Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

B DENGAN KERUSAKAN
MOBILITAS FISIK PADA KASUS FRAKTUR FEMUR TERTUTUP
DI RUMAH SAKIT A

PROPOSAL

ATAN
RAW
PE
KE

Oleh:
MOHAMAD SHOLEH H.
NIM: 2012-49-066

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI
JALAN PENANGGUNGAN KEDIRI, 64114, TELP/FAX. ( 0354 ) 772628
Website: akper-akbid-kediri.com, E-mail: akper.akbid.dh@gmail.com
Tahun Ajaran 2013/2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan pra proposal ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Proposal dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn. b dengan Kerusakan
Mobilitas Fisik pada Kasus Fraktur Femur Tertutup di Rumah Sakit A
telah tersusun untuk memenuhi tugas individu riset keperawatan.

Proposal ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai
pihak. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada :

1. Ns. Dyah Ika,S.Kep.selaku dosen pembimbing riset keperawatan dalam


pembuatan proposal ini.
2. Seluruh teman- temanku dan semua pihak yang tidak disebutkan satu
persatu yang telah membantu menyelesaikan proposal ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangungunaperbaikandiwaktu yang akandatang.

Kediri, 10 April 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Medis ............................................................................................... 4


2.1.1 Definisi ............................................................................................... 4
2.1.2 Etiologi ............................................................................................... 4
2.1.3 Klasifikasi ......................................................................................... 5
2.1.4 Patofisiologis ...................................................................................... 8
2.1.5 Manifestasi Klinis .............................................................................. 8
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik ..................................................................... 9
2.1.7 Komplikasi ......................................................................................... 9
2.1.8 Penatalaksanaan ................................................................................. 9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Fraktur Femur Tertutup dengan
Kerusakan Mobilitas Fisik .......................................................................... 10
2.2.1 Pengkajian .......................................................................................... 11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 12
2.2.3 Intervensi ............................................................................................ 12
2.2.4 Implementasi ...................................................................................... 13
2.2.5 Evaluasi .............................................................................................. 13
BAB 3 METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 15


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 15
3.3 Subyek Penelitian ........................................................................................ 15
3.4 Jenis Data..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintregritas tulang,
penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan tetapi faktor lain seperti proses
degenerative juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Brunner &
Suddarth, 2008 ). Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau beban yang lebih
besar dan kemampuan tulang untuk mentolelir beban tersebut. Fraktur dapat
menyebabkan disfungsi organ tubuh atau bahkan dapat menyebabkan kecacatan
atau kehilangan fungsi ekstremitas permanen, selain itu komplikasi awal yang
berupa infeksi dan tromboemboli (emboli fraktur) juga dapat menyebabkan
kematian beberapa minggu setelah cedera, oleh karena itu radiografi sudah
memastikan adanya fraktur maka harus segera dilakukan stabilisasi atau perbaikan
fraktur ( Brunner & Sudart, 2002).
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2012 di Jawa Timur, kasus
kecelakaan melonjak sekitar 88,67% dibandingkan 2011. Korban tewas rata-rata
14 jiwa setiap harinya. Harian Sindo menulis, pada tahun 2011, kasus kecelakaan
di Jawa timur sebanyak 11.263 kasus, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak
21.251 kasus. Jawa timur menjadi wilayah yang paling tinggi korban
kecelakaannya pada 2011, yakni 5.422 jiwa. Kini, dengan jumlah korban tewas
5.395 jiwa, sebagian diantaranya luka berat (patah tulang) dan luka ringan
(Rusyanto, Edo. 2012).
Dampak masalah dari fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada
bagian tubuh yang terkena cidera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa
nyeri yang di rasakannya, resiko terjadinya infeksi, resiko perdarahan, gangguan
mobilitas fisik, ganguan integritas kulit serta berbagai masalah yang mengganggu
kebutuhan dasar lainnya, selain itu fraktur juga dapat menyebabkan kematian.
Kegawatan fraktur diharuskan segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan
klien dari kecacatan fisik,salah satu caranya mengimobilisasikan bagian fraktur
yaitu fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan
tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya
oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan
infeksi (Rasjad, 1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai
peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien
fraktur melalui metode ilmiah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Fraktur Femur
Tertutup.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaiman Asuhan Keperawatan klien Tn. B dengan Kerusakan
Mobilitas Fisik pada kasus Fraktur Femur tertutup ( Studi Kasus di Rumah Sakit
A ) ?.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. B dengan
Fraktur Femur tertutup ( Studi Kasus di Rumah Sakit A ).

