Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barangyang di perlukan


bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.menurut kamus besar teknologi informasi
metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis melalui penerapan ilmu pengetahuan dan
mengetahui sumber-sumber dari penerima.

Tenaga keperawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan, karena


memiliki proporsi yang paling besar dan melakukan asuhan secara komperhensif kepada pasien
selama 24 jam, karenanya seorang perawat harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas sesuai dengan standar asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi. Salah satu yang penting dilaksanakan adalah pendokumentasian asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan pada pasien. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat pesat akhir akhir ini, sangat mempengaruhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan. Hal ini karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut maka
masyarakat mudah mendapatkan informasi tentang kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan akan meningkat. Dengan semakin pesatnya penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi bagi penyedia layanan kesehatan maupun organisasi kesehatan, efektifitasnya
justru mulai dipertanyakan.Data dan informasi kesehatan tersebar membentuk pulau-pulau
informasi yang saling tertutup di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan organisasi
kesehatan.Pertukaran dan komunikasi data lintas organisasi terbentur kendala standarisasi dan
interoperabilitas system.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mampu menganalisis


perkembangan teknologi keperawatan atau teknologi kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh
keperawatan.Serta mempermudah bagi tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang efisien dan efektif dan dapat memepermudah bagi perawat dalam memonitor klien.

1.3 Rumusan Masalah

Apa pengertian teknologi informasi?


Apa fungsi bagi perawat teknologi informasi ?
Apa Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan?
Apa yang di maksud aplikasi Telenursing?
Manfaat nya apa dalam aplikasi itu dalam keperawatan ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh tingkat


pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan
adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari
isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem
informasi kesehatan dari sudut padang manejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the
art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. (Sanjoyo).
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis computer (Computer Based
Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80an. Rumah sakit
di Indonesia sudah ada yang memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya.Namun,
tampaknya komputerisasi dalam di instansi rumah sakit, kurang mendapatkan hasil yang cukup
memuaskansemua pihak.

Sistem informasi keperawatan merupakan kombinasi dari ilmu komputer, informasi dan
keperawatan yang disusun untuk mempermudah manajemen ,proses pengambilan keputusan, dan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Salah satu penggunaan sistem informasi keperawatan di
kembangkan pada tahun 1960-1970 -an adalah dengan pendokumentasian keperawatan
terkomputerisasi. Pendokumentasian terkomputerisasi memfasilitasi pembakuan klasifikasi
asuhan keperawatan sehingga menghilangkan ambiguitas dalam pendokumentasian keperawatan.
Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) sistem informasi keperawatan berkaitan
dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, informasi dan
pengetahuan tentang standar dokumentasi, komunikasi, mendukung proses pengambilan
keputusan, mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas,
efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan
kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak
pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi
suatu informasi yang berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.

Komputer telah dikenal berpuluh puluh tahun lalu, tetapi rumah sakit lambat dalam
menangkap revolusi komputer. Perawat terlambat mendapatkan manfaat dari komputer, usaha
pertama dalam menggunakan komputer oleh perawat terjadi pada akhir tahun 1960-an dan awal
tahun 1970-an, penggunaannya mencakup automatisasi catatan perawat untuk menjelaskan status
dan perawatan pasien dan penyimpanan hasil sensus dan gambaran staf keperawatan untuk
analisa kecenderungan masa depan staf.
Pada pertengahan tahun 1970-an ide dari sistem informasi rumah sakit diterapkan dan
perawat mulai menerapkan sistem informasi manajemen keperawatan. Pada akhir tahun 1980-an
munculah sistem mikro komputer yang semakin mendukung pengembangan sistem informasi
keperawatan. Di Indonesia sistem informasi manajemen keperawatan masih minim
penerapannya, pendokumentasian keperawatan umumnya masih
menggunakan pendokumentasian tertulis. Pemerintah Indonesia sudah memiliki visi tentang
sistem informasi kesehatan nasional, yaitu Reliable Health Information 2010 (Depkes,2001).
Pada perencanaannya sistem informasi kesehatan akan di bangun di Rumah Sakit kemudian di
masyarakat, tetapi pelaksanaanya belum optimal.
2.2 Fungsi Sistem Informasi Keperawatan

Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4 fungsi utama dalam
praktik keperawatan klinik dan administratif:

Proses perawatan pasien

Proses perawatan pasien adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat kepada pasien yaitu:
pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan pengobatan, catatan keperawatan, pola
makan, prospektif, beban kerja , administrasi pasien.

Proses managemen bangsal

Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara efektif


menggunakan menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik.
Mentransformasikan informasi pada manajemen yang berorientasi informasi dalam pengambilan
keputusan: jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan, jadwal dinas
karyawan, manajemen perseorangan, perencanaan keperawatan, manajemen inventarisasi dan
penyediaan sarana dan prasarana, manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.

Proses Komunikasi

Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien dan subjek lain yang memiliki
hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan penjadwalan, review data, transformasi
data, dan segala bentuk pesan.

Proses Pendidikan dan Penelitian

Pendokumentasian fungsi dan prosedural.


2.3 Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan

Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan


Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam penyimpanan
arsip.
Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.

Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu pengambilan
keputusan secara cepat
Meningkatkan produktivitas kerja.

(Gurley L, Advantages and Disadvantages of Electronic Medical Record, diakses dari


http://www.aameda.org/member )

Sedangkan menurut Holmes (2003,dalam Sitorus 2006), terdapat keuntungan utama dari
dokumentasi berbasis komputer yaitu:

Standarisisasi: terdapat pelaporan data klinik yang standar, mudah dan cepat diketahui.
Kualitas: meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Accessebility, legibility: mudah membaca dan mendapat informasi klinik dari pasien
dalam satu lokasi.
2.4 Penerapan Sistem Informasi Dalam Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis. Namun,


dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk meningkatkan dokumentasi
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka perlu diterapkan sistem infomasi
keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Ada harapan tinggi bahwa komputer
dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan akan membantu meningkatkan kualitas
dokumentasi. Namun dengan diterapkannya komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi
oleh kemampuan perawat dalam mengoperasionalkan komputer.

Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penggunaan komputer maka perawat telah
menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam penggunaan teknologi informasi, dan penilaian
kritis penting untuk profesional perawat. (Docker, et all.,2003)

Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi keperawtan yang berbasis
kertas. Namun pada kenyataannya sering ditemukan bahwa proses tersebut tidak terintegrasi ke
dalam dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan dokumentasi yang kurang lengkap,
alasannya antara lain perlu waktu yang banyak, kualitas catatan berbasis kertas masih rendah dan
pemanfaatan dokumentasi masih terbatas dari proses keperawatan. Masalah-masalah ini
menyebabkan upaya untuk mendukung proses keperawatan dengan sistem berbasis komputer
untuk mengurangi beban perawat dalam dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan
dalam dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi yang berbasis komputer selain meningkatkan
kualitas juga memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemen
keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang terdapat dalam hasil penelitian dari
Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa kualitas dokumentasi keperawatan semakin
meningkat dengan diterapkannya Quality of Nursing Diagnoses, Interventions, and Outcomes
(Q-DIO).Penelitian ini mendukung penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi dokumentasi
keperawatan diagnosis, intervensi, dan hasil asuhan keperawatan. Berdasarkan hal tersebut maka
untuk meningkatkan kualitas dokumentasi, perawat membutuhkan dukungan melalui pendidikan
agar mengetahui langkah-langkah untuk menghubungkan diagnosa dengan intervensi, spesifik ke
etiologi diidentifikasi,dan untuk mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan. Adanya peningkatan
dokumentasi tersebut membuktikan bahwa dengan diterapkannya Q-DIO dapat berguna sebagai
alat audit dokumentasi keperawatan dan harus dikembangkan sebagai fitur terintegrasi secara
elektronik. (Mueller, et all.2006).

2.5 Telenursing

Definisi
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat.Sebagai bagian dari telehealth dan beberapa
bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi
dan telemonitoring (http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal 15 Maret 2008).

Telenursing menunjukkan penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan


perawatan pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical)
untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga didefinisikan sebagai
komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau optic antara manusia dan atau
computer (http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal 15 Maret 2008).

Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan


pelayanan keperawatan jarak-jauh.Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan
video conference. Telenursing bagian integral dari telemedicine atau telehealth
(http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News &file=article&sid=71, diperoleh tanggal 15
Maret 2008)
Menurut Britton et all (1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :

1. Efektif dan efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit dan
nursing home)
2. Telenursing dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
3. Pasien dewasa dengan kondisi penyakit kronis memerlukan pengkajian dan monitoring
yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing dapat meningkatkan
pelayanan untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan pemanfaatan
teknologi

Selain manfaat di atas telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (
model distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.
Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran on line dan
Multimedia Distance Learning.

Aplikasi Telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing
dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter fisiologi
seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui internet. Melalui system
interaktif video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi
ke alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan
injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas.Secara khusus sangat membantu untuk anak kecil
dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner.Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di dalam
perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis.Hal ini juga mendorong perawat
menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.Kontinuitas
perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara pemberi pelayanan
kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan keluarganya.

Telenursing dan home care

1. Di USA yang berhubungan dengan home health care diharapkan meningkat 36 % atau lebih baik
dalam 7 tahun ke depan.

2. Di USA hampir 46 % yang menggunakan kunjungan rumah diganti menjadi telenursing

3. Di United Kingdom 15 % pasien home care melaporkan memerlukan tehnologi komunikasi

4. Di USA merubad 50 % atau lebih dari kunjungan tradisional menjadi telehomecare visit, dan
biaya dapat diturunkan 50 %

5. Studi di Eropa menyatakan lebih banyak pasien mengatakan lebih menguntungkan dengan servs
telekomunikasi.

Dengan penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan


meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan
asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah untuk
mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,
kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.Kegiatan telenursing membutuhkan
integrasi antara startegi dan kebijakan untuk mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan
pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan.

Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :

1. Faktor legalitas

Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.

2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing

3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing.Perawat
dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing.Terlaksananya telenursing
sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien dan perawat.Pengetahuan
tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.

4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada
motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena
keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan
pelaksanaan telenursing dari pemerintah.Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing
bisa dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak
dimiliki oleh masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan atau pelayanan keperawatan.Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan
di unit gawat darurat dan home care.

Riset Tentang Telenursing


Penelitian dari Susan Kay Bohnenkamp, RN, MS, CCM dengan judul Traditional Versus
Telenursing Outpatient Management of Patients With Cancer With New Ostomi. Hasil
:Telenursing meningkatkan kepuasan pada pasien. Pasien percaya bahwa telenursing membuat
perawatan lebih accessible, dia suka dengan telemedicine dari pada face to face, tetapi
menganggap face to face adalah yang terbaik
(http://ons.metapress.com/content/f662854712557057/, diperoleh tanggal 15 Maret
2008).Penelitian dari Anthony F. Jerant, MD dengan judul A Randomized Trial of Telenursing to
Reduce Hospitalization for Heart Failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators.
Hasil : Penelitian ini membandingkan 3 perawatan modalitas untuk menurunkan kekambuhan
CHF selama 180 hari follow up. Subyek menerima kunjungan dasar selama 60 hari dan
mendapat satu dari 3 terapi modalitas : (a) video-based home telecare; (b) telephone calls; and
(c) usual care Kekambuhan pada CHF menurun lebih dari 80% dengan telenursing dibandingan
dengan perawatan biasa. Dari penelitian ini juga menurunkan kunjungan emergensi pada
CHF.Pada perawatan diri kedua group tidak ada perbedaan secara signifikan tentang kepatuhan,
pengobatan, status kesehatan dan kepuasan.Telenursing dapat menurunkan hospitalisasi pada
CHF dan meningkatkan frekuensi komunikasi dengan
pasien.(http://www.haworthpress.com/store/toc/J027v22n01_TOC.pdf?sid=F92MP1MXXT1X8J
N4VFE1BXJ22VPX12U5&, diperoleh tanggal 15 Maret 2008).Penelitian dari L. Schlachta-
Fairchild dengan judul Findings Of The 2004 Nternational Telenursing Survey. Hasil :
Mayoritas perawat yang melakukan tidak tersertifikasi dalam telemedicine, telenursing, atau
nursing informatics dan percaya bahwa sertifikasi pada telenursing adalah penting dan interes
untuk dilakukan sertifikasi dan merupakan indikasi telenursing seharusnya merupakan bagian
dasar dari pendidikan keperawatan dan pengalaman klinik
(http://www.mrc.co.za/conference/satelemedicine/Castelli.pdf, diperoleh tanggal 15 Maret
2008).

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama dalam
memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.Seiring dengan
perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat standar baru yang harus di
penuhi.Hal tersebut membuat keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus
mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi.
Aplikasi Telenursing adalah bagian integral dari telehealth ,Telenursing dapat digunakan
untuk memberikan pelayanan keperawatan professional,Telenursing dapat meningkatkan
kemandirian dan kepuasan pasien serta partisipasi aktif keluarga.Telenursing efektif digunakan
dalam seting perawatan pasien yang mengalami penyakit kronis dan penyakit yang menyebabkan
ketergantungan.

3.2 Saran
Pemerintah atau lembaga kesehatan hendaknya segera meningkatkan standar dan mutu
sistem kesehtan di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan teknologi karena bila di
bandingkan dengan negara lain ini masih sangat tertinggal.Untuk membenahi hal tersebut maka
harus di butuhkan solusi cerdas

DAFTAR PUSTAKA

Anthony F. Jerant, A Randomized Trial of Telenursing to Reduce Hospitalization for Heart


Failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing Indicators, dalam
http://www.haworthpress.com/store/toc/J027v22n01_TOC.pdf?sid=F92MP1MXXT1X8JN4VF
1BXJ22VPX12U5&, diperoleh tanggal 15 Maret 2008
Elizabet Greenberg.(2004). The Domain of Telenursing : Issues and Prospect, dalam
http://findarticles. com/ p/ articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_n18610226, diperoleh tanggal 15
Maret 2008
ICN. (2001). Telenursing, dalam http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm, diperoleh tanggal
15 Maret 2008

Anda mungkin juga menyukai