Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN TUGAS

PRAKTIKUM IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

Disusun Oleh:

Kelompok 11

1. Irfauzi Firman Hidayat (1403010001)

2. Fernanda Wisnu Hanggara (1403010003)

3. A. Baehaqi (1403010021)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Syukur alkhamdulilah kami panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Irigasi dan
Bangunan Air yang telah kami laksanakan melalui bimbingan dan pembelajaran dari
pengampu bersangkutan.

Setelah kami melaksanakan dan menyelesaikan praktikum Irigasi dan Bangunan Air
yang meliputi perhitungan luas petak dan debit maksimum saluran, harga reduksi, prencanaan
terjunan dan pendimensian saluran, dari percobaan dan penelitian tersebut, maka kami dapat
menyusun laporan praktikum tersebut meskipun dengan keterbatasan keterbatasan yang
ada.

Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapatkan bantuan, kerja sama dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan trimakasih kepada:

1. Bpk M. Agus Salim, S.T., M.T selaku dosen pengampu, pembimbing praktikum Irigasi
dan Bangunan Air.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini, semoga allah SWT
memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua. Dikarenakan keterbatasan kami,
mungkin laporan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu
kami selaku penulis mohon maaf yang sebesarbesarnya.

Purwokerto, 4 Januari 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

Daftar Tabel ..................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1. 2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

1. 3 Tujuan .......................................................................................................... 2

1. 4 Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II STUDI PUSTAKA

2. 1 ..................................................................................................................... 3

2. 2 ...................................................................................................................... 4

2. 3 ...................................................................................................................... 5

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 22

Lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel 1. P ......................................................................................................................... 7

Tabel 2. P ......................................................................................................................... 8

Tabel 3. A ......................................................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan seharihari manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Banyak
pekerjaan yang dilakukan manusia berhubungan dengan air. Salah satu bidang pekerjaan
yang memerlukan air sebagai komponen utama adalah pertanian. Dalam perencanaan
pertanian para ahli harus memikirakan faktor air yang menjadi penunjang. Kebutuhan air
untuk tanaman harus selalu dikontrol secara berkala. Tanaman harus mendapatkan suplai
air yang sesuai dengan kebutuhan untuk dapat tumbuh dengan baik sehingga air tidak
boleh melampaui batas kebutuhan atau malah kurang dari kebutuhan.

Kebutuhan akan air yang sesuai membuat para ahli berfikir untuk membentuk suatu
sistem pengairan yang dapat mengatur kebutuhan tanaman terutama untuk areal pertanian
yang cukup luas. Sistem yang dibuat itu dimaksudkan agar seluruh areal pertanian
mendapatkan suplai air yang cukup sehingga tidak ada areal pertanian yang tidak
mendapatkan air. Selain itu juga sistem yang dibentuk itu dimaksudkan untuk dapat
menyalurkan jumlah air yang tersedia untuk selanjutnya dibagikan secara merata ke
seluruh areal pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam laporan ini akan dibahas mengenai perencanaan jaringan irigasi yang tentunya
memiliki beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana pembuatan saluran primer, saluran sekunder, dan bangunan


bangunannya?

2. Bagaimana pemberian nama saluran dan bangunan?.

3. Bagaimana cara menghitung luas petak tersier? .

4. Bagaimana cara menghitung debit setiap petak?.

5. Bagaimana cara merencanakan dimensi saluran irigasi?.


1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah sebagai tugas besar yang menjadi
salah satu syarat kelulusan mata kuliah teknik irigasi. Namun selain itu juga terdapat
beberapa tujuan lain, yaitu:

1. Pembuatan saluran primer, saluran sekunder, dan bangunan bangunannya.

2. Pemberian nama saluran dan bangunan.

3. Menghitung luas petak tersier.

4. Pembuatan skema irigasi.

6. Pembuatan skema bangunan.


7. Pembuatan dimensi saluran.
8. Perhitungan muka air.
9. Pembuatan skema muka air.
10. Penggambaran situasi.
BAB II

STUDI PUSTAKA

2. 1 Irigasi

Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak
cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman. Secara umum pengertian irigasi
adalah sejumlah air yang pada umumnya diambil dari sungai atau bendung yang
dialirkan melalui system jaringan irigasi untuk menjaga keseimbangan jumlah air
didalam tanah. (Suharjono, 1994)

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Pasal 1, pengertian irigasi,


bangunan irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut:

a. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian.
b. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian pemberian dan penggunaannya.
c. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
d. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.

Dari butir-butir pengertian tentang irigasi dan jaringan irigasi tersebut di atas maka
irigasi merupakan bentuk kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu kesatuan saluran dan
bangunan berupa jaringan irigasi.

Adapun tujuan dari irigasi antara lain:

a. Membasahi Tanaman

Membasahi tanah dengan menggunakan air irigasi bertujuan memenuhi


kekurangan air didaerah pertanian pada saat air hujan kurang atau tidak ada. Hal ini
penting sekali karena kekuranggan air yang di perlukan untuk tumbuh dapat
mempengaruhi hasil panen tanaman tersebut.

b. Merabuk
Merabuk adalah pemberian air yang tujuannya selain membasahi juga member
zat-zat yang berguna bagi tanaman itu sendiri.

c. Mengatur Suhu

Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu tinggi daan
tidak terlalu rendah, sesuai dengan jenis tanamannya.

d. Membersihkan tanah/memberantas hama

Maksud irigasi juga pertujuan untuk membasmi hama-hama yang berada dan
bersarang dalam tanah dan membahayakan bagi tanaman sehingga pada musim
kemarau sebaiknya sawah diberikan air agar sifat garamnya hilang.

e. Kolmatase

Kolmotase adalah pengairan dengan maksud memperbaiki / meninggikan


permukaan tanah.

f. Menambah Persediaan Air Tanah

Tujuan bermaksud menambah persediaan air tanah untuk keperluan sehari-hari.


