Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

VESIKOLITIASIS

Pembimbing:
Dr. Budi Suanto, Sp. B

Di Susun Oleh:
STEVENT 11.2012.183

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


SMF ILMU PENYAKIT BEDAH
RUMAH SAKIT IMANUEL LAMPUNG
PERIODE 30 DESEMBER 2013 s/d 7 MARET 2014
PRESENTASI KASUS
STATUS ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT IMANUEL LAMPUNG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn. WS Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : menikah Agama : Hindu
Pekerjaan : Petani Pendidikan :-
Alamat : Bali Nuraga Way Panji Lampung Selatan
Tanggal masuk RS : 4 Februari 2014

ANAMNESIS
Diambil dari alloanamnesis, tanggal 4 Februari 2014, pukul 13.00 WIB

Keluhan Utama:
OS datang dengan keluhan BAK tidak lancar

Keluhan Tambahan :
Terkadang nyeri saat akan memulai dan setelah selesai berkemih.

Riwayat Penyakit Sekarang:


OS datang dengan keluhan BAK tidak lancar sejak 15 tahun yang lalu. BAK terkadang
juga disertai rasa nyeri yang terutama dirasakan saat akan memulai dan setelah selesai berkemih.
Terkadang air kencing berwarna merah. Os juga terkadang merasakan nyeri pada daerah perut
bawah. Os tidak mengeluh demam, mual dan muntah. Os mengatakan jarang minum air dan sering
menahan kencingnya. Sumber air minum berasal dari air sumur.
Os mengatakan pernah mengalami hal yang sama 20 tahun yang lalu dan pernah di
lakukan operasi pengangkatan batu buli-buli di RS DKT Lampung 20 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit dahulu


Riwayat Hipertensi (-), DM (-), Jantung (-), Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 Februari 2014
A. Status generalis
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis (GCS=15)
Keadaan gizi : Cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit,
Suhu : 36.8C
Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Normocephal
Mata : Palpebra tidak oedem, pupil 3mm/3mm
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Hidung : Normosepta , deformitas -, sekret -/-
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Telinga : Normotia, deformitas (-), tanda radang (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Trachea berada ditengah
Thoraks
Jantung : BJ I-II murni, reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Paru : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, fremitus simetris, sonor pada
kedua lapang paru, suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, simetris, supel, nyeri tekan suprapubik (+), defans muskular (-), BU
(+), timpani, nyeri ketok CVA (-)
Ekstremitas : akral hangat, oedem -/-,

STATUS LOKALIS
Abdomen Regio Suprapubik Terdapat nyeri tekan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Rutin
Tanggal 4 Februari 2014
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15.4 13.5-17.5 g/dl
Hematokrit 45 37-54 %
Trombosit 196.000 150.000-450.000
Leukosit 8300 4100-10900/ul
Eritrosit 5.23 4.0-5.5 juta/ul
MCV (VER) 86 80-100 fL
MCH (HER) 29 26-34 pg
MCHC (KHER) 34 31-36 g/dL
Hitung jenis
Eosinofil 3 0-5 %
Segmen 75 47-80 %
Limfosit 17 13-40 %
Monosit 5 2-11 %

HEMOSTASIS
PT 9.9 9.7 - 13.1 detik
APTT 30 25.5 - 42.1 detik

IMUNOSEROLOGI
HbsAG NON-REAKTIF

KIMIA DARAH
Glukosa Sewaktu 87 70-200 mg/dL
SGOT 28 <38 u/l
SGPT 33 9-36 u/l
Urea 47.1 10-50 mg/dL
BUN 22.03 6-20 mg/dL
Creatinin 1.20 <1.3 mg/dL

Foto KUB 27 Januari 2014


Kontur kedua ren tampak dalam batas normal
Tampak bayangan opak cukup besar, bulat, tegas, dirongga pelvis
Distribusi udara dalam colon normal, faecal material (+)
Skeletal masih dalam batas normal
Kesan Gambaran Vasicolithiasis Soliter Cukup Besar
Foto Thorax (PA) 4 Februari 2014
Kesan Pulmo dan cor dalam batas normal

RESUME
Os umur 50 tahun BAK tidak lancar disertai rasa nyeri saat akan berkemih dan setelah
berkemih sejak 15 tahun yang lalu. Terkadang kencing bewarna merah dan nyeri pada daerah
perut bagian bawah. Riwayat Batu buli-buli 20 tahun yang lalu dan sudah di Operasi di RS
DKT Lampung.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada daerah suprapubik
Pada Pemeriksaan penunjang dengan foto KUB ditemukan gambaran Vesicolitiasis Soliter
yang cukup besar

