Disusun oleh:
2. Latar belakang
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna,
berkaitan langsung dengan distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Fungsi jiwa yang terganggu
meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi
jiwa yang dialami seorang individu dapat terlihat dari penampilan, komunikasi, proses
berfikir, interaksi, dan aktivitasnya sehari-hari.
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terhadap halusinasi, waham, perilaku kacau/
aneh. Gangguan psikotik terbagi menjadi dua, yaitu gangguan psikotik akut dan kronik.
Gangguan psikotik akut adalah gangguan yang terjadi dalam masa 2 minggu atau
kurang.
Gejala-gejala psikotik yang menjadi nyata dan mengganggu beberapa aspek
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, ada sindrom yang khas, ada stres akut yang
berkaitan, dan tidak diketahui beberapa lama gangguan akan berlangsung. Gejala yang
diperlihatkan yaitu halusinasi, waham, perilaku aneh (bizar) , pembicaraan aneh
(disorganisasi), keadaan emosi yang labil (irritabel).
Gangguan psikotik yang kedua yaitu gangguan psikotik kronik merupakan suatu
gangguan dengan gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, sedikitnya ada riwayat
satu periode psikotik yang jelas di masa lampau, sedikitnya sudah melampaui kurun
waktu satu tahun dengan intensitas dan frekuensi gejala yang nyata.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
riwayat perilaku kekerasan.
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut: muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan
rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara
tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal/ fisik, melempar atau
memukul benda/ orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai
kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan.
Terkait dengan terapi aktivitas kelompok, Rawlins, Williams, dan Beck (1993)
membagi kelompok menjadi tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan
terapi aktivitas kelompok. Terapi Aktivitas kelompok dibagi sesuai dengan kebutuhan
yaitu stimulasi persepsi, stimulasi sensori, orientasi realita, dan sosialisasi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulusi persepsi adalah terapi menggunakan
aktivitas sebagai atimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Tujuan umum TAK stimulus persepsi
adalah klien memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya klien dapat
mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya secara tepat. Klien dapat
menyelesaikan masalah yang dialaminya.
Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan nyata sehari-hari,
stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, stimulus yang tidak nyata
dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan
harga diri rendah.
Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan.
Aktivitas ini khususnya diaplikasikan pada klien yang memiliki perilaku kekerasan.
Aktivutas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
a. Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mengenal kekerasan yang biasa
dilakukan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, akibat perilaku
kekerasan).
b. Terapi Aktivitas Kelompok stimulusi persepsi: mencegah perilaku kekerasan
melalui kegiatan fisik.
c. Terapi Aktivitas Kelompok stimulusi persepsi: mencegah perilaku kekerasan
melalui interaksi sosial asertif (cara verbal).
d. Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan
melalui kepatuhan minum obat.
e. Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi: mencegah perilaku kekerasan
melalui kegiatan ibadah.
Klien yang terindikasi memerlukan TAK adalah klien yang memiliki perilaku
kekerasan yang telah kooperatif.
3. Tujuan:
a. Umum
1) Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
2) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain.
b. Khusus
1) Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahannya.
2) Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah).
3) Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku
kekerasan).
4) Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
4. Strategi Pelaksanaan
1) Tujuan
a) Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahannya.
b) Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala).
c) Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah ( perilaku
kekerasan).
d) Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
2) Setting
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
3) Alat
a) Papan tulis /f1ipchart/whiteboard
b) Kapur/Spidol
c) Buku catatan dan pulpen
d) Jadwal kegiatan klien
4) Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran/ simulasi
5) Langkah Kegiatan
a) Persiapan
i. Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
ii. Membuat kontrak dengan klien.
iii. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
i. Salam terapeutik
ii Evaluasi/ validasi
iii. Kontrak
ii.Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
Tulis di papan tulis.
iii.Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/ memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri).
iv. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.
Tabel 1.1:
d) Tahap Terminasi
i. Evaluasi
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh; klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktikkan tarik napas dalam,
tetapi belum mampu mempraktikkan pukul kasus dan bantal. Anjurkan dan
bantu klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda
(NI) jika klien mampu dan tanda (~) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa
paksa, menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien
mempraktikkan diruang rawat (buat jadwal).
d. Sesi 4: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Cara Spiritual
1) Tujuan
Klien dapat melakukan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
2) Setting
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
3) Alat
a) Papan tulis / flipchart/whiteboard dan alat tulis
b) Buku catatan dan pulpen
c) Jadwal kegiatan harian klien
4) Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
c) Bermain peran / simulasi
5) Langkah Kegiatan
a) Persiapan
i. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi sebelumnya.
ii.Menyiapkan alat dan tempat.
b) Orientasi
i Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
ii. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
iii. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
perilaku kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan ke. lompok, harus meminta
izin kepada terapis,
Lama kegiatan 45 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
i. Menanyakan agama dan kepercayaan masing; masing klien.
ii. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
iii. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
iv. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah untuk meredakan marah.
v. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah untuk meredakan
kemarahan yang dipilih.
vi. Memberikan pujian pada penampilan klien.
Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain:
1. Islam: istigfar, berwudhu, sholat
2. Kristen: Doa Bapa Kami
3. Katholik: Doa Bapa Kami, Doa Novena
4. Hindu dan Budha: Meditasi, Yoga
d) Tahap terminasi
i. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
ii.Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
Mengajurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
iii.Kontrak yang akan datang
Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
e) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien
yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan.
Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan cara spritiual
Mempraktikkan
Mempraktikkan kegiatan ibadah
No. Nama Klien kegiatan ibadah
pertama
kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien. _
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua
kegiatan ibadah pada saat TAK. Beri tanda (v) jika klien mampu dan tanda (-)
jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan
klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
e) Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
1) Tujuan
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
b) Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat.
c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
2) Setting
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Ruangan nyaman dan tenang.
3) Alat
a) Papan tulis /flzpchart/whiteboard dan alat tulis
b) Buku catatan dan pulpen
c) Jadwal kegiatan klien
d) Beberapa contoh obat
4) Metode
a) Dinamika kelompok
b) Diskusi dan tanya jawab
5) Langkah Kegiatan
a) Persiapan
i. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 4
ii.Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b) Orientasi
i. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
Klien dan terapis memakai papan nama.
ii. Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif dan kegiatan
ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
iii. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
Menjelaskan aturan main berikut.
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
Lama kegiatan 45 menit. '
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Tahap kerja
i. Mendiskusikan macam obat yang diminum klien: nama dan warna (upayakan
tiap klien menyampaikan).
ii. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
iii. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
iv. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
v. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
vi. Berikan pujian pada klien yang benar.
vii. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
i. h Mendiskusikan peraw an klien setelah teratur (catat di whiteboard)
viii. Menjelaskan keuntuntungan Patuh minum 0bat , yaitu salah satu cara
mencegah perilaku kekerasan/kambuh.
ix. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
perilaku kekerasan/ kambuh.
x. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
xi. Memberi pujian setiap kali klien dapat menyebutkan secara benar.
d) Tahap terminasi
i. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
ii. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif, kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien
iii. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati jika
klien perlu TAK yang lain.
e) Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja;
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 5, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui iima benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut,;
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
dengan patuh minum obat
Menyebutkan
Menyebutkan Menyebutkan
akibat tidak
No. Nama klien lima benar keuntungan
patuh minum
minum obat minum obat
obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntangan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Beri tanda (v) jika klien mampu dan tanda (--) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan lima benar cara minum obat,
belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat.
Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, hantu klien
merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.
4. Seleksi klien
a. Kriteria pasien
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
1) Klien yang tidak terlalu gelisah.
2) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
3) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil.
4) Klien tenang dan kooperatif.
5) Kondisi fisik dalam keadaan baik.
6) Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas.
b. Jumlah peserta TAK
Klien yang mengikuti kegiatan TAK berjumlah 10 orang.
c. Nama peserta TAK
Nama-nama klien yang akan mengikuti TAK yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
d. Proses seleksi klien dilakukan sehari sebelum pelaksanaan.
5. Jadual kegiatan
a. Tempat Pelaksanaan TAK
Ruang 2 RSJ Amino Gondohutomo
b. Lama Pelaksanaan TAK
45 menit.
c. Waktu pelaksanaan TAK
Terapi aktifitas kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Kamis, 9 November 2017
Waktu : 08.00-08.45
6. Metode
a. Dinamika kelompok.
b. Diskusi dan tanya jawab.
c. Bermain peran/ simulasi.
8. Alokasi waktu
WAKTU KEGIATAN PENANGGUNG
JAWAB
08.00-08.10 a. Orientasi CO Leader
b. Salam terapeutik
c. Orientasi
d. Evaluasi validasi
e. Kontrak
9. Pengorganisasian
a. Leader : Rafida Wahyu T. U
b. Co-Leader : Dyah Puji Pravitasari
c. Fasilitator: Febri Ayu Mentari
d. Observer: Linda A
Papan tulis
Leader
Klien Klien
Co Leader Klien
Klien Klien Fasilitator
Klien Klien
Klien Klien Klien Klien
Observer
12. Langkah kegiatan TAK
a. Persiapan
1) Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
2) Membuat kontrak dengan klien.
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
2) Evaluasi/ validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan masalah yang dirasakan.
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
b) Menjelaskan aturan main, yaitu:
i.Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
ii.Lama kegiatan 40 menit.
iii.Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap kerja
1) Mendiskusikan penyebab marah
a) Tanyakan pengalaman tiap klien.
b) Tulis di papan tulis
2) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
a) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
b) Tulis di papan tulis.
3) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/ memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri).
a) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
4)Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.
Terapis dapat membuat tabel di papan tulis sehingga masing-masing cerita klien
dapat tergambar dan klien dapat menganalisa runtutan peristiwa dari penyebab,
tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku
kekerasan, serta menilai dampak perilaku kekerasan serta komitmen perubahan
perilaku yang akan diterapkan berikutnya.
Tabel 1.1:
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
positif.
2) Tindak lanjut
a) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku
kekerasan yang dilakukan dan akiat perilaku kekerasan.
f. Dokumentasi :
Dokumentasi tentang kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (karena tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan
(gregetan dan deg-deg kan), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja),
akibat yang dirasakan (tangan sakit dan di bawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan
klien mengingat dan menyampaikan jika semua di rasakan selama di rumah sakit.
Lampiran Lembar Evaluasi