Kata-kata Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) telah familiar dengan telinga kita.
Hampir semua media di Indonesia memberitakan soal PLTU ini berkali-kali, bahkan
sangat sering. Apalagi, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan presiden
Joko Widodo memasukkan program PLTU dalam pembangunan infrastruktur terkait
krisis listrik yang dialami negara kita. Untuk itulah, pengarang mencoba menulis seputar
PLTU untuk berbagi ilmu tentang informasi yang sering kita dengar ini.
PLTU adalah pembangkit listrik yang mengubah energi kinetik uap menjadi energi listrik.
PLTU membutuhkan panas yang cukup untuk menghasilkan uap yang dapat memutar
turbin sehingga menghasilkan listrik. Sehingga, secara prinsip PLTU adalah alat yang
diciptakan dengan memanfaatkan panas yang dapat diubah menjadi uap untuk
menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik.
PLTU merupakan salah satu teknologi dasar bagi pembangkitan listrik. Teknologi PLTU
hampir dipakai oleh semua pembangkit barbasis termal (thermal). Bahkan Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang katanya salah satu energi baru terbarukan juga
memanfaatkan teknologi PLTU. Pembangkit yang tidak menggunakan teknologi PLTU
adalah : Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), sebagian Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga
Ombak (PLTO), Tenaga Listrik Tenaga Pasang Surut Air Laut, dan beberapa
pembangkit lainnya.
Energi primer yang dapat digunakan untuk proses pembentukan uap (pemanasan)
adalah sebagai berikut :
Proses kondensasi
Uap bekas penggerak turbin masuk ke pendingin atau kondensor untuk menghasilkan air
yang disebut air kondensat. Pendinginan dapat menggunakan air dingin yang didapat dari air
laut, air danau, atau waduk. Dibutuhkan air dalam jumlah besar agar proses pendinginan
dapat terjadi secara efektif. Air kondesat ini kemudian digunakan lagi untuk mengisi boiler.
Setelah proses ke-4 selesai, maka proses nya kembali ke 1. Begitulah siklus PLTU yang
terus terjadi secara berulang.
Dalam pembahasan tentang PLTU, kita akan fokus untuk PLTU batubara karena secara
studi literatur lebih mudah (bahan berlimpah). Tetap kita ingat bahwa perbedaan antara
PLTU batubara dengan PLTU lainnya adalah energi primer yang digunakan untuk
menghasilkan uap. Setiap energi primer memiliki mekanisme yang berbeda dalam
menghasilkan panas. Jadi, untuk aplikasi energi primer lainnya dapat dilogika dengan
mengubah mekanisme dalam menghasilkan panas.
Bola dapat berputar karena adanya dorongan uap yang keluar dari nozel yang terletak di samping
bejana. Metode Hero ini menjadi cikal bakal pengembangan teknologi mesin uap di masa-masa
mendatang.
meledak, Papin melengkapinya dengan katup yang dapat bergerak naik turun di tempat
pembuangan uap.
Papin juga mengembangkan mesin uap dengan manambahkan torak di bagian atas silinder yang
tertutup yang akan bergerak naik-turun sesuai teori Giovanni Battista della Porta. Temuan inilah
yang kemudian memicu awal ditemukannya mesin uap pertama di dunia yang menggunakan
piston dan mesin bersilinder.
Prinsip kerja mesin uap Savery adalah menaikkan tekanan uap di ketel. Uap kemudian
dimasukkan ke bejana kerja sehingga air keluar dari pipa bawah. Ketika temperatur dalam bejana
panas akibat dipenuhi uap, keran antara ketel dan bejana ditutup. Ini memicu proses kondensasi,
menciptakan vakum parsial dan tekanan atmosfer mendorong air ke atas melalui pipa bawah
sehingga bejana penuh. Pada titik ini, keran dibawah bejana ditutup, dan keran antar bejana dan
pipa atas dibuka untuk mengalirkan uap dari ketel. Tekanan uap yang tinggi memaksa air keluar
dari bejana.
Uap dialirkan dari boiler ke silinder. Ketika piston mencapai puncak, air disemprotkan ke dalam
silinder untuk mendinginkan uap yang membentuk sebuah vakum. Piston terdorong turun oleh
berat udara yang ada diatasnya (15 pond per inci dari luas piston). Siklus ini terjadi secara
berulang.
Perbedaan mendasar dari mesin James Watt ini dengan mesin milik Thomas
Newcomen adalah pada letak kondensor yang digunakan. Jika pada mesin Newcomen
ruang untuk mengkondensasikan uap menyatu dengan silinder kerja, maka pada mesin
James Watt ruang untuk mengkondensasikan uap terpisah dari silinder. Selain itu
mekanisme penggerak torak dari mesin James Watt menggunakan gerakan putar dari
roda penggerak yang berputar, tidak seperti pada mesin Newcomen yang menggunakan
gerakan translasi (bolak-balik) dari pompa air.
Corlis adalah pengembang pertama dari mesin uap James Watt. Corlis mengembangkan katup
masuk yang menutup cepat, untuk mencegah pencekikan katup pada waktu menutup. Mesin
Corliss menghemat penggunaan bahan bakar batu bara separo dari batu bara yang digunakan
mesin uap James Watt.
Stumpf (1863)
Stumpf mengembangkan mesin uniflow yang dirancang untuk mengurangi susut kondensasi.
Mesin uap yang dibuat paling besar pada abad 18 adalah menghasikan daya 5 MW, pada waktu
itu dianggap raksasa, karena tidak adal agi mesin yang lebih besar. Seiring dengan kebutuhan
tenaga listrik yang besar, kemudian banyak pengembangan untuk membuat mesin yang lebih
efisien yang berdaya besar.
Mesin uap bolak-balik memiliki banyak keterbatasan, antara lain mekanismenya terlalu rumit
karena banyak penggunaan katup-katup dan juga mekanisme pengubah gerak bolak-balik
menjadi putaran. Maka untuk memenuhi tuntutan kepraktisan mesin uap dengan efisiensi berdaya
lebih besar, dikembangkan mesin uap rotari. Mesin uap rotari komponen utamanya berupa poros
yang bergerak memutar. Model konversi energi potensial uap tidak menggunakan torak lagi,
tetapi menggunakan sudu-sudu turbin.
Disamping para penemu di atas, penemu-penemu lainnya saling melengkapi dan memperbaiki
kinerja dari turbin uap. Rateau dari Prancis mengembangkan turbin impuls tingkat banyak, dan
C.G. Curtis dari Amerika Serikat mengembangkan tubin impuls gabungan kecepatan.
Selanjutnya, penggunaan turbin uap meluas dan praktis menggantikan mesin uap bolak-balik,
dengan banyak keuntungan. Penggunaan uap panas lanjut yang meningkatkan efisiensi sehingga
turbin uap berdaya besar (1000 MW, 3600 rpm, 60 Hz) banyak dibangun.
B. PLTU Batubara
PLTU Batubara adalah pembangkit yang menggunakan energi primer batubara untuk
menghasilkan uap. Batubara dipilih karena memiliki keunggulan ekonomi bila dibandingkan
dengan energi primer lainnya. Beberapa negara, seperti Indonesia memiliki SDA batubara yang
berlimpah sehingga PLTU merupakan pilihan bijaksana, terutama terkait penggunaan energi
fosil.
Untuk menghilangkan kadar air itu, uap jenuh tersebut di keringkan di super heater sehingga
uap yang dihasilkan menjadi uap kering. Uap kering ini yang digunakan untuk memutar
turbin.
Ketika Turbin berhasil berputar berputar maka secara otomastis generator akan berputar,
karena antara turbin dan generator berada pada satu poros. Generator inilah yang
menghasilkan energi listrik.
Pada generator terdapat medan magnet raksasa. Perputaran generator menghasilkan beda
potensial pada magnet tersebut. Beda potensial inilah cikal bakal energi listrik.
Energi listrik itu dikirimkan ke trafo untuk dirubah tegangannya dan kemudian disalurkan
melalui saluran transmisi PLN.
Uap kering yang digunakan untuk memutar turbin akan turun kembali ke lantai dasar. Uap
tersebut mengalami proses kondensasi didalam kondensor sehingga pada akhirnya berubah
wujud kembali menjadi air dan masuk kedalam hotwell.
Siklus PLTU ini adalah siklus tertutup (close cycle) yang idealnya tidak memerlukan lagi air
jika memang kondisinya sudah mencukupi. Tetapi kenyataannya masih diperlukan banyak air
penambah setiap hari. Hal ini mengindikasikan banyak sekali kebocoran di pipa-pipa saluran air
maupun uap di dalam sebuah PLTU.Untuk menjaga siklus tetap berjalan, maka untuk menutupi
kekurangan air dalam siklus akibat kebocoran, hotwell selalu ditambah air sesuai kebutuhannya
dari air yang berasal dari demineralized tank