1.3.2 Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu melakukan :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian untuk kasus Fraktur Femur
tertutup.
b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa atau masalah keperawatan dari
kasus Fraktur Femur tertutup.
c. Mahasiswa mampu menetapkan rencana asuhan keperawatan untuk kasus
Fraktur Femur tertutup.
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dan
rujukan pada kasus Fraktur Femur tertutup.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan yang diberikan atau memperbaiki
tindakan yang dipandang perlu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun lahan/klien
dalam upaya penyempurnaan Asuhan Keperawatan pada kasus Fraktur.
a. Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan reverensi
penanganan kasus Kerusakan Mobilisasi pada Fraktur Femur.
b. Lahan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan dalam
Asuhan Keperawatan pada kasus Fraktur Femur. Selain itu agar dapat
dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Fraktur Femur, sehingga dapat dilakukan tindakan segera
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien dengan Fraktur Femur.
c. Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengalaman yang lebih dalam
memberikan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien dengan Kerusakan
Mobilitas Fisik kasus Fraktur Femur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Fraktur

2.1.1 Definisi
Sedangkan Fraktur menurut Reeves (2001), adalah setiap retak atau
patahan pada tulang yang utuh.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang terbesar
dan terkuat pada tubuh (Brooker, 2001). Rusaknya kontinuitas tulang pangkal
paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-
kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
Berdasarkan batasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang
biasanya disebabkan oleh trauma/ rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan
jenis dan luasnya trauma (Lukman, 2009) .

2.1.2 Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer, 2002).
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebih pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur
terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan sbermotor.
Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang
terkait dengan perubahan hormon menopouse (Reeves, 2001).
Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan penyebab fraktur adalah dapat
dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Cidera Traumatik
Cidera traumatik pada tulang dapat di sebakan oleh:
1) Cedera langsung bearti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintangdan kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung bearti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat
.
b. Fraktur Patologik.
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut:
1) Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progesif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai sebagai salah satu proses yang progesif, lambat dan
nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin
D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan oleh kegagalan
absorbs Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
c. Secara spontan : disebakan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
2.1.3 Klasifikasi Fraktur
Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur, pada tabel 1.1 dapat dilihat
beberapa klasifikasi fraktur menurut para ahli.
a. Fraktur tertutup (fraktur simple).
Fraktur yang tidk menyebabkan robeknya kulit atau kulit tidak tembus
oleh fragmen tulang.
Fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutup adalah hilangnya
kontinitas tulang paha tanpa disertai kerusakan jaringan kulit yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung atau kodisi tertentu, seperti degenerasi
tulang ( osteoporosis) (Arif Muttaqin, 2012).
b. Fraktur terbuka (fraktur kompleks/ komplikata/ compound).
Merupakan fraktur dengan luka atau membran mukosa sampai ke patah
tulang. Konsep penting yang harus diperhatikan adalah apakah terjadi
kontaminasi oleh lingkungan tempat terjadinya fraktur tersebut (Price,
1995) sehingga fraktur terbuka terbagi menjadi beberapa gradasi.

Tabel 1.1 Klasifikasi Fraktur


Price Sjamsudahidayat Doengoes Reeves Smeltzer
(1995) (1996) (2000) (2001) (2002)
Tranversal Tertutup Incomplete Tertutup Komplit
Oblik Terbuka Complete Terbuka Tidak
komplit
Spiral Fisura Tertutup Komplit Tertutup
Segmental Serong Terbuka Retak tak Terbuka
komplit
Impaksi Sederhana Oblik Greenstick
Patologik Lintang Spiral Tranversal
Greenstick Sederhana Tranversal Oblik
Avulsi Kominutif Segmental Spiral
Sendi Segmental Kominutif Kominutif
Beban Dahan hijau Depresi
lainnya
Kompresi Kompresi
Impaksi Patologik
Impresi Avulsi
Patologis Epifiseal
Impaksi
Sumber : Dimodifikasi dari Price (1995), Sjamsuhidayat (1997), Doengoes (2000), Reeves
(2001), dan Smelzer (2002).

Di ambil dari : Lukman., Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Tabel 1.2 Beberapa arti dari Klasifikasi fraktur
Klasifikasi Arti dari Klasifikasi
Fraktur
Fraktur Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
Komplit pergeseran (bergeser dari posisi normal). (Smeltzer, 2002)
Fraktur tidak Patah tulang yang terjadiya pada sebagian dari garis tengah
komplit tulang. (Smeltzer, 2002)
Fraktur Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
Tranversal tulang. (Price, 1995)
Fraktur Fraktur yang garis patahannya tegak lurus terhadap sudut
Oblik panjang tulang. (Price, 1995)
Fraktur Fraktur meluas yang mengelilingi tulang.
Spiral (Reeve, 2001)
Fraktur Biasanya terjadi di seputar batang tulang (Smeltzer, 2002).
Memuntir Timbul akibat torsi pada ekstremitas dan merupakan jenis fraktur
rendah energi yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan
jaringan lunak serta cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi
luar. (Price, 1995)
Fisura / Disebabkan oleh beban lama atau trauma ringan yang terus
Fraktur menerus, misalnya diafisis metatarsal. (Sjamsuhidayat, 1997)
Kelelahan
Fraktur Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
Impasi lainnya. (Sjamsuhidayat, 1997)
Fraktur Fraktur dimana antara dua tulang mengalami kompresi pada
Kompresi tulang ketiga yang berada di antaranya (terjadi pada tulang
belakang). (Sjamsuhidayat, 1997)
Fraktur Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa serpihan-serpihan
Kominutif dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang. (Sjamsuhidayat,
1997)
Fraktur Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
Segmental terpisahnya segmental sentral dari suplay darah. (Sjamsuhidayat,
1997)
Fraktur tidak Dimana salah satu sisi tulang patah dengan sisi lainnya
sempurna/ membengkok dan sering terjadi pada anak-anak. (Sjamsuhidayat,
greenstick 1997)
Fraktur Fraktur yang ditandai dengan tertariknya fragmen tulang oleh
Avusi ligamen atau tendon pada perlekatannya. (Sjamsuhidayat, 1997)
Fraktur Fraktur yang terjadi pada daerah tulang yang berpenyakit karena
Patologis terjadi penurunan densitas tulang seperti kista tulang, penyakit
piaget metastasis tulang, tumor. (Sjamsuhidayat, 1997)
Sumber : Lukman., Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
2.1.4 Patofisiologi

2.1.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan
perubahan warna (Smeltzer, 2002). Gejala umum menurut Reeves (2001)
adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang
bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemen tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat i atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen
sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang
lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.

2.1.6 Pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaan diagnostic pada pasien fraktur adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan sinar-X untuk membuktikan fraktur tulang.
b. Scan tulang untuk membuktikan adanya fraktur stress.

2.1.7 Komplikasi
a. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat
dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.
b. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.
c. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma
kecepatan tinggidan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara
fragmen. Fraktur yang tidak menyatum emerlukan bone grafting dan fiksasi
interna.
d. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi
antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk
aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.
e. Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi.
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Fraktur Reduction.
1. Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan
kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi
otonomi sebelumnya.
2. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi
pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur
dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type
lokasi fraktur tergantung umur klien.
b. Fraktur Immobilisasi.
1. Pembalutan (gips).
2. Eksternal Fiksasi.
3. Internal Fiksasi.
4. Pemilihan Fraksi.
c. Fraksi terbuka.
1. Pembedahan debridement dan irigrasi.
2. Imunisasi tetanus.
3. Terapi antibiotic prophylactic.
4. Immobilisasi.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Fraktur Femur Tertutup dengan


Masalah Kerusakan Mobilitas Fisik.

2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi
tentang klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa
keperawatan (Gaffar, 2004).

Pengkajian dilakukan secara langsung dan tidak langsung melalui


observasi keadaan umum klien, wawancara dengan klien dan keluarga
pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki dengan tehnik inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perfusi.
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Mencakup biodata/identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, bahasa, pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
b. Riwayat penyakit sekarang
Adanya trauma pada femur.
c. Riwayat penyakit yang lalu
Apakah pasien mengalami kecelakaan atau pernah MRS sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada penyakit menurun dalam keluarga
e. Pola hubungan dan peran
f. Pola persepsi dan konsep diri
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
- Kesadaran klien
- Kesakitan atau keadaan penyakit
- Tanda-tanda vital
b. Aktivitas/ Istirahat
Keterbatasan gerak atau kehilangan fungsi motorik pada bagian yang
terkena.
c. Neurosensori
Gejala : hilang gerak atau sensasi, spasme otot.
Tanda : deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi ,
repitasi, spasme otot, kelemahan, atau kehilangan fungsi.
d. Keamanan
Tanda : pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap secara
tiba-tiba)
e. Fungsi muskuloskeletal
Adanya fraktur pada femur akan mengganggu secara lokal baik secara
fungsi motorik, sensorik maupun peredaran darah.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sinar-X untuk membuktikan fraktur tulang.
b. Scan tulang untuk membuktikan adanya fraktur stress.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan,
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah
aktual dan resiko tinggi (Doenges dkk, 1999). Diagnosa keperawatan pada
kasus Fraktur Femur tertutup ini adalah Kerusakan mobilitas fisik b.d
kerusakan rangka neuromuskular, pembatasan gerak.
a) Pengertian Kerusakan Mobilitas Fisik.
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerak fisik, tetapi bukan imobil (Capernito, 2000).
b) Batasan Karakteristik (Levin et al, 1989)
1. Mayor (80%-100%)
Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja dalam
lingkungan.
Keterbatasan rentang gerak.
2. Minor (50%-80%)
Pembatasan pergerakan yang dipaksakan.
Enggan untuk bergerak.
c) Faktor yang berhubungan
Berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan sekunder akibat:
(kerusakan neuromuskular)
Gangguan muskuloskleletal.
Fraktur.
d) Terkait pengobatan
Berhubungan dengan peralatan eksternal (gips atau belat, baces, selang IV).
Berhubungan dengan kurangnya kekuatan dan daya tahan tubuh untuk
berjalan menggunakan kruk.
e) Situasional
Berhubungan dengan nyeri pada area fraktur.
2.2.3 Intervensi
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Intervensi untuk pasien dengan kerusakan mobilitas fisik pada kasus
fraktur femur tertutup antara lain :
Diagnosa
Tujuan Intervensi
keperawatan
Kerusakan Selama 1. Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas
mobilitas fisik dilakukan alat bantu jalan dan cegah kecelakaan atau
b.d kerusakan asuhan jatuh.
rangka keperawatan 2. Tempatkan tempat tidur pada posisi yang
neuromuskular selama 7 x 24 mudah dijangkau/diraih pasien.
, pembatasan jam pasien 3. Konsultasikan dengan fisioterapi tentang
gerak. dapat rencana ambulansi sesuai kebutuhan.
beraktivitas 4. Monitor pasien dalam menggunakan
seoptimal alatbantujalan yang lain.
mungkin. 5. Instruksikan pasien/pemberi pelayanan
Kriteria hasil: ambulansi tegntang teknik ambulansi.
a. Keseimban
gan
penampilan.
b. Memposisik
an tubuh.
c. Gerakan
otot.
d. Gerakan
sendi.
e. Ambulansi
jalan.

2.2.4 Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan perawatan untuk tujuan
yang berpusat pada klien (Potter & Perry, 2005). Pelaksanaan keperawatan
merupakan tahapan pemberian tindakan keperawatan untuk mengatasi
permasalahan penderita secara terarah dan komprehensif, berdasarkan rencana
tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah respons pasien terhadap terapi dan kemajuan mengarah
pencapaian hasil yang diharapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik
dan bagian kontrol proses keperawatan, melalui mana status pernyataan
diagnostik pasien secara individual dinilai untuk diselesaikan, dilanjutkan, atau
memerlukan perbaikan (Doenges dkk, 1999).
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian : Observasional deskriptif dengan pendekatan Studi Kasus.


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat : RSUD A
2. Ruang : Ruang Seruni
3. Waktu : 6 Mei 2013

3.3 Subjek penelitian: Tn. B dengan fraktur femur tertutup.

3.4 Jenis Data:


1. dataprimer
dari hasil wawancara
dari hasil observasi langsung
2. data sekunder
dari dokumen rekam medik di Rumah Sakit
3. Teknik Pengambilan Data :
wawancara
observasi langsung
studi dokumen rekam medik.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif (et. al). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta : Media
Aesculapius.

Velli, Osman. 2012. diakses 4 April 2013.

Rusyanto, Edo. 2012. Edorusyantotraffics. Di akses 10 April 2013

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Susanne C. 2001. Brunner & Suddarths Textbook of Medical Surgical


Nursing. 8/E.

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta :EGC.

Capernito, Lynda juall.2006. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Capernito, Lynda juall.2009. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Lukman., Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer S.C., Bare B.G. 2002. Keperawatan Meikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Penerjemah: Andry Hartono, H.Y. Kuncara, Elyna S.L.S., dan
Agung Waluyo. Jakarta : EGC.

Mutaqqin, Arif.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3.
Jakarta: EGC.

Arikunto , Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : PT Rineka Cipta

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan, Ed 2. Jakarta: Salemba Medika

Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama.


Yogyakarta:Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai