Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI: PERILAKU KEKERASAN

Disusun oleh:

Linda Angggeriani P1337420917005

Dyah Puji Pravitasari P1337420917011

Rafida Wahyu Tri Utami P1337420917021

Febri Ayu Mentari P1337420917023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
2017

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI: PERILAKU KEKERASAN


1. Topik :

2. Latar belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna,
berkaitan langsung dengan distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Fungsi jiwa yang terganggu
meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi
jiwa yang dialami seorang individu dapat terlihat dari penampilan, komunikasi, proses
berfikir, interaksi, dan aktivitasnya sehari-hari.
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terhadap halusinasi, waham, perilaku kacau/
aneh. Gangguan psikotik terbagi menjadi dua, yaitu gangguan psikotik akut dan kronik.
Gangguan psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dalam masa 2 minggu atau
kurang.
Gejala-gejala psikotik yang menjadi nyata dan mengganggu beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada stres akut yang
berkaitan, dan tidak diketahui beberapa lama gangguan akan berlangsung. Gejala yang
diperlihatkan yaitu halusinasi, waham, perilaku aneh (bizar) , pembicaraan aneh
(disorganisasi), keadaan emosi yang labil (irritabel).
Gangguan psikotik yang kedua yaitu gangguan psikotik kronik merupakan suatu
gangguan dengan gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat
satu periode psikotik yang jelas di masa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurun
waktu satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala yang nyata.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
riwayat perilaku kekerasan.
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut: muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan
rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara
tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal/ fisik, melempar atau
memukul benda/ orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai
kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan.
Terkait dengan terapi aktivitas kelompok, Rawlins, Williams, dan Beck (1993)
membagi kelompok menjadi tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan
terapi aktivitas kelompok. Terapi Aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan
yaitu stimulasi persepsi, stimulasi sensori, orientasi realita, dan sosialisasi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulusi persepsi adalah terapi menggunakan
aktivitas sebagai atimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Tujuan umum TAK stimulus persepsi
adalah klien memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya klien dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya secara tepat. Klien dapat
menyelesaikan masalah yang dialaminya.
Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan nyata sehari-hari,
stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, stimulus yang tidak nyata
dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan
harga diri rendah.
Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan.
Aktivitas ini khususnya diaplikasikan pada klien yang memiliki perilaku kekerasan.
Aktivutas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
a. Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mengenal kekerasan yang biasa
dilakukan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, akibat perilaku
kekerasan).
b. Terapi Aktivitas Kelompok stimulusi persepsi: mencegah perilaku kekerasan
melalui kegiatan fisik.
c. Terapi Aktivitas Kelompok stimulusi persepsi: mencegah perilaku kekerasan
melalui interaksi sosial asertif (cara verbal).
d. Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan
melalui kepatuhan minum obat.
e. Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan
melalui kegiatan ibadah.
Klien yang terindikasi memerlukan TAK adalah klien yang memiliki perilaku
kekerasan yang telah kooperatif.
3. Tujuan:
a. Umum
1) Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
2) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain.
b. Khusus
1) Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahannya.
2) Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah).
3) Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4) Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

4. Strategi Pelaksanaan

a. Sesi 1:Mengenal Peeilaku Kekerasan yang biasa Dilakukan

1) Tujuan
a) Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahannya.
b) Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala).
c) Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah ( perilaku
kekerasan).
d) Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
2) Setting
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
3) Alat
a) Papan tulis /f1ipchart/whiteboard
b) Kapur/Spidol
c) Buku catatan dan pulpen
d) Jadwal kegiatan klien
4) Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran/ simulasi
5) Langkah Kegiatan
a) Persiapan
i. Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
ii. Membuat kontrak dengan klien.
iii. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
i. Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien.


Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).

ii Evaluasi/ validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini.


Menanyakan masalah yang dirasakan.

iii. Kontrak

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang


biasa dilakukan.
Menjelaskan aturan main, yaitu:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.


Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja

i.Mendiskusikan penyebab marah


Tanyakan pengalaman tiap klien.
Tulis di papan tulis

ii.Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
Tulis di papan tulis.
iii.Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/ memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri).

Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.


Tulis di papan tulis.

iv. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.

v. Melakukan bermain peran/ stimulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak


berbahaya ( terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan
perilaku kekerasan).

vi. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/ simulasi.

vii. Mendiskusikan dampak/ akibat perilaku kekerasan.

Tanyakan akibat perilaku kekerasan.


Tuliskan di papan tulis.

Terapis dapat membuat tabel di papan tulis sehingga masing-masing cerita


klien dapat tergambar dan klien dapat menganalisa runtutan peristiwa dari
penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan, serta menilai dampak perilaku kekerasan serta
komitmen perubahan perilaku yang akan diterapkan berikutnya.

Tabel 1.1:

Nama Penyebab Tanda PK yang Akibat PK Komitmen


Klien Marah dan Dilakukan Perubahan
Gejala Perilaku
Marah
vii. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

ix. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.

x. Berikan kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku

kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan.

xi. Menanyakan kesediaan klien untuk menghadapi kemarahan.

d) Tahap Terminasi

i. Evaluasi

Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.


Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.

ii. Tindak lanjut

Menganjukan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,


yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku
kekerasan.
Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.

iii. Kontrak yang akan datang

Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku


kekerasan.
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

e) Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akiat perilaku kekerasan.
Dokumentasi :
Dokumentasi tentang kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (karena tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (gregetan dan deg-deg kan), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan di bawa ke rumah sakit
jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua di rasakan
selama di rumah sakit.

b. Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan secara Fisik


1) Tujuan
a) Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
b) Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
c) Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
2) Setting
c) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
d) Ruangan nyaman dan tenang.
3) Alat
e) Kasur / kantong tinju / gendang
f) Papan tulis /f1ipchart/whi teboard
g) Buku catatan dan pulpen
h) Jadwal kegiatan klien
4) Metode
d) Dinamika kelompok
e) Diskusi dan tanya jawab
f) Bermain peran/ simulasi
6) Langkah Kegiatan
a) Persiapan
i. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1.
ii. mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Orientasi
i. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Klien dan terapis memakai papan nama
ii. Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda
dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
iii. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
e) Tahap kerja
i. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien.
Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa
dilakukan klien.
Tulis di papan tulis / flipchart/whiteboard.
ii. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: napas dalam, menjemur / memukul kasur / bantal,
menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan
memukul gendang.
Meredakan marah dengan napas dalam: Jika merasakan tanda-tanda
marah, lakukan:
1. Duduk tegak, boleh juga berbaring.
2. Tarik napas melalui hidung. Tahan sambil menghitung dalam hati 1, 2,
3. Hembuskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung
mundur dari angka 10 sampai 0
4. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5x

Meredakan marah dengan pukul bantal/kasur/bantal/ karung pasir/


gendang:
Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan pukul bantal/ kasur/
karung pasir/ gendang berulang. ulang sampai marah mereda

iii. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.


iv. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).
Klien mendemonstrasikan ulang.
v. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran
kemarahan.
vi. Memberikan pujian pada peran serta klien.
vii. Upayakan semua klien berperan aktif.
f) Tahap terminasi
i. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
ii. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
menghadapi (lagi) stimulus penyebab perilaku kekerasan.
Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
iii. Kontrak yang akan datang
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif.
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikut-nya.
g) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan yang
diharapkan adalah 2 kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2:
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik
Mempraktikkan cara
Mempraktikkan cara
No. Nama Klien klien fisik yang
fisik yang pertama
kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (V) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh; klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktikkan tarik napas dalam,
tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal. Anjurkan dan
bantu klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

c. Sesi 3: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Interaksi Sosial Asertif


(Cara Verbal)
1) Tujuan
a) Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permmtaan tanpa memaksa.
b) Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
2) Setting
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
3) Alat
a) Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
b) Buku catatan dan pulpen
c) Jadwal kegiatan harian klien
4) Metode
a) Dinamika kelompok .
b) Diskusi dan tanya jawab .
c) Bermain peran/ simulasi
5) Langkah Kegiatan
a) Persiapan
i. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
ii. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b)Orientasi
i. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
ii. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan yang dilakukan klien sebelum TAK saat ini.
Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan.
iii. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara verbal untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
i. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta
sesuatu dari orang lain.
ii. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
iii.Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu "Saya
perlu / ingin/ minta ..., yang akan saya gunakan untuk ...".
iv. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin c.
v. Ulangi poin d sampai semua klien mencoba.
vi. Memberikan pujian pada peran serta klien.
vii. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit
hati pada orang lain, yaitu "Saya tidak dapat melakukan ..." atau "Saya tidak
dapat menerima jika dikatakan atau Saya kesal dikatakan seperti ".
viii. Memilih dua orang klien secara bergilir mend? monstrasikan ulang cara
pada poin d.
ix. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
x. Memberikan pujian terkait peran serta klien.
d) Tahap terminasi
i. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
ii. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif (cara verbal), jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif (cara verbal) secara teratur.
Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal) pada jadwal
kegiatan harian klien.
iii. Kontrak yang akan datang
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
e) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan klien
yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial (cara
verbal). Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan cara interaksi sosial asertif (cara verbal)
Memperagakan
Memperagakan
Memperagakan cara
No. Nama klien cara menolak yang
cara meminta mengungkapkan
baik
marah yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda
(NI) jika klien mampu dan tanda (~) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan diruang rawat (buat jadwal).
d. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Spiritual
1) Tujuan
Klien dapat melakukan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
2) Setting
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
3) Alat
a) Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
b) Buku catatan dan pulpen
c) Jadwal kegiatan harian klien
4) Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran / simulasi
5) Langkah Kegiatan
a) Persiapan
i. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi sebelumnya.
ii.Menyiapkan alat dan tempat.
b) Orientasi
i Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
ii. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
iii. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
perilaku kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke. lompok, harus meminta
izin kepada terapis,
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
i. Menanyakan agama dan kepercayaan masing; masing klien.
ii. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
iii. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
iv. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah untuk meredakan marah.
v. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah untuk meredakan
kemarahan yang dipilih.
vi. Memberikan pujian pada penampilan klien.
Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain:
1. Islam: istigfar, berwudhu, sholat
2. Kristen: Doa Bapa Kami
3. Katholik: Doa Bapa Kami, Doa Novena
4. Hindu dan Budha: Meditasi, Yoga

d) Tahap terminasi
i. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
ii.Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
Mengajurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
iii.Kontrak yang akan datang
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
e) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien
yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spritiual
Mempraktikkan
Mempraktikkan kegiatan ibadah
No. Nama Klien kegiatan ibadah
pertama
kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien. _
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda (v) jika klien mampu dan tanda (-)
jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan
klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
e) Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
1) Tujuan
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
b) Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat.
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
2) Setting
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
3) Alat
a) Papan tulis /flzpchart/whiteboard dan alat tulis
b) Buku catatan dan pulpen
c) Jadwal kegiatan klien
d) Beberapa contoh obat
4) Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
5) Langkah Kegiatan
a) Persiapan
i. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 4
ii.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
i. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
ii. Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan kegiatan
ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
iii. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit. '
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
i. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien: nama dan warna (upayakan
tiap klien menyampaikan).
ii. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
iii. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
iv. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
v. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
vi. Berikan pujian pada klien yang benar.
vii. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
i. h Mendiskusikan peraw an klien setelah teratur (catat di whiteboard)
viii. Menjelaskan keuntuntungan Patuh minum 0bat , yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
ix. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
perilaku kekerasan/ kambuh.
x. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
xi. Memberi pujian setiap kali klien dapat menyebutkan secara benar.
d) Tahap terminasi
i. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
ii. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien
iii. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati jika
klien perlu TAK yang lain.
e) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja;
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 5, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui iima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut,;
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
dengan patuh minum obat
Menyebutkan
Menyebutkan Menyebutkan
akibat tidak
No. Nama klien lima benar keuntungan
patuh minum
minum obat minum obat
obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntangan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Beri tanda (v) jika klien mampu dan tanda (--) jika klien tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan lima benar cara minum obat,
belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat.
Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, hantu klien
merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.

4. Seleksi klien
a. Kriteria pasien
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
1) Klien yang tidak terlalu gelisah.
2) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
3) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil.
4) Klien tenang dan kooperatif.
5) Kondisi fisik dalam keadaan baik.
6) Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas.
b. Jumlah peserta TAK
Klien yang mengikuti kegiatan TAK berjumlah 10 orang.
c. Nama peserta TAK
Nama-nama klien yang akan mengikuti TAK yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
d. Proses seleksi klien dilakukan sehari sebelum pelaksanaan.

5. Jadual kegiatan
a. Tempat Pelaksanaan TAK
Ruang 2 RSJ Amino Gondohutomo
b. Lama Pelaksanaan TAK
45 menit.
c. Waktu pelaksanaan TAK
Terapi aktifitas kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Kamis, 9 November 2017
Waktu : 08.00-08.45

6. Metode
a. Dinamika kelompok.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Bermain peran/ simulasi.

7. Media dan alat


a. Papan tulis.
b. Spidol.
c. Buku catatan dan pulpen.
d. Jadwal kegiatan klien.

8. Alokasi waktu
WAKTU KEGIATAN PENANGGUNG
JAWAB
08.00-08.10 a. Orientasi CO Leader
b. Salam terapeutik
c. Orientasi
d. Evaluasi validasi
e. Kontrak

08.10-08.40 a. Kerja Leader, terapis


b. Mendiskusikan penyebab marah
c. Mendiskusikan tanda dan gejala
d. Mendiskusikan perilaku kekerasan
yang telah dilakukan klien
e. Memilih perilaku kekerasan yang
pernah dilakukan klien
f. Mendiskusikan dampak/akibat dari
perilaku kekerasan
g. Memberikan reinforcement pada
peran serta klien

08.40-08.45 a. Terminasi Leader, co leader


b. Evaluasi
c. Tindak lanjut
d. Kontrak yang akan datang

9. Pengorganisasian
a. Leader : Rafida Wahyu T. U
b. Co-Leader : Dyah Puji Pravitasari
c. Fasilitator: Febri Ayu Mentari
d. Observer: Linda A

10. Uraian Tugas Pelaksanaan


a. Leader
Tugas :
1) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan
perasaannya.
2) Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
3) Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.
b. Co Leader
Tugas :
1) Membuka acara.
2) Mendampingi leader.
3) Mengambil posisi leader jika leader blocking.
4) Menyerahkan posisi kembali kepada leader.
5) Menutup acara diskusi.
c. Fasilitator
Tugas :
1) Mempertahankan kehadiran peserta.
2) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta.
3) Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun dalam
kelompok.
d. Observer
Tugas :
1) mengidentifikasi kedalam kegiatan
2) mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
3) mengamati dan mencatat
a) Jumlah anggota yang hadir
b) Siapa yang terlambat
c) Daftar hadir
d) Siapa yang memberi pendapat atau ide
e) Topik diskusi
4) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
5) Memprediksi respons anggota kelompok pada sesi berikutnya.

11. Setting tempat


a. Terapi dan klien duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruangan nyaman dan tenang

Papan tulis

Leader

Klien Klien
Co Leader Klien
Klien Klien Fasilitator
Klien Klien
Klien Klien Klien Klien
Observer
12. Langkah kegiatan TAK
a. Persiapan
1) Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
2) Membuat kontrak dengan klien.
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
2) Evaluasi/ validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
b) Menjelaskan aturan main, yaitu:
i.Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
ii.Lama kegiatan 40 menit.
iii.Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap kerja
1) Mendiskusikan penyebab marah
a) Tanyakan pengalaman tiap klien.
b) Tulis di papan tulis
2) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
a) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
b) Tulis di papan tulis.
3) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/ memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri).
a) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.

b) Tulis di papan tulis.

4)Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.

5) Melakukan bermain peran/ stimulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak


berbahaya ( terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan
perilaku kekerasan).

6) Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/ simulasi.

7) Mendiskusikan dampak/ akibat perilaku kekerasan.

a) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.

b) Tuliskan di papan tulis.

Terapis dapat membuat tabel di papan tulis sehingga masing-masing cerita klien
dapat tergambar dan klien dapat menganalisa runtutan peristiwa dari penyebab,
tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan, serta menilai dampak perilaku kekerasan serta komitmen perubahan
perilaku yang akan diterapkan berikutnya.

Tabel 1.1:

Nama Penyebab Tanda PK yang Akibat Komitmen


Klien Marah dan Dilakukan PK Perubahan
Gejala Perilaku
Marah

8) Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

9) Dalam menjalankan 1) sampai 8), upayakan semua klien terlibat.

10) Berikan kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku

kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan.


11) Menanyakan kesediaan klien untuk menghadapi kemarahan.

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

b) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang

positif.

2) Tindak lanjut

a) Menganjukan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,


yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku
kekerasan.

b) Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan


dan akibatnya yang belum diceritakan.

3) Kontrak yang akan datang

a) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akiat perilaku kekerasan.

f. Dokumentasi :
Dokumentasi tentang kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (karena tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan
(gregetan dan deg-deg kan), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja),
akibat yang dirasakan (tangan sakit dan di bawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan
klien mengingat dan menyampaikan jika semua di rasakan selama di rumah sakit.
Lampiran Lembar Evaluasi

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

SIMULASI PERSEPSI: PERILAKU KEKERASAN

MEMBERI TANGGAPAN TENTANG


Mempraktekkan
NAMA PENYEBAB
NO Tanda & Perilaku Akibat prilaku cara mengontrol
KLIEN PK
gejala kekerasan kekerasan PK dengan nafas
dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan pasien klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan. Beri tandaV jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Anna.(2013).Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok, ED.2. Jakarta:


EGC.
Keliat Budi Anna.(2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Team pengajar Departemen Jiwa dan Komunitas.(2014). Panduan Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa.Bandar Lampung:Panca Bhakti.

Anda mungkin juga menyukai