Biasanya dilakukan dengan cara menahan air disuatu tempat, sehingga memberikan
kesempatan pada air tersebut untuk meresap kedalam tanah yang pada akhirnya
dimanfaatkan oleh yang memerlukan.

(Standar perencanaan irigasi KP-01)

2. 2 Saluran Irigasi

Air yang dibutuhkan oleh tanaman biasanya akan dialirkan melalui saluran
pembawa. Sedangkan kelebihan air yang ada pada suatu petak akan dibuang melewati
saluran pembuang. Saluran pembawa dan pembuang ini merupakan saluran irigasi yang
paling utama. Apabila dilihat dari segi fungsinya, maka saluran irigasi dapat dibagi atas:

2.2.1 Saluran Pembawa


Saluran pembawa berfungsi membawa/mengalirkan air dari sumbernya ke
petak irigasi. Dari tingkat percabangannya, maka saluran pembawa ini dibedakan
menjadi:
a. Saluran Primer
Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Saluran ini berfungsi membawa air dari sumbernya dan
membagikannya ke saluran sekunder atau membawa air dari jaringan utama ke
jaringan sekunder untuk dibagikan ke petak-petak tersier yang akan dialiri. Air
yang dibutuhkan untuk irigasi dapat berasal dari sungai, danau, maupun
waduk. Akan tetapi umumnya penggunaan air sungai lebih baik, karena air
sungai mengandung banyak zat lumpur yang merupakan pupuk bagi tanaman.
Batas akhir dari saluran primer adalah bangunan bagi yang terakhir.

b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang
terletak pada petak sekunder tersebut. Dari saluran primer air disadap melalui
saluran-saluran sekunder untuk mengaliri daerah yang sedapat mungkin
dikitari oleh saluran-saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air
hujan yang berlebihan. Fungsi utama dari saluran sekunder adalah membawa
air dari saluran primer dan membagikannya ke saluran tersier. Sedapat
mungkin saluran pemberi merupakan saluran punggung sehingga dengan
demikian air dapat dibagi untuk kedua belah sisi. Yang dimaksud dengan
saluran punggung adalah saluran yang memotong atau melintang terhadap
garis tinggi sedemikian rupa melalui titik tertinggi daerah sekitarnya, sehingga
dapat mengaliri petak yang ada di bagian kiri dan kanan dari saluran
c. Saluran Tersier
Fungsi utama dari saluran tersier adalah membawa air dari saluran
sekunder dan membagikannya ke petak-petak sawah yang memiliki luas antara
75 ha- 125 ha. Jika saluran tersier disadap dari saluran sekuder, maka saluran
tersier juga dapat membagikan air ke sisi kanan-kiri saluran.

2.2.2 Saluran Pembuang


Fungsi utama dari saluran pembuang adalah membuang sisa atau kelebihan air
yang terdapat pada petak sawah ke sungai. Biasanya digunakan saluran lembah
yaitu saluran yang memotong atau melintang terhadap garis tinggi sedemikian rupa
hingga melewati titik terendah dari daerah sekitar. Jadi saluran melalui lembah dari
ketinggian tanah setempat.
Pada umumnya jaringan pembuang primer merupakan sungai-sungai alamiah,
yang semuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer
baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran diberi nama tersendiri. Jika saluran
pembuang dibagi menjadi ruas-ruas, maka masing-masing akan diberi nama mulai
dari ujung hilir.
Pembuang sekunder pada umunya berupa sungai atau anak sungai yang lebih
kecil. Beberapa diantaranya sudah memiliki nama tetap biasa dipakai, jika sungai
akan ditunjukkan dengan sebuah huruf bersama-sama dan nomor seri, nama-nama
ini akan diawali dengan huruf d (drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi
menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor. Masing-
masing petak tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri. (Standar
perencanaan irigasi KP-01)

2. 3 Tujuan Irigasi

Secara langsung tujuan irigasi adalah membasahi tanah. Sedangkan tujuan tak
langsung adalah :

Mengatur suhu tanah

Membersihkan tanah

Memberantas hama

Mempertinggi permukaan tanah

Menimbun tanah rendah

2. 4 Sumber Air Irigasi

Sumber air irigasi adalah sungaisungai kecil, danaudanau, rawarawa, mata air
tanah dan lainlain. Akan tetapi bersarnya air yang terjadi adalah berbeda dan tergantung
dari musim dan lokasinya. Jadi besarnya air yang tersedia menjadi sumber air daerah
yang dirancang adalah besarnya air yang ada dikurangi besarnya air yang telah
digunakan berdasarkan peraturan air.
Harga minimum berat air yang tersedia juga menjadi indeks untuk menelaah
tersedianya sumber air. Jika besarnya air yang diperlukan itu tidak dapat disediakan oleh
sumber air yang tersedia maka untuk meningkatkan harga minimum yang tersedia harus
dipikirkan kemungkinannya mengenai pembangunan waduk yang tidak menyuplai air
yang tidak efektif dari sumber air itu.

Lokasi sumber air dan pengambilan sumber air itu adalah faktor faktor yang penting
akan sangat mempengaruhi skala dari fasilitas penyaluran air itu harus ditelaah dengan
memperhatikan kondisi kondisi dasar sebagai berikut:

Debit air minimum yang tersedia adalah besar .

Jumlah air yang tersedia adalah besar.

Kualitas dan suhu air yang baik.

Pengambilannya yang mudah.

Lokasinya didekat daerah yang akan di irigasi.

2. 5 Macam macam Bangunan

Banyak bangunan yang diperlukan untuk pengoprasian yang efektif dari sistem
saluran parit yang sulit dalam satu proyek irigasi.

a. Saluran saluran parit

Elevasi dari parit lapangan harus cukup untuk memungkinkan aliran gaya berat
lapangan. Oleh karenanya parit - parit jarang digali sepenuhnya, tetapi di buat dalam
tanggul tanggul yang datar. Dalam pembuatan parit parit perlu diperhatikan
beberapa hal antara lain :

Dimensi dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar dapat saluran yang stabil.

Perencanaan dimensi dan bentuk memperhitungkan kecepatan aliran erosi,


sedimentasi maupun kelongsoran tebing saluran irigasi.

Kecepatan terpakai atau perencanaan harus lebih kecil dari kecepatan erosi
tetapi masih lebih besar dari kecepatan transport sedimen , tetapi aliran air
masih mampu melakukan transport sedimen yang berarti menghindari
pengendapan.
Rute saluran pada umumnya mencirikan saluran yang tersedia yaitu
kemiringan tanah yang tersedia dalam hal ini saluran dapat berupa saluran
punggung maupun saluran tranche.

b. Tanggul Saluran

Tanggul saluran dapat berfungsi sebagai jalan inspeksi untuk melayani lalu
lintas ringan pada daerah layanan di irigasi dan lain lain. Pada umumnya tanggul
saluran dibutuhkan tinggi cadangan pada freeboard dengan tinggi 0,5 m. namun bila
kondisi sekitar daerah sangat rendah dibandingkan muka air saluran atau pada daerah
daerah yang sering tergenang banjir diperlukan saluran dengan tinggi lebih besar
dari 50 m.

c. Bangunan Pembagi

Bangunan pembagi dipergunakan untuk membagi aliran ke berbagai


saluran. Bangunan pada saluran besar terbagi menjadi tiga bagian utama :

Alat pembendung saluran besar

Dengan alat ini maka air pada saluran besar setiap waktu dapat diatur
sesuai tinggi pelayanan yang direncanakan.

Perlengkapan untuk jalan air melintasi tanggul saluran besar menuju saluran
cabang.

Konstruksi ukur

Konstruksi ukur ini berfungsi untuk mengukur debit air yang lewat
sedangkan untuk bangunan pembagi pada saluran kecil bisa dibuat secara
sederhana saja , bangunan ini berupa bak saja atau bak tersier dan kuarter.

Pintu pintu air.

Pipa pipa irigasi

Digunakan untuk menghin dari kehilangan air serta biaya tahunan dari biaya
tahunan dari bangunan parit parit, kebanyakan petani bergeser kepemakaian
jaringan distribusi pipa untuk mengairi lahan pertanian.
2. 6 Perhitungan Dimensi

Dimensi saluran ditantukan berdasarkan debit air yang lewat. Besar debit air tersebut
harus diperhitungkan juga kehilangankehilangan air selama perjalan menuju petak
sawah.

Bentuk saluran yang digunakan umumnya trapesium. Dimensi saluran pemberi


dikelompokan menjadi tujuh tipe saluran. Dalam perencanaan dimensi digunakan
b b
hubungan dengan Q dari steven. Jadi adalah fungsi dari Q.
h h

Tabel 1. Tipe Saluran

Q (/dt) B/h V (m/dt) M


0,0 0,5 1,5 0,30 0,45 1
0,5 1,5 2,0 0,45 0,50 1
1,5 3,0 2,5 0,55 0,60 1,5
3,0 4,5 3,0 0,60 0,65 1,5
4,5 6,0 3,5 0,65 0,70 1,5
6,0 7,5 4,0 0,70 0,75 1,5
7,5 9,0 4,5 0,75 0,80 1,5
9,0 11 5,0 0,80 0,85 1,5
11 15 6,0 0,85 0,90 1,5
1,5 2,5 8,0 0,90 0,95 1,5

Kemudian kecepatan alirannya dapat digunakan rumus Steven:


V 0.410 Q 0.225

Sedangkan kemiringan saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus Chezy:

V C RI
V2
I 2
C R
Keterangan : Q : Debit saluran

V : kecepatan aliran

C : koefisien Chezy ( 45 menit m/detik)

R : jari jari hidrolik

F Q
R= ;F=
K V

K = keliling basah (m)

I : kemiringan dasar.

Kemiringan dinding saluran disesuaikan dengan jenis pada lokasi atau tempat yang
bersangkutan, seperti :

- Untuk tanah cadas

- Untuk tanah lempung

- Untuk tanah liat

- Untuk tanah endapan

- Untuk tanah endapan pasir

- Untuk tanah pasir

Dari hasil evaluasi hidrologi dipilih curah hujan terbesar sebagai dasar penentuan
kapasitas saluran. Bila debit sudah diketahui maka luas tampangnya dapat dicari:
Q b2
A P
V A h (h mh) h H2
2

Selanjutnya dimensi saluran drainase dapat dihitung. Dalam hal ini perlu diperhatikan
dalam memilih kecepatan yang tidak mengganggu stabilitas tanah.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kebutuan Air


Tabel 2. Kebutuhan Air

Harga k
No Minggu ke Jenis Kegiatan
(lt/det/ha)

