Tugas 1
Tugas 1
KIMIA ANALITIK I
Titrasi Pengendapan
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik I
DI SUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat,
hidayah, kasih sayang serta pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Tak lupa sholawat serta salam Penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat
menuntun Penulis pada ruang dan waktu yang lain.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Analitik I di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Cirebon, yang berjudul
Titrasi Pengendapan.
Untuk menyelesaikan makalah ini, Penulis mendapatkan bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila terdapat
kekurangan dalam pembuatan laporan ini Penulis mohon maaf, karena Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ion asing. Penambahan ion asing seperti penambahan asam atau basa kuat dan ligan
dapat menyebabkan endapan menjadi larut kembali, Contohnya pada reaksi berikut:
Apabila dilakukan penambahan ion pada Ag+ maka hasil kali ionnya akan lebih besar
dibandingkan Kspnya. Akibatnya kelebihan ion Ag+ akan bereaksi dengan ion Cl-
membentuk endapan AgCl. Jadi penambahan ion Ag+ ke dalam larutan yang mengandung Cl-
akan mengakibatkan tiga hal terjadi sebagai berikut :
Jika Hasil kali ion ini kita lambangkan dengan Qc maka didapat ketentuan sebagai berikut :
Ketentuan ini dapat kita jadikan dasar untuk menentukan apakah campuran dua
larutan yang membentuk garam yang sukar larut terjadi endapan atau tidak . Tetapan ini
dalam analisis kualitatif mempunyai nilai yang berarti, karena tidak saja dapat
menerangkan, tetapi juga dapat membantu meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Jika
hasil kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan suatu endapan, maka akan terbentuk
endapan, sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali kelarutan maka endapan
tidak akan terbentuk. Berdasarkan nilai Ksp ini maka kation-kation dapat dipisahkan menjadi
beberapa kelompok kecil yang selanjutnya dapat memudahkan identifikasi masing-
masing kation.
Sumber : (https://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_pengendapan)
5
2.2 Titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat.
Juga merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah
larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah
pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada
analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah
diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya)
dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya
dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk
menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion
fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl
dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang
tidak mudah larut AgCl.
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan
indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik
akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans.
Cara ini dipakai pada titrasi Cl atau Br dengan cara Mohr. Pada cara ini dipakai
larutan K2CrO4 (dalam larutan netral) sebagai indikator. Pada awal titrasi terjadi reaksi Cl
atau Br dengan Ag+ menghasilkan endapan AgCl atau AgBr berwarna putih untuk AgCl dan
agak kuning muda untuk warna endapan AgBr. Pada titik akhir titrasi ion CrO42 akan
bereaksi dengan kelebihan Ag+ yang ditambahkan, membentuk endapan Ag2CrO4 yang
berwarna merah coklat.
Kesalahan titrasi akan makin besar jika konsentrasi larutan yang dititrasi makin encer.
Kesalahan ini dapat dihitung dengan menentukan blanko indikator, yaitu dengan mengukur
volume larutan AgNO3 baku yang diperlukan untuk menimbulkan warna jika ditambahkan ke
dalam air suling dengan volume yang sama yang mengandung sejumlah indikator yang sama
dengan indikator pada titrasi yang dilakukan.
6
Hal lain yang harus diperhatikan ialah pH larutan selama titrasi harus berada antara
6,5 9. Jika larutan bersifat asam akan terjadi reaksi:
Reaksi ini menyebabkan berkurangnya CrO4, dan mungkin Ksp Ag2CrO4 tidak akan
terlampaui. Jika larutan bersifat basa akan terbentuk endapan AgOH. Untuk menetralkan
larutan yang asam dapat ditambahkan CaCO3 atau NaHCO3. sedangkan untuk larutan yang
basa dapat diatur pHnya dengan menambahkan asam asetat, lalu ditambahkan CaCO3 yang
agak berlebih.
Cara ini dipakai pada cara Volhard untuk titrasi Ag+ yang mengandung HNO3 bebas
dengan larutan baku KSCN atau NH4SCN. Sebagai indikator dipakai Fe3+. Reaksi titrasi ini
adalah
Jika reaksi telah sempurna, kelebihan SCN akan bereaksi dengan Fe3+ membentuk
FeSCN2+ yang berwarna merah. Reaksi yang terjadi:
Cara ini dikenal sebagai cara Fajans. Pada titik ekivalen indikator yang ditambahkan
dalam reaksi ini akan diadsorpsi oleh endapan yang terbentuk. Pada waktu teradsorpsi
indikator ini akan berubah warna. Contoh indikator yang bersifat demikian adalah fluoresein
dan eosin. Penentuan indikator didasarkan pada syarat-syarat berikut:
2.3.3.2 Ion indikator harus bermuatan berlawanan dengan ion pereaksi pengendapan
Selain menggunakan jenis indikator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode
potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi
antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva
titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah
ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi
yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi
antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.
Sumber: (https://bisakimia.com/2014/09/06/titrasi-pengendapan/)
7
2.3 Kurva titrasi pengendapan
Contoh Soal :
50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi dengan larutan AgNO3 0,10 M. Hitung konsentrasi ion
klorida selama titrasi dan buat kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp AgCl = 1,0 x 10-10.
Penyelesaian :
[Cl-] = 0,067 M
pCl = 1,17
8
pCl = 4,00
[Ag+] = [Cl-]
[Ag+][Cl-] = Ksp
pCl = 5,00
pAg = 2,04
9
Secara umum untuk halida :
Sumber :
http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Inorganic%20Pharmaceutical%20An
alysis%202008/Versi%20Bhs.%20Indonesia/03.%20Aplikasi%20Titrasi%20Pengendapan.pd
f
http://www.slideshare.net/IndriatiDewi/argentometri-110829173557
1.Berapa volume 0,310 N H2SO4 yang dibutuhkan untuk menitrasi 0,293 g LiOH yang memi
liki kemurnian 90%?
Penyelesaian:
Ini adalah contoh soal titrasi asam basa. H2SO4 sebagai asam dan LiOH sebagai basa. Soal di
trasi seperti ini dengan mudah dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus VN asam = V
N basa. Dan reasinya:
10
2LiOH + H2SO4 Li2SO4 + 2H2O
= 0,2637 / 24
= 0,0122 mol
= 0,0122 x 1
= 0,0122 mol-eq
Pada saat titik ekuivalen maka mol-eq H2SO4 akan sama dengan mol-eq LiOH sehingga:
V x N = 0,0122 mol-eq
V x 0,310 = 0,0122
V = 0,0394 L = 39,4 mL
2. Campuran yg mengandung KCl dan NaBr dianalisis dengan metode Mohr. Sebanyak
0,3172 g sampel dilarutkan dalam 50 mL air dan dititrasi sampai titik akhir titrasi diperlukan
36,85 mL AgNO3 0,1120 M. Titrasi terhadap blangko menghabiskan titran sebanyak 0,71
mL. Hitunglah persen b/b dari KCl dan NaBr dalam sampel.
Penyelesaian:
11
g KCl g NaBr
MAg .VAg
BM KCl BM NaBr
Sehingga:
4, 048.103 mol 1,341.102 mol / g x g KCl 3, 083.103 mol 9, 719.103 mol / g x g KCl
4, 048.103 mol 3, 083.103 mol 1,341.102 mol/ g x g KCl 9, 719.103 mol / g x g KCl
0,965.103 mol
g KCl
3, 691.103 mol / g
g KCl 0, 2614 g
g NaBr = 0,0558 g
0, 2614 g
x 100 % 82, 41%
0,3172 g
3. Persen b/b dari I- dalam 0,6712 g sampel ditentukan dgn titrasi metode Volhard. Setelah
sampel ditambahkan 50,00 mL AgNO3 0,05619 M dan diikuti dengan terbentuknya endapan.
Kemudian kelebihan ion perak dititrasi dengan KSCN 0,05322 M, diperlukan 35,14 mL utk
mencapai titik akhir titrasi. Hitunglah % b/b dari I- dalam sampel.(Diket. Ar I = 126,9 g/mol).
Penyelesaian:
= 2,8095 mmol
12
= 35,14 mL x 0,05322 M
= 1,8702 mmol
= 0,9393 mmol
mg I- = mmol I- x Ar I-
= 119,20 mg
g I- = 0,1193 g
0,1192 g
x 100 % 17, 76%
0, 6712 g
4. 0,207 M NaBr dan 0,0870 M NaCl dicampur untuk direaksikan dengan AgNO3, Hitung %
ion bromida yang ada ketika ion klorida mulai mengendap. Ksp AgCl 1,77 1010; Ksp AgBr
5,35 1013
Penyelesaian:
Karena keduanya terionisasi dengan jumlah ion yang sama, kita dapat membandingkan nilai
Kspnya untuk melihat mana yang lebih mudah larut.
Hitung konsentrasi ion perak ketika AgCl (yang lebih mudah larut) yang akan mengendap
belakangan:
Ksp AgCl = [Ag+][Cl]
1,77 1010 = [Ag+] (0,0870)
[Ag+] = 2,0345 109 M
13
Hitung persen ion bromida menggunakan hasil terakhir:
5. Larutan encer AgNO3 ditambahkan secara perlahan dan terus menerus ke larutan kedua
yang mengandung Cl dan CrO42. Jika CrO42 dengan konsentrasi 0,010 M ketika pertama
endapan Ag2CrO4 mulai terbentuk, berapa konsentrasi ion Cl pada saat itu? Ksp AgCl 1,77 x
10-10 ,Ksp Ag2CrO4 1,12 x 10-12)
Hitung konsentrasi ion klorida pada saat konsentrasi ion perak sama dengan ion Ag+ diatas:
Sumber : (https://www.scribd.com/doc/304334311/Contoh-Soal-Titrasi-Pengendapan)
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Reaksi pengendapan adalah suatu jenis reaksi yang dapat berlangsung dalam cairan,
misalnya air. Suatu reaksi dapat dikatakan reaksi pengendapan apabila reaksi tersebut
menghasilkan endapan. Endapan yaitu zat padat yang tidak larut dalam cairan tersebut..
3.1.2 Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak
nitrat. Juga merupakan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit.
3.1.3 Biasanya pada titrasi argentometri, kurva titrasi biasanya di buat dengan cara
memplotkan pAg melawan penambahan volume titran.
3.1.4 Dalam reaksi pengendapan terdapat perhitungan reaksi-reaksi pengendapan.
3.2 Saran
Saran saya sebagai penulis, menyadari masih banyak kekurangan tentang materi yang
saya buat sehingga saya meminta kepada saudara saudari untuk memberikan kritik dan
sarannya. Agar bisa membangun makalah ini menjadi yang lebih baik lagi. Semoga makalah
yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_pengendapan
https://bisakimia.com/2014/09/06/titrasi-pengendapan/
http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Inorganic%20Pharmaceutical%20An
alysis%202008/Versi%20Bhs.%20Indonesia/03.%20Aplikasi%20Titrasi%20Pengendapan.pd
f
http://www.slideshare.net/IndriatiDewi/argentometri-110829173557
http://materibelajarinside.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-proses-pengendapan.html
(https://www.scribd.com/doc/304334311/Contoh-Soal-Titrasi-Pengendapan)
16
17