Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KIMIA ANALITIK I
Titrasi Pengendapan
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik I

DI SUSUN OLEH :

SITI NUR FADILAH (150621001)


GHINA NADHIVA (150621011)
Semester : 3 (Tiga)
Dosen Pengampu : Indah Karina Yulina, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat,
hidayah, kasih sayang serta pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Tak lupa sholawat serta salam Penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat
menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik I di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Cirebon, yang berjudul
Titrasi Pengendapan.

Untuk menyelesaikan makalah ini, Penulis mendapatkan bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila terdapat
kekurangan dalam pembuatan laporan ini Penulis mohon maaf, karena Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Cirebon, 23 Desember 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
1.4 Metode Penulisan ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

2.1 Bentuk Reaksi Pengendapan ........................................................ 2


2.2 Titrasi Pengendapan ...................................................................... 2
2.3 Kurva Titrasi Pengendapan ........................................................... 22
2.4 Perhitungan Pada Reaksi Pengendapan ....................................... 2

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 25

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 26


3.2 Saran................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi
jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir
titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya)
dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya
dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk
menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion
fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl
dimana ion Ag+ dari titrant akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang
tidak mudah larut AgCl.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi
antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva
titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah
ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi
yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi
antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat. Untuk lebih
jelasnya kita akan membahas lebih lanjut tentang titrasi pengendapan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah cara mengetahui suatu reaksi membentuk endapan, sebab suatu reaksi
dikatakan reaksi pengendapan apabila reaksi tersebut menghasilkan endapan ?
1.2.2 Bagaimanakah titrasi pengendapan dapat terjadi pada suatu reaksi kimia?
1.2.3 Bagaimanakah bentuk kurva titrasi pengendapan?
1.2.4 Bagaimanakah perhitungan pada reaksi pengendapan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui bentuk reaksi pengendapan.
1.3.2 Untuk mengetahui titrasi pengendapan.
1.3.3 Untuk mengetahui bentuk kurva titrasi pengendapan.
1.3.4 Untuk mengetahui perhitungan pada reaksi pengendapan.
.
1.4 Metode Penulisan
Metode penelitian yang saya gunakan untuk mencari sumber-sumber pembuatan
makalah ini adalah dengan cara mengumpulkan data dari beberapa situs di internet.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk reaksi pengendapan


Reaksi pengendapan adalah suatu jenis reaksi yang dapat berlangsung dalam cairan,
misalnya air. Suatu reaksi dapat dikatakan reaksi pengendapan apabila reaksi tersebut
menghasilkan endapan. Endapan yaitu zat padat yang tidak larut dalam cairan tersebut.
Senyawa-senyawa yang sering digunakan dalam reaksi pengendapan yaitu senyawa-senyawa
ionik. Sebagai contoh reaksi antara larutan timbal nitrat [Pb(NO3)2] yang ditambahkan ke
dalam larutan natrium iodida (NaI) dan terbentuk endapan timbal iodida (PbI2) yang
berwarna kuning. Untuk lebih jelas reaksinya seperti ini,

Pb(NO3)2(aq) + 2NaI (aq) PbI2(s) + 2NaNO3 (aq)

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa


kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang
berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun
sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Terbentuknya endapan atau tidak dalam suatu reaksi, itu tergantung kelarutan
dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu
pelarut pada suhu tertentu. Dalam hal ini zat dapat di bagi, yaitu dapat larut, sedikit larut atau
tak dapat larut. Jika suatu zat dapat larut dalam air maka termasuk dapat larut, jika tidak dapat
larut dalam air maka termasuk sedikit larut atau tak dapat larut. Semua senyawa ionik
merupakan elektrolit kuat, tetapi daya larutnya tidak sama.
Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi
bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak
mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam
wadah terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar
kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku
sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar
pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan
dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari
Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan
Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan
bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu.
Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan
berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan
dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi
berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan
endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut
dengan ion sekutu tersebut. Sedangkan adanya ion asing menyebabkan kelarutan
endapan menjadi sedikit bertambah, kecuali jika terjadi reaksi kimia antara endapan dengan

4
ion asing. Penambahan ion asing seperti penambahan asam atau basa kuat dan ligan
dapat menyebabkan endapan menjadi larut kembali, Contohnya pada reaksi berikut:

Ni(OH)2(s)+ 2H Ni2+ + 2H2O


AgCl (s) + 2NH3 Ag(NH3)2+ + Cl

Perubahan kelarutan karena komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting


dalam analisis kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan dalam larutan air, dalam
beberapa hal lebih menguntungkan jika digunakan pelarut lain misalnya pelarut organik
seperti alkohol,eter, dan lain-lain. Hasil kali kelarutan suatu endapan yang dipangkatkan
dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan menghasilkan
tetapan yang dikenal dengan Ksp. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam
kesetimbangan dengan larutan jenuhnya:
AgCl Ag+ + Cl-
Maka Ksp = [Ag+]1[Cl-]1

Apabila dilakukan penambahan ion pada Ag+ maka hasil kali ionnya akan lebih besar
dibandingkan Kspnya. Akibatnya kelebihan ion Ag+ akan bereaksi dengan ion Cl-
membentuk endapan AgCl. Jadi penambahan ion Ag+ ke dalam larutan yang mengandung Cl-
akan mengakibatkan tiga hal terjadi sebagai berikut :

Jika [Ag+][Cl-] < Ksp AgCl = Larutan belum jenuh


Jika [Ag+][Cl-] = Ksp AgCl = Larutan tepat jenuh
Jika [Ag+][Cl-] > Ksp AgCl = Larutan Lewat Jenuh

Jika Hasil kali ion ini kita lambangkan dengan Qc maka didapat ketentuan sebagai berikut :

Qc < Ksp = Larutan Belum jenuh = Tidak terjadi endapan


Qc = Ksp = Larutan Tepat Jenuh = Belum Terjadi endapan
Qc > Ksp = Larutan lewat Jenuh = terjadi endapan

Ketentuan ini dapat kita jadikan dasar untuk menentukan apakah campuran dua
larutan yang membentuk garam yang sukar larut terjadi endapan atau tidak . Tetapan ini
dalam analisis kualitatif mempunyai nilai yang berarti, karena tidak saja dapat
menerangkan, tetapi juga dapat membantu meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Jika
hasil kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan suatu endapan, maka akan terbentuk
endapan, sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali kelarutan maka endapan
tidak akan terbentuk. Berdasarkan nilai Ksp ini maka kation-kation dapat dipisahkan menjadi
beberapa kelompok kecil yang selanjutnya dapat memudahkan identifikasi masing-
masing kation.

Sumber : (https://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_pengendapan)

5
2.2 Titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat.
Juga merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah
larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah
pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada
analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah
diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya)
dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya
dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk
menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion
fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl
dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang
tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan
indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik
akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans.

2.2.1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

Cara ini dipakai pada titrasi Cl atau Br dengan cara Mohr. Pada cara ini dipakai
larutan K2CrO4 (dalam larutan netral) sebagai indikator. Pada awal titrasi terjadi reaksi Cl
atau Br dengan Ag+ menghasilkan endapan AgCl atau AgBr berwarna putih untuk AgCl dan
agak kuning muda untuk warna endapan AgBr. Pada titik akhir titrasi ion CrO42 akan
bereaksi dengan kelebihan Ag+ yang ditambahkan, membentuk endapan Ag2CrO4 yang
berwarna merah coklat.

Kesalahan titrasi akan makin besar jika konsentrasi larutan yang dititrasi makin encer.
Kesalahan ini dapat dihitung dengan menentukan blanko indikator, yaitu dengan mengukur
volume larutan AgNO3 baku yang diperlukan untuk menimbulkan warna jika ditambahkan ke
dalam air suling dengan volume yang sama yang mengandung sejumlah indikator yang sama
dengan indikator pada titrasi yang dilakukan.

6
Hal lain yang harus diperhatikan ialah pH larutan selama titrasi harus berada antara
6,5 9. Jika larutan bersifat asam akan terjadi reaksi:

2CrO42 + 2H+ 2HCrO4 Cr2O72 + H2O

Reaksi ini menyebabkan berkurangnya CrO4, dan mungkin Ksp Ag2CrO4 tidak akan
terlampaui. Jika larutan bersifat basa akan terbentuk endapan AgOH. Untuk menetralkan
larutan yang asam dapat ditambahkan CaCO3 atau NaHCO3. sedangkan untuk larutan yang
basa dapat diatur pHnya dengan menambahkan asam asetat, lalu ditambahkan CaCO3 yang
agak berlebih.

2.2.2. Metode Volhard (pembentukan senyawa yang berwarna)

Cara ini dipakai pada cara Volhard untuk titrasi Ag+ yang mengandung HNO3 bebas
dengan larutan baku KSCN atau NH4SCN. Sebagai indikator dipakai Fe3+. Reaksi titrasi ini
adalah

Ag+ + SCN AgSCN(s)

Jika reaksi telah sempurna, kelebihan SCN akan bereaksi dengan Fe3+ membentuk
FeSCN2+ yang berwarna merah. Reaksi yang terjadi:

Fe3+ + SCN FeSCN2+

2.2.3. Metode Fajans (penggunaan indikator adsorpsi)

Cara ini dikenal sebagai cara Fajans. Pada titik ekivalen indikator yang ditambahkan
dalam reaksi ini akan diadsorpsi oleh endapan yang terbentuk. Pada waktu teradsorpsi
indikator ini akan berubah warna. Contoh indikator yang bersifat demikian adalah fluoresein
dan eosin. Penentuan indikator didasarkan pada syarat-syarat berikut:

2.3.3.1 Endapan harus berbentuk koloid

2.3.3.2 Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan ion pereaksi pengendapan

Selain menggunakan jenis indikator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode
potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen.

Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi
antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva
titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah
ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi
yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi
antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.

Sumber: (https://bisakimia.com/2014/09/06/titrasi-pengendapan/)

7
2.3 Kurva titrasi pengendapan
Contoh Soal :

50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO3 0,10 M. Hitung konsentrasi ion
klorida selama titrasi dan buat kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp AgCl = 1,0 x 10-10.

Penyelesaian :

Awal sebelum titrasi : [Cl-] = 0,10 M, maka pCl = 1,00

Setelah penambahan 10 ml AgNO3 :

Ag+ + Cl- AgCl (S)

Awal : 1,00 mmol 5,00 mmol

Perubahan : 1,00 mmol 1,00 mmol (-)

Kesetimbangan : 0,00 mmol 4,00 mmol

[Cl-] = mol / volume

[Cl-] = 4,00 mmol / 60,0 ml

[Cl-] = 0,067 M

pCl = - log [Cl-]

pCl = - log 0,067

pCl = 1,17

Setelah penambahan 49,9 ml AgNO3 :

Ag+ + Cl- AgCl (s)

Awal : 4,99 mmol 5,00 mmol

Perubahan : 4,99 mmol 4,99 mmol (-)

Kesetimbangan : 0.00 mmol 0,01 mmol

[Cl-] = mol / volume

[Cl-] = 0,01 mmol / 99,9 ml

[Cl-] = 1,0 x 10-4 M

pCl = - log [Cl-]

pCl = - log 1,0 x 10-4

8
pCl = 4,00

Pada titik ekivalen (TE) :

Ag+ + Cl- AgCl (s)

Awal : 5,00 mmol 5,00 mmol

Perubahan : 5,00 mmol 5,00 mmol (-)

Kesetimbangan : 0,00 mmol 0,00 mmol

[Ag+] = [Cl-]

[Ag+][Cl-] = Ksp

[Cl-][Cl-] = 1,0 x 10-10

[Cl-]2 = 1,0 x 10-10

[Cl-] = 1,0 x 10-10

[Cl-] = 1,0 x 10-5

pCl = - log [Cl-]

pCl = - log 1,0 x 10-5

pCl = 5,00

Setelah penambahan 60,0 ml AgNO3 :

Ag+ + Cl- AgCl (s)

Awal : 6,00 mmol 5,00 mmol

Perubahan : 5,00 mmol 5,00 mmol (-)

Kesetimbangan : 1,00 mmol 0,00 mmol

[Ag+] = mol / volume

[Ag+] = 1,00 mmol / 110 ml

[Ag+] = 9,1 x 10-3 M

pAg = - log [Ag+]

pAg = - log 9,1 x 10-3

pAg = 2,04

maka pCl = 11,17 2,04 = 9.13

9
Secara umum untuk halida :

Ag+ + X- AgX (s)

Tetapan kesetimbangan : K = 1 / [Ag+][X-] = 1 / Ksp

Makin kecil Ksp makin besar K suatu titrasi.

Sumber :
http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Inorganic%20Pharmaceutical%20An
alysis%202008/Versi%20Bhs.%20Indonesia/03.%20Aplikasi%20Titrasi%20Pengendapan.pd
f

http://www.slideshare.net/IndriatiDewi/argentometri-110829173557

2.4 Perhitungan pada reaksi pengendapan

1.Berapa volume 0,310 N H2SO4 yang dibutuhkan untuk menitrasi 0,293 g LiOH yang memi
liki kemurnian 90%?

Penyelesaian:

Ini adalah contoh soal titrasi asam basa. H2SO4 sebagai asam dan LiOH sebagai basa. Soal di
trasi seperti ini dengan mudah dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus VN asam = V
N basa. Dan reasinya:

10
2LiOH + H2SO4 Li2SO4 + 2H2O

Massa 90% LiOH yang sebenarnya dalam 0,293 g adalah

90% x 0,293 g= 0,2637 g

Mol LiOH = massa/Mr

= 0,2637 / 24

= 0,0122 mol

Dan mol ekuivalen LiOH adalah

= 0,0122 x 1

= 0,0122 mol-eq

Pada saat titik ekuivalen maka mol-eq H2SO4 akan sama dengan mol-eq LiOH sehingga:

Mol-eq H2SO4 = mol-eq LiOH

V x N = 0,0122 mol-eq

V x 0,310 = 0,0122

V = 0,0394 L = 39,4 mL

Jadi volum 0,310 N H2SO4 yang dibutuhkan adalah 39,4 mL

2. Campuran yg mengandung KCl dan NaBr dianalisis dengan metode Mohr. Sebanyak
0,3172 g sampel dilarutkan dalam 50 mL air dan dititrasi sampai titik akhir titrasi diperlukan
36,85 mL AgNO3 0,1120 M. Titrasi terhadap blangko menghabiskan titran sebanyak 0,71
mL. Hitunglah persen b/b dari KCl dan NaBr dalam sampel.

(Diket. BM KCl = 74,55 g/ml dan BM NaBr = 102,89 g/mol)

Penyelesaian:

Titrasi sampel: Vol AgNO3 = 36,85 mL

KCl + AgNO3 AgCl + KNO3

NaBr + AgNO3 AgBr + NaNO3

Titrasi blanko: Vol AgNO3 = 0,71 mL

Volume titran yg bereaksi dgn analit :

Vol Ag+ = (36,85 0,71) mL = 36,14 mL

mmol Ag+= mmol KCl + mmol NaBr

11
g KCl g NaBr
MAg .VAg
BM KCl BM NaBr

g NaBr = 0,3172g g KCl

Sehingga:

g KCl 0,3172 g gKCl


MAg .VAg
BM KCl BM NaBr

g KCl 0,3172 g gKCl


0,1120 M .0, 03614 L
74,55 g / mol 102,89 g / mol

4, 048.103 mol 1,341.102 mol / g x g KCl 3, 083.103 mol 9, 719.103 mol / g x g KCl

4, 048.103 mol 3, 083.103 mol 1,341.102 mol/ g x g KCl 9, 719.103 mol / g x g KCl

0,965.103 mol 3, 691.103 mol / g x g KCl

0,965.103 mol
g KCl
3, 691.103 mol / g

g KCl 0, 2614 g

g NaBr = 0,3172g 0,2614g

g NaBr = 0,0558 g

Persen KCl dalam sampel

0, 2614 g
x 100 % 82, 41%
0,3172 g

3. Persen b/b dari I- dalam 0,6712 g sampel ditentukan dgn titrasi metode Volhard. Setelah
sampel ditambahkan 50,00 mL AgNO3 0,05619 M dan diikuti dengan terbentuknya endapan.
Kemudian kelebihan ion perak dititrasi dengan KSCN 0,05322 M, diperlukan 35,14 mL utk
mencapai titik akhir titrasi. Hitunglah % b/b dari I- dalam sampel.(Diket. Ar I = 126,9 g/mol).

Penyelesaian:

I- + AgNO3(berlebih) AgI + NO3-

AgNO3 (sisa) + KSCN AgSCN + K+

mmol AgNO3 awal = 50 mL x 0,05619 M

= 2,8095 mmol

mmol AgNO3 sisa = mmol KSCN

12
= 35,14 mL x 0,05322 M

= 1,8702 mmol

mmol I- = mmol AgNO3 awal mmol AgNO3 sisa

= 2,8095 mmol 1,8702 mmol

= 0,9393 mmol

mg I- = mmol I- x Ar I-

= 0,9393 mmol x 126,9 mg/mmol

= 119,20 mg

g I- = 0,1193 g

Berat sampel = 0,6712 g

Sehingga % (b/b) iodida dalam sampel:

0,1192 g
x 100 % 17, 76%
0, 6712 g

4. 0,207 M NaBr dan 0,0870 M NaCl dicampur untuk direaksikan dengan AgNO3, Hitung %
ion bromida yang ada ketika ion klorida mulai mengendap. Ksp AgCl 1,77 1010; Ksp AgBr
5,35 1013

Penyelesaian:

Reaksi peruraian kedua zat:


AgCl Ag+ + Cl
AgBr Ag+ + Br

Karena keduanya terionisasi dengan jumlah ion yang sama, kita dapat membandingkan nilai
Kspnya untuk melihat mana yang lebih mudah larut.

Hitung konsentrasi ion perak ketika AgCl (yang lebih mudah larut) yang akan mengendap
belakangan:
Ksp AgCl = [Ag+][Cl]
1,77 1010 = [Ag+] (0,0870)
[Ag+] = 2,0345 109 M

Hitung konsentrasi ion bromida menggunakan konsentrasi ion perak di atas:


Ksp AgCl = [Ag+][Br]
5,35 1013 = (2,0345 109) [Br]
[Br] = 2,63 104 M

13
Hitung persen ion bromida menggunakan hasil terakhir:

(2,63 104 / 0,207) 100% = 0,127%

5. Larutan encer AgNO3 ditambahkan secara perlahan dan terus menerus ke larutan kedua
yang mengandung Cl dan CrO42. Jika CrO42 dengan konsentrasi 0,010 M ketika pertama
endapan Ag2CrO4 mulai terbentuk, berapa konsentrasi ion Cl pada saat itu? Ksp AgCl 1,77 x
10-10 ,Ksp Ag2CrO4 1,12 x 10-12)

Hitung konsentrasi ion perak yang diperlukan untuk mengendapkan Ag2CrO4:

Ksp = [Ag+]2 [CrO42]

1,12 1012 = [Ag+]2 (0,01)

[Ag+] = 1,0583 105 M

Hitung konsentrasi ion klorida pada saat konsentrasi ion perak sama dengan ion Ag+ diatas:

Ksp = [Ag+] [Cl]

1,77 1010 = (1,0583 105) [Cl]

[Cl] = 1,67 105 M

Sumber : (https://www.scribd.com/doc/304334311/Contoh-Soal-Titrasi-Pengendapan)

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Reaksi pengendapan adalah suatu jenis reaksi yang dapat berlangsung dalam cairan,
misalnya air. Suatu reaksi dapat dikatakan reaksi pengendapan apabila reaksi tersebut
menghasilkan endapan. Endapan yaitu zat padat yang tidak larut dalam cairan tersebut..
3.1.2 Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak
nitrat. Juga merupakan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit.
3.1.3 Biasanya pada titrasi argentometri, kurva titrasi biasanya di buat dengan cara
memplotkan pAg melawan penambahan volume titran.
3.1.4 Dalam reaksi pengendapan terdapat perhitungan reaksi-reaksi pengendapan.

3.2 Saran
Saran saya sebagai penulis, menyadari masih banyak kekurangan tentang materi yang
saya buat sehingga saya meminta kepada saudara saudari untuk memberikan kritik dan
sarannya. Agar bisa membangun makalah ini menjadi yang lebih baik lagi. Semoga makalah
yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_pengendapan

https://bisakimia.com/2014/09/06/titrasi-pengendapan/

http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Inorganic%20Pharmaceutical%20An
alysis%202008/Versi%20Bhs.%20Indonesia/03.%20Aplikasi%20Titrasi%20Pengendapan.pd
f

http://www.slideshare.net/IndriatiDewi/argentometri-110829173557
http://materibelajarinside.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-proses-pengendapan.html

(https://www.scribd.com/doc/304334311/Contoh-Soal-Titrasi-Pengendapan)

16
17

Anda mungkin juga menyukai