1 1 Pengolahan tanah 1.25

2 23 Pembibitan 0.96

3 47 Pertumbuhan 2.16

4 8 11 Berbunga & berbuah 1.36

5 12 Pemasakan 0.22

6 13 Panen 0.00

3.2 Perhitungan Luas Petak Sekunder

Tabel 3.2 Luas Petak Sekunder

Luas area yang dialiri oleh saluran


Luas Petak Tresier
No Petak Tersier sekunder
(ha)
(ha)

1 A1 Kanan 55.76
118.09
2 A1 Kiri 62.33

3 A2 Kanan 69.62 152.69


4 A2 Kiri 83.07

5 A3 Kanan 60.66
138.2
6 A3 Kiri 77.54

7 A4 Kanan 91.32
165.89
8 A4 Kiri 74.57

9 A5 Kanan 63.58
157.76
10 A5 Kiri 94.18

3.3 Giliran Teknis Saluran Sekunder A

Tabel 3.3 Giliran Teknis Saluran Sekunder A

Luas Petak Total Luas


Golongan Petak Tersier
(ha) (ha)

A1 Kn 55.76
Golongan I 138.83
A2 Kr 83.07

A1 Kr 62.33
Golongan II 131.95
A2 Kn 69.62

A3 Kn 60.66
Golongan III 135.23
A4 Kr 74.57

A3 Kr 77.54
Golongan IV 168.86
A4 Kn 91.32

Golongan V A5 Kn 63.58 157.76


A5 Kr 94.18

3.3.1 Saluran Sekunder dengan Petak Tersier Utuh

Tabel 3.4 Saluran Sekunder Petak Tersier Variasi I

K lt / ha / GOL I GOL II GOL III GOL IV GOL V


Minggu Ke Jumlah
det 138.83 131.95 135.23 168.86 157.76

1 1.25 173.54 0.00 0 0 0 173.54

2 0.96 133.28 164.94 0 0 0 298.21

3 0.96 133.28 126.67 169.04 0 0 428.99

4 2.16 299.87 126.67 129.82 211.08 0 767.44

5 2.16 299.87 285.01 129.82 162.11 197.20 1074.01

6 2.16 299.87 285.01 292.10 162.11 151.45 1190.54

7 2.16 299.87 285.01 292.10 364.74 151.45 1393.17

8 1.36 188.81 285.01 292.10 364.74 340.76 1471.42

9 1.36 188.81 179.45 292.10 364.74 340.76 1365.86

10 1.36 188.81 179.45 183.91 364.74 340.76 1257.67

11 1.36 188.81 179.45 183.91 229.65 340.76 1122.58

12 0.22 30.54 179.45 183.91 229.65 214.55 838.11

13 0 0.00 29.03 183.91 229.65 214.55 657.15

14 0.00 0.00 29.75 229.65 214.55 473.95

15 0.00 0.00 0.00 37.15 214.55 251.70

16 0.00 0.00 0.00 0.00 34.71 34.71


Tabel 3.5 Saluran Sekunder Petak Tersier Variasi II

K lt / ha / GOL I GOL II GOL III GOL IV GOL V


Minggu Ke Jumlah
det
157.76 168.86 135.23 131.95 138.83

1 1.25 197.20 0.00 0 0 0 197.20

2 0.96 151.45 211.08 0 0 0 362.52

3 0.96 151.45 162.11 169.04 0 0 482.59

4 2.16 340.76 162.11 129.82 164.94 0 797.63

5 2.16 340.76 364.74 129.82 126.67 173.54 1135.53

6 2.16 340.76 364.74 292.10 126.67 133.28 1257.54

7 2.16 340.76 364.74 292.10 285.01 133.28 1415.88

8 1.36 214.55 364.74 292.10 285.01 299.87 1456.27

9 1.36 214.55 229.65 292.10 285.01 299.87 1321.18

10 1.36 214.55 229.65 183.91 285.01 299.87 1213.00

11 1.36 214.55 229.65 183.91 179.45 299.87 1107.44

12 0.22 34.71 229.65 183.91 179.45 188.81 816.53

13 0 0.00 37.15 183.91 179.45 188.81 589.32

14 0.00 0.00 29.75 179.45 188.81 398.01

15 0.00 0.00 0.00 29.03 188.81 217.84

16 0.00 0.00 0.00 0.00 30.54 30.54


3.3.2 Saluran Sekunder Dengan Petak Tersier Terbagi

Petak dibagi menjadi golongan dengan luas yang sama

732,63
1A 366,315 ha
2

Tabel 3.6 Saluran Sekunder Petak Tersier Terbagi

GOL I GOL II GOL III GOL IV GOL V


Minggu Ke K lt / ha / det Jumlah
366.32 366.32 366.32 366.32 366.32

1 1.25 457.89 0.00 0 0 0 457.89

2 0.96 351.66 457.89 0 0 0 809.56

3 0.96 351.66 351.66 457.89 0 0 1161.22

4 2.16 791.24 351.66 351.66 457.89 0 1952.46

5 2.16 791.24 791.24 351.66 351.66 457.89 2743.70

6 2.16 791.24 791.24 791.24 351.66 351.66 3077.05

7 2.16 791.24 791.24 791.24 791.24 351.66 3516.62

8 1.36 498.19 791.24 791.24 791.24 791.24 3663.15

9 1.36 498.19 498.19 791.24 791.24 791.24 3370.10

10 1.36 498.19 498.19 498.19 791.24 791.24 3077.05

11 1.36 498.19 498.19 498.19 498.19 791.24 2783.99

12 0.22 80.59 498.19 498.19 498.19 498.19 2073.34

13 0 0.00 80.59 498.19 498.19 498.19 1575.15


14 0.00 0.00 80.59 498.19 498.19 1076.97

15 0.00 0.00 0.00 80.59 498.19 578.78

16 0.00 0.00 0.00 0.00 80.59 80.59

3.4 Data data yang Menentukan Harga Redduksi


Q max

Q rendaman penuh

Q redaman penuh = K luas keseluruhan

K = kebutuhan air pada saat redaman penuh (lt/dt/ha)