DIAGNOSIS KERJA
Vesicolitiasis Residif

TATALAKSANA
Pre Operasi Vesicolitotomi

Medikamentosa
- Ceftriaxone 2 x 1gr iv
- Ketorolac 3x1amp iv

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanasionam : dubia ad bonam

LAPORAN OPERASI
Dilakukan operasi pada tanggal 4 Februari 2014, pukul 14.00 WIB
Diagnosa sebelum operasi : Vesicolithiasis Residif
Diagnosa sesudah operasi : Vesicolithiasis Residif
Nama Operasi : Vesikolitotomi
Ahli bedah : dr. Budi Suanto, Sp. B
Tindakan :
Pasien tidur terlentang di meja operasi dengan SAB
A & Antisepsis
Insisi median supra pubik menembus kutis, subkutis, fascia
VU diidentifikasi dan dibuka
Dilakukan ekstraksi batu
VU dibersihkan dan ditutup lapis demi lapis
Luka operasi dijahit lapis demi lapis
Operasi selesai

FOLLOW UP
5 Februari 2014
S : OS mengeluh sedikit nyeri pada bekas operasi, mual (-), muntah (-), pusing (-).
O : TD = 110/70 BU (+)
N = 80x
RR = 20x
S = 36,5C
Balans cairan = 1620 - (850+500) = 270
Status lokalis
Tampak luka bekas operasi di regio supra pubik tertutup verban, rembesan darah (-), pus
(-), nyeri tekan (+)
A : Post Vesicolitotomi H-1
P : Mobilisasi Dini, Diet biasa
Ceftriaxone 2x1gr IV
Ketorolac 3x1amp IV
6 Februari 2014
S : Tidak ada keluhan
O : TD = 120/80
N = 80x
RR = 20x
S = 36C
Status lokalis
Tampak luka bekas operasi di regio supra pubik tertutup verban, rembesan darah (-), pus
(-), nyeri tekan (-)
A : Post Vesicolitotomi H-2
P : Diet Biasa, Pulang, Kontrol minggu depan (Lepas benang dan kateter urin)
Ceftriaxone 2x1gr IV
Ketorolac 3x1amp IV

Pasien pulang pada tanggal 6 Februari 2014 dengan diberi pengobatan:


Quidex 2x500mg (5 hari)
Mefinter 3x500mg/prn (5 hari)
Zegavit 1x1 (5 hari)
VESIKOLITIASIS

Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone, bladder stone. Batu
buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang berbentuk kristal yang terbentuk atas material
mineral dan protein yang terdapat pada urin. Batu saluran kemih pada dasarnya dapat terbentuk
pada setiap bagian tetapi lebih banyak pada saluran penampung terakhir. Pada orang dewasa batu
saluran kencing banyak mengenai sistem bagian atas (ginjal, pyelum) sedang pada anak-anak
sering pada sistem bagian bawah (buli-buli). Di negara berkembang batu buli-buli terbanyak
ditemukan pada anak laki-laki pre pubertas. Komponen yang terbanyak penyusun batu buli-buli
adalah garam calsium. Pada awalnya merupakan bentuk yang sebesar biji padi tetapi kemudian
dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih besar. Kadangkala juga merupakan batu yang
mulitipel.1

1. Anatomi
Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling
beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di tengah merupakan otot sirkuler, dan
yang paling luar adalah longitudinal mukosa vesika terdiri dari sel-sel transisional yang sama
seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara
ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli.
Secara anatomis buli-buli terdiri dari tiga permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang
berbatasan dengan rongga peritoneum (2) permukaan inferoinferior dan (3) permukaan posterior.2
Gambar 1. Sistem urinarius

Gambar 2. Anatomi Buli-buli

Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui
uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam menampung urin, buli-buli mempunyai kapasitas yang
maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml, sedangkan
kapasitas buli-buli pada anak menurut formula dari koff adalah:

Kapasitas buli- buli = (umur(tahun)+ 2 ) x 30

Pada saat kosong, buli-buli terdapat di belakang simpisis pubis dan pada saat penuh berada
pada atas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi atau di perkusi. Buli-buli yang terasa penuh
memberikan rangsangan pada saraf afferen dan menyebabkan aktivasi miksi di medulla spinalis
segmen sacral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli
dan relaksasi spingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.

2. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik).3,4
a. Faktor Intrinsik
Herediter (keturunan) Studi menunjukkan bahwa penyakit batu diwariskan. Untuk jenis
batu umum penyakit, individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki risiko dua
kali lipat lebih tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin karena
kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang sama (misalnya, diet).
Meskipun beberapa faktor genetik telah jelas berhubungan dengan bentuk yang jarang dari
nefrolisiasis, (misalnya, cystinuria), informasi masih terbatas pada gen yang berkontribusi
terhadap risiko bentuk umum dari penyakit batu.
Umur Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk pria, insiden
mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60 tahun. Untuk wanita, tingkat
insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-an pada usia 50, sisa yang relatif konstan
selama beberapa dekade berikutnya.
Jenis Kelamin Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan
b. Faktor Ekstrinsik
Geografi Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih.
Iklim dan temperatur
Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
Diet Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih.
Pekerjaan Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan kurang
aktifitas atau sedentary life

3. Patogenesis

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat
yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau
buli-buli. Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi
hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.
Beberapa teori pembentukan batu adalah :

1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikel-
partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh (supersaturated) akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau
benda asing di saluran kemih.4
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.4

3. Penghambatan Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain:
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu
atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran
kemih. Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat
yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.

Gambar 3. Batu Buli-buli

4. Faktor Risiko Penyebab Batu

Lebih dari 85% batu pada laki-laki dan 70% pada perempuan mengandung kalsium
terutama kasium oksalat. Predisposisi kejadian batu khususnya batu kalsium oksalat dapat terjadi
karena :

Riwayat batu kandung kemih dan saluran kemih


Usia dan jenis kelamin
Kelainan morfologi
Pernah mengalami infeksi saluran kemih
Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
Profesi sebagai pekerja keras
Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu lama.
Hiperkalsiuria
a. Hiperkalsiuria absortif ditandai oleh kenaikan absorbsi kalsium dari lumen usus
b. Hiperkalsiuria Puasa ditandai adanya kelebihan kalsium, diduga berasal dari
tulang.
c. Hiperkalsiuria Ginjal yang diakibatkan kelainan reabsobsi kalsium di tubulus
ginjal

Hiperikosuria Merupakan suatu peningkatan asam urat yang dapat memacu


pembentuka batu kalsium, minimal sebagian oleh Kristal asam urat dengan membentuk
nidus untuk prespitasi kalsium oksalat atau prespitasikalsium pospat. Pada kebanyakan
pasien dengan diet purin yag tinggi.
Penurunan jumlah air kemih Keadaan ini apat disebabkan masuknya cairan sedikit.
Selanjutnya akan menimbulkan pembentukan batu dengan peningkatan reaktan dan
pengurangan aliran kemih.
Hiperoksaluria Merupakan kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari atau
0,5 mmol/hari). Peningkatan ini dapat menyebabkan perubahan cukup besar dan memacu
prepitasi kalsium oksalat dengan derajat yang lebih besar dibandingkan kenaikan ekskresi
kalsium.3-5

5. Pemeriksaan Klinis
Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada anamnesis biasanya
dilaporkan bahwa penderita mengeluh nyeri suprapubik, disuria, gross hematuri terminal,
perasaan ingin kencing, sering kencing di malam hari, perasaan tidak enak saat kencing, dan
kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh.
Gejala lain yang umumnya terjadi dalam menyertai nyeri yaitu nyeri menjalar dari ujung penis,
scrotum, perineum, punggung dan panggul, perasaan tidak nyaman tersebut biasa bersifat tumpul
atau tajam, disamping sering menarik-narik penisnya pada anak laki-laki dan menggosok-gosok
vulva pada anak perempuan. Rasa sakit diperberat saat pasien sedang beraktivitas, karena akan
timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu memasuki leher vesika. Pasien anak dengan batu buli
sering disertai dengan priapism dan disertai ngompol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada inspeksi, ketika
dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut. Adapun tanda yang dapat dilihat adalah
hematuri mikroskopik atau bahkan gross hematuri, pyuria, bakteri yang positif pada pemeriksaan
kultur urin.5

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya dapat menggambarkan
jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada pemeriksaan dipstick, batu buli berhubungan dengan
hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung nitrat, leukosit esterase dan darah. Batu buli
sering menyebabkan disuri dan nyeri hebat, oleh sebab itu banyak pasien sering mengurangi
konsumsi air minum sehingga urin akan pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan menyebabkan
urin asam. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan pyuria (leukosit),
dan adanya kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga berguna untuk memberikan
antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.1

b. Pemeriksaan Imaging
Urografi
Pemeriksaan radiologis yang digunakan harus dapat memvisualisasikan saluran kemih
yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria (KUB). Tetapi pemeriksaan ini mempunyai kelemahan
karena hanya dapat menunjukkan batu yang radioopaque. Batu asam urat dan ammonium urat
merupakan batu yang radiolucent. Tetapi batu tersebut terkadang dilapisi oleh selaput yang
berupa calsium sehingga gambaran akhirnya radioopaque. Pelapisan adalah hal yang sering,
biasanya lapisan tersebut berupa sisa metabolik, infeksi dan disebabkan hematuri sebelumnya.

Gambar 4. BOF

Cystogram/ intravenous pyelografi


Jika pada pemeriksaan secara klinik dan foto KUB tidak dapat menunjukkan adanya
batu, maka langkah selanjutnya adalah dengan pemeriksaan IVP. Adanya batu akan
ditunjukkan dengan adanya filling defek.5

Gambar 5. IVP

Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk melihat batu yang
radiopaque atau radiolucent.

Gambar 6. USG

CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang nyeri perut, massa di
pelvis, suspect abses, dan menunjukkan adanya batu buli- buli yang tidak dapat ditunjukkan
pada IVP. Batu akan terlihat sebagian batu yang keruh.
MRI
Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya lubang hitam yang semestinya tidak ada
pada buli yang seharusnya terisi penuh, ini diassosiasikan sebagai batu.
Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat endoskopi melalui
uretra yang ada pada penis, kemudian masuk kedalam blader.

Gambar 7.
Sistoskopi

7. Pengobatan

a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu
dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi air
kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi menghilang
dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu diberikan
antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan
pengobatan dengan pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic acid. Ini
untuk menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada saluran kemih
adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan
terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian
bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut. Potasium
Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan
untuk terapi pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini akan memicu
terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu sehingga membuat terapi tidak efektif
lagi. Atau dengan usaha menurunkan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan
bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari,
baik diberikan setelah makan.3-5

b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi dengan
kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung. Untuk batu kandung
kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui sistoskop atau dengan memakai
gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya gelombang kejut luar tubuh
(ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa perlukaan
ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang
akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar bersama kemih.5

c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang kejut atau bila
cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus memerlukan suatu indikasi.
Misalnya apabila batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga
perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan batu dalam batas
ukuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxy tehnik ini dilakukan setelah adanya batu ditunjukkan
dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk membuat nya menjadi fragmen yang
akan dipindahkan dari dalam buli dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan dapat
berupa energi mekanik (pneumatic jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik dan
laser.
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy tehnik ini selain digunakan untuk dewasa juga
digunakan untuk anak-anak, tehnik percutaneus menggunakan endoskopi untuk membuat
fragmen batu lebih cepat hancur lalu dievakuasi. Sering tehnik ini digunakan bersama
tehnik yang pertama denagn tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi yang ditimbulkan
oleh debris pada batu.
3. Suprapubic Cystostomy tehnik ini digunakan untuk memindah batu dengan ukuran
besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate, dan diverculotomy. Pengambilkan
prostate secara terbuka diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik
ini adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah banyak, memindah
batu yang melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk memindah batu yang besar
dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini adalah pasien merasa nyeri post
operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit, lebih lama menggunakan kateter.
Gambar 8. Suprapubic Cystostomy

8. Pencegahan
Diuresis yang adekuat
Untuk mencegah timbulnya kembali batu maka pasien harus minum banyak sehingga urin
yang terbentuk tidak kurang dari 1500 ml. pada pasien dengan batu asam urat dapat
digunakan alkalinisasi urin sehingga pH dipertahankan dalam kisaran 6,5-7, mencegah
terjadinya hiperkalsemia yang akan menimbulkan hiperkalsiuria pasien dianjurkan untuk
mengecek pH urin dengan kertas nitrasin setiap pagi.
Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu
Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit5

DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
2. Schwartz, Principles of Surgery, Mc Graw Hill, 1999
3. Sabiston, David C, dr. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC. 1995
4. Staf pengajar ilmu bedah UI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Bina Rupa
Aksara.2010.
5. Diunduh dari : www. Medscape.com

Anda mungkin juga menyukai