B DENGAN KERUSAKAN
MOBILITAS FISIK PADA KASUS FRAKTUR FEMUR TERTUTUP
DI RUMAH SAKIT A
PROPOSAL
ATAN
RAW
PE
KE
Oleh:
MOHAMAD SHOLEH H.
NIM: 2012-49-066
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan pra proposal ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Proposal dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn. b dengan Kerusakan
Mobilitas Fisik pada Kasus Fraktur Femur Tertutup di Rumah Sakit A
telah tersusun untuk memenuhi tugas individu riset keperawatan.
Proposal ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai
pihak. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada :
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan oleh institusi maupun lahan/klien
dalam upaya penyempurnaan Asuhan Keperawatan pada kasus Fraktur.
a. Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan reverensi
penanganan kasus Kerusakan Mobilisasi pada Fraktur Femur.
b. Lahan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi keperawatan dalam
Asuhan Keperawatan pada kasus Fraktur Femur. Selain itu agar dapat
dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan Fraktur Femur, sehingga dapat dilakukan tindakan segera
untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien dengan Fraktur Femur.
c. Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengalaman yang lebih dalam
memberikan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien dengan Kerusakan
Mobilitas Fisik kasus Fraktur Femur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Sedangkan Fraktur menurut Reeves (2001), adalah setiap retak atau
patahan pada tulang yang utuh.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang terbesar
dan terkuat pada tubuh (Brooker, 2001). Rusaknya kontinuitas tulang pangkal
paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-
kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
Berdasarkan batasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang
biasanya disebabkan oleh trauma/ rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan
jenis dan luasnya trauma (Lukman, 2009) .
2.1.2 Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer, 2002).
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebih pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur
terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan sbermotor.
Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang
terkait dengan perubahan hormon menopouse (Reeves, 2001).
Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan penyebab fraktur adalah dapat
dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cidera Traumatik
Cidera traumatik pada tulang dapat di sebakan oleh:
1) Cedera langsung bearti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintangdan kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung bearti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat
.
b. Fraktur Patologik.
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut:
1) Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progesif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai sebagai salah satu proses yang progesif, lambat dan
nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin
D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan oleh kegagalan
absorbs Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang
rendah.
c. Secara spontan : disebakan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
2.1.3 Klasifikasi Fraktur
Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur, pada tabel 1.1 dapat dilihat
beberapa klasifikasi fraktur menurut para ahli.
a. Fraktur tertutup (fraktur simple).
Fraktur yang tidk menyebabkan robeknya kulit atau kulit tidak tembus
oleh fragmen tulang.
Fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutup adalah hilangnya
kontinitas tulang paha tanpa disertai kerusakan jaringan kulit yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung atau kodisi tertentu, seperti degenerasi
tulang ( osteoporosis) (Arif Muttaqin, 2012).
b. Fraktur terbuka (fraktur kompleks/ komplikata/ compound).
Merupakan fraktur dengan luka atau membran mukosa sampai ke patah
tulang. Konsep penting yang harus diperhatikan adalah apakah terjadi
kontaminasi oleh lingkungan tempat terjadinya fraktur tersebut (Price,
1995) sehingga fraktur terbuka terbagi menjadi beberapa gradasi.
Di ambil dari : Lukman., Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Tabel 1.2 Beberapa arti dari Klasifikasi fraktur
Klasifikasi Arti dari Klasifikasi
Fraktur
Fraktur Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
Komplit pergeseran (bergeser dari posisi normal). (Smeltzer, 2002)
Fraktur tidak Patah tulang yang terjadiya pada sebagian dari garis tengah
komplit tulang. (Smeltzer, 2002)
Fraktur Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
Tranversal tulang. (Price, 1995)
Fraktur Fraktur yang garis patahannya tegak lurus terhadap sudut
Oblik panjang tulang. (Price, 1995)
Fraktur Fraktur meluas yang mengelilingi tulang.
Spiral (Reeve, 2001)
Fraktur Biasanya terjadi di seputar batang tulang (Smeltzer, 2002).
Memuntir Timbul akibat torsi pada ekstremitas dan merupakan jenis fraktur
rendah energi yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan
jaringan lunak serta cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi
luar. (Price, 1995)
Fisura / Disebabkan oleh beban lama atau trauma ringan yang terus
Fraktur menerus, misalnya diafisis metatarsal. (Sjamsuhidayat, 1997)
Kelelahan
Fraktur Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
Impasi lainnya. (Sjamsuhidayat, 1997)
Fraktur Fraktur dimana antara dua tulang mengalami kompresi pada
Kompresi tulang ketiga yang berada di antaranya (terjadi pada tulang
belakang). (Sjamsuhidayat, 1997)
Fraktur Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa serpihan-serpihan
Kominutif dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang. (Sjamsuhidayat,
1997)
Fraktur Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
Segmental terpisahnya segmental sentral dari suplay darah. (Sjamsuhidayat,
1997)
Fraktur tidak Dimana salah satu sisi tulang patah dengan sisi lainnya
sempurna/ membengkok dan sering terjadi pada anak-anak. (Sjamsuhidayat,
greenstick 1997)
Fraktur Fraktur yang ditandai dengan tertariknya fragmen tulang oleh
Avusi ligamen atau tendon pada perlekatannya. (Sjamsuhidayat, 1997)
Fraktur Fraktur yang terjadi pada daerah tulang yang berpenyakit karena
Patologis terjadi penurunan densitas tulang seperti kista tulang, penyakit
piaget metastasis tulang, tumor. (Sjamsuhidayat, 1997)
Sumber : Lukman., Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
2.1.4 Patofisiologi
2.1.7 Komplikasi
a. Perdarahan, dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler. Hal ini dapat
dikoreksi dengan transfusi darah yang memadai.
b. Infeksi, terutama jika luka terkontaminasi dan debridemen tidak memadai.
c. Non-union, lazim terjadi pada fraktur pertengahan batang femur, trauma
kecepatan tinggidan fraktur dengan interposisi jaringan lunak di antara
fragmen. Fraktur yang tidak menyatum emerlukan bone grafting dan fiksasi
interna.
d. Malunion, disebabkan oleh abduktor dan aduktor yang bekerja tanpa aksi
antagonis pada fragmen atas untuk abduktor dan fragmen distal untuk
aduktor. Deformitas varus diakibatkan oleh kombinasi gaya ini.
e. Trauma arteri dan saraf jarang, tetapi mungkin terjadi.
2.1.8 Penatalaksanaan
a. Fraktur Reduction.
1. Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan
kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi
otonomi sebelumnya.
2. Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi
pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur
dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type
lokasi fraktur tergantung umur klien.
b. Fraktur Immobilisasi.
1. Pembalutan (gips).
2. Eksternal Fiksasi.
3. Internal Fiksasi.
4. Pemilihan Fraksi.
c. Fraksi terbuka.
1. Pembedahan debridement dan irigrasi.
2. Imunisasi tetanus.
3. Terapi antibiotic prophylactic.
4. Immobilisasi.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi
tentang klien yang dibutuhkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa
keperawatan (Gaffar, 2004).
2.2.4 Implementasi
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan perawatan untuk tujuan
yang berpusat pada klien (Potter & Perry, 2005). Pelaksanaan keperawatan
merupakan tahapan pemberian tindakan keperawatan untuk mengatasi
permasalahan penderita secara terarah dan komprehensif, berdasarkan rencana
tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah respons pasien terhadap terapi dan kemajuan mengarah
pencapaian hasil yang diharapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik
dan bagian kontrol proses keperawatan, melalui mana status pernyataan
diagnostik pasien secara individual dinilai untuk diselesaikan, dilanjutkan, atau
memerlukan perbaikan (Doenges dkk, 1999).
BAB 3
METODOLOGI
Mansjoer, Arif (et. al). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta : Media
Aesculapius.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC.
Smeltzer S.C., Bare B.G. 2002. Keperawatan Meikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Penerjemah: Andry Hartono, H.Y. Kuncara, Elyna S.L.S., dan
Agung Waluyo. Jakarta : EGC.
Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3.
Jakarta: EGC.