Dari kebutuhan air /debit/minggu, didapat Q Max dari setiap petak sekunder yaitu :

Petak sekunder

- Sistem penggolongan dengan petak tersier utuh

Q max variasi I = 1471.42 lt/dt

II = 1456.27 lt/dt

- Sistem penggolongan dengan petak tersier terbagi

Q max = 3663.15 lt/dt

- Q redaman penuh = 2,16 732,63 = 1582,48 lt/dt

3.5 Menentukan Harga Reduksi

Saluran

a. Petak tersier utuh

Variasi I
Q max 1471,42
0,93
Q rendaman penuh 1582,48

Variasi II

Q max 1456,27
0,92
Q rendaman penuh 1582,48
b. Petak tersier terbagi
Q max 3663.15
2,3
Q rendaman penuh 1582,48

Tabel 3.7 Nilai Reduksi

Nama petak Petak Tersier Utuh


Terbagi max
Sekunder Variasi I Variasi II

A 0,93 0,92 2,3 2,3

3.6 Menentukan Efisiensi Saluran

Tabel 3.8 Panjang Saluran

Saluran Primer Saluran Skunder

Nama
Nama Saluran L (cm) L (cm)
Saluran

RP1 137377 RS1 51388

RP2 136697 RS2 65040

RS3 49042

RS4 60637

RS5 65010

Jumlah 274073.61 Jumlah 291118

0,85
0,88

0,55
0,52
0 45000 302500
0 49042 291118

Dari Tabel panjang saluran dapat diketahui:

- Saluran terpanjang = 291118

- Saluran terpendek = 49042

Effisiensi saluran dapat dicari dengan interpolasi linier


F(x) 0.88 x saluran te rpendek

0,52 - 0.88 sal.terpan jang sal.terpen dek

F(x) 0.88 x 49042



0.52 - 0,88 291118 - 49042

F(x) - 0,88 x 49042



- 0,36 242076

0,36 x 17655
F ( x) 0,88
242076

F(x) = -1,49.10-6 x + 0,0729 + 0,88

F (x) = -1,49.10-6 x + 0,953

Keterangan :

X = Panjang saluran yang akan dihitung

Saluran Primer

F(RP1) = 1,49.10-6 (137377) + 0,953

= 1,16

F(RP2) = 1,49.10-6 (136697) + 0,953

= 1,29

Saluran Sekunder
F(RS1) = 1,49.10-6 (51388) + 0,953

= 1,13

F(RS2) = 1,49.10-6 (65040) + 0,953

= 1,25

F(RS3) = 1,49.10-6 (49042) + 0,953

= 1,22

F(RS4) = 1,49.10-6 (60637) + 0,953

= 1,35

F(RS5) = 1,49.10-6 (65010) + 0,953

= 1,44

Tabel 3.9 Efisiensi Saluran

Saluran Primer Sal. Sekunder


L Nama
Nama sal L (cm)
(cm) sal
RP1 1,16 RS1 1,13
RP2 1,29 RS2 1,25
RS3 1,22
RS4 1,35
RS5 1,44

3.7 Menentukan Kapasitas Saluran

Diketahui :

Effisiensi kotak tersier = 0.83 ()

Effektifitas luas sawah = 0.91 ()

petak max = 2,3


k rendaman = 2,16

Q petak = A x x maksimal x k rendaman

= A x 0.83 x 2,3 x 2,16

= A x 4,12 (It/dt)

Q bangunan = Q petak

Q bangun

Q effektif eff saluran (Fx)

Tabel 3.10 Kapasitas Saluran

Luas Debit (Q) lt/dt Q


Nama Nama Panjang Panjang Efisiensi
Petak Saluran Total (m) Q Q Q saluran
Saluran Petak (Fx)
3
(ha) (m) petak bangun efektif (m /dt)

A1 Kn 55.76 513.88 513.88 0.954 230 252 265 0.26

A1 Kr 62.33 513.88 513.88 0.954 257 282 296 0.56

A2 Kn 69.62 650.40 1164.28 0.955 287 315 330 0.89

A2 Kr 83.07 650.40 1164.28 0.955 342 376 394 1.28

A3 Kn 60.66 490.42 1654.70 0.955 250 275 287 1.57


RP1
A3 Kr 77.54 490.42 1654.70 0.955 319 351 367 1.94

A4 Kn 91.32 606.37 2261.08 0.956 376 413 432 2.37

A4 Kr 74.57 606.37 2261.08 0.956 307 338 353 2.72

A5 Kn 63.58 650.1025 2911.18 0.957 262 288 301 3.03

A5 Kr 94.18 650.1025 2911.18 0.957 388 426 445 3.47

A4 Kn 91.32 606.37 3517.55 0.958 376 413 431 0.43


RP2
A4 Kr 74.57 606.37 3517.55 0.958 307 338 352 0.78
A5 Kn 63.58 650.1025 4167.65 0.959 262 288 300 1.08

A5 Kr 94.18 650.1025 4167.65 0.959 388 426 445 1.53

A1 Kn 55.76 513.88 513.88 0.954 230 252 265 0.26

A1 Kr 62.33 513.88 513.88 0.954 257 282 296 0.56

A2 Kn 69.62 650.40 1164.28 0.955 287 315 330 0.89


RS1
A2 Kr 83.07 650.40 1164.28 0.955 342 376 394 1.28

A3 Kn 60.66 490.42 1654.70 0.955 250 275 287 1.57

A3 Kr 77.54 490.42 1654.70 0.955 319 351 367 1.94

A2 Kn 69.62 650.40 2305.11 0.956 287 315 330 0.33

A2 Kr 83.07 650.40 2305.11 0.956 342 376 393 0.53


RS2
A3 Kn 60.66 490.42 2795.53 0.957 250 275 287 1.01

A3 Kr 77.54 490.42 2795.53 0.957 319 351 367 1.38

A3 Kn 60.66 490.42 3285.95 0.958 250 275 287 0.29


RS3
A3 Kr 77.54 490.42 3285.95 0.958 319 351 366 0.26

A4 Kn 91.32 606.37 3892.32 0.959 376 413 431 0.43

A4 Kr 74.57 606.37 3892.32 0.959 307 338 352 0.78


RS4
A5 Kn 63.58 650.1025 4542.42 0.960 262 288 300 1.08

A5 Kr 94.18 650.1025 4542.42 0.960 388 426 444 1.53

A5 Kn 63.58 650.1025 5192.53 0.961 262 288 300 0.30


RS5
A5 Kr 94.18 650.1025 5192.53 0.961 388 426 444 0.74

3.8 Perhitungan Dimensi Saluran


Dimensi kecepatan aliran dicari dengan menggunakan rumus steven, V = 0,41 . Q0.225.
sedangkan kemiringan saluran dapat dicari dengan menggunakan rumus Chezy :

V = C Ri , I = V
2
CR
A = (b + m.h) h

2
P = b + 2h 1 m

A
R
P

Dimana : Q = debit saluran

C = koefisiensi Chezy (45 m/dt)

V = kecepatan aliran

R = jari jari hidrolis

I = kemiringan

P = keliling basah

Tabel 3.11 Nilai n,v dan k Untuk Saluran Sekunder

Tabel 3.12 Dimensi Salu


Dari Tabel 3.5
Nama Debit ((Q) A V
No A (m) h b P R I
saluran (m/det)) (Rencana) (Rencana)
m n k vo

