pelaksanaan pelayanan jasa (Divisi
Operasional).
Kegiatan Operasi dibedakan menjadi :
a. Kegiatan Operasi Langsung
Kegiatan Operasi Langsung adalah kegiatan operasional di lapangan yang diselenggarakan oleh
suatu pelabuhan dalam rangka menjalankan fungsinya yang berhubungan langsung dengan
penyediaan fasilitas / sarana untuk kelancaran arus kapal dan barang. Biaya yang berhubungan
dengan kegiatan operasi langsung disebut Biaya Operasi Langsung ( BOL).
b. Kegiatan Operasi Tidak Langsung
Kegiatan Operasi Tidak Langsung adalah kegiatan Divisi / Dinas Operasional yang secara
tidak langsung terkait dengan operasi pelabuhan , yaitu meliputi kegiatan perencanaan dan
pengendalian pelayanan jasa. Biaya yang berhubungan dengan kegiatan operasi tidak langsung
disebut Biaya OperasiTidak Langsung (BOTL).
BAHARI Jogja Vol.VII No.11/2007 Juli 2007
Kegiatan Penunjang Operasi adalah kegiatan pelabuhan yang diselenggarakan untuk menunjang
kelancaran pelayanan jasa di cabang-cabang pelabuhan.
Kegiatan ini meliputi :
a. Kegiatan Perbaikan dan Pemeliharaan (Divisi Teknik)
b. Kegiatan Keuangan (Divisi Keuangan)
c. Kegiatan Administrasi Umum (Bagian Umum)
Biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan penunjang operasi disebut Biaya Penunjang Operasi (BPO).
Kegiatan Pengelolaan adalah kegiatan yang diselenggarakan kantor pusat untuk pengelolaan pelabuhan
secara keseluruhan. Biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan disebut Biaya Pengelolaan
Ketiga jenis kegiatan utama tersebut dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam pusat-pusat biaya / pelayanan
. Pusat biaya / pelayanan dapat diuraikan lagi menjadi sub pusat biaya / sub pusat pelayanan yang
merupakan tempat terendah dari terjadinya biaya atau pendapatan..
Kegiatan di luar operasi / usaha adalah kegiatan pelabuhan yang tidak termasuk dalam kegiatn
operasi maupun penunjang operasi . Biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan di luar operasi / usaha
disebut Biaya Di luar Usaha (BDU). Tidak diselenggarakan pusat-pusat biaya / pelayanan dalam
kegiatan di luar usaha.
KESIMPULAN
1. Bahwa sesuai tuntutan perkembangan dunia kepelabuhanan dan kepuasan pengguna jasa
kepelabuhanan, maka departementalisasi pelabuhan semakin komplek. Koordinasi antar departemen
yang berubungan dengan transaksi keuangan menjadi sangat penting.
2. Tujuan laporan keuangan pelabuhan pertama untuk internal pelabuhan itu sendiri agar pelabuhan
bisa hidup dan berkembang melalui pelayanan jasa kepelabuhanan, kedua untuk keperluan eksternal
pelabuhan sebagai bentuk akuntabilitas publik.
3. Bahwa pendapatan dan biaya pelabuhan di golongkan berdasarkan jenis kegiatan yang dilaksanakan,
pada jenis kegiatan tertentu mengahsilkan pendapatan dan sekaligus menanggung beban biaya yang
harus dikeluarkan.
4. Selanjutnya pendapatan dan biaya digolongkan menjadi pusat-pusat pelayanan yang menghasilkan
pendapatan dan pusat-pusat biaya yang menjadi pos-pos beban pengeluaran pelabuhan.
5. Terakhir pusat-pusat pelayanan dan pusat-pusat biaya pelabuhan dirinci menjadi sub-sub pusat
pelayanan dan sub sub pusat biaya.
6. Semakin rinci penggolongan suatu pendapatan atau suatu biaya pelabuhan, maka akan memberi
informasi transaksi keuangan pelabuhan yang semakin jelas.
DAFTAR PUSTAKA