1 RS1 1.94 1 2 40 0.6 3.23 1.04 2.08 3.23 0.6 5.01 0.64 0.000125

2 RS2 1.38 1 2 35 0.55 2.50 0.91 1.83 2.50 0.55 4.41 0.57 0.000116

3 RS3 0.29 1 1 35 0.3 0.96 0.69 0.69 0.96 0.3 2.65 0.36 0.000019

4 RS4 1.53 1 2 40 0.6 2.55 0.92 1.84 2.55 0.6 4.45 0.57 0.000107

5 RS5 0.74 1 1.5 35 0.55 1.35 0.74 1.10 1.35 0.55 3.18 0.42 0.000079

3.9 Perhitungan Elevasi Dasar Saluran Rencana dan Terjunan

Rencana penampang saluran

1. Tinggi air hilang

- genangan air dipetak sawah = 0.1

- antara muka air petak sawah dengan muka air = 0.05

saluran sekunder

- antara saluran air tersier dengan asluran kuarter = 0.15

- bangunan pemberi = 0.15 +

= 0.45

2. Stripping = 0.2

3. Free Board = 0.4 m

Tabel 3.13 Elevasi Muka Tanah Asli Bangunan Bagi

No Bangunan Elevasi Muka Tanah Asli

1 BA1 69

2 BA2 65.7

3 BA3 62.5
4 BA4 59.3

5 BA5 56.4

1. Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk BA1

- tinggi air pada saluran = 1,04 m

- elevasi muka tanah asli = 69 m

- elevasi muka air minimum = 69 + 0,45 = 69.45 m

- elevasi dasar saluran minimum = 69 1,04 = 67,96 m

- elevasi muka air maximum = 69 0,2 = 68,80 m

- elevasi dasar saluran maximum = 68,80 + 1,04 = 69,84 m

69,45 69,84
- elevasi muka air rencana = = 69,64 m
2

- elevasi dasar saluran rencana = 69,46 1,04 = 68,61 m

- elevasi muka tanggul = 68,61 + 0,5 = 69,11 m

2. menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk BA2

- tinggi air pada saluran = 0,91 m

- elevasi muka tanah asli = 65,70 m

- elevasi muka air minimum = 65,70 + 0,45 = 66,15 m

- elevasi dasar saluran minimum = 65,70 0,91 = 64,79 m

- elevasi muka air maximum = 65,70 0,2 = 65,50 m

- elevasi dasar saluran maximum = 65,50 + 0,91 = 66,41 m

66,41 66,15
- elevasi muka air rencana = = 66,28 m
2

- elevasi dasar saluran rencana = 66,28 0,91 = 65,37 m

- elevasi muka tanggul = 65,37 + 0,5 = 65,87 m

3. Menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk BA3


- tinggi air pada saluran = 0,69 m

- elevasi muka tanah asli = 62,5 m

- elevasi muka air minimum = 62,5 + 0,45 = 62,95 m

- elevasi dasar saluran minimum = 62,50 0.69 = 61,81 m

- elevasi muka air maximum = 62,50 0,2 = 62,30 m

- elevasi dasar saluran maximum = 62,30 + 0,69 = 62,99 m

62.99 62,95
- elevasi muka air rencana = = 62,97 m
2

- elevasi dasar saluran rencana = 62,97 0,69 = 62,28 m

- elevasi muka tanggul = 62,28 + 0,5 = 62,78 m

4. menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk BA4

- tinggi air pada saluran = 0,92 m

- elevasi muka tanah asli = 59,30 m

- elevasi muka air minimum = 59,30 + 0,45 = 59,75 m

- elevasi dasar saluran minimum = 59,30 0.92 = 58,38 m

- elevasi muka air maximum = 59,30 0,2 = 59,10 m

- elevasi dasar saluran maximum = 59,10 + 0,692 = 60,02 m

60,02 59,75
- elevasi muka air rencana = = 59,89 m
2

- elevasi dasar saluran rencana = 59,89 0,65 = 58,96 m

- elevasi muka tanggul = 58,96 + 0,5 = 59,46 m

5. menghitung elevasi dasar saluran rencana untuk BA5

- tinggi air pada saluran = 0,74 m

- elevasi muka tanah asli = 56,40 m

- elevasi muka air minimum = 56,40 + 0,45 = 56,85 m


- elevasi dasar saluran minimum = 56,40 0,74 = 55,66 m

- elevasi muka air maximum = 56,40 0,2 = 56,20 m

- elevasi dasar saluran maximum = 56,20 + 0,74 = 56,94 m

56,94 56,85
- elevasi muka air rencana = = 56,89 m
2

- elevasi dasar saluran rencana = 56,89 0,74 = 56,16 m

- elevasi muka tanggul = 56,16 + 0,5 = 56,66 m

Tabel 3.14 Perhitungan Elevasi Dasar Rencana Saluran

Perhitungan Elevasi dasar Nama Bangunan


No
saluran rencana untuk BA1 BA2 BA3 BA4 BA5

1 Tinggi Air Pada saluran 1.04 0.91 0.69 0.92 0.74

2 Elevasi Muka Tanah Asli 69.00 65.70 62.50 59.30 56.40

3 elevasi muka air Minimum 69.45 66.15 62.95 59.75 56.85

4 elevasi dasar Sauran Minimum 67.96 64.79 61.81 58.38 55.66

5 Elevasi muka air maximum 68.80 65.50 62.30 59.10 56.20

6 elevasi dasar saluran maximum 69.84 66.41 62.99 60.02 56.94

7 elevasi muka air rencana 69.64 66.28 62.97 59.89 56.89

8 elevasi dasar saluran rencana 68.61 65.37 62.28 58.96 56.16

9 elevasi muka tanggul 69.11 65.87 62.78 59.46 56.66

3.9.1 Banyaknya Terjunan Diperlukan


Tinjauan pada ruas saluran SA3

- VH = 0,000019. 49042 = 0,93 m

- Beda tinggi dasar saluran antara 2 buah bangunan (BA3 dan BA4)

= 62,97 59,89 = 3,09 m


- Tinggi air yang harus di hilangkan

(ht) = 3,09 0,93 = 2,16 m

- Tinggi terjunan maximum = 0.69 m

- Banyaknya terjunan

ht 2,16
n 3,1 3 buah
h 0,69

Jadi diperlukan 3 buah bangunan terjunan

3.10 Pendimensian Saluran


A. Saluran Sekunder A1

BA1

RSA1 = 51388

BA2

1. BA1 = 69 m

69.11

h2

69,00

h1

68.61 b

Keterangan Saluran RS 1

Lebar Saluran (b) 2.08 m

LebarTanggul (a) 1.5 m

Elevasi dasar saluran 68.61 m


elevasi muka tanah 69.00 m

elevasi muka tanggul 69.11 m

Kemiringan Talud(m) 1 m

Panjang saluran 51388 cm

69.00 - 68.61
h1
0.39 m

69.11 - 69.00
h2
0.11 m

(b + m. h1) h1

Luas Galian (1,34 + 1 . 0,21)0,21

0.973241333 m

2(a + m . h2) h2

Luas Timbunan 2 (1,5 + 1 .0,29) 0,29

0.340424703 m

B. Saluran Sekunder A2

BA2

RSA2 = 65040

BA3

2. BA2 = 65.70 m

65.87
h2

65.70

h1

65.37 b

Keterangan Saluran RS 2

Lebar Saluran (b) 1.83 m

LebarTanggul (a) 1.5 m

Elevasi dasar saluran 65.37 m

elevasi muka tanah 65.70 m

elevasi muka tanggul 65.87 m

Kemiringan Talud(m) 1 m

Panjang saluran 65040 cm

65.70 - 65.37
h1
0.33 m

65.87 - 65.70
h2
0.17 m

(b + m. h1) h1

Luas Galian (1,19 + 1 . 0,17)0,17

0.7159059 m

2(a + m . h2) h2

Luas Timbunan 2 (1,5 + 1 .0,33) 0,33

0.5616158 m
C. Saluran Sekunder A3

BA3

RSA3 = 49042

BA4

3. BA3 = 62.50 m

62.78

h2

62.50

h1

62.28 b

Keterangan Saluran RS 3

Lebar Saluran (b) 0.69 m

LebarTanggul (a) 1.5 m

Elevasi dasar saluran 62.28 m


elevasi muka tanah 62.50 m

elevasi muka tanggul 62.78 m

Kemiringan Talud(m) 1 m

Panjang saluran 49042 cm

62.50 - 62.28
h1
0.22 m

62.78 - 62.50
h2
0.28 m

(b + m. h1) h1

Luas Galian (0,61 + 1 . 0,18)0,18

0.201193883 m

2(a + m . h2) h2

Luas Timbunan 2 (1,5 + 1 .0,32) 0,32

0.994195795 m

D. Saluran Sekunder A4

BA4

RSA4 = 60637
BA5

4. BA4 = 59.30 m

59.46

h2

59.30

h1

58.96 b

Keterangan Saluran RS 4

Lebar Saluran (b) 1.84 m

LebarTanggul (a) 1.5 m

Elevasi dasar saluran 58.96 m

elevasi muka tanah 59.30 m

elevasi muka tanggul 59.46 m

Kemiringan Talud(m) 1

Panjang saluran 60637 cm

59.30 - 58.96
h1
0.34 m

59.46 - 59.30
h2
0.16 m

Luas Galian (b + m. h1) h1


(1,3 + 1 . 0,20)0,20

0.73095631 m

2(a + m . h2) h2

Luas Timbunan 2 (1,5 + 1 .0,0,30) 0,30

0.547236214 m

E. Saluran Sekunder A5

BA5

RSA5 = 65010

5. BA5 = 56.40 m

56.66

h2

56.40

h1

56.16 b
Keterangan Saluran RS 5

Lebar Saluran (b) 1.10 m

LebarTanggul (a) 1.5 m

Elevasi dasar saluran 56.16 m

elevasi muka tanah 56.40 m

elevasi muka tanggul 56.66 m

Kemiringan Talud(m) 1

Panjang saluran 65010 cm

56.40 - 56.16
h1
0.24 m

56.66 - 56.40
h2
0.26 m

(b + m. h1) h1

Luas Galian (0,91 + 1 . 0,18)0,18

0.326525954 m

2(a + m . h2) h2

Luas Timbunan 2 (1,5 + 1 .0,32) 0,32

0.904480012 m
BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan, pengerjaan, penelitian dalam soal yang ada pada laporan tugas
praktikum Irigasi dan Bangunan Air, maka dapat kami simpulkan beberapa hal dan hasil dari
sebuah lapporan yaitu sebagai berikut:

1. Percobaan, pengerjaan dan penelitian laporan praktikum ini, kita harus mengetahui,
memehami, mengerti sebuah soal data praktikum dari hasil penelitian yang ada. Misal
peta topografi yang menggambarkan sebuah tatanan kota/daerah yang akan dialiri atau
dibangun Saluran Irigasi dan Bangunan Air, sehingga kita mengetahui lokasi sumber air
dan pengmbilan yang sudah sitentukan.
2. Sesudah lokasi sumber air dan penambilan sudah ditentukan, maka selanjutnya harus
diadakan penentuan mengenai cara penyaluran air itu ke daerah atau petakpetak yang
ditanami. Biasanya penyaluran yang dipakai untuk mengaliri petak satu ke petak yang
lain akan dipakai popmpa diesel, pengambilan ini dilakukan pada daerah yang
kemiringanya tinggi dan ekonomis.
3. Dalam perhitungan luas petak dan debit saluran sekunder terlebih dahulu mengetahui
kebutuhan air pada setiap petak saluran, sehingga untuk menentukan luas sekunder,
perencanaan teknis saluran sekunder dalam perhitungan luas petak dan debit maksimum
pada saluran sekunder kita tidak kualahan atau mengalami kesulitan dalam pengerjaan
suatu laporan. Setelah mengetahui data tersebut kita dapat mengetahui beberapa variasi
yang akan direncanakan.
4. Apabila dalam perencanaan, penelitian, penulisan, dan penyelesaian perhitungan luas
petak dan debit saluran sekunder tidak diketahui. Maka untuk menentukan harga reduksi
tidak dapat dilakukan dalam penyelesaian, dikerenakan dalam perhitungan harga reduksi
petak sekunder yang sudah diketahui sangat dibutuhkan dalam perhitungan. Sehingga
kita harus berhatihati dan teliti dalam menyelesaikan sebuah laporan.
5. Harga reduksi yakni menentukan nilai petak saluran sekunder A, yang didapat dari data
data perhitungan luas petak dan debit saluran sekunder. Datadata tersebut sangat
berperan penting dalam menentukan efesiensi saluran, kapasitas saluran, dan dimensi
saluran. Sehingga penggolongan type saluran dapat diketahui.
6. Dalam merencanakan perencanaan terjunan kita dapat memakai datadata dari
perhitungan dimensi saluran, sehingga dapat menghasilkan dan dapat mengetahui ruas
ruasan saluran sekunder yang ada.
7. Dari perhitungan ruas saluran sekunder kita menentukan perdimensian saluran dalam
tiaptiap saluran, bisa juga menggunakan alat ukur teodolit atau dengan cara pengukuran
water pass.
DAFTAR PUSTAKA

. Peraturan Pemerintah No. 23/1982 Irigasi. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Pengairan. 1986. Standar Perencanaan


Irigasi, KP-01 Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi. Kementrian Pekerjaan
Umum: Jakarta.

Pailalah, J. 2010. Teori Dasar Irigasi. Tersedia di:

https://jeisenpailalah.wordpress.com/2010/12/20/teori-dasar-irigasi/

Putra, MR. 2014. Pengertian Irigasi. Tersedia di: eprints.polsri.ac.id/1205/3/BAB%20II.pdf

Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Institut Teknologi Nasional: Malang.

Supratman, Odih. 2014. Laporan Perencanaan Irigasi. Universitas Pendidikan Indonesia